Adilla Zenara 076 (LP Bibir Sumbing) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BIBIR SUMBING DI RUANG NICU RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Keperawatan Anak



Disusun Oleh: Adilla Zenara Nafisa 201920461011076 KELOMPOK 8



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN PENDAHULUAN BIBIR SUMBING DI RUANG NICU RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN



OLEH : ADILLA ZENARA NAFISA NIM : 201920461011076



Pembimbing Institusi



Pembimbing Lahan



(.....................................)



(...................................)



BIBIR SUMBING A. Konsep Dasar 1. Pengertian Kata ‘sumbing’ artinyya terbelah atau pecah. Bibir sumbing adalah kelainan dibagian atas bibir dan atau bisa dilangit – langit mulut. Hal ini terjadi akibat kurangnya jaringan di daerah mulut atau bibir pada saat bayi didalam kandungan, karena jaringan yang kurang ini membuat jaringan yang tersedia tidak dapat menutup secara sempurna dan mengakibatkan terjadinya celah (Pujari et all, 2014). Celah bibir (Labioskizis) merupakan kelainan kongenital yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan promminen nasalis medial yang diikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan palatoskizis adalah kelainan kongenital akibat kegagaln fusi palatum pada garis tengah dan kegagan fusi septum nasi (Dewi, 2010). Berikut beberapa klasifikasi bibir sumbing 1) Berdasarkan organ yang terlihat a) Jika celah sumbing terjadi hhanya pada bibir disebut labioskizis b) Jika hanya terjadi pada gusi disebut gnatozikis c) Celah sumbing juga dapat mencapai hingga langit – langit atau mulut hingga hidung bayi disebut palatoskizis d) Bibir sumbing yang terjadi pada lebi dari satu organ yakni di bibir dan langit – langit disebut labiopalatoskizis 2) Berdasrkan sistem Veau a) Sumbing palatum kelas I Celah pada langit – langit (palatum) lunak b) Sumbing palatum kelas II Celah pada palatum lunak dan keras dibelakang foramen insisivun c) Sumbing palatum kelas III Celah pada palatu lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada satu sisi



d) Sumbing palatum kelas IV Celah pada palatum lunak dan keras menganai tulang alveolar dan bibir pada dua sisi.



Gambar A. Celah pada langit – langit lunak saja, B. Celah pada langit langit lunak dan keras, C. Celah meliputi langit – langit lunnak dan keras juga pada alveolar satu sisi, D. Celah meliputi langit lunak dan keras juga pada alveolar dan bibir pada dua sisi (Young & Greg, 2011).



3) Berdasarkan celah yang terbentuk a) Unilateral incomplete Celah sumbing yang terjadi di satu bagian bibir da tidak memanjang hingga ke hidung b) Unilateral compalete Hampir mirip dengan unilateral complete, yakni celah hanyya terjadi pada satu bibir. Namun celah sumbing mencapai ke hidung c) Bilateral complete Bibir sumbing yang terjadi pada celah langit – langit mulut. Menyebabkan adanya ruang terbuka bahkan hingga mmencapai kerongkongan dan saluran pernafasan hidung. 2. Etiologi Beberapaa faktor resiko yang dapat menyebabkan bibir sumbing dan atau langit langit sumbing : a. Faktor genetik : Ayah atau ibu bisa menularkan gen yang dapat menyebabkan sumbing. Bibir sumbing sering terjadi pada wanita sedangkan bibir sumbing dan palatum sering terjadi pada laki – laki.



b. Faktor lingkungan a. Paparan zat selama hamil Bibir sumbing dan langit langit mulut sumbing lebih mungkin terjadi pada wanita hamil yang merokok, minum alkohol



atau



minum



obat







obatan



yang



dapat



menyebabkan kelainan kongenital (seperti Talimod, aspirin atau kosmetik yang mengandung zat berbahaya lainnya) b. Mengidap diabetes Ada beberapa bukti baha wanita yang didiagnosis dengan diabetes sebelum kehamilan mungkin memiliki resiko lebih tinggi untuk mmemiliki bayi dengan bibir sumbing dengan atau tanpa langit – langit mulut sumbing. c. Infeksi virus Ibu hamil yang terifeksi birus toxoplasma dapat berpengaruh pada janin sehingga dapat menyebbabkan kelainan kongenital terutama bibir sumbing d. Insufiensi zat Zat yang berpengaruh antara lain : asamm folat, vitamin c dan Zn (Yazdee,2011 dan Gomez & Puerto, 2017) 3. Tanda dan gejala Menurut Mulliken (2014) tanda dan gejala bibir sumbiing adalah Antara lain : a. Masalah asupan makan Bayi yang mengalami labioschisis akan mengalami kesulitam saat menghisap payudara ibu atau dot. b. Masalah pendengaran Penderita CLP mengalami gangguan pada tuba eustachia dimana akan terjadi kelumpuhan otot levator palatine dan tensor vili palatine yant terinsersi dngan daerah tepi pada langit – langit keras. Infeksi telinga anak dengan labipalatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena adanya abnormalitas perkembangan dan penutupan dan pembukaan tuba eustachia.



c. Infeksi saluran pernapasan atas Pada bayi labiochisis akan bernapas melalu mulut, sehingga udara akan langsung masuk kedalam saluran napas tanpa dilembabkan dan disaring seperti pada pernapasan melalui hidung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya ISPA. d. Gangguan pertumbuhan gigi bayi yang lahir degan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, dan malposisi dari gigi geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk. e. Gangguan bicara Pada bayi dengan labipalatoschisis juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot – oto palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat dapat menutup ruang / rongga nasal pada saat berbicara maka, didaptkan suara dengan kualtas nada tinggi. Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot tersebut untuk menutup ruang / rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali normal. 4. Patofisiologi Proses terjadinya labioskizis ini terjadi ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh berbagai macam faktor seperti genetik



atau



lingkungan



.



Pada



trimester



I



terjadi



prosess



perkembangan dan pembentukan berbagai macam organ tubuh dan saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan dan pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio. Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan prses nasal medial dan maksilaris maka dapat mengalami bibir sumbing (labioskizis) dan proses penyatuan itu akan terjadi pada usia 6 – 8 minggu. Penggabungan komplit garis tengah bibir antar 7 – 8 minggu usia kehamilan (Alimul Aziz, 2008). Patofisiologi sumbing baik pada bibir dan atau palatum memiliki kaitan erat dengan proses embriologi terbentuknya struktur wajah. Kegagalan penyatuan tulang tulang maksilaris dengan tulang palatum dan tulang nasal menjadi dasar tejadinya sumbing (Arosarena, 2007).



5. Pathway Defisit Nutrisi kehamilan Genetik



Infeksi Penyakit



Obat - obatan



Kegagalan pembentukan jaringan pada trimester I Terbentuknya celah pada bibir dan atau palatum



Pembedahan



Labioskizis



Adanya luka bekas jahit Resiko infeksi



Susu mudah masuk ke eustachius, bakteri mudah berkembang Ketidakmampuan menutup bibir dan mulut serta penurunan fungsi perlindungan pernafasan dan pencernaan Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Resiko infeksi Makanan bayi masuk ke saluran pernafasan Kemampuan menghisap rendah menerima Kemampuan makanan rendahpalatum yang tidak sempurna Bentuk bibir, mulut,



Resiko Aspirasi



Susu atau makanan bayi mengental Abnormalitas bicara Rasa malu ketika usia>5th Ketidakpuasan Nutrisi tidak terpenuhi menyusu/makan Penumpukan sekret Tidak terpenuhi makanan bayi Bersihan jalan nafas tidak efektif Bayi terlihat kurus, sering menangis, terlihat lemas dan lemahHarga Diri Renda BB kurang 20% dari BB normal Defisit Nutrisi



Gangguan Komunikas i Verbal



6. Komplikasi Menurut Sudarti & Khoirunnisa (2010), komplikasi yang mungkin dapat dialami jika tidak dioperasi, yaitu : a. Kekurangan gizi b. Kesulitan makan terjadi lebih banyak dengan kelainan langit – langit celah. Bayi mungkin tidak dapat mmenghisap dengan baik karena langit – langit mulut tidak terbentuk sepenuhnya. c. Infeksi telinga disebabkan oleh disfungsi tuba yang menghubungkan telingga dan tenggorokan. Infeksi berulang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. d. Gangguan pada pertumbihan gigi. e. Gangguan pernapasan 7. Diangnosis Bibir sumbing diketahui melalui pemeriksaan USG kehamilan pada minggu ke 18 hingga minggu ke 21 kehamilan. Jika tidak terdeteksi oleh pemeriksaan tersebut, bibir sumbing akan terlihat setelah bayi lahir atau lewat pemeriksaan fisik pada 72 jam pertama sejak bayi lahir. 8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan bibir sumbing akan disesuaikan dengan kodisi masing – masing anak. Secara umum penatalaksanaannya adalah : a. Bantuan untuk menyusui, pemberian dukungan untuk orangtua, pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan kesehatan anak pada saat bayi baru lahir hingga usai 6 minggu. b. Operasi untuk memperbaiki sumbing pada bibir usia 3 – 6 bulan dan operasi untuk memperbaiki sumbing pada langit – langit mulut pada usi 6 – 12 bulan. c. Pemeriksaan kemampuan bicara pada usia 18 bulan – 5 tahun. d. Melakukan prosedur cangkok tulang pada sumbing di area gusi. e. Perawatan kawat gigi dan pemantaun pertumbuhan tulang rahang pada usia 12 – 15 tahun.



9. Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Labioskizis (Bibir Sumbing) 1. Pengkajian Identitas Penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,



nomor



register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. 2. Riwayat kesehatan Riwayat kehamilan, riwayat keturunan labioskizis (Bibir Sumbing) dari keluarga, berat / panjang, pertumbuhan / penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernapasan atas. 3. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi c. Kajian kemampuan menghisap (refleks sucking), menelan, bernafas d. Kaji tanda tanda infeksi e. Palpasi menggunakan jari f.



Kaji tingkat nyeri pada bayi



4. Pemeriksaan Keluarga a. Observasi infeksi bayi dan keluarga b. Kaji harga diri / mekanisme koping dari orangtua c. Kaji



kesiapan



orangtua



terhadap



pemulangan



kesanggupan mengatur perawatann di rumah d. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 10. Masalah keperawatan yang lazim muncul a. Defisit Nutrisi b/d tidak mampuan menelan makanan b. Gangguan komunikasi verbal b/d kelainan palatum c. Resiko aspirasi d.d gangguan menelan d. Resiko Infkeksi e. Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan



dan



11. Asuhan Keperawatan bibir sumbing



No .



SDKI (Diagnosa)



Gejala dan Tanda Mayor/Minor



SLKI (Luaran Keperawatan)



1.



Defisit nutrisi b/d Ketidakmampuan menelan makanan d.d Nafsu makan menurun Otot menelan lemah



Tanda mayor -Subjektif :tidak tersedi -Objektif : BB menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal Tanda Minor -Subjekif : cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun -Objektif : bising usus hiperaktif, otot pngunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam maka Status Menelan membaik dengan kriteria hasil : Refleks menelan meningkat Frekuensi tersedak menurun Usaha menelan meningkat Batuk menurun Gelisah menurun



2.



Gangguan Komunikasi Verbal b/d kelainan palatum



Tanda mayor -Subjektif :tidak tersedi -Objektif : tidak mampu berbicara atau mendengar Tanda Minor -Subjekif : tidak tersedia -Objektif : afasia, disfasia, disleksia, disartia, afonia, disfalia, pelo,



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam maka Komunikasi Verbal Meningkat dengan kriteria hasil : Kemampuan berbicara meningkat Kesesuain ekspresi wajah/ tubuh meningkat Kontak mata meingkat Respons prilaku membaik



SIKI Intervensi Keperawatan Manajemen Nutrisi (1.03119) Observasi -Identifikasi status nutrisi -Identifikasi adanya pemggunaan selang nasogastik -Monitor bera badan Teraupetik -Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu Edukasi -Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi -Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, peredaa nyeri), jika perlu -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrien yang dibutuhkan, jika perlu Promosi Komunikasi : Defisit bicara (1.13492) Observasi -Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara -Monitor proses kognitif anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara Teraupetik -Gunakan metode komunikasi alternatif



DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz H. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika Arasoarena OA. (2007). Cleft lip and palate. Otolaryngol Clin N Am. 2007 ; 40 : 2760 Dewi, Vivian N L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika Fauziah, Tika A Z. (2015). Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahit Pada By. Ny. I Dengan Labioskizis Di RS Panti Waluyo. Karya Tulis Ilmiah.



Sekolah



Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Gomez. O, & Puerto. B. (2017). Cleft lip and Palate. In obstetrisc Imaging Fetal Diagnosis and care 2nd Edition (pp. 31- 316). Philadelpia : Elsevier. Mayo Clinic. (2015). Disease and Condition. Clepft Lip and Cleft Palate https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cleft palate/symptomscauses/syc-20370985 diakses pada 17 April 2020. Mulliken, JB. (2014). The Changing Faces of Children with Cleft Lip and Palate.



NJEM. Vol : 351 August 2014. P. 745-7 PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator



Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan



Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,



Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Pujari. D, Charmode. S, HS Kadlimatti. (2014). The Study Of Cleft Lip And Palate In North Karnataka Region. International Journal of Anatomy and



Research, Int J Anat Res 2018, Vol 6(4.3):6014-17. ISSN 2321-4287 DOI: https://dx.doi.org/10.16965/ijar.2018.396 Sudarti & Khoirunnisa. (2010).



Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak



Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Yazdee AK, Saedi B, Sazegar AA, Mehdipour P.(2011). Epidemiological aspects of cleft lip and palate in Iran. Acta Med Iran. 2011;49:54–8. Young



&



Greg.



(2011)



Cleft



lip



and



palate.



http://www2.utmb.edu/otoref/Grnds/Cleft-lip-palate-9801/Cleft-lippalate-9801. 2 December 2011