Askep Adhd-Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN GANGGUAN KEJIWAAN ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)



Disusun Oleh Sharon Veronica Tukimin (1814201076)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO 2021



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak yang telah bekerja sama dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................



I



DAFTAR ISI......................................................................................................



II



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................................



1



1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................



2



1.3 Manfaat penulisan....................................................................................



2



1.4 Implikasi dalam Keperawatan..................................................................



2



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi.....................................................................................................



4



2.2 Etiologi.....................................................................................................



5



2.3 Manifestasi Klinis.....................................................................................



6



2.4 Patofisiologi dan Clinical pathway...........................................................



7



2.5 Patofisiologi dan Clinical pathway...........................................................



10



2.6 Komplikasi dan Prognosis........................................................................



11



2.7 Penatalaksanaan........................................................................................



11



2.8 Pencegahan...............................................................................................



12



BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Diagnosa Keperawatan..............................................................................



12



3.2 Intervensi Keperawatan.............................................................................



12



BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan..............................................................................................



23



4.2 Saran .......................................................................................................



33



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan psikologi sering kali terjadi pada seseorang tanpa mengenal usia, baik itu anak-anak maupun dewasa. Semua orang berkemungkinan mengalami gangguan psikologis tidak terkecuali gangguan psikologi yang dialami oleh anak-anak. gangguan psikologis yang anak-anak alami merupakan suatu gangguan psikologis yang muncul sangat awal pada masa kanak-kanak. Gangguan psikologi yang anak-anak alami menjadi suatu bentuk kekhawatiran terbesar bagi semua orang tua. Gangguan psikologis pada anak akan menjadi beban emosional bagi orang tua yang kemungkinan akan ditanggung sepanjang hidup apabila gangguan tersebut terus berlangsung pada anak (Halgni & Susan;2010). Masalah gangguan psikologi yang terjadi pada anak seringkali terjadi pada usia sekolah, dimana kondisi ini dicetuskan oleh masalah ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi dengan lingkuang sekolahnya yang baru. Dalam hal ini, anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik dilingkungannya, sehingga anak menunjukkan suatu bentuk perilaku menyimpang yang tidak sesuai dan tidak diharapkan oleh lingkungannya, Salah satu gangguan psikologi yang banyak dialami oleh anak-anak yaitu ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) (Hurlock, 2010). ADHD merupakan gangguan psikologi yang menganggu proses pemusatan dan perhatian dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungannya yang disertai dengan hiperaktif dari setiap perilaku anak (Ridwan, 2013). Selekta MC, 2013 menyatakan bahwa ADHD juga merupakan gangguan perilaku yang sering terdiagnosis pada anak dan juga remaja yang ditandai dengan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan prkembangan dan kemampuan dalam mengumpulkan perhatiannya. Saat ini kita telah banyak menemukan kasus ADHD dalam masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan anak dan remaja. Menurut Pliszka, 2007 dalam Selekta MC mengemukanan bahwa prevalensi ADHD pada anak sekolah mencapai 8-10% jumlahnya, sehingga kondisi inilah yang menunjukkna bahwa gangguan perilaku ADHD paling umum terjadi pada masa kanak-kanak didunia sekolah. Bahkan terdapat hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40-50% kasus ADHD yang dialami anak apabila tidak segera mendapatkan suatu intervensi atau penanganan maka akan menetap hingga mereka berusia remaja bahkan dewasa. Kondisi ADHD yang menetap ini akan



1



memberikan dampak yang lebih besar pada individu apabila terjadi hingga dewasa, yaitu dapat berupa penyimpangan kenakalan remaja, gangguan antisosial, bahkan keterlibatan dengan penggunaan narkoba dan psikotropika. Dampak yang signifikan terhadap suatu individu khususnya anak yang mengalami ADHD mendorong adanya penanganan yang tepat yang harus segera dilakukan untuk menyembuhkan kondisi tersebut. Penganagan yang tepat dapat diberikan apabila kita memahami secara komprehensif terkait dengan gangguan psikologis ADHD ini. oleh karena itulah, kami melakukan kajian studi literatur terkait dengan definisi, tanda dan gejala ADHD, psikopatologi, dan penanganan yang kemungkinan dapat dilakukan terhadap klien dengan gangguan psikologi ADHD. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1



Tujuan Umum Untuk memahami secara konprehensif terkait dengan konsep dasar sekaligus



penangan yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan ADHD guna mencegah terjadinya perburukan kondisi gangguan psikologi sekaligus meningkatkan kesehatan klien terutama pada segi psikologisnya. 1.2.2



Tujuan Khusus Untuk memberikan gambaran dan pengetahuan tentang ADHD pada perawat



untuk menjadi bekal dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan ADHD khususnya yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, sehingga dengan bekal inilah diharapkan mampu memberikan intervensi yang tepat dan efektif kepada klien dalam proses penyembuhan dan peningkatan kesehatan psikologi yang klien alami.



2



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.2.1 Definisi ADHD adalah singkatan dari Attention deficit hyperactivity disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention deficit disorder (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak). Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat di definisikan sebagai kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anakanak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anakanak. ADHD



(Attention



Deficit



Hyperactivity



Disorder)



adalah



gangguan



neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan. 2.2.2 Penyebab Menurut Ridwan, 2013 menyatakan bahwa banyak penelitian yang masih belum dapat menjelaskan secara tepat penyebab dari terjadinya ADHD secara pasti. Namun, ada dua hal yang pasti yang dapat dikategorikan sebagai penyebab dari timbulnya masalah gangguan psikologi ADHD yaitu diturunkan (hereditary) dan gangguan dari perbedaan irama otak. Berikut penjabaran terkait dengan penyebab dari gengguan ADHD pada anak: 1. Kondisi Diturunkan (hereditary)



3



Pada umumnya orang tua yang mengalami gengguan psikologi ADHD cenderung akan menurunkan sifat genetiknya kepada anaknya, dimana anak dengan orang tua ADHD akan lebih berisiko mengalami gangguan ADHD. 2. Kesulitan menemukan irama yang tepat pada otak Pada penyebab kesulitan menemukan irama pada otak dengan tepat dapat dbagi atau disebabkan oleh 3 faktor yaitu: a. Neuropsikologi Impulsifitas yang dialami sebagai tanda dan gejala anak dengan gangguan ADHD menunjukkan adanya disfungsi pada otak area lobus frontal. Anakanak dengan ADHD ini akan mengalami kesulitan dalam memberikan atensi atau perhatan terhadap sesuatu kondisi atau keadaan sehinggan impulsivitas akan terjadi dan dilakukan oleh anak tersebut. b. Pengukuran aktivitas Seperti yang diketahui bersama, bahwa anak deng ADHD dari segi aktivitasnya dia sangat over aktif. Dimana kondisi yang seharusnya diam mereka justru sangat aktif dan tidak bisa diam. Kondisi ini terjadi bukan karena mereka over aktivitas dalam kesehariannya, tetapi mereka tidak mampu melakukan self monitoring atau mengendalikan diri mereka untuk bergerak dan beraktivitas. c. Ketidakseimbangan kimia otak Penyebab ini lebih pada masalah gangguan pada sistem anatomis dan kimiawi dari sistem saraf pusat yaitu otak. Dimana keseimbangan hormon dan zat kimia lainnya seperti contoh hormon adrenalin dan dopamin yang tidak seimbang membuat mereka selalu terstimulus untuk melakukan suatu bentuk aktivitas. 3. Faktor perinatal dan pranatal Anak



lahir



dengan riwayat



BBLR kemungkinan



terjadi



perlambatan



pertumbuhan dan kematangan fungsi otak juga sangat besar sehingga kemungkinan untuk terjadi ADHD sangat besar. 4. Lingkungan Keracunan zat-zat kimia yang berasal dari lingkungan yang mengkontaminasi anak juga berpotensi besar merusak sel sistem saraf pusat sehingga organ saraf



4



mengalami gangguan yang berdampak pada ketidakseimbangan fungsi secara normal. 5. Dinamika Keluarga Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.kemungkinan iritabilitas impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau meningkatkan intensitas gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi system keluarga masalah perkawinan dan lain sebagainya, dapat juga member kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu.orang tua mungkin menjadi terlalu sensitif atau menjadi putus asa dan tidak member struktur eksternal. 2.2.3 Tanda dan Gejala Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain: 1. Inatensi Inatensi merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu bertahan untuk berkonsentrasi terhadap sesuatu. Kondisi ini akan terus membuat seseorang mengalami kemudahan dalam beralih konsentrasi dan perhatian. Berikut contoh perilaku yang termasuk dalam atensi: a. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil b. Mudah sekali beralih perhatian c. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas 2. Hiperaktivitas d. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah. e. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam f. Terus gelisah atau menggeliat 3. Impulsif g. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat h. Sulit menunggu giliran



5



i. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya j. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan k. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan l. Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara langsung



2.4 PsikoPatologi Sebagian besar hingga sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalahmasalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan. Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD.



Teori



lain



menyebutkan



adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan 6



persalinan, induksi, kelainan persalinan).Faktor resiko tersebut nantinya menyebabkan suatu bentuk perubahan psikologi maupun fisiologi tubuh anak sehingga menyebabakan anak menjadi overaktif dan impulsif.



7



Genetik



Gangguan irama otak



2.5Kerusakan Penalaksanaan sistem



Gangguan penghantaran pusat 1.saraf Penatalaksanaan Medis impul saraf



Faktor perinatal dan pranatal BBLR dan disfungsi sistem saraf pusat



lingkungan Keracunan zat-zat kimia pencemaran lingkungan



Dinamika Keluarga Mencari perhatian keluarga dan orang sekitar



Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006). Gangguan proses Impulsif, overaktif/hiperaktivitas, dan inatensi Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain : berpikir



a.



b.



Metilfenidat (Ritalin)



Tidak bisa diam dan tenang Ketidakmampuan Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan Ketidakmampuan atensi terhadap Aktivitas terkontrol pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2tak hari. keluarga lingkungan sekitar mengendalikan Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall) Tidak mampu mendeteksi perilaku hiperaktif Hambatan interaksi Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk bahaya



sosial mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari. Mengendalikan c. Pemolin (Cylert) secara paksa



Resiko cedera



Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan,



dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap. Penganiayaan dan Menghindarkan anak dari penelantaran anak lingkungan sosial 2. Penalaksanaan Keperawatan Ketidakefektifan malu dapat dan penolakan Terdapat beberapa terapi nonfarmakologi yang dilakukan pada anak dengan kondisi ADHD. Yaitu sebagai berikut: Harga diri rendah koping keluarga kondisi anak 8



a. Psikoedukasi Karena semakin banyak penderita ADHD saat ini, membuat kondisi ini perlu adanya penanggulangan berdasarkan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini. oleh karena itulah terapi psikoedukasi inilah dikembangkan untuk mencegah dan memahami dengan tepat bagaimana pencegahan dan penanggulangan terhadap kondisi ADHD tersebut. b. Terapi Psikologi Terapi psikologi ini lebih menekankan pada penanganan dengan strategi kognitif-perilaku. Terapi ini secara teknis akan dapat membantu klien dalam mengubah perilaku dan pola pikir yang maladaptif yang mempengaruhi kehidupan perilaku sehari-hari. Terapi ini membutuhkan bantuan atau keterlibatan dari berbagai pihak yang memiliki hubungan dengan klien atau individu seperti guru, orang tua, keluarga, teman sebaya dan lainnya. c. Perilaku pengganti dan pelatihan manajemen diri Terapi ini dilakukan untuk memberikan kesempatan membangun keterampilan individu dalam mengatur dan menyatukan lebih banyak struktur dan rutinitas dalam kehidupannya. Mengatur dan mendaftar semua kegiatan yang akan dilakukan hari ini dengan sederhana dapat membuat individu ADHD lebih terlatih untuk bertanggung jawab dan perhatian terhadap aktivitas yang telah terdaftar untuk dilakukan. d. Coaching Intervensi ini merupakan suatu program yang baru digunakan dan dikembangkan. Teknik ini membutuhkan seorang tenaga konsultan profesional yang membantu individu menemukan cara untuk menyelesaikan masalah melalui suatu strategi yang pragmatis, pendekatan perilaku yang berorientasi pada hasil. e. Teknologi



9



Program personal digital assistant (PDA) merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu individu ADHD dalam berkomunikasi lebih efektif, menulis, mengeja, tetap teratur menjalankan jadwal hariannya, dan mengingat suatu informasi. f. Akomodasi Akomodasi sekolah dapat dicari yang memfasilitiasi anak untuk lebih produktivitasnya meningkatkan dengan meminimalisasi gangguan, menyediakan suatu suasana atau kondisi yang tenang, sehingga hasil aktivitas anak lebih terstruktur dan hasil yang lebih baik. g. Advokasi Tidak semua orang memahami kondisi ADHD yang dialamioleh anak atau sesorang, oleh karena itu, advokasi dari beberapa pihak atau bahkan semua pihak untuk memahami dan mengerti kondisi yang dialami anak dan lebih bersikap untuk melindungi dan mendukung anak menemukan cara menyelesaikan masalahnya didalam lingkungan sekitar.



10



BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Contoh Kasus



11



Apid merupakan anak laki-laki berusia 6 tahun dan bersekolah di Sekolah Dasar di kotanya. Ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya ada ibu rumah tangga. Ibu Apid membawanya ke konsultasi psikologi karena keluhan yang banyak disampaikan oleh guru, teman, tetangga bahkan juga kerabat dekatnya. Semua mengeluhkan perilaku Apid yang selalu over aktif. Di sekolah guru Apid mengungkapkan bahwa Apid selalu berkeliling kesana kemari tidak mau duduk diam, mulai dari sering mengambil barang-barang lain milik temannya dan melemparkannya keluar kelas dan bahkan tidak jarang Apid memukul temannya hingga benjol dan terluka. Dirumah Apid juga menunjukkan hal yang sama, dimana dia selalu memberantakan semua barang dan perabotan rumah dan bahkan kaca rumah sering dipecahkan. 3.2 Diagnosa 1. Diagnosa Keperawatan A. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan perilaku impulsive B. Resiko Cedera dibuktikan dengan adanya perilaku impulsive C. Ketidakmampuan Koping Keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan d.d merasa tertekan(depresi), tidak toleran, perilaku menyerang/memaksa. 3.3 Intervensi Keperawatan DIAGNOSA 1) Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan perilaku impulsive



INTERVENSI Intervensi : Modifikasi perilaku keterampilan social Observasi : - Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan social - Identifikasi focus pelatihan keterampilan social. Terapeutik :



12



-



Motivasi untuk berlatih keterampilan social Beri umpan balik positif (mis. Pujian atau penghargaan) terhadap kemampuan sosialisasi. - Libatkan keluarga selama latihan keterampilan social, jika perlu. Edukasi : - Jelaskan tujuan melatih keterampilan social - Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan social. - Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami. - Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi. - Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan social. - Latih keterampilan social secara bertahap. 2) Resiko dibuktikan adanya impulsive



Cedera Intervensi : Pencegahan cedera dengan Observasi : - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi perilaku menyebabkan cedera Terapeutik : - Sediakan pencahayaan yang memadai - Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau - Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan.



13



-



Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien. - Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien Edukasi : - Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga



3) Ketidakmampuan Intervensi : Dukungan koping keluarga Koping Keluarga Observasi : berhubungan dengan - Identifikasi respons emosional terhadap ketidakmampuan orang kondisi saat ini. terdekat mengungkapkan - Identifikasi beban prognosis secara perasaan d.d merasa psikologis. tertekan(depresi), tidak - Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, toleran, perilaku keluarga, dan tenaga kesehatan. menyerang/memaksa. Terapeutik : - Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga. - Terima nilai-nilai keluarga dengan cara tidak menghakimi. - Diskusikan rencana medis dan perawatan. - Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai - Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan.



14



Edukasi : - Informasikan kemajuan pasien secara berkala - Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia Kolaborasi : - Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu



15



BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan ADHD adalah singkatan dari Attention deficit hyperactivity disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention deficit disorder (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak). Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat di definisikan sebagai kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anakanak. Kondisi ADHD ditandai dengan tiga gejala khas yaitu inatensi, hiperaktivitas/overaktif, dan impulsif. Kondisi gangguan psikologis ADHD dapat diatasi dan ditangani melalui terapi medis maupun keperawatan. Terapi lain yang juga dapat dilakukan yaitu melalui beberapa terapi, yaitu psikoedukasi, manajemen dan pelatihan diri dan perilaku kognitif, teknologi,



16



choaching, advokasi dan terapi psikologis lainnya. Selain terapi suportif, terapi farmakologi juga digunakan apabila level atau tingkat gangguan ADHD sangat parah. 4.2 Saran Pembaca diharapkan banyak membaca referensi lain terkait masalah psikologi Attention deficit hyperactivity disorder. Hal ini dimaksudkan agar pembaca lebih memahami terkait masalah klien dengan gangguan psikologi. Selain itu pembaca juga dapat mencari informasi terkait jurnal penatalaksanaan terbaru pada klien dengan masalah psikologi Attention deficit hyperactivity disorder. Selain itu diharapkan juga perawat maupun calon perawat tidak memandang sebelah mata orang dengan gangguan psikologi, karena setiap orang membutuhkan pelayanan keperawatan secara efektif dan tepat terhadap masalah kesehatan psikologi yang klien alami dengan baik. 4.3



17



DAFTAR PUSTAKA Halgin, Richard P., dan Susan K.W. 2010. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika Hurlock, Elizabeth. 2010. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga Selekta MC. 2013. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Pada Anak Usia 2 Tahun. Medula, 1 (3) : 20-21 Anjani, Ayu Tri dkk. 2012. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak Adhd (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Di Sdit At-Taqwa Surabaya Dan Sdn V Babatan Surabaya. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). 1 (2) : 125-135 Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007.Rencana asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Bulechek, M Gloria et al. 2016. NANDA NIC-NOC Edisi Keenam. Singapore: Elsevier Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention Deficit/Hiperactivity Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional Teropa Tempurung (Single Subject Research Kelas Iii Di Slb Negeri Lima Kaum). Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. 1 (2) : 287288 Ridwan. 2013. Peran Sekolah Bagi Anak ADHD. At-Ta’lim, 4 (1) : 54



18



Hikmawati, I.D & Erny Hidayati. 2014. Efektivitas Terapi Menulis Untuk Menurunkan Hiperaktivita Dan Impulsivitas Pada Anak Dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd). Empathy, Jurnal Fakultas Psikologi. 2 (1) : 9-10 Kusuma, Prima Daniyati dkk. 2015. Pengalaman Orang Tua dengan Anak Kemungkinan Atention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Usia Pra Sekolah. Jurnal Keperawatan Notokusumo. 3 (1) : 4-6



Videbeck, & Sheila I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Davidson, G.C., John M. Neale & Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada



19