Acc Aids [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH



: SISTEM IMUN DAN HAEMATOLOGI



DOSEN



: ZAKARIA, S.KEP,,NS



HIV/AIDS



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1 SRI RAHMA WAHYUNI (1331010015) ADNAN.M (133010001) MUKHLIS (133010050) HARIANTI ( 133010042) JUMRIANI (133010025) SUHARNI (1331034) AYU WULANDARI (133010021)



UNIVERSITAS PATRIA ARTHA T.A 2014



BAB I PENDAHULUAN Sistem daya tahan tubuh Adalah struktur yang luar biasa efektif yang menggabungkan ketegasan, kemampuan merangsang dan kemampuan beradaptasi. Namun, kegagalan dalam bertahan dapat muncul dan dikategorikan menjadi tiga bagian besar : 1. Immunodeficienci Immunodefisiensi terjadi ketika satu atau lebih komponen sistem daya tahan tubuh tidak aktif.  Di negara maju, obesitas, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang menjadi penyebab utama dari memburuknya fungsi daya tahan tubuh. Sebaliknya, malnutrisi adalah penyebab paling umum dari immunodefisiensi di negara berkembang.  Diet kurang protein menyebabkan terganggunya sel-sel daya tahan tubuh, aktivitas komplemen, fungsi phagosit, konsentrasi antibodi iga dan produksi cytokin.  Kekurangan salah satu nutrisi seperti zat besi, tembaga, selenium, vitamin A,C,E dan B6 dan asam folic (vit B9) juga mengurangi respon daya tahan tubuh.  Hilangnya thymus pada usia dini melalui mutasi genetik atau operasi penghilangan berakibat immunodefisiensi parah dan tingginya kemungkinan terkena infeksi.  AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Ini merupakan penyakit problematik bagi sistem daya tahan tubuh karena virus sebenarnya menyerang sel sistem daya tahan tubuh. Secara khusus, ia bereproduksi dalam sel T Helper dan membunuhnya dalam proses. Tanpa sel T Helper yang mengatur segala hal, sistem daya tahan tubuh pada akhirnya akan runtuh dan korban meninggal akibat infeksi lain yang seharusnya dapat diatasi oleh sistem daya tahan tubuh. 2. Autoimun Terkadang sistem daya tahan tubuh membuat kesalahan. Respon daya tahan tubuh yang overaktif merupakan disfungsi daya tahan tubuh, disebut gangguan autoimun. Di sini, sistem daya tahan tubuh gagal dalam membedakan secara tepat antara self dan non-self, dan menyerang bagian tubuh. Sistem daya tahan tubuh dengan beberapa alasan menyerang tubuh sendiri dengan cara yang sama ia biasanya menyerang kuman. Dua penyakit umum yang disebabkan oleh gangguan autoimun: Juvenile-onset diabetes, yang terjadi karena sistem daya tahan tubuh menyerang dan mengeliminasi sel-sel pankreas yang memproduksi insulin; Rheumatoid Arthritis terjadi karena sistem daya tahan tubuh menyerang jaringan di dalam sendi.



3. Hiversensivitas Alergi adalah bentuk lain dari kesalahan sistem daya tahan tubuh. Dalam beberapa hal, pada orang yang memiliki alergi, sistem imun bereaksi secara kuat terhadap pemicu alergi yang seharusnya diacuhkan. Pemicu alergi bisa merupakan makanan tertentu, serbuk tertentu atau bulu binatang tertentu.



BAB II KONSEP MEDIS A. Pengertian (AIDS) Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain: 1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999) 2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005) HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menurunkan kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentang terhadap sembarang infeksi ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus. namun penyakit ini belum benarbenar bisa disembuhkan.



B. Etiologi HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005) Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : a) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala b) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness c) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada d) Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut e) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.



C. Patofisiologi 1. Mekanisme infeksi virus Infeksi Virus HIV-1(USA)/HIV-2(Afrika) ↓ Berikatan dengan reseptor CD4 + dan juga chemokine coerreceptor (limfosit T Helper. Limfosit B, makrofag, sel di CNS) ↓ Internalisasi virus ke sel Host ↓ Sintesis DNA dengan reverse transcript ase enzyme ↓ Gangguan pada materi genetik sel host Sel berfungsi abnormal dan sel mati Depresi system imun tubuh REPLIKASI VIRUS HIV Integrasi DNA virus dengan DNA host dibantuoleh integrase enzyme(provirus) ↓ Transkripsi DNA virus menjadimRNA ↓ Translasi mRNA untuk membuat poliprotein ↓ Cleavage, pemotongan rantai poliprotein oleh enzyme protease ↓ Protein dan RNA berkumpul membentuk virus baru ↓ Pelepasan virus-virus HIV kealiran darah ↓ Menyerang sel lain (mengulangi proses seperti semula)



2. Mekanisme AIDS Kontak langsung (membran/aliran darah) dengan cairan tubuh yang mengandung HIV HIV berikatandengan CD4+ Sel T4 terinfeksi dan ikut dalam cairan tubuh infeksi Banyak CD4+ yang terinfeksi Fungsi sel T4 ↓↓ Mengaktifasi respon imun Sel T4 terinfeksi diaktifkan                                                     Sel killer penjamu mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi



Jumlah sel T4 ↓↓ Sistem imun seluler melemah (imunosupresi) Patogen mudah masuk ke dalam tubuh Virus berpoliferasi Infeksi yang parah pada neurologik, sistem respirasi, sistem GI, hepar, dan sistem integumen



D. Manifestasi Klinis Gejala-gejala yang umum orang yang tertular HIV/AIDS biasanya adalah: 1. Berat badan turun secara mencolok, biasanya lebih dari 10% dalam waktu 1 bulan 2. Demam lebih dari 38oC, disertai keringat tanpa sebab yang jelas pada malam hari 3. Diare kronis lebih dari 1 bulan 4. Rasa lelah berkepanjangan 5. Pembesaran kelenjar getah bening yang menetap, biasanya di sekitar leher dan lipatan paha 6. Gatal-gatal; Herpes kulit; serta Kelainan lain pada kulit, rambut, mata, rongga mulut, alat kelamin dan lainnya.  Gejala Mayor  Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnormal  Diare kronik lebih dari 1bulan  Demam lebih dari1bulan  Gejala Minor  Limfadenopati generalisata  Kandidiasis oro-faring  Infeksi umum yang berulang  Batuk parsisten  Dermatitis



E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Test untuk diagnosa HIV/AIDS  ELISA (positif; hasiltes yang positifdipastikandengan western blot)  Western blot (positif), , dilakukanuntukmendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairanmulut, darahkering, atauurin pasien  P24 antigen test (positifuntuk protein virus yang bebas)  Kultur HIV(positif; kalaudua kali uji-kadarsecaraberturutturutmendeteksienzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengankadar yang meningkat)  Serologi  Tes antibody serum Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa  Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)  Sel T limfosit Penurunan jumlah total  Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah  T8 ( sel supresor sitopatik ) Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.  P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) ) Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi



2.



3.



4. 5.



 Kadar Ig Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal  Reaksi rantai polimerase Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.  Tes PHS Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun  LED (normal namunperlahan-lahanakanmengalamipenurunan)  CD4 limfosit (menurun; mengalamipenurunankemampuanuntukbereaksiterhadap antigen)  Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)  Serum mikroglobulin B2 (meningkatbersamaandenganberlanjutnyapenyakit)  Kadar immunoglobulin (meningkat) Tes untuk mengetahui riwayat penyakit Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spinal, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral. Tes neurologis EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) Tes Lainnya  Sinar X dada  Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain  Tes Fungsi Pulmonal  Deteksi awal pneumonia interstisial  Skan Gallium  Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.  Biopsis  Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi  Brankoskopi / pencucian trakeobronkial  Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paruparu



F. Komplikasi 1. Oral lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 2. Neurologi  Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social



3.



4.



5.



6.



 Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial  Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.  Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) Gastrointestinal  Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.  Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.  Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan diare. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis. Sensorik  Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan  Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.



G. Penatalaksanaan Medis Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :  Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi  Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi  Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya  Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya  Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir Adapun apabila terinfeksi human immunodeficiency virus, maka terapinya: 1. Pengendalian infeksi opurtunistik



2.



3.



4.



5.



6.



Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. Terapi AZT (azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya 3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3. Terapi Antiviral baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :  Didanosine  Ribavirin  Diedoxycytidine  Recombinant CD 4 dapat larut Vaksin dan rekontruksi virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Menghindari Infeksi Lain karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).



BAB III KONSEP KEPERAWATAN



A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah 1. Aktivitas / istirahat. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise 2. Sirkulasi. Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis. 3. Integritas ego. Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis. 4. Elimiinasi. Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal. 5. Makanan / cairan. Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema. 6. Neurosensori. Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat. 7. Nyeri / kenyamanan. Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit. 8. Pernafasan. Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah. 2. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal. 3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat. 4. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan). 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.



C. Intervensi dan Rasional



NO 1



DIAGNOSA Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.



INTERVENSI Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia, meringis. Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam. Dorong pengungkapan perasaan



Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam.



2



RASIONAL Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi. Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.



Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit. Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman, mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam dapat mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan atau kelebihan obat-obatan. Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.



Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit. Perubahan nutrisi Kaji kemampuan untuk Lesi mulut, tenggorok yang kurang dari mengunyah, perasakan dan esophagus dapat kebutuhan tubuh dan menelan. menyebabkan disfagia, dihubungkan dengan penurunan kemampuan gangguan intestinal pasien untuk mengolah ditandai dengan makanan dan penurunan berat mengurangi keinginan badan, penurunan untuk makan. Hopermotilitas saluran nafsu makan, kejang Auskultasi bising usus intestinal umum terjadi perut, bising usus dan dihubungkan dengan hiperaktif, muntah dan diare, yang keengganan untuk dapat mempengaruhi makan, peradangan pilihan diet atau cara



rongga bukal Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika memungkinakan sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat merangsang nafsu makan Batasi makanan yang menyebabkan mual atau muntah. Hindari menghidangkan makanan yang panas dan yang susah untuk ditelan



3



makan. Melibatkan orang terdekat dalam rencana member perasaan control lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan makanan nonistitusional mungkin juga meningkatkan pemasukan.



Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan menyebabakan pasien enggan untuk makan. Tindakan ini akan berguna untuk meningkatakan pemasukan makanan. Tinjau ulang Mengindikasikan status pemerikasaan nutrisi dan fungsi organ, laboratorium, misal dan mengidentifikasi BUN, Glukosa, fungsi kebutuhan pengganti. hepar, elektrolit, protein, dan albumin. Berikan obat anti emetic Mengurangi insiden misalnya metoklopramid. muntah dan meningkatkan fungsi gaster Resiko tinggi Pantau pemasukan oral Mempertahankan kekurangan volume dan pemasukan cairan keseimbangan cairan, cairan berhubungan sedikitnya 2.500 ml/hari. mengurangi rasa haus dengan diare berat dan melembabkan membrane mukosa Buat cairan mudah Meningkatkan diberikan pada pasien; pemasukan cairan gunakan cairan yang tertentu mungkin terlalu mudah ditoleransi oleh menimbulkan nyeri pasien dan yang untuk dikomsumsi



4



Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otototot pernafasan)



menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, misalnya Gatorade. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus. Hilangakan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan atau konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika dibutuhkan Berikan obat-obatan anti diare misalnya ddifenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, paregoric. Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan, atau kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius. Misalnya krekels, mengi, ronki. Catat kecepatan pernafasan, sianosis, peningkatan kerja pernafasan dan munculnya dispnea, ansietas



Tinggikan kepala tidur. Usahakan untuk berbalik, menarik nafas kebutuhan.



tempat pasien batuk, sesuai



Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan melalui cara yang sesuai



karena lesi pada mulut.



Indicator tidak langsung dari status cairan. Mungkin dapat mengurangi diare



Menurunkan jumlah dan keenceran feses, mungkin mengurangi kejang usus dan peristaltis. Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi atau infeksi pernafasan, misalnya pneumoni,



Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas, menuncukkan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi medis Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis. Mempertahankan oksigenasi efektif untuk mencegah atau



5



misalnya kanula, masker, inkubasi atau ventilasi mekanis Intoleransi aktivitas Kaji pola tidur dan catat berhubungan dengan perunahan dalam proses penurunan produksi berpikir atau berperilaku metabolisme ditandai dengan kekurangan energy Rencanakan perawatan yang tidak berubah untuk menyediakan fase atau berlebihan, istirahat. Atur aktifitas pada waktu pasien sangat ketidakmampuan berenergi untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi. Dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, misalnya perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, pergi makan Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi pernafasan atau jantung Rujuk pada terapi fisik atau okupasi



memperbaiki pernafasan



krisis



Berbagai factor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan efeksamping obat-obatan Periode istirahat yang sering sangat yang dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan control diri. Memungkinkan penghematan energy, peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan dan rasa frustasi. Toleransi bervariasi tergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan tipe penyakit. Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot



D. Implementasi keperawatan NO. DX. KEPERAWATAN IMPLEMENTASI Nyeri berhubungan dengan 1. Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, 1. inflamasi/ kerusakan jaringan intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai



2.



3.



ditandai dengan keluhan nyeri, gejala nonverbal misalnya gelisah, perubahan denyut nadi, kejang takikardia, meringis. otot, ataksia, lemah otot dan 2. Menginstruksikan pasien untuk gelisah. menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam. 3. mendorong pengungkapan perasaan 4. Memberikan analgesik atau antipiretik narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam 5. Melakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit. Perubahan nutrisi yang kurang 1. Mengkaji kemampuan untuk mengunyah, dari kebutuhan tubuh perasakan dan menelan dihubungkan dengan gangguan 2. mengauskultasi bising usus intestinal ditandai dengan 3. Merencanakan diet dengan orang terdekat, penurunan berat badan, jika memungkinakan sarankan makanan penurunan nafsu makan, kejang dari rumah. Sediakan makanan yang perut, bising usus hiperaktif, sedikit tapi sering berupa makanan padat keengganan untuk makan, nutrisi, tidak bersifat asam dan juga peradangan rongga bukal minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat merangsang nafsu makan. 4. membatasi makanan yang menyebabkan mual atau muntah. Hindari menghidangkan makanan yang panas dan yang susah untuk ditelan. 5. meninjau ulang pemerikasaan laboratorium, misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, protein, dan albumin. 6. Memberikan obat anti emetic misalnya metoklopramid. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat



1. Memantau pemasukan oral dan pemasukan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari 2. Membuat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, misalnya Gatorade. 3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus. 4. Menghilangkan makanan yang potensial



menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan atau konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika dibutuhkan. 5. Memberikan obat-obatan anti diare misalnya difenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, paregoric. 4.



Resiko tinggi pola nafas tidak 1. Mengauskultasi bunyi nafas, tandai daerah efektif berhubungan dengan paru yang mengalami penurunan, atau proses infeksi dan ketidak kehilangan ventilasi, dan munculnya bunyi seimbangan muskuler adventisius. Misalnya krekels, mengi, (melemahnya otot-otot ronki pernafasan) 2. Mencatat kecepatan pernafasan, sianosis, peningkatan kerja pernafasan dan munculnya dispnea, ansietas. 3. Meninggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan.. 4. Mmberikan tambahan O2 Yng dilembabkan melalui cara yang sesuai misalnya kanula, masker, inkubasi atau ventilasi mekanis.



5.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas seharihari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.



1. Mengkaji pola tidur dan catat perunahan dalam proses berpikir atau berperilaku. 2. Merencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas pada waktu pasien sangat berenergi. 3. Mendorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, misalnya perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, pergi makan. 4. Memantau respon psikologis terhadap aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi pernafasan atau jantung. 5. Merujuk pada terapi fisik atau okupasi.



E. Evaluasi Hasil yang diharapkan. 1. Keluhan nyeri hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks, dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.



2.



3. 4. 5.



Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy. Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi. Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas. Melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. 2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia. 3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.