Adat Istiadat Yang Melanggar Kesrawan) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KWANGKAI



Disusun oleh : Reissa Yunia 15820054 Kelas C



Dosen Pembimbing : Drh Era Hari Mudji M.Vet



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2015



KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan makalah Penghayatan Profesi Veteriner. Laporan ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah penghayatan profesi veterine. Selain itu, sasaran dalam menyusun Tugas Makalah Kwangkai untuk mengembangkan kesadaran setiap invidu masa kini akan kesejahteraan hewan. Dasar pemikiran dalam pemilihan judul ini adalah memperkenalkan salah satu budaya di Indonesia yang melanggar kesejahteraan hewan. Menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini belum sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Dengan ini mengucapkan terima kasih kepada :



1. Drh. Era Hari Mudji M.Vet selaku dosen pembimbing 2. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan laporan ini.



Surabaya, 1 November 2015



Penyusun



DAFTAR ISI



Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I Pendahuluan Latar Belakang 1 Permasalahan 4 Tujuan 4 BAB II Tinjauan Pustaka 5 BAB III Permasalahan 8 BAB IV Kesimpulan 9 Daftar Pustaka 10



BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang



masih



dijalankan



dalam



masyarakat



atau



dapat



pula



diartikan



sebagai penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar, biasanya dari suatu kebudayaan, waktu, negara, dan agama. Dengan jumlah pulau yang sangat banyak Indonesia tentunya tidak hanya memiliki segelintir tradisi saja. Tradisi-tradisi yang ada di Indonesia dimulai dari tradisi seni, agama, dan lainnya. Bahkan Indonesia saatnya terkenal di dunia akan tradisi nya yang begitu unik serta beraneka ragam, hal ini juga didukung karena factor banyaknya macam suku yang ada di Indonesia. Tradisi-tradisi yang dilakukan pun bukan tanpa tujuan antara lain untuk penyambutan kedatangan,



penyembahan kepada roh nenek moyang sebagai rasa terima kasih, persembahan kepada keluarga yang telah meninggal, wujud permohonan untuk hasil panen yang melimpah dan kehidupan yang makmur, memohon pertolongan pada saat sedang terjadi kesusahan didaerahnya, serta adapula yang hanya sebagai sarana hiburan pada saat sedang berkumpul dengan para tetangga dan sanak saudara yang datang dari tempat yang jauh. Terkadang tradisi yang dilakukan sangat melanggar tentang kesejahteraan hewan yang saat masih ini sangat minim dilingkungan masyarakat. Namun sebuah tradisi tidaklah mudah untuk dihapus karena beberapa factor, dan mungkin akan merugikan beberapa pihak. Saat inipun sedang diupayakan beberapa usaha untuk meminimalisir rasa sakit hewan pada saat dikurbankan. Hal ini selalu menjadi tantangan bagi para dokter hewan dalam mendukung kesrawan. Kebanyakan tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia ialah tradisi memohon hasil panen yang melimpah demi mendapat kehidupan yang makmur. Didaerah Kalimantan Timur khususnya , masyarakat akan melakukan tarian serta pengorbanan kepada para roh nenek moyang agar diberi kemudahan dalam bercocok tanam dan kehidupan yang baik dan menunjang. Salah satu contoh tradisi permohonan dengan cara pengorbanan ialah dengan mengorbankan hewan ternak yang dianggap paling mahal, contohnya adalah babi. Namun jika tradisi hanya dilakukan oleh segelintir orang saja, ataupun hanya dilakukan oleh beberapa kepala keluarga maka hewan yang dikurbankan pun disesuaikan ukurannya. Jika yang melakukan hanya sebuah kepala keluarga maka hewan yang akan dikurbankan adalah seekor ayam ataupun babi.



Upacara yang paling terkenal dan yang menjadi sebuah tradisi yang digelar setiap tahun oleh masyarakat Kalimantan Timur khususnya didaerah Kutai Barat yang letaknya 8 jam dari ibu kota Kalimantan Timur, Samarinda. Ialah tradisi pemotongan kerbau atau yang biasa disebut dengan Kwangkai. Kwangkai sendiri berarti “bangkai” yang dimana hasil dari sembelihan sebagian akan dipersembahkan kepada keluarga yang telah meniggal. Dimana seluruh rakyat desa serta para tetua desa akan berkumpul disebuah lapangan yang luas dan seekor kerbau ditengahnya yang diikat dengan sebuah tali yang terbuat dari rotan yang dililit menjadi satu dan diikat melilit dileher kerbau, sementara ujung tali rotan diikat pada sebuah patung belontang (panting berbentuk tonggak) yang ditanamkan ditanah sengat dalam, agar tidak mudah tercabut pada saat kerbau berusaha untuk melarikan diri. Setelah kerbau diikat, beberapa orang terpilih akan beramai-ramai berdiri melingkar dengan mengambil jarak terjauh dari ikatan tali leher kerbau sambil memegang sebuah tombak dan sebuah tongkat yang digunakan untuk menyiksa kerbau pada saat ingin mendekat, setelah kerbau merasa kelelahan maka sesi penyembelihan pun dimulai, dan biasanya yang melakukan penjagalan adalah orang yang dianggap penting. Dan pula, karena diwilayah kutai barat merupakan mayoritas nasrani jadi penyembelihan secara halal pun tidak menjadi sebuah keharusan. Upacara perayaan ini merupakan ciri adat budaya yang hanya ada dikutai barat, berasal dari suku dayak tunjung, benuaq, dan bentian. Tradisi ini dianggap sebagai visi dan misi dari kutai barat demi melestarikan budaya daerah, hal inilah yang membuat tradisi ini sangat sulit untuk di hapuskan. Dilain pihak tradisi ini



dianggap penting dan harus dilaksanakan sedemikian rupa demi mendapat hasil yang mendapatkan suatu kebanggan tersendiri, namun jika dilihat dari sudut pandang dokter hewan, tradisi ini sangatlah mengenaskan dan sangatlah melanggar kesejahteraan hewan.



Permasalahan 1. Mengapa



sebelum



dilakukan



penyembelihan



harus



dilakukan



“penyiksaan melemahkan” kerbau terlebih dahulu? 2. Bagaimana semestinya sebagai seorang calon dokter hewan kita menyikapinya? Tujuan a. Mahasiswa mengetahui tradisi yang melanggar Kesrawan b. Mahasiswa mengetahui awal mula tradisi yang melanggar Kesrawan dilakukan c. Mahasiswa mengetahui mekanisme apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir rasa sakit pada hewan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam kepercayaan masyarakat, adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang masih hidup untuk menyelenggarakan upacara membunuh kerbau sebagai persembahan bagi keluarga yang telah meninggal dunia. Upacara ini diselenggarakan dalam tiga tahap dan membutuhkan dana yang besar. Penyelenggaraannya tidak harus segera setelah keluarga meninggal dunia, namun dapat menunggu sampai pihak keluarga benar-benar siap secara materi. Penyelenggaraan upacara ini adalah satu-satunya cara yang diakui secara adat untuk menunjukkan rasa cinta kasih anak kepada keluarga yang telah meninggal. Selain itu juga untuk menghormati dan membalas budi keluarga serta mendoakan agar arwahnya dapat melewati alam yang baik sebagaimana yang diyakini masyarakat.



Upacara perayaan pemotongan kerbau ini memberikan rasa bangga tersendiri bagi keluarga yang telah meninggal dan bagi keluarga yang masih hidup. Kerbau yang telah disembelih dagingnya akan dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga yang masih hidup, sedangkan sebagian hati,jantung, serta darahnya akan dipersembahkan kepada keluarga yang telah meninggal dengan mengantarkannya kekuburan. Tata cara upacara perayaan kwangkai ini dilakukan dengan dua buah patung dari kayu Ulin yang puncaknya dibuat berbentuk manusia, berdiri tegak di lapangan seluas kira-kira separuh lapangan sepak bola. Dua patung setingi 3 meter dari permukaan tanah itu, ditempatkan dengan jarak lebih kurang 20 meter. Dibagian bawah tiap patung belontang diikatkan jalinan rotan yang pada ujungnya terikat Kerbau dalam kandang yang terbuat dari kayu bulat seukuran lengan orang dewasa. Didalam masing-masing kandang, juga terdapat satu ekor babi dan satu ekor ayam. Disamping kandang tampak tiga orang pria paruh baya berpakaian corak tenun ulap doyo dan memakai ikat kepala mengucapkan mantera sambil memegang tombak. Lama acara kwangkai ini dilakukan sesuai dengan kemampuan materi keluarga untuk menyediakan konsumsi bagi para keluarga yang datang, keluarga yang datang dari tempat yang jauh akan diberikan tempat untuk menginap. Umumnya acara ini akan diadakan selama kurang lebih 30 hari. Usai membacakan mantera, Babi dan ayam di dekatkan ke Belontang,salah satu dari tiga pria yang membacakan mantera menusukkan mandau ke tubuh Babi lalu menyembelih ayam, darah yang keluar dari dua



hewan ternak itu disangga dalam mangkok kecil. Dalam ritual Kwangkai itu, juga disertakan tiga tengkorak kepala nenek moyang orang memliki hajatan. Tengkorak yang dibungkus kain batik itu dibawa dipunggung kerabat pria yang memegang tombak. Usai sambutan, acara yang ditunggu-tunggu warga setempat dan para keluarga yang meninggal dimulai yaitu pemotongan kerbau. Sebelum dipotong atau disembelih, pada ritual tersebut, kerbau terlebih dahulu di lumpuhkan dengan ditombak. Acara menombak kerbau ini lah yang membuat warga antuasias untuk menyaksikannya. Kerbau yang diikatkan di Belontang dengan tali rotan sepanjang kurang lebih 5 meter itu dikeluarkan dari kandangnya. Keluar dari kandangnya Kerbaupun berlari, namun karena terikat di Belontang, hewan bertubuh besar itu seakan mengitari patung ulin tersebut. Diujung rambut ekor pada akan dibakar agar kerbau merasa kepanasan sehingga kerbau lebih cepat berlari karena merasa kesakitan. Semakin banyak kerbau bergerak maka akan semakin mudah pula kerbau untuk ditombak dan dilemahkan. Orang yang menombak kerbau terlebih dahulu merupakan orang yang dihormati, lalu diikuti lainnya, sasaran tombak dipusatkan pada paha atas kaki belakang kerbau. Kerbau pun lemah, dan direbahkan ke pangkal Belontang kemudian disembelih. Masing-masing warga tampak menyanggai darah Kerbau itu, lalu mengoleskannya ke patung Ulin tersebut lalu menoleskan kewajah mereka. Saat kerbau mati gong ditabuh, dan pemuka adat kembali membacakan mantera di dekat Kerbau sebagai akhir dari acara.



BAB III PEMBAHASAN Melestarikan sebuah tradisi memang sangatlah perlu terutama dijaman modern ini dimana sudah tidak banyak orang yang peduli ataupun memiliki waktu untuk melakukannya. Namun bagi beberapa orang melakukan ritual masihlah sangat perlu walaupun harus mengorbankan banyak hal, mulai materi hingga waktu bahkan harga diri. Beberapa ritual yang dilakukan oleh masyarakat memang terkadang melanggar kesejahteraan hewan, hal ini dilakukan demi mendapat suatu hasil ataupun rasa bangga tersendiri bagi kaum-kaum yang melaksanakannya. Salah satunya yaitu tradisi kwangkai ini yang dimana sebelum kerbau disembelih kerbau akan merasakan penyiksaan yang luar biasa, diawali dengan kerbau ditombak untuk melemahkannya



dan merasa kepanasan karena ekornya dibakar agar



kerbau bersikap lebih agresif. Saat dilakukan penombakan kerbau dalam keadaan



terikat pada sebuah patung yang membatasi jauhnya pergerakannya. Setelah kerbau lemah, kerbau akan jatuh terbaring dan selanjutnya dilanjutkan dengan penyembelihan. Penyembelihannya dilakukan dengan cara menggunakan sebuah pisau besar yang tajam yang diletakkan didepan leher kerbau yang telah terbaring lemah ditarik menembus ke tengkuk belakang kerbau. Tanpa melihatnya secara langsung pun kita dapat membayangkan betapa sadis dan mengenaskannya hal ini. Penyiksaan ini dilakukan terhadap kerbau



dengan tujuan awalnya untuk



melemahkan sang kerbau, namun lama kelamaan hal ini menjadi sebuah acara pertunjukkan yang menarik sehingga menarik semua warga desa untuk menyaksikannya. Maka ritual penyiksaan inipun dilakukan sedemikian rupa. Bagi mereka yang menombak tepat dibagian atas kaki belakang sang kerbau mereka akan merasa sangat bangga dan sangat keren. Dilihat dari sudut pandang manapun hal ini sangatlah tidak perlu dilakukan karena penyiksaan hanya bertujuan memenuhi kesenangan warga sekitar desa belaka. Ditambah lagi hal ini dilakukan disebuah tanah lapang yang luas agar dapat disaksikan oleh orang banyak, hewan tidak hanya merasakan sakit namun juga rasa malu dan terancam yang luar biasa. Bagi masyarakat desa, hal ini merupakan hal yang biasa karena kerbau hanyalah seekor hewan yang dimana populasinya masih banyak dan dapat dengan mudah untuk didapatkan, dan nyawa seekor hewan tidaklah “seberharga” nyawa manusia. Pemikiran masyarakat desa yang masih tergolong “kuno” inilah penyebab utama hal ini terjadi, karena jika saja masyarakat desa diberi pengetahuan bahwa menyakiti hewan dengan cara yang tidak pantas sama saja dengan menyakiti makhluk Tuhan. Di agama mana



pun pasti mengajarkan jika menyakiti sesama makhluk Tuhan adalah dosa, tetapi berbeda halnya dengan beberapa kepercayaan yang masih tergolong sangat primitif yang dimana terkadang beranggapan bahwa menyakiti sesama makhluk hidup merupakan sebuah perintah Dewa/Tuhan yang mereka percayai. Selain



memberikan



pengetahuan



kepada



warga



desa



bagaimana



pentingnya sebuah kesrawan memberikan sebuah surat berisikan tentang bagaimana semestinya hewan diberlakukan serta sebuah surat tentang bahwa sebenarnya beberapa ritual yang dilakukan daerahnya itu melanggar kesrawan, kepada pemimpin suatu daerah juga sangatlah perlu, karena “bagaimana warga nya mau beruba pemimpinnya saja menyuruh”. Jadi, untuk memulai suatu perubahan secara perlahan perlu dilakukan beberapa upaya yang dimulai dari para pemimpinnya.



BAB IV KESIMPULAN Didunia modern ini kesrawan merupakan sesuatu yang sepatutnya kita perjuangkan karena sudah tidak jaman lagi kita membuang banyak waktu, tenaga ataupun materi hanya untuk melakukan sebuah ritual yang dimana harus selalu dilakukan dengan melakukan penyiksaan terhadap hewan. Jika kita memang hanya membutuhkan darah atau organ dalam tubuhnya dapat kita lakukan dengan cepat dan tak terasa sakit serta menyiksa pada hewan. Hal ini dapat dilakukan menggunakan berbagai macam bioteknologi yang ada, jenis hewan yang digunakan pun dapat diganti dengan menggunakan jenis hewan yang memang sepantasnya untuk dikonsumsi, populasinya tergolong selalu ada serta mudah untuk dikembangbiakkan, agar pengorbanan hewan yang digunakan sebuah ritual tidaklah sia-sia.



Untuk memulai sebuah perubahan terhadap suatu ritual tertentu tidak dapat dilakukan secara spontan dan cepat, karena pemikiran warga yang masih sempit perlu dilakukan dengan cara yang perlahan dan memberikan keuntungan bagi mereka. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi sebuah kesalahpahaman antar kedua belah pihak.



DAFTAR PUSTAKA



Anonimous. 2012. Suku Dayak di Kalimantan Timur . http://tamadibalikamatdayak.blogspot.co.id/2012/01/suku-dayak-di-kalimantan-timur.html VIVABORNEO.



2014.



Kwangkai



Sebagai



Simbol



http://www.vivaborneo.com/kwangkai-sebagai-simbol-cinta.htm



Cinta.