Jurnal Bibir Sumbing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, dan BALITA



LABIO PALATOSCH DOSEN PENGAMPU: LUSIANA GULTOM SST. M.KES



Di susun oleh: Maria Lidya Purba P07524119065



Fakultas Kebidanan Medan



POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah memberikan kemurahan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Labio Pataloch ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bu Lusiana Gultom SST. M.Kes pada Asuhan Kebidnan Neonatus, Bayi, dan Balita . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Labio Pataloch bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada bu Lusiana Gultom SST. M.Kes selaku dosen Asuhan Kebidnan Neonatus, Bayi, dan Balita yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



MEDAN 24 Febuary 2021



2



DAFTAR ISI



Contents KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2 DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3 BAB I...........................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4 Latar belakang.......................................................................................................................................4 BAB II...........................................................................................................................................................5 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................................5 A. Definisi...............................................................................................................................................5 B. Etiologi...............................................................................................................................................6 C.Manifestasi Klinik................................................................................................................................6 D. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................................7 E. Komplikasi..........................................................................................................................................7 F. Penatalaksanaan..................................................................................................................................8 BAB III..........................................................................................................................................................9 ASUHAN KEPERAWATANA...........................................................................................................................9 A.



Pengkajian.......................................................................................................................................9



B.



Diagnosa Keperawatan....................................................................................................................9



C, TujuanPreoperatif...............................................................................................................................9 D. IntervensiPreoperatif......................................................................................................................10 BAB IV........................................................................................................................................................13 KASUS........................................................................................................................................................13 BAB V.........................................................................................................................................................16 PENUTUP...................................................................................................................................................16 A.



Kesimpulan....................................................................................................................................16



B.Saran..................................................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19



BAB I 3



PENDAHULUAN Latar belakang Proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses mutlak yang mestidilalui setiap individu dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun individu yangmenginginkan mengalami gangguan dalam kedua proses penting tersebut. Namun,akibat faktor genetik, ras, lingkungan dan gaya hidup telah menyebabkan sejumlahmasalah dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Seorang wanita hamil perokok misalnya, ia dapat mengakibatkan sejumlah kecacatan hingga kematian bayinya. Shaw,dkk. (1996, dikutip Wong, 2003: 455) menunjukkan hubungan antarakebiasaan merokok selama kehamilan dan meningkatnya resiko pembelahan orofasialatau yang biasa kita dengar sebagai bibir sumbing.Sumbing bibir dan sumbing palatum (cleft lip dan cleft palate ) atau disebutlabiopalatoskisis merupakan salah satu kelainan fisik pada saluran gastrointestinal.Kelainan ini terjadi pada masa perkembangan embrio. Insiden celah bibir (sumbing)dengan atau tanpa adanya celah palatum kira-kira terdapat pada 1:600 kelahiran(Nelson, 2000:1282). Mitchell & Wood (2000, dikutip Ball, 2003: 586) menyebutkan bahwa kejadian sumbing bibir terjadi dalam 1 dari setiap 700 kelahiran yang ada. Dankejadian sumbing palatum sedikitnya 1: 2000 kelahiran (Balasubrahmanyam,dkk.1998, dikutip Ball, 2003: 587). Insidens kejadian penyakit ini pun lebih sering pada penduduk pribumi Amerika dan Asia.Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara embriologis,fungsionil, dan genetik. Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisanmesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus nasalis media dan prosesusmaksilaris. Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkanatau memfusikan lempeng palatum. (Nelson, 2000: 1282) Cleft lip and cleft palate dapat mengarah ke beberapa komplikasi yang akanmemperlambat perkembangan dan pertumbuhan bayi hingga dewasa. Sepertiterjadinya gangguan bicara dan pendengaran, otitis media, distress pernafasan, resikoinfeksi saluran nafas (Suriadi & Yuliani, 2010: 154). Untuk itu sangat diperlukan pemahaman para perawat akan penyakit ini guna mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi yang akan mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi dengan pemberianasuhan keperawatan yang tepat. Penatalaksanaan yang tepat juga diperlukan gunamemperbaiki kelainan ini. Penanganan dengan pendekatan multidisipliner dantindakan pembedahan akan diperlukan untuk memperbaiki anomali guna menghindarikomplikasi lebih lanjut.



B.Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui definisi, patofisiologi dan etiologi labiopalatoskisis. 2. Untuk memahami manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan komplikasi darilabiopalatoskisis. 3.Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada kasus anakdengan labiopalatoskisis.



BAB II 4



TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Labiopalatoschizis merupakan kelainan pada daerah mulut berupa labiosisis(sumbing pada bibir), dan palatosisis (sumbing pada palatum) yang diakibatkan olehkegagalan penyatuan jaringan lunak atau struktur tulang selama masa perkembanganembrio. (Hidayat, 2008: 22).Cleft lip and cleft palate atau labiopalatoskisis merupakan kegagalan penyatuanatau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio padatrisemester pertama. Sumbing bibir adalah terbelahnya bibir dan atau hidung karenakegagalan proses nasal medial dan maksilaris untuk menyatu selama masa kehamilan6-8 minggu. Palato skisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yangdisebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palate pada masa kehamilan 7-12minggu.Bibir sumbing (cleft lip) merupakan suatu bentuk kelainan pada mulut ditandaidengan celah pada bibir atas yang biasanya terjadipada seseoragn sejak dilahirkan.Sedangkan cleft palatum adalah kelainan dimana terjadi celah pada langit-langitrongga mulut. Pada cleft palate ini celah menghubungkan langit rongga mulut denganrongga hidung. (dalam www.infokesehatan.com)Jenis kelainan cleft (sumbing), berdasarkan organ yang terlibat yaitu: a. Celah di bibir (labioskisis) b. Celah di gusi (gnatoskisis) c. Celah di langit mulut (palatoskisis) d. Celah terjadi pada lebih dari organ. Misal ,terjadi di bibir dan langit-langit(labiopalatoskisis) atau terjadi pada bibir, palatum hingga mengenai gusi bagian atas (labio gnatopalatoskisis).



Beberapa jenis bibir sumbing :



5



a.Unilateral IncompleteApabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjanghingga ke hidung.



b.Unilateral completeApabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga kehidung.



c. Bilateral completeApabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.



B. Etiologi Sumbing bibir disebabkan oleh kegagalan fusi prosesus maksilaris danfrontonasalis selama minggu ke enam usia gestasi. Pada kasus bilateral, premaksilamengalami anteversi. Masalah ini selalu berkaitan dengan deformitas nasal. Sumbing palatum dapat berdiri sendiri tau bersama dengan sumbing bibir. Ini disebabkan olehkegagalan fusi prosesus palatinum dan septum nasi. Sumbing data menyebabkan regurgitas nasal makanan, dan kemudian “suara sumbing palatum” karena kebocoran nasal. (Meadow & Newell, 2005: 174).Kelainan kongenital seperti tracheoesophalangeal fistula, omphalocele, trisomi13, dan displasia skeletal dihubungkan dengan kejadian cleft lip dan cleft palate sekitar 20-30% dari kasus. Terdapat kasus yang meningkat pada keluarga denganriwayat sumbing bibir atau sumbing palatum. (Wong, 2003: 587)Penyebabnya bersifat multifaktorial, meliputi gabungan antara faktorlingkungan dan genetik. Diantaranya abnormalitas kromosom, faktor lingkungan atauteratogen, obat-obatan, nutrisi saat kehamilan, dan ibu hamil yang merokok.Secara garis besar penyebab sumbing bibir dan palatum adalah sebagai berikut: 1.Kegagalan fase embrio penyebabnya belum diketahui 2.Fraktur herediter 3.Dapat dikaitkan dengan abnormal kromosom (sindrom patau/ trisomi 13),mutasi gen, dan teratogen (agen atau faktor yang menimbulkan cacat padamasa embrio) 4. Obat-obatan, seperti phenytoin, asam valproat, thalidomine, dan dioxin pestisida. 5.Nutrisi saat kehamilan, contohnya pada keadaan kekurangan atau defisiensiasam folat, mengkonsumsi alkohol dan rokok selama hamil.



C.Manifestasi Klinik Tanda yang paling jelas adalah tampak celah pada bibir atas. Bayi akan kesulitanmenghisap ASI dan kesulitan dalam berbicara. Anak dengan cleft kadang memilikigangguan dalam pendengarannya. Biasanya cleft palate dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang anak dan proses tumbuh kembang dari gigi geliginya (menjadi berjajal). (dalam www.infokesehatan.com) Manifestasi klinis lainnya yang terlihat pada cleft lip dan cleft palatum sebagai berikut: 1.Pada Labio skisis 6



1)Distorsi pada hidung (kelainan bentuk pada hidung, seperti asimetris cupinghidung atau nostril, adanya celah hidung pada palatum). 2)Tampak sebagian atau keduanya 3)Adanya celah pada bibir



2.Pada Palatoskisis 1)Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atauforamen incisive 2)Adanya rongga pada hidung 3)Distorsi hidung 4)Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari 5)Kesukaran dalam menghisap atau makan (Suriadi & Yuliani, 2001: 154-155)



D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik meliputi: 1.Foto rotgen 2.Pemeriksaan fisik 3.MRI( Magnetic Resonance Imaging) untuk elevasi abnormal (Suriadi &Yuliani, 2001: 155).



E. Komplikasi Otitis media berulang dan ketulian sering terjadi. Jarang dijumpai kasus kariesgigi yang berlebihan. Koreksi ortodontik diperlukan apabila terdapat kesalahandalam penempatan arkus maksilaris dan letak gigi geligi.Cacat wicara bisa ada tau menetap meskipun penutupan palatum secaraanatomik telah dilakukan dengan baik. Cacat wicara yang demikian ditandaidengan pengeluaran udara melalui hidung dan ditandai dengan kualita hipernasal bila membuat suara tertentu. `baik sebelum maupun setelah operasi palatum, cacatwicara disebabkan oleh fungsi otot palatum dan faring yang tidak adekuat. Selama proses menelan dan pada saat mengeluarkan suara tertentu, otot-otot palatummolle dan dinding lateral serta posterior nasofaring membentuk suatu katup yangmemisahkan nasofaring dengan orofaring. Jika katup tersebut tidak berfungsisecara adekuat, anak sukar menciptakan tekanan yang cukup didalam mulutnyadan membuat suara ledakan seperti p,b, d, t, h, y atau bunyi berdesis s, sh, ch.Kemungkinan



terapi bicara (speech theraphy) diperlukan setelah tindakan pembedahan. (Nelson,2000: 256)



F. Penatalaksanaan Dalam menangani masalah Labiopalatoskisis ini, pembedahan dilakukan untuk penutupan bibir dan palatum. Penutupan bibir sumbing secara bedah biasanyadilakukan setelah anak berumur 2 bulan, ketika anak telah menunjukkan kenaikan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi oral, saluran 7



napas, atau sistemik.Perbaikan pertama dapat direvisi saat berumur 4-5 tahun. Operasi hidung untukmengatasi distorsi hidung sering dilakukan pada saat perbaikan bibir (Nelson, 2000). Namun rinoplasti atau operasi hidung bisa juga dilakukan saat berumur 3-6 bulan.Sedangkan untuk sumbing palatum, pembedahan dilakukan pada usia 18 bulansampai 2,5 tahun ketika anak belum aktif berbicara. Satu bulan setelah palatoplasti(operasi palatum) dilakukan terapi wicara oleh terapis (Utama, 2012).Bila gusi juga terbelah (gnatoskisis) kelainannya menjadilabiognatopalatoskisis, perbaikan untuk gusi dilakukan pada saat usia 8-9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi (Nawasasi, 2005).Adapun kondisi yang perlu diperhatikan pada bayi untuk dapat dilakukanoperasi antara lain, bayi harus dalam keadaan umum yang baik, tidak sakit , tidaksedang infeksi, ketahanan tubuh bayi stabil dalam menerima tindakan operasi, asupangizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan dan umur bayi.Pembedahan pada bayi harus memperhatikan syarat yang dikenal dengan Formula Ten atau “Rule of Ten” , yaitu : 1.Berat badan bayi sekurang-kurangnya 10 pon (4,5 kg). 2.Umur bayi minimal 10 minggu 3. Hb lebih dari 10 gr %. 4. Leukosit < 10.000 mm



BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. 8



A. Pengkajian Pengkajian keperawatan sebaiknya meliputi pengkajian fisiologis dan psikososial. Pada pengkajian fisiologis kelainan pada bibir dapat terobservasi padasaat kelahiran. Kelainan sumbing palatum terkaji selama fase neonatus pada saat pengkajian dengan palpasi palatum menggunakan jari.Pengkajian respon keluarga juga merupakan bagian yang penting karenakelainan, terutama pada wajah, dapat mengecewakan orang tua. Penatalaksanaan yangsalah terhadap kelainan ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan diri pada anak.Selain itu kaji tumbuh kembang anak dan interaksi sosial dengan lingkungannya. (Ball& Bindler, 2003: 589)Selain itu pada pengkajian didapatkan :terjadi kesukaran dalam menghisap,menelan, makan, terjadi penurunan bernafas, mudah tersedak, distres pernafasan danaspirasi, dan dispneu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distorsi hidung,adanya celah pada bibir apabila terjadi bibir sumbing (labiosisis), adanya rongga padahidung, celah atau terbukanya langitlangit, adanya celah pada uvula apabila terjadisumbing palatum (palatosisis). (Hidayat, 2006: 23-24)



B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul terbagi dua, yaitu pada fase preoperatif dan postoperatif. 1. Preoperatifa. a. Resiko aspirasi (air susu, formula makanan, sekret) berhubungan dengankelainan anatomi b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan bayi menelan makanan. c. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari kelahirandengan cacat2.



2. Postoperatifa. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik, insisi pembedahan. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan tindakan pembedahan / perbaikan cacatd. Defisit pengetahuan (keluarga) berhubungan dengan kurangnya pemaparan dan tidak lazim dengan sumbere. e. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan makan a. b. c. d.



C, TujuanPreoperatif 1. Resiko aspirasi (air susu, formula makanan, sekret) berhubungan dengan kelainananatomiTujuan: bayi tidak mengalami penyumbatan / aspirasi NOC : Jalan nafas terpelihara: Terjadinya toleransi masukan enteral tanpa adanyaaspirasi (Bayi tidak menunjukkan tanda distres respirasi). 2.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan bayimenelan makananTujuan : Berat badan bayi akan bertambah NOC: Status nutrisi: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh selama24 jam. O Bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat dan penambahan berat badan yangsesuai 9



O Sukses dalam menyusui/meneteki jika ingin O Pemberian makan dengann nutrisi yang sesuai adalah pengalaman yang positif bagi orang tua dan bayi



D. IntervensiPreoperatif 1. Resiko aspirasi (air susu, formula makanan, sekret) berhubungan dengan kelainananatomi NIC : Tindakan pencegahan aspirasiPencegahan/pengurangan faktor resiko pada pasien dengan resiko aspirasi.Intervensi : a. Kaji status respiratori dan tanda-tanda vital minimal setiap dua jam. b. Posisikan tubuh miring setelah pemberian makan. c. Beri makanan secara perlahan dan gunakan alat yang sesuai. Misalnya: penggunaandot yang lebih besar. d. Sendawakan dengan menepuk punggung bayi setiap pemberian cairan 15-30ml. e. Angkat kepala saat pemberian makan. f. Dekatkan peralatan suction disamping tempat tidur. Rasional: a. b. c. d. e. f.



Memungkinkan untuk identifikasi masalah lebih awal Mencegah aspirasi saat pemberian makan Memfasilitasi intake bersamaan dengan meminimalkan resiko aspirasid. Membantu mencegah regurgitasi dan aspirasie. Meminimalkan jalan makan melalui cleftf. Suction mungkin diperlukan untuk memindahkan susu atau mukus2.



Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan bayimenelan makanan NIC : Manajemen nutrisi:Penetapan intake makanan dan cairan yang seimbang.Intervensi: a. Kaji intake cairan dan kalori serta berat badan setiap hari (waktu dan penimbangansama dengan bayi ditimbang tanpa menggunakan pakaian). b. Observasi kelemahan respirasi. c. Sediakan nutrisi 100-150 kalori/kg/hari dan cairan 100-130 ml/kg/hari. Jika bayimembutuhkan jumlah kalori tambahan untuk pertumbuhannya maka disarankanuntuk konsultasi pada ahli gizi. d. Fasilitasi pemberian ASI. e. Pertahankan posisi bayi dengan posisi semi duduk selama makan. f. Jelaskan pada Ibu cara menyusui bayi dengan labiopalatoskisis.Seperti menutupcelah bibir dan rangsang pengeluaran ASI. g. Jika ibu tidak bisa atau tidak mau menyusui, maka anjurkan penggunaan botol susu. h. Tempatkan dot pada samping bibirr mulut bayi dan usahakan lidah mendorongmakanan atau minuman kedalam. Gunakan dot yang lunak dan besar. i. Beri makan dalam jumlah yang sedikit secara perlahan. j. Tepuk punggung setiap 15-30 ml setelah minuman atau makanan diberikan. k. Berikan makanan lewat NGT bila bayi tidak dapat makan lewat mulut.



10



Post Operatif 1. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan NIC: kontrol infeksiMeminimalkan akuisisi dan transmisi agen infeksiusIntervensi: a. Kaji tanda-tanda vital setiap 2 jam b. Kaji rongga mulut setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan, meliputi area yang lunakdan kemerahan, lesi, atau penampilan sekresic. c. Bersihkan daerah jahitan dengan normal saline atau ar steril jika diperlukan. d. Bersihkan daerah yang sumbing dengan memberikan 5-15ml air setelah makane. e. Bila terbentuk kerak, gunakan cotton swab yang sudah diberi larutan peroksidaf. f. Berikan krim antibiotik pada luka jahitan sesuai kebutuhang. g. Selalu mencuci tangan dan menggunakan teknik sterilitas ketika melakukantindakan pada luka jahitan. 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanika/ insisi pembedahan NIC: perawatan luka: pencegahan komplikasi luka dan mempercepat penyembuhanluka. a. Posisikan bayi dengan perbaikan sumbing pada posisi satu (miring) atau belakang saja. b. Gunakan penahan siku yang lembut. Lepaskan setiap 2 jam lalu pindahkan.Jangan meninggalkan bayi tanpa pengawasan ketika penahan dilepaskan. c. Pertahankan metal bar (logan bow) atau steri-strips diatas sumbing bibir yangdiperbaiki d. Jauhkan peralatan metal setelah perbaikan sumbing palatume. e. Manajemen nyeri yang baik pada periode postoperatif. Dorong keluarga untukmenjaga dan membuat nyaman anak. f. Berikan aktivitas perkembangan yang sesua seperti bergerak, musik, dll. 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan tindakan pembedahan / perbaikancacat NIC: manajemen jalan nafas: fasilitasi kepatenan jalan nafasIntervensi: a. Kaji status respirasi dan monitor tanda vital setiap 2 jam b. Monitor kardiorespirator c. Pertahankan alat suction dan spuit makan di samping tempat tidur. Lakukansuction orofaring dan nasofaring bila diperlukan d. Sediakan cool mist selama 24 jam pertama postoperasi bila diperlukan e. Ubah posisi setiap 2 jam f. Perhatikan kemungkinan identifikasi masalah secepatnya



E. Evaluasi 1. PreoperatifKriteria evaluasi fase preoperatif, yaitu: a. Tidak ada distres pernafasan dan respirasi normal dan adekuat b. Bonding orangtua-anak positif c. Ekspresi orangtua yang mendukung dan nyaman dalam keluarga dan komunitas. d. Pertumbuhan berat badan bayi normal e. Pengetahuan tentang kelainan, tatalaksana, dan kebutuhan bayi. 2. PostoperatifKriteria evaluasi fase postoperatif, yaitu: a. Tidak ada infeksi b. Area pembedahan sembuh dengan baik c. Tidak ada distres pernafasan 11



d. Manajemen nyeri efektif e. Keseimbangan cairan dan elektrolit dan peningkatan berat badan yang adekuat f. Orang tua dapat menjelaskan prinsip perawatan bayi dan cara pemberian makan



BAB IV KASUS



12



A. Data Subjektif - Tinjauan kasus - Tanggal masuk: 06 september 2020 jam: 20:00 wib - Tempat : HCU RSUD ADAM MALIK MEDAN - No registrasi : 1865273



Indentitas pasien: - Nama bayi : By.Ny. L - Umur bayi : 3bulan - Tanggal / jam partus : 31 Juli 2020 - Jenis kelamin : perempuan - Berat bayi lahir : 3100 gram. - Panjang badan : 50cm Nama ibu : Ny.L - Umur : 40thn - Suku bangsa : Indonesia - Agama



: Khatolik



- Pendidikan : Diploma 3 - Pekerjaan : IRT - Alamat : Jalan Setia Budi no 67 Medan Nama ayah : Tn.J - Umur : 42thn - Suku bangsa : Indonesia - Agama



: Kristen protestan



- Pendidikan : S1 - Pekerjaan : SWASTA - Alamat : Jalan Setia Budi no 67 Medan - terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut dan Nampak kesulitan menyusui - ibu mengatakan bahwa bayi menderita kelainan bibir sumbing



13



- ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan kebutuhan zat besi untuk ibu hamil.



B. Data Objektif 1.Pemeriksaan umum - keadaan umum: sedang - Detak jantung : 147 kali/menit - Pernapasan : 47 kali/menit - suhu aksila : 36,9°C 2. Pemeriksaan fisik - kepala : bentuk mesochepal, tidak ada chepalhematoma. - muka : bentuk simetris, ikteris. - Telinga : bentuk simetris bersih, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen. - Mata : bentuk simetris, skelera ikterik ( Kuning). - Hidung : tidak ada benjolan terdapat bibir sumbing. - Mulut : pelatum dan rongga hidung terpisah. - Leher : ikterik, tidak ada pembesaran kelenjar. - Dada : simetris, bernafas normal, teratur. - Perut : rata dan tidak ada benjolan - Tali pusat : Masih basah, tidak. Pendarahan tali pusat. - Ekstremitas : Simetris, tidak cacat, jumlah jari lengkap. - Genetalia : Terdapat penis, uretra berlubang. - Anus : Ada, berlubang.



14



A (Assesment) Bayi laki-laki lahir mengalami kelainan kognital labiopalatoschizis P (Planning) -Memberitahukan kepada ibu tentnag kondisi bayinya -Memberitahukan asuhan yang tepat agar tidak terjadi resiko tinggi aspirasi seperti mengatur posisi kepala pada saat waktu minum dan makan,gunakan palatum buatan (bila perlu),Lakukan penepukan punggung setelah makan,dan memonitor status pernafasan selama pemberian makan. -Memberikan asuhan yang tepat dalam mengatasi apabila mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan dengan cara bantu ibu dalam menyusui,bantu menstimulasi reflex ejeksi ASI secara manual dengan pompa payudara sebelum menyusui,gunakan alat makan khusus,melatih ibu untuk memberikan ASI yang baik bagi bayinya,dan kolaborasi dengan ahli gizi. -Memberikan asuhan yang tepat apabila pasien dan keluarga mengalami harga diri rendah seperti menganjurkan untuk mengadakan diskusi atau pertemuan dengan orang tua lain dari komunitas penderita labiopalatoschizis,Ajarkan keterampilan untuk bersikap positif/menerima,beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan,dan tunjukan sikap penerimaan terhadap bayi dan keluarga.



BAB V PENUTUP



15



A. Kesimpulan Bibir sumbing (cleft lip) merupakan suatu bentuk kelainan pada mulut ditandaidengan celah pada bibir atas yang biasanya terjadipada seseoragn sejak dilahirkan.Sedangkan cleft palatum adalah kelainan dimana terjadi celah pada langit-langitrongga mulut. Pada cleft palate ini celah menghubungkan langit rongga mulut denganrongga hidung.Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensicukuptinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkant kerusakan sesuaiorgan yangmengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa jugamengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhikeberhasilan operasi. Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilankarena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misalkekurangan zat besi, obat-obat tertentu, radiasi. Cleft lip and cleft palatum dapat mengarah ke beberapa komplikasi yang akanmemperlambat perkembangan dan pertumbuhan bayi hingga dewasa. Sepertiterjadinya gangguan bicara dan pendengaran, otitis media, distress pernafasan, resikoinfeksi saluran nafas.Penanganan labiopalatoskisis harus bersifat komprehensif, dengan melakukan pendekatan multidisipiner yaitu spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT,gigi ortodonti, serta terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.



B.Saran Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Untuk itukedepannya, bagi para pembaca diharapkan dapat menyempurnakan isi dan materimakalah ini.



Gambar 1. Contoh Labioskisis Unilateral (Incomplete)



Gambar 2. Contoh Palatoskisis



16



Gambar 3. Contoh Labiognatopalatoskisis



Gambar 4. Posisi memberi makan pada bayi dengan gangguan cleft



Gambar 5. Dot khusus digunakan pada anak dengan labiopalatoskisis



DAFTAR PUSTAKA



Ball, Jane W., & Bindler, Ruth. (2003). Pediatric nursing:caring for children, Ed.3 . UpperSaddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc. 17



Hidayat, Aziz Alimul A. (2008).Pengantar ilmu keperawatan anak . Jakarta: SalembaMedika.



Nelson, Waldo E. (2000). Ilmu kesehatan anak Nelson, Ed. 15. Jakarta: EGC.



Suriadi, & Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak, Ed.2 . Jakarta: CV. SagungSeto. Wong, D.L. (2003).



Wong’s nursing care of infants and children. St. Louis, Missouri: Mosby,Inc.



Penatalaksanaan pada cleft lip, (2013,http: www.infokesehatan.com, diperoleh 27 Oktober,2013).



18



19