Adhd Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFISIT HIPERACTIFITY DISORDER)



Dosen Pembimbing: Alwin Widhiyanto, S.Kep., Ns., M.Kes



Disusun Oleh Kelompok: 1. Devi Kuspita Sari 2. Lia Barkatur Rohmaniyah 3. Mohammad Syaifuddin



(14201.11.19003) (14201.10.18018) (14201.11.19027)



SARJANA KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PADJARAKAN-PROBOLINGGO 2020-2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita sebagai umatnya hingga akhir zaman. Pada makalah ini, penulis membahas mengenai “ADHD (Attention Defisit Hiperactifity Disorder)”. Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakan beberapa sumber sebagai referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan Jurnal. Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. 2. Dr. Nur Hamim, SKM., M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong. 3.



Iin Aini Isnawati S,Kep,. N,s. M.Kes selaku Wali Kelas Sarjana Keperawatan Tingkat 2.



4.



Alwin Widhiyanto, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 1.



Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.



Genggong,…… 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ADHD (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder)Menurut pemaparan Dr Eliyati dari Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia (Akeswari) yaitu gangguan ini merupakan jangka panjang yang menyerang anak hingga dewasa (Noviarni Sri, 2016). Attentions Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) di Indonesia angkanya termasuk cukup tinggi, dengan jumlah mencapai 26,4%. Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN) pravalensi anak dengan ADHD tahun 2007 bahwa terdapat 82 juta populasi anak di Indonesia, satu diantara lima anak dan remaja dibawah usia 18 tahun mengalami masalah kesehatan jiwa, sedikitnya ada 16 juta anak mengalami masalaha kejiwaaan termasuk ADHD. Gangguan hiperaktivitas ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada anak usia sekolah sampai remaja, bahkan apabila tidak segera ditangani maka akan berpengaruh kepada masa depan seseorang (Barkley,1981). Menurut Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak (2002), menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Gangguan ini perlu ditangani sedini mungkin untuk menghindari kemungkinan akan mengakibatkan efek yang lebih berat di saat dewasa. Sebagian besar anak dengan Attentions Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) menunjukkan gejala utama yaitu aktivitas yang berlebihan, tidak dapat diam,selalu ingin bergerak, tidak mampu memusatkan perhatiannya dan menunjukkan impulsivitas yang mengakibatkan anak memiliki kesulitan berinteraksi dengan anak lain. Selain itu gangguan ini berasal fungsi otak yang kronis, yang mengakibatkan fungsi kognitif tidak berkembang sesuai usia anak normal lainnya. Penderita gangguan ini lebih sering mengalami kesulitan mengendalikan emosi dari pada anak normal,kemampuan bertoleransi terhadap frustasi rendah dan emosinya mudah meledak (Saputro,2009). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :



1. Apa definisi dari ADHD ? 2. Apa etiologi dari ADHD ? 3. Apa saja gambaran klinis dari ADHD ? 4. Apa saja klasifikasi dari ADHD ? 5. Apa patofisiologi dari ADHD ? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ADHD ? 7. Apa saja penatalaksanaan dari ADHD ? 8. Apa saja diagnosA dari ADHD ? 9. Apa saja asuhamn keperawatan dari ADHD ? 1.3. Tujuan 1. Tujuan umum Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak serta untuk mengetahuan pemberian asuhan keperawatan pada pasien Attentions Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) 2. Tujuan khusus a) Bagi pembaca Diharapkan dengan paparan materi yang diberikan dapat menberikan pengetahuna mengenai anak dengan ADHD b) Bagi penyusun Setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun dapat lebih memahami materi mengenai anak ADHD, yaitu: a. Untuk mengetahui devinisi ADHD b. Untuk mengetahu penyebab seseorang anak penderita ADHD c. Untuk mengetahui Etiologi ADHD d. Untuk mengetahui Klasifikasi ADHD e. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik ADHD f. Untuk mengetahui Patofisiologi ADHD



g. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD h. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang pada anak ADHD i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada anak ADHD j. Untuk mengetahui masalah / Diagnosa Keperawatan pada anak ADHD 1.4. Manfaat 1. Bagi institusi pendidikan Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam memahami anak dengan ADHD (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder). Serta sebagai bahan mata ajar dalam proses belajar mengajar di Isntitusi 2. Tenga kesehatan (perawat) Agar mengetahui tentang anak dengan ADHD (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder). Sehingga bisa mengaplikasikanya dalam dunia kerja. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakat. 3. Mahasiswa Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang anak dengan ADHD (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder).



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Devinisi Ganguan pemusatan perhatian/Hiperaktivitas (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder ADHD) adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa kanak-kanak; mengenai 7% hingga 10% semua anak, dan hingga 5% orang dewasa (Vessey & Wilkinson, 2008). ADHD detandai dengan tidak perhatian, implusivitas, mudah terdistraksi, dan hiperaktivitas. Terdapat tiga sub tipe ADHD yaitu, hiperaktiveimpulsif, tidak penuh perhatian, dan kombinasi. Anak yang mengalami ADHD mengalami gangguan dalam kemampuan belajar, sosialisasi, dan kepatuhan, yang menimbulkan banyak kebutuha pada anak, orang tua, guru, dan komunitas. Sekitar 50% hingga 60% anak yang mengalami ADHD juga memiliki komorbiditas (gangguan yang menyertai penyakit primer) seperti oppositional defiant disorder (ODD) gangguan ketidak mampuan konstan, gangguan perilaku, gangguan ansietas, depresi, gangguan perkembangan yang tidak berat, gangguan prose auditori, atau disabilitasbelajar atau membaca (Ryan-Krause, 2010). Hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidakm menaruh perhatian dan implusif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak bisa menikmati asiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka sering beralih dari satu fokus ke fokus yang lainnya. Mereka seakan-akan tampa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tak kunjung dating. Jadi yang diamaksud hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dam implusif. Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka yang sering beralih. 2.2 Etiologi



Etiologi dari ADHD masih belum jelas sampai sekarang. Menurut dugaan, terdapat hubungan antara ginetik dak factor neurological yang memainkan peran penting dalam terjadinya ADHD. Factor etiologi lain yang dikatakan memiliki kontribusi dalam menyebabkan ADHD adalah sebagai berikut: 1. Factor Biologi Diet, kontaminasi rokok dan alcohol, merokok saat hamil, dan berat bayi lahir rendah (BBLR) dipercaya dapat mengarahkan kepada gejala ADHD. Namun, bukan termasuk penyebab utama dari ADHD. Kehamilan dan komplikasi saat melahirkan merupakan predisposisi terhadap ADHD. 2. Faktor Psikologi Konflik kronis dalam keluarga, kohesi keluarga yang menurun, dan paparan terhadap psikopatologi orang tua (terutama ibu) banyak ditemukan pada keluarga ADHD dibandingan pada keluarga normal. Saat ini masih belum jelas apakah paparan kekerasan saat masa kecil merupakan faktor resiko dari ADHD. 3. Faktor Genetik Genetik sangat dipercaya memainkan peran penting terhadap terjadinya ADHD. Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, rata-rata faktor genetic memengaruhi terjadinya ADHD adalah sebesar 77%. 4. Faktor Neurologik Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distress fetal, persalina dengan ekstraksi forsep, toksimia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dengan persalinan normal. Disampaing itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan meminum alkoholjuga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini di anut adalah terjadinya disfusi pada salah satu neurotransmitter di otak yang bernama dopami. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.



Beberapa studi menunjukkan adanya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan. 2.2 Klasifikasi 1. Tipe Anak Yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian Dalam tipe ini sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau implusif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif, tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti berada di awang-awang. Tidak bisa berbicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah dan kacau. 2. Tipe Anak Yang Hiperaktif dan Implusif Anak-anak dalam tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan implusif, akan tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri seperti: terlalu energik, lari kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, dan berisik. Ia juga implusif: melakukan



sesuatu secara tak terkendali,



bertindak tanpa



pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian akan tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran. 3. Tipe Gabungan Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan implusif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebiahan dan impulsif. 2.4 Manifestasi Klinik 1. (1) atau (2)



1) Enam atau lebih gejala kurang perhatian telah ada selama sekurangnya 6 bulan sampai ke tingkat maladaptif dan bersifat inkonsisten terhadap tingkat pertimbangan: kurang perhatian a. Sering gagal memberikan perhatian penuh pada hal-hal yang mendetail atau membuat kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lainnya. b. Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas-tugas atau aktivitas bermain. c. Sering tampak tidak mendengarkan bila diajak bicara langsung. d. Sering tidak menaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas, atau pekerjaan di tempat kerja (bukan karena sikap menentang atau karena tidak mengerti instruksi) e. Sering merasa kesulitan mengatur tugas dan aktivitas f. Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang memerlukan usaha mentak terus menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah) g. Sering menghilangkan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau aktivitas (mis, mainan, tugas sekolah, pensil, buku atau alat-alat) h. Sering terdistraksi oleh stimulus luar i. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari 2) Enam atau lebih gejala hiperaktivitas-implusif telah ada sekurangnya 6 bulan sampai ke tingkat maladaptive dan inkonsisten terhadap tingkat perkembangan: Hiperaktivitas a. Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau mengeliat di tempat duduk. b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain yang seharusnya tidak diperkenankan. c. Sering berlarian atau memanjat berlebih pada situasi yang tidak semestinya (pada remaja atau dewasa, dapat dibatasi pada kegelisahan subjektif).



d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu yang senggang dengan tenang. e. Sering tampak tidak bisa diam atau seperti diburu-buru f. Bicara sering berlebihan. Impulsivitas g. Sering menjawab tanpa dipikir sebelum pertanyaannya selesai. h. Sering tidak sabar menunggu giliran. i. Sering mengintrupsi atau mengganggu orang lain (mis, memotong percakapan). 2. Beberapa gejala hiperaktif-implus atau kurang perhatian yang menyebabkan kerusakan, telah ada sebelum usia 7 tahun. 3. Beberapa kerusakan akibat gejala terlihat dalam dua tatanan atau lebih (mis, di sekolah atau ditempat kerja). 4. Harus ada bukti nyata tebtabg kerusakan yang secara klinis bermakna dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan 5. Gejala-gejala tersebut tidak terjadi semata-mata selama perjalanan perkembangan penyakit, skizofrenia, atau penyakit psikotik lain dan tidk dapat ditimbulkan oleh penyakit mental lain (mis, gangguan alam perasaan, gangguan ansietas, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian). 2.4 Patofisiologis Defisit perhatian/Hiperaktivitas (Attention-Deficit/Hyperactivitity Disorder, ADHD) adalah suatu gangguan neurobiologis kronis yang ditandai dengan masalah-masalah pengaturan aktivitas (hiperaktivitas), perilaku penghambat (impulsivitas), dan mengikuti tugas (tidak ada perhatian). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, edisi keemapat teks revisi (DSM IV-TR), menggarisbawahi gejala prilaku spesifik yang dapat di observasi. Untuk memenuhi kriteria ADHD, gejala-gejalanya harus terjadi di tatanan manapun. Dengan kata lain jika anak hiperaktif dirumah dan disekolah tidak, ADHD tidak dapat dijadikan diagnosis.



Walaupun penyebab pasti ADHD tetap tidak



teridentifikasi, perhatian pada saat ini mencakup etiologinya pada perubahan sistem neurotransmitter dopamine dan norepinefrin. Gejala inpulsivitas, hiperaktivitas, dan tidak/kurang perhatian dimulai sebelum usia 7 tahun dan berlangsung lebih lama dari 6



bulan. Gejala terlihat di tatanan sekolah dan rumah, yang mengganggu interaksi keluarga dan sosial. Anak dan remaja yang menderita ADHD mengalami frustasi, alam perasaan yang labil, ledakan emosi, penolakan teman sebaya, performa sekolah yang buruk, dan harga diri yang rendah. Mereka juga dapat memiliki kemampuana metakognitif yang buruk, seperti organisasi, manajemen waktu, dan kemampuan untuk mengurai proyek menjadi rangkaian tugas yang lebih kecil. Mereka tidak malas atau tidak termotivasi, hanya saja memiliki keterampilan yang buruk dalam area ini. Ketika anak memasuki masa remaja, gejala yang dapat diobservasi kurang jelas. Kegelisahan dan kegugupan menggantikan aktivitas yang berlebihan semasa kanakkanak. Remaja dengan ADHD memiliki kesulitan dalam mematuhi harapan perilaku atau persturan yang biasanya diobservasi dalam lingkungan pendidikan dan pekerjaan. Gejala dapat terus berlangsung sampai masa dewasa. Individu tersebut mungkin dijuluki “orang yang tidak bisa diam”, selalu sibuk dan tidak dapat duduk tenang. Tidak ada tanda penyebab terjadinya ADHD. Kemungkinan karena pengaruh ginetik, akan tetapi sampai sekarang pengaruh tersebut belum ditemukan. Faktor resiko yang ada adalah neurogenesis dan genetic. Sebagian besar yang dapat diamati adalah fktor resiko janin, yang meliputi konsumsi terhadap alkohol, nikotin, timbal, dan defisiensi nutrient (yaitu defisiensi besi, kalsium). 2.5 Komplikasi 1. Diangnosa sekunder, Gangguan konduksi, depresi dan gangguan ansietas. 2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit menbaca dan mngerjakan aritmatika (seringkali akibat masalah konsentrasi). 3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan katakata yang diungkapkan). 2.6 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemereriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosa gangguan pemusatan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram



mereka, tampa disertai dengan bukti tentang penyakit nerologik atau epilepsi yang progresif, akantetapi penemuan ini memiliki makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh computer akan dapat membantu didalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan anak dalam belajar. Selain itu, digunakan instrument skala penilaian perilaku anak hiperaktif (SPPAHI) untuk deteksi ADHD pada anak berusi 3-13 tahun, yang dapat dipakai oleh orang tua, guru, dokter. Jika fasilitas tersedia, sebelum dan sesudah pemberian terapi, dapat dilakukan pemeriksaan Cognitive Event Related Potential (ERP). Matching Familiar Test, dan Continuous Performance Test untuk menilai kemampuan memusatkan perhatian dan tingkat kewaspadaan. 2.7 Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis Rencana pengobatan bagi anak mengalami ADHD harus secara hati hati digunkan pada masing masing anak. Pilihan penangnanan umumnya meliputi medikasi (yang paling sering stimulant) dan penanganan perilaku khusus. Berbagai penangnana perilaku meliputi pesikoterapi, terapi kognitif-perilaku, pelatihan keterampilan sosial, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan orang tua. Skala bertingkat perilaku dan uji neuropsikologis mungkun digunakan untuk penatalaksanaan dasar dan pemantauan keefektifan penanganan. Pengobatan yang dilakukan seperti, Medikasi psikostimulan, meliputi metilfenidat (ritalin) dan amfetamin (Dexedrine, extrostad, dan adderall), merupakan pengobatan garis pertama. Medikasi anti depresan digunakan pada anak yang tidak dapat menoleransi atau menunjukkan respon buruk terhadap stimulant, atau gejala yang menyertai. Orang tua dapat menunjukkan kekhawatiran tentang penggunaan medikasi. Resiko dan keuntungan medikasi harus dijelaskan pada orang tua, meliputi pencegahan terjadinya masalah potensial atau di sekoalah yang berkelanjutan akibat penggunaan medikasi. Ketika diminum sebagai program untuk ADHD, stimulant tidak adiktif, juga tidak menyebabkan terjadinya penyalah gunaan obat. Pada sebagian besar anak-anak, medikasi saja bukan strategi terbaik.



2. Penatalaksanaan Keperawatan Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindari, karena anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain terutama setelah melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum pergi tidur dikhususkan untuk masa tenang, dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir balik. Lingkungan ditempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah sebaiknya dihindarkan. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka. 2.8 Diangnosa Keperawatan Berdasarkan gejala yang menonjol, ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Tipe yang dominant gangguan pemusatan perhatian 2.



Tipe yng dominant hiperaktivitas dan impulsivitas



3. Tipe campuran (gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas) Diagnosis ADHD tipe gangguan pemusatan perhatian (menurut DSM IV) ditegakkan bila minimal ada 6 gejala gangguan pemusatan perhatian untuk waktu minimal 6 bulan dan didapat kurang dari 6 gejala hiperaktivitas serta dimulai sebelum



usia 7 tahun. Gejala-gejala ini tetap ada pada saat anak di sekolah atau di rumah bersifat maladaptif, dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak. Diagnosis ADHD tipe hiperaktivitas dan impulsivitas (menurut DSM IV) ditegakkan bila minimal ada 6 gejala hiperaktivitas dan impulsivitas untuk waktu minimal 6 bulan dan didapat kurang dari 6 gejala gangguan pemusatan perhatian dan dimulai sebelum usia 7 tahun. Gejala-gejala ini tetap ada pada saat anak di sekolah atau di rumah bersifat maladaptif, dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak. Diagnosis ADHD tipe campuran (menurut DSM IV) ditegakkan bila didapatkan 6 atau lebih gejala gangguan pemusatan perhatian dan 6 atau lebih gejala hiperaktivitasimpulsivitas yang tetap ada selama paling sedikit 6 bulan, dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada saat di sekolah dan di rumah. Dalam penelitian klinis, skala pengukuran tingkah laku anak ADHD digunakan untuk menilai efek pengobatan dan keadaan klinis anak ADHD. Skala pengukuran tersebut dipakai untuk mengukur perubahan tingkah laku anak ADHD sebelum dan sesudah pengobatan. Skala pengukuran yang banyak digunakan dalam menilai hasil pengobatan atau penanganan anak ADHD adalah Conners Parent Rating Scales atau Conners abbreviated rating scale untuk orang tua dan guru, terdiri dari 10 pernyataan. Kemudian angka-angka dalam tabel 2 tersebut dijumlahkan. Apabila jumlahnya ≥ 15 dianggap anak bersangkutan menderita hiperkinetik/ADHD. Skor ≥ 12 dicurigai gangguan hiperkinetik dapat dikonsultasikan ke seorang ahli (Psikiater anak). Setiap item dinilai seperti di atas (0-3), bila penilaian > 15, dapat didiagnosis ADHD.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ganguan pemusatan perhatian/Hiperaktivitas (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder ADHD) adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum pada masa kanak-kanak; mengenai 7% hingga 10% semua anak, dan hingga 5% orang dewasa (Vessey & Wilkinson, 2008). ADHD detandai dengan tidak perhatian, implusivitas, mudah terdistraksi, dan hiperaktivitas. Terdapat tiga sub tipe ADHD yaitu, hiperaktive-impulsif, tidak penuh perhatian, dan kombinasi. Anak yang mengalami ADHD mengalami gangguan dalam kemampuan belajar, sosialisasi, dan kepatuhan, yang menimbulkan banyak kebutuha pada anak, orang tua, guru, dan komunitas. Sekitar 50% hingga 60% anak yang mengalami ADHD juga memiliki komorbiditas (gangguan yang menyertai penyakit primer) seperti oppositional defiant disorder (ODD) gangguan ketidak mampuan konstan, gangguan perilaku, gangguan ansietas, depresi, gangguan perkembangan yang tidak berat, gangguan prose auditori, atau disabilitasbelajar atau membaca (Ryan-Krause, 2010). 3.2 Saran Pendidikan



terhadap



pengetahuan



perawat



secara



berkelanjutan



atau



berkesinambungan perlu di tingkatkan baik secara formal maupun informal khususnya pengetahuan terhadap ADHD (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder). Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA



Aprilia, Eva. 2018. Kemampuan akademi penderita attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD) pada tingkat pengguruan tinggi. Jurnal majority. 7(1). Hal 165-166 Betz, Cecily Lynn, dkk. 2009. Buku saku keperawatan pediatric alih bahasa, Egi Komara Yudha, dkk. Edisi 5. Jakarta : EGC Kyle, Terri. 2014. Buku ajar keperawatan pediatric alih bahasa, wuri praptiana, dkk. Edisi 2. Jakarta : EGC Nuryani, selfia darmawanti. 2020. Perkembangan bahasa pragmatic pada anak attention deficit Hyperactivity disorder (ADHD): kajian neurolinguistik. Journal of early childhood Education. 1(1). Hal 22-23 Wahidah, Evita Yuliatun. 2018. Identifikasi dan psikoterapi terhadap ADHD (attention deficit Hyperactivity disorder) perspektif psikologi pendidikan islam kontemporer. Jurnal study Agama. 17(2). Hal 303-308