13 0 1 MB
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE SAYATAN PENAMPANG DI WILAYAH IUP PT ASTA MAHARANITA, DESA KEBUR, KECAMATAN MERAPI BARAT, KABUPATEN LAHAT, PROVINSI SUMATERA SELATAN (1) (1)
Reynata Fachrian T, (2) Arsyad AR, (3) Wahyudi Zahar
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan, (2) Program Studi Agroekoteknologi (3) Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Jambi Jl. Jambi – Ma. Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361 Email: [email protected] ABSTRAK
PT. Asta Maharanita merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang terletak di Desa Kebur, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah izin usaha pertambangan yang menjadi lokasi penelitian yaitu seluas 30 ha. Pada tahapan eksplorasi terdapat salah satu kegiatan penting yaitu perhitungan cadangan serta pembuatan desain pit limit pada rencana penambangan. Kegiatan ini akan menentukan lokasi yang telah dieksplorasi secara lanjut tersebut layak untuk ditambang atau tidak. Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam menghitung cadangan, antara lain adalah Metode Poligon, Metode Segitiga, Metode Sistem Blok, Metode USGS Circular 891, dan Metode Cross Section atau sayatan penampang. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu dengan menggunakan metode sayatan penampang (cross section). Tahapan penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, pengumpulan data primer, pengolahan data, perhitungan sumberdaya, perhitungan cadangan, kesimpulan dan saran. Hasil penelitian adalah besar volume batubara yang terdapat di Wilayah IUP PT. Asta Maharanita dengan penghitungan menggunakan metode sayatan 3 penampang, yaitu sebesar 3.250.416 TON. Sementara volume overburden yang menutupi batuan tersebut yaitu sebesar 10.632.025 BCM. Kata Kunci : Cadangan, Penampang, Batubara
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
ABSTRACT PT. Asta Maharanita is one of the coal mining companies located in Kebur Village, West Merapi District, Lahat Regency, South Sumatera Province. The mining business permit area that is a research site of 30 hectares. At the exploration stage, there is one important activity that is calculation of reserve and the design of pit limit in mining plan. This activity will determine the location that has been explored in an advanced way worthy of a mined or not. There are several methods that can be used in calculating the reserve, among others, are polygon method, triangle method, block system method, Circular USGS method 891, and Cross Section method or incision section. The method used to achieve the research objectives is using cross section. With a cross section incisions on the contour map, the volume of cover soil and rocks information will be easier to know. The stages of this study began with the study of libraries, primary data collection,
data
processing,
resource
calculations,
backup
calculations,
conclusions and suggestions. The results of the research are the large volumes of coal found in the IUP region of PT. Asta Maharanita with calculations using 3section incision method, which is 3,250,416 TON. Meanwhile, the volume of overburden covering the rock is 10,632,025 BCM. Keywords: reserve, cross section, coal.
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
PENDAHULUAN Pada
Selatan, untuk mengetahui jumlah
tahapan
eksplorasi
cadangan batubara yang dimiliki
terdapat salah satu kegiatan penting
oleh PT. Asta Maharanita dan dapat
yaitu perhitungan cadangan serta
dijadikan perusahaan sebagai bahan
pembuatan desain pit limit pada
pertimbangan
rencana penambangan. Kegiatan ini
penambangan selanjutnya.
akan
METODE PENELITIAN
menentukan
apakah
suatu
lokasi yang telah dieksplorasi secara lanjut
tersebut
layak
untuk
untuk
kegiatan
Penelitian dilaksanakan di PT Asta
Maharanita,
Desa
Kebur,
ditambang atau tidak. PT Asta
Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten
Maharanita merupakan perusahaan
Lahat, Provinsi Sumatera Selatan
swasta nasional yang bergerak dalam
selama ± 1 bulan yang dilaksanakan
bidang
pada bulan Oktober hingga bulan
pertambangan
batubara
dengan luas wilayah IUP 301 Ha
November 2018.
yang berada di Kecamatan Merapi
Peralatan
yang
digunakan
Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi
pada saat melakukan tugas akhir
Sumatera
Asta
antara lain adalah Laptop digunakan
Maharanita dipilih sebagai lokasi
untuk mengolah data dan membuat
penelitian karena pada area kerja
peta
penambangannya,
System digunakan untuk menentukan
Selatan.
PT
terdapat
satu
lokasi,
Global
Positioning
wilayah IUP yang telah dilakukan
koordinat
lubang
bor,
koordinat
eksplorasi namun belum dilakukan
topografi
aktual
dan
koordinat
perhitungan cadangan, lokasi ini juga
singkapan
batubara,
Kamera
sesuai dengan metode penampang
digunakan
sayatan yang akan digunakan karena
foto-foto sebagai data pendukung.
bentuk
berupa
Alat tulis, digunakan untuk mencatat
lapisan. Dari uraian diatas maka
semua data yang telah didapatkan.
inilah yang menjadi salah satu alasan
Helm safety, safety shoes dan safety
penulis untuk melakukan penelitian
vest,
terhadap perhitungan cadangan pada
melindungi dari bahaya.
cadangan
yang
tambang terbuka batubara di PT. Asta
Maharanita
Lahat-Sumatera
untuk
yang Metode
digunakan
mengumpulkan
digunakan
untuk
penelitian
dalam
penelitian
yang ini
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
adalah
metode
spesifikasinya
kuantitatif adalah
yang
sistematis,
data yang diambil oleh penulis, yaitu:
Data
primer
yang
terencana, dan terstruktur dengan
dikumpulkan seperti korelasi log bor,
jelas
penelitian
peta iso contur, peta cropline dan
kuantitatif adalah penelitian yang
peta topografi. Data sekunder yang
banyak menuntut penggunaan angka,
dikumpulkan seperti koordinat titik
mulai
bor, litologi bor, data topografi lokasi
sejak
awal.
dari
pengumpulan
data,
penafsiran terhadap data tersebut,
penelitian,
serta
penambangan,
penampilan
dari
Siyoto,
2015).
(Sandu
hasilnya
batasan dan
area
rencana
peta
geologi
Untuk
lokasi penelitian. Kebenaran data
dalam
dilakukan dengan pengukuran ulang
penelitian ini dilakukan beberapa
pada coring log bor yang telah ada
langkah pengambilan data antara
dan pengukuran ketinggian/elevasi
lain: Observasi dilakukan dengan
dengan meng gunakan alat total
cara
station.
memenuhi
instrumen
pengamatan
langsung
dilapangan mengenai masalah yang
Setelah data dikumpulkan,
dialami oleh PT Asta Maharanita,
selanjutnya
khususnya
sehingga informasi yang tersaji lebih
adalah
permasalahan
adalah
data
menentukan estimasi cadangan yang
mudah
dimiliki
rancangan
dianalisis lebih lanjut. Pengolahan
literatur
data dilakukan secara teoritis empiris
dilakukan untuk memperoleh dan
yang disajikan dalam bentuk tabel,
mengumpulkan
umum
grafik dan gambar. Data topografi
metode
dan data bor diolah menggunakan
desain
dan pit
mengenai
rencana
limit.
Studi
informasi
teknis
dan
diinterpretasikan
diolah
perhitungan cadangan menggunakan
metode
metode
perhitungan
sayatan
penampang.
penampang cadangan
dan
dalam karena
Kegiatan
pengumpulan
data
memiliki kelebihan yang lebih baik
dilakukan
sebelum
saat
apabila
dan
digunakan yang
untuk
memiliki
bahan
penelitian. Data yang dibutuhkan
galian
berupa data yang berkaitan dengan
berlapisan (Sudarto, 2005). Pada
penelitian tugas akhir perhitungan
proses pengolahan data dilakukan
cadangan, yang mana terdapat dua
dengan
menggunakan
endapan
bantuan
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
perangkat lunak Microsoft Excel dan
perlapisan batubara dibatasi pada
perangkat
letak
batubara.
lunak 1)
topografi
permodelan
Pembuatan
model
dilakukan
dengan
atap/roof
dan
lantai/floor
batubara. Peta iso kontur batubara ini akan
digunakan
sebagai
dasar
menggunakan data topografi yang
pembuatan sayatan penampang. Hal-
dimiliki perusahaan yang kemudian
hal yang perlu diperhatikan adalah
menjadi
pedoman
arah kemenerusan lapisan dan arah
topografi
aktual
Korelasi
pada
keadaan
dilapangan.
litostratigrafi
menghubungkan batuan
2)
adalah
lapisan-lapisan
yang
mengacu
pada
penunjaman lapisan batubara. 5) Peta iso
overburden
berdasarkan
batubara
keberadaan
dibuat material
penutup batubara ataupun material
kesamaan jenis litologinya. Korelasi
yang
dimulai dari bagian bawah dengan
batubara.
melihat
sama.
diperhatikan dalam permodelan ini
titik-titik
adalah garis batas antara lapisan
litologi
yang
Korelasikan/hubungkan
berada
diantara
lapisan
yang
perlu
Hal
lapisan batuan yang memiliki jenis
batubara
litologi yang sama. Hasil Korelasi ini
interburden. 6) Pembuatan sayatan
akan
dilakukan
digunakan
sebagai
acuan
dan
overburden
atau
dengan memperhatikan
penentuan nama seam batubara serta
arah penunjaman, agar sayatan yang
jenis-jenis
dibuat
fenomena
yang
ada
dapat
mewakili
keadaan
didalamnya. 3) Pembuatan model
stratigrafi untuk mendapatkan luasan
galian dilakukan dengan membuat
bidang perlapisan secara vertikal
peta kontur pada roof/atap dan floor
yang kemudian digunakan untuk
atau lantai batubara pada setiap seam
melakukan
yang ada untuk memisahkan antara
sesuai dengan luasan perlapisan pada
lapisan batubara dengan overburden
masing-masing sayatan. Pembuatan
ataupun
penampang menggunakan bantuan
model
interburden. bahan
galian
Pembuatan ini
juga
perhitungan
cadangan
software permodelan batubara. 7)
memperhatikan arah kemenerusan
Perhitungan
cadangan
dilakukan
dan penunjaman batubaraserta letak
dengan
menggunakan
persamaan
cropline batubaranya. 4) Peta iso
rumus sayatan penampangan dengan
contur didasarkan pada keberadaan
pendekatan
rumus
mean
area.
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
Penggunaan rumus ini dapat berubah sewaktu-waktu
sesuai
Daerah penelitian merupakan
dengan
daerah perbukitan landai sehingga
keadaan luasan hasil penampang
cukup sulit ditemukannya singkapan
yang telah dibuat.
batubara
Analisis
hasil
pengolahan
yang
biasanya
mudah
ditemukan di dinding-dinding bukit
data lebih lanjut dilakukan dengan
atau tebing sungai.
pertimbangan teoritis dan praktis
Pada
gambar
1,
terlihat
untuk mendapatkan hasil yang baik.
bahwa pada bagian sebelah barat
Analisis
daya IUP terdapat wilayah dengan
dilakukan
dengan
pembacaan gambar ataupun tabel
topografi
yang ada sehingga didapatkan suatu
dengan warna kuning hingga oranye.
pemahaman
Perbukitan
yang
mendalam
perbukitan ini
ditunjukan
nantinya
terutama pada perhitungan jumlah
mempengaruhi
cadangan
overburden yang menutupi lapisan
yang
dimiliki
dan
pada
akan besaran
rancangan desain pit penambangan.
batubara. Sementara pada wilayah di
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelah timur IUP terdapat wilayah
Kondisi
dengan topografi landai ditunjukan
Topografi
Lokasi
Penelitian Sebelum
dengan warna hijau hingga biru tua merancang
suatu
bentuk Pit tambang, harus di pelajari topografi lokasi pit tersebut. Data topografi yang digunakan sebagai dasar untuk pembuatan desain pit dan perhitungan cadangan adalah peta topografi hasil pengukuran tim survey PT Asta Maharanita pada bulan September 2015.
pada gambar. Kondisi Geologi Lokasi Penelitian Daerah
penelitian
terletak
pada cekungan sumatera selatan sub cekungan Palembang Tengah. Subcekungan Palembang tengah dibatasi oleh Perbukitan barisan dibagian barat, Sub-Cekungan Jambi di utara, Sub-cekungan
Palembang
Utara
dibagian timur dan Sub-cekungan Palembang selatan dibagian selatan. Berdasarkan peta geologi regional daerah penelitian pada lampiran 2, Gambar 1. Triangle Peta Topografi
terdapat
sesar
yang
memotong
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
formasi air benakat, namun tidak
Pengeboran
terdapat
Geoteknik
pada
daerah
penelitian.
Keterdapatan struktur pada lokasi ini
Geologi
dan
Resume Pengeboran
juga tidak terlalu signifikan, hampir
Kegiatan
pemboran
tidak ditemukan adanya sesar pada
dilakukan secara internal oleh tim
lokasi pemborannya. Berdasarkan
eksplorasi PT. Asta Maharanita dan
pembagian
daerah
dilaksanakan
satuan
Pemboran dilakukan dengan metode
morfologi yaitu, Satuan Morfologi
open hole, partly hole (touch core)
Perbukitan landai pada bagian barat
dan full core. Menggunakan core
dan Satuan Morfologi Dataran pada
barel sepanjang 2.35 meter dengan
bagian timur.
diameter
morfologi,
penelitian
memiliki
dua
secara
core
bertahap.
berukuran
NQ.
Formasi yang terdapat pada
Pemboran dilakukan sebanyak 29
daerah penelitian adalah formasi air
lubang bor dengan total kedalaman
benakat dan formasi muara enim.
lubang bor sebesar 2110 m dengan
Formasi
luasan wilayah yang dicakup seluas
muara
enim
sebagai
pembawa batubara yang berumur miosen
akhir
Berdasarkan
hingga keadaan
120 ha.
pliosen.
Rata-rata ketebalan batubara
geologi
untuk seam D sebesar 6.9m dan seam
regional, morfologi dan stratigrafi
D1
daerah penelitian diketahui bahwa
pemboran.
Setelah
Kegiatan
lokasi ini memiliki kompleksitas
pengeboran
selesai
dilakukan,
geologi
langsung dilanjutkan dengan logging
sederhana
dikarenakan
sebesar
1.5m
endapan batubara yang terdapat di
geofisika.
daerah penelitian tidak dipengaruhi
dilakukan sebanyak 11 titik bor.
secara signifikan oleh lipatan, sesar
Distribusi titik bor paling banyak
dan
berada pada posisi sebelah selatan,
intrusi.
Ketebalan
lapisan
Logging
berdasarkan
penyebaran
geofisika
batubara bersifat lateral menerus dan
karena
hampir tidak terdapat percabangan
terdapat pada bagian tersebut, hal ini
lapisan batubara.
sudah pemboran perlapisan
dilakukan yang
seam
pembuktian
memotong
untuk
hanya
arah
memastikan
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
keberadaan seam secara menyeluruh,
merupakan
hasilnya
tidak
bawah permukaan lapisan batubara
ditemukan adanya seam batubara.
tersebut. Sayatan yang dibuat untuk
Hasil logging geofisika dan korelasi
korelasi
seam D dan seam D1 dapat dilihat
Berdasarkan
pada gambar 2. Logging geofisika
dapat
terebut
logging
diketahui bahwa terdapat 2 seam
gamma ray dan short density untuk
yaitu seam D1 dengan tebal rata-rata
membantu
posisi
1,5m dan seam D dengan tebal rata-
batubara secara spesifik dan lebih
rata 6,9m. Kedua seam tersebut
akurat.
dipilih peneliti dengan pertimbangan
dibagian
utara
menggunakan menentukan
kenampakan
berjumlah dilihat
hasil
8
litologi
sayatan.
korelasi
pada
yang
gambar
3
ketebalan rata-rata dan konstan dan tebalnya cukup untuk interpretasi perhitungan cadangan.
Gambar 3. Korelasi Log Bor Lapisan Batubara Berdasarkan gambar diatas Gambar 2. Hasil Logging Geofisika
terlihat bahwa secara berurut dari kiri
Seam D dan Seam D1
ke kanan pada bor DAM-02 tidak terdapat lapisan batubara, sementara
Korelasi Bor Korelasi dilakukan dengan
pada bor DAM-21, AM-01 dan AM-
saling
02 menunjukkan adanya lapisan
memotong titik bor dengan arah
batubara yang ditembus bor dan
searah
tidak menunjukkan adanya indikasi
membuat
sayatan strike
Penampang
dan yang
yang searah
dip.
dihasilkan
percabangan
pada
hasil
korelasi
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
diatas sehingga menunjukkan tidak
dan
ada struktur yang mempengaruhi.
ketebalan berkisar 1.5 m. struktur
Berdasarkan data singkapan dan hasil pemboran ditemuan 2 seam seam
D
dengan
tebal
tertingginya adalah 7.4m dan seam D1 yang tebal tertingginya adalah 1.6m. Pada seam D memiliki arah relatif tenggara-barat laut dengan strike N 290O E dengan kemiringan sekitar 15O-20O. Kemudian untuk penyebaran seam D1, memiliki arah perlapisan dan kemiringan yang hampir sama dengan seam D, seam D1 berada diatas seam D dengan tebal interburden sekitar 3,9m. Singkapan membantu
-220
Selain
Penyebaran Batubara
yaitu
terendah
batubara
peneliti
itu,
batubara
digunakan
m
dengan
peta
kontur
juga
dapat
untuk
menentukan
ketebalan lapisan tanah (overburden)
dan
diantara
seam
penutup
lapisan
yang
batubara
(interburden). Sama seperti batubara dilakukan
perhitungan
rata-rata
ketebalan interburden. Berdasarkan peta kontur, arah persebaran
batubara
mengarah
tenggara-barat laut dengan kondisi tidak terdapat perubahan ketebalan yang terlalu signifikan akibat tidak terdapat
struktur
yang
mempengaruhi. akan untuk
menentukan arah penunjaman dan
Sumber Daya Batubara Perhitungan
sumberdaya
kemenerusan lapisan batubara. Hal
dilakukan dengan metode poligon,
ini
peneliti
dimana lingkaran dibuat dari titik
rekonstruksi
informasi terluar (dalam hal ini
akan
dalam
mempermudah melakukan
lapisan batubara. Peta Kontur Struktur Pada peta kontur struktur seam D diketahui elevasi tertinggi yaitu 84 m dan elevasi terendah yaitu -240 m dengan ketebalan 6.9 m. Pada peta kontur struktur seam D1 diketahui elevasi tertinggi yaitu 86 m
adalah data sebaran titik bor). Untuk jarak daerah pengaruhnya mengacu pada klasifikasi BSN, 1999 yang daerah penelitian merupakan daerah dengan kondisi geologi moderat. Metode
ini
kemiringan
diberlakukan batubara
yang
karena akan
dihitung < 30⁰ sehingga tidak ada perlu proyeksi ke topografi. Daerah
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
radius
sumberdaya
tersebut
Tabel 1. Geometri Jenjang
kemudian akan dibatasi oleh garis
Tinggi
Lebar
outcrop.
Jenjang
Jenjang
(m)
(m)
Sumberdaya terukur
=
Slope Overal (o)
slope (o)
radius kecil dari 250 m
low wall
10
15
20o
37o
Sumberdaya terindikasi =
high wall
10
5
50o
37o
radius 250-500 m
side wall
10
5
50o
37o
Sumberdaya tereka
=
Sumber : PT. Asta Maharanita
radius 500-1000 m Pada
software
Geometri lereng yang akan permodelan
ditentukan
meliputi
keimiringan
batubara hanya bisa memodelkan
(slope)
daerah yang dibatasi oleh topografi,
keseluruhan
dalam hal ini sumberdaya yang dapat
Berdasarkan data rekomendasi yang
digunakan
untuk
perhitungan
diberikan oleh tim geoteknik PT.
cadangan
adalah
sumberdaya
Asta Maharanita, geometri jenjang
Berdasarkan
persyaratan
untuk rancangan desain pit dapat
diatas diperoleh hasil sumberdaya
dilihat pada tabel 1 dengan simulasi
terukur dengan areal 70 ha, tonase
bench pada gambar 4.
terukur.
dan
kemiringan
lereng
(overall
slope).
batubara 5.059.307 ton. Geometri Lereng Rencana Penambangan Pengambilan
sample
geoteknik telah dilakukan pada 4 lubang bor diwilayah IUP PT. Asta Maharanita, yaitu lubang AMGT-01, AMGT-02, AMGT-03 dan AMGT04. Kedalaman pengeboran masingmasing lubang bor bervariasi antara
Gambar 4. Rekomendasi Geometri
25 m sampai dengan 73 m, dengan
Lereng PT. Asta Maharanita
total kedalaman adalah 149m.
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
Rancangan
Pit
Potensial
Penambangan
dengan Batasan besaran striping ratio
Rancangan dilakukan
menentukan pit limit penambangan
dengan
pit
potensial
penambangan
menggunakan
wilayah IUP.
beberapa rekomendasi yang telah diberikan
perusahaan
dengan
dan
batas-batas
Pembuatan rancangan desain pit ini diperlukan untuk perhitungan
pertimbangan ketersediaan alat berat
cadangan agar
yang akan digunakan dan kapasitas
status
produksi sehingga dapat diketahui
cadangan terpenuhi. Cadangan dapat
besaran stripping ratio yang menjadi
dihitung dengan memenuhi syarat
batas
seperti
penambangan.
Geometri
dari
syarat perubahan
sumberdaya
kualitas,
geoteknik,
jenjang yang digunakan merupakan
kelayakan
tambang
rekomendasi
stripping
ratio
dari
uji
kestabilan
menjadi
serta
yang
dan nilai
sesuai.
lereng yang telah dilakukan pihak
Rancangan desain pit dapat dilihat
PT. Asta Maharanita. Pembuatan
pada gambar 6.
desain
pit
diawali
dengan
Gambar 5. Rancangan Desain Pit. Rancangan desain pit dibuat dengan
perusahaan.
Batas
pertimbangan stripping ratio sebesar
penambangan
1: 3,5 berdasarkan hasil rekomendasi
maksimun dari stripping ratio yang
merupakan
-batas batas
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
didapatkan melalui olahan data di
dibawah
tanah
software permodelan tambang.
permodelan
secara
Rancangan desain pit dibuat dengan
berdasarkan
horizontal.
berdasarkan vertikal
Untuk
atau
keperluan
rekomendasi
perhitungan cadangan, diperlukan
geoteknik pada sisi high wall dan
sayatan penampang secara vertikal
side wall dengan lebar jenjang
yang akan menunjukkan bentukan
sebesar 5m, tinggi jenjang 10m,
dari
dengan overall slope 37O. sementara
penampang harus dibuat tegak lurus
untuk sisi low wall dengan dengan
dengan kontur struktur batubara.
lebar jenjang 15m, tinggi jenjang
Sayatan dibuat dengan jarak 100m
10m, dengan overall slope 37.
dan
Namun pada desain yang dibuat
penampang yang dibuat dapat dilihat
tidak terdapat lebih dari 1 bench
pada gambar berikut.
cadangan
50m.
tersebut.
Salah
satu
Sayatan
sayatan
dikarenakan Batasan low wall yang dipakai
adalah
floor
batubara
sehingga tidak diperlukan jenjang low wall untuk memangkas produksi overburden
dengan
pertimbangan
bahwa dip batubara tidak terlalu tegak.
Gambar 6. Sayatan Penampang Rancangan desain pit tersebut
dibuat
menjadi
keterbatasan
pada
dua
pada garis B sampai B’
karena
batasan
IUP
Sayatan penampang diatas akan
membantu
kita
dalam
sehingga tidak memungkinkan untuk
menghitung luasan bidang batubara
dilakukan penambangan pada lokasi
dan overburden. Sayatan penampang
yang sempit dikarenakan adanya
memberikan informasi bahwa elevasi
kemungkinan jenjang pit yang akan
terbawah pit adalah 30m diatas
melewati batas IUP.
permukaan
merupakan menunjukan
penampang gambaran bentukan
dengan
jenis
topografi sedikit berbukit dengan
Sayatan Penampang Sayatan
laut
yang stratigrafi
elevasi tertinggi hingga 93m.
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
Perhitungan cadangan dengan
penampang
metode Sayatan Penampang
sebagai berikut:
Metode penampang vertikal
𝑉=𝐿
dalam perhitungannya menggunakan daerah
pengaruh
pada
perhitungan
dilakukan
dengan
menggunakan metode 1 penampang, 2 penampang dan 3 penampang, dimana
volume
overburden
batubara
diantara
dan
penampang
tersebut merupakan rata-rata luas batubara dan overburden masing-
dengan
antar
penampang
tersebut.
Dalam perhitungannya jarak antara
sebesar 50O, dan berat jenis batubara sebsar
ton/m3.
1,3
Dengan
berdasarkan rata-rata luas diantara 2 penampang tersebut, berarti variasi ketebalan batubara dan overburden diantara 2 penampang diasumsikan sama dengan rata-rata ketebalan
Volume Batubara
variasi
perbedaan
yang
berarti diantara 2 penampang maka perlu
dilakukan
Tonasi Batubara
penampang
tersebut.
Perhitungan
cadangan
dengan
sayatan
2
1
:
2570387
: 3341504 Ton
Volume Overburden : 10433245 BCM Berdasarkan hasil
tersebut
maka didapatkan nilai stripping ratio sebesar 1: 3,12. Hasil perhitungan cadangan dengan
menggunakan
metode
sayatan 2 penampang adalah sebagai berikut: Volume Batubara
:
2530064
BCM Tonase Batubara
: 3289083 Ton
Volume Overburden : 10377339 BCM Berdasarkan
hasil
tersebut
maka didapatkan nilai stripping ratio sebesar 1: 3,18. Hasil perhitungan cadangan
konstruksi
penampang yang baru diantara kedua
sayatan
BCM
batubara dan overburden. Apabila terdapat
menggunakan
100m adalah sebagai berikut:
penampang sebesar 100 meter dan 50 meter dengan asumsi sudut lereng
( 𝑆1 + S2) 2
penampang dengan jarak penampang
masing penam pang dikali dengan jarak
rumus
Hasil perhitungan cadangan
setiap
penampang. Dalam penelitian ini
menggunakan
dengan
menggunakan
sayatan
3
penampang adalah sebagai berikut: Volume Batubara BCM
:
2504699
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
Tonase Batubara
: 3256109 Ton
Volume Batubara
Volume Overburden : 10429584
BCM
BCM
Tonase Batubara Berdasarkan hasil tersebut
maka didapatkan nilai stripping ratio
2500320
: 3250416 Ton
Volume Overburden : 10632025 BCM
sebesar 1: 3,97.
Berdasarkan hasil
Sedangkan
pada
sayatan
dengan jarak 50m didapatkan hasil
sebesar 1: 3,27. Perbandingan
perhitungan
dengan
metode 1 penampang; Volume Batubara
tersebut
maka didapatkan nilai stripping ratio
sebagai berikut: Hasil
:
dengan
perhitungan
menggunakan
sayatan
dengan jarak 100m dan 50m akan :
2520224
BCM
lebih mudah dijelasakan pada grafik yang ada pada gambar 19 dan 20
Tonase Batubara
: 3276292 Ton
dibawah. Pada grafik, menjelaskan
Volume Overburden : 10687923
perbedaan
BCM
berdasarkan
metode
penampangnya
dan
Berdasarkan hasil tersebut
hasil
perhitungan sayatan
jarak
antar
maka didapatkan nilai stripping ratio
sayatan dimana pada jarak sayatan
sebesar 1: 3,26.
100m,
Hasil
perhitungan
dengan
metode 2 penampang; Volume Batubara
batubara
lebih
overburden optimal
dan karena
memberikan hasil yang kecil pada :
2504181
BCM Tonase Batubara
jumlah
: 3255435 Ton
perhitungan
dengan
penampang.
Hasil
metode yang
3
kecil
membantu kita untuk mengurangi
Volume Overburden : 10610967
selisih
BCM
dilakukan produksi. Selisih yang Berdasarkan hasil tersebut
yang
dimaksud
ada
adalah
ketika
telah
kemungkinan
maka didapatkan nilai stripping ratio
adanya kesalahan ketika diambil
sebesar 1: 3,259.
hasil perhitungan yang besar namun
Hasil
perhitungan
metode 3 penampang;
dengan
ketika diproduksi jumlah batubara tidak tercapai sesuai dengan nilai
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
yang mendekati hasil perhitungan
penampang
50m
yang diambil.
dibandingkan
lebih
dengan
optimal
metode
1
penampang dan 2 penampang. Hal Perbandingan Hasil Perhitungan dengan Sayatan Penampang pada Jarak Penampang yang Berbeda
ini menunjukkan bahwa kerapatan jarak
antar
penampang
banyaknya
10800000 10600000 10400000 10200000
jumlah
dan sayatan
OB (50m)
mempengaruhi tingkat optimalisasi
OB (100m)
perhitungan
meggunakan
metode
sayatan penampang. Pada gambar 8 Gambar 7. Perbandingan Volume Overburden dengan Perbedaan Jarak Penampang
3350000 COAL (50m)
3300000 3250000
Coal (100m)
3200000
Gambar 8. Perbandingan Tonase Batubara dengan Perbedaan Jarak Penampang
perhitungan
menggunakan
dengan
metode
sayatan
3
lebih optimal dibandingkan dengan berbagai perhitungan dengan metode sayatan faktor
lain.
Terdapat
yang
beberapa
mempengaruhi
perhitungan cadangan sayatan ini, antara
lain
adalah
penampang,
metode
sayatan
yang
jarak
antar
perhitungan
digunakan,
dan
kompleksitas geologinya. Hal ini akan
mempengaruhi
pada
hasil
perhitungan apabila terdapat over
Berdasarkan bahwa
pada
penampang yang menunjukkan hasil
Perbandingan Hasil Perhitungan dengan Sayatan Penampang pada Jarak Penampang yang Berbeda
perbandingan
juga menunjukkan hasil yang sama
diatas,
terdapat
grafik
estimate akibat adanya perbedaan
didapatkan
luas antara penampang satu dengan
perbedaan
yang
yang lainnya. Over estimate ini akan
cukup signifikan. Pada gambar 7
menyebabkan
untuk hasil perhitungan pada sayatan
menjadi lebih besar karena adanya
1 penampang, 2 penampang dan 3
bidang kosong yang tetap dihitung.
penampang menunjukan bahwa pada sayatan 3 penampang dengan jarak
hasil
perhitungan
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
Perhitungan
cadangan
dengan
Software Permodelan batubara Perhitungan
cadangan
menjadi
perhitungan
cadangan dilakukan pada seam group
dilakukan dengan membagi areal pit potensial
Apabila
blok-blok
tambang. Dalam kasus ini ukuran ukuran blok dibuat 50x50m. Ukuran ini disesuaikan dengan ukuran Long term Design yang dipakai oleh
D dan D1 akan memperoleh hasil sebagai berikut: Volume batubara = 3.147.905 Ton Volume overburden = 9.950.471 BCM SR = 3.12 Bcm/Ton KESIMPULAN 1. Hasil
korelasi
pemboran
perusahaan. Blok-blok tambang ini
menunjukkan adanya
akan menghasilkan jumlah cadangan
batubara dengan arah strike dan
batubara, dan overburden. Dalam
dip sebesar N 140O E / 23O. Seam
perhitungan
batubara
tersebut adalah seam D1 dan D
Permodelan
dan pada hasil korelasi tidak
dengan
cadangan Software
batubara
sudut
digunakan
50⁰
lereng sesuai
yang dengan
rekomendasi geoteknik. Perhitungan cadangan
dibatubara
dilakukan
ditemukan
2 seam
percabangan
pada
seam batubara tersebut. 2. Dari permodelan batubara yang telah
dilakukan,
terdapat
dua
dengan recovery 100% dan ketebalan
seam batubara yang akan dihitung
minumum 0,4 m.
ialah seam D dan D1. Di mana
Perhitungan cadangan dengan software
permodelan
menghitung surface
dengan
yaitu
batubara surface
to
memproyeksikan
area yang direncanakan untuk dibuat pit dan akan dilakukan penambangan
dengan
rincian
sebagai berikut:
topografi ke struktur roof group seam
a. Batas akhir dari desain pit
D, selanjutnya diproyeksikan ke
penambangan yaitu elevasi 30
struktur floor group seam D tersebut.
mdpl dengan luas bukaan 24.6
Perhitungan
Ha.
cadangan
dengan
software ini sangat efektif untuk variasi
topografi
ketebalan batubara.
dan
variasi
b. Desain
pit
menggunakan
geometri lereng dengan single slope sebesar 55 untuk high wall dan side wall sedangkan
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
untuk low wall mengikuti kemiringan batubara. Tinggi jenjang 10 meter dan lebar jenjang 5 meter. 3. Jumlah cadangan batubara yang didapatkan perhitungan
berdasarkan cadangan
dengan
metode sayatan 3 penampang dengan jarak penampang sejauh 50m adalah 3250416 Ton dengan overburden
sebesar
10632025
BCM. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis
mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang tua dan bapak pembimbing 1, Ir. Arsyad AR, M.S dan bapak pembimbing 2, Wahyudi Zahar S.T., M.T yang telah memberi dukungan dalam bentuk bimbingan, fasilitas dan legalitas terhadap penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Annels, A.E. 1991. Mineral Deposit Evaluation, A Practical Chapman & Hall. London Badan Standarisasi Nasional. 1999. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. SNI 5014:1998. Bishop, dan Michele, G. 2000. South Sumatera Basin Province, Indonesia. Open File. Blake. 1989. The Geological Regional and Tectonic of
South Sumatera Basins. Indonesia Petroleum Association, 11th Annual Convention Proceeding: Jakarta De Coster, G. L. 1974. The Geology of the Central and South Sumatra Basins. Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual Convention Proceeding: Jakarta Hartman, H.L. 1987. Introductory Mining Engineering, John Wiley & Sons: Singapore. Indonesianto, Y dan Sidiq. H. 2017, Perencanaan Tambang Terbuka, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Yogyakarta. Irwandy, Arif. 2002. Perencanaan Tambang. Institut Teknologi Bandung: Bandung Mahrunzen, A Machali Muchsin, Dudi Nasrudin Usman. Estimasi Cadangan Batubara Dengan Menggunakan Metode Cross Section Pada Daerah Rencana Penambangan Pit F, Blok III, Site Air Kotok Di PT. Ratu Samban Mining, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Prosiding Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung: ISSN: 2460-6499 Notosiswoyono, Sudarto. 2005. Metode Perhitungan Cadangan, Edisi 1. Institut Teknologi Bandung: Bandung. Prodjosumerto, P. 1989. Tambang Terbuka (Surface Mining). Institut Teknologi Bandung: Bandung
Jurnal Teknik Kebumian, Juli 2019
Pulonggono, A dan Cameron, N.R., 1984, Sumatran Microplates, Their Characteristic and Their Role in The Evolution of The Central and South Sumatra Basin, Proceedings Indonesian Petroleum Association, 13th Annual Convention Saputra, Narendra. 2013. Estimasi Cadangan Batubara Dengan Menggunakan Metode Cross Section Pada Daerah Rencana Penambangan Pit F, Blok Iii, Site Air Kotok Di Pt. Ratu Samban Mining, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta : Yogyakarta Sinclair, Alastair J dan Blackwell, Garston H. 2005. Applied Mineral Inventory Estimation. Cambridge University Press: Cambridge Siyoto, Sandi, dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing: Yogyakarta Wisnu dan Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM: Bandung