Agama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Stevani Br Barutu



Nim



: 17101200



Kelas



: S1 TT 05 E



A. HAKEKAT MANUSIA 1. Manusia sebagai rupa dan gambar Allah atau makhluk religius. 2. Manusia sebagai mandataris kebebasan dan keterbatasan. 3. Manusia memiliki kebebasan dan keterbatasan. 4. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial. 5. Manusia sebagai makhluk memiliki hati nurani dan kesadaran etnik. 6. Manuisa sebagai makhluk rasional dan berbudaya. 7. Manusia sebagai makhluk pendosa. B. TAHAP PERKEMBANGAN CARA BERPIKIR MANUSIA MENURUT Prof. Dr. C. A. Van Peurren A . Mitos sebagai bakat manusiawi Dunia mitis meliputi kebudayaan primitif. Primitif adalah peradaban yang sangat sederhana, belum maju atau kebudayaan kuno dan tidak modern (kbbi). Istilah “primitif” yang terdapat dalam buku-buku yang telah dikarang oleh para antropologi kebudayaan sebetulnya tidak tepat. Karena dunia yang ditemukan dalam buku-buku tersebut ternyata serba baru, kaya akan cerita-cerita yang mengandung suatu filsafat yang dalam, gambaran-gambaran yang ajaib, dan adat istiadat yang beraneka warna. Yang ditampilkan disini ialah manusia-manusia yang langsung berhubungan dengan daya alam yang serba rahasia. Rasa kagum dari zaman romantik memandang manusia primitif sebagai manusia purba yang hidupnya masih dekat dengan alam dan masih murni, belum disentuh oleh akses-akses peradaban dan teknik modern. Orang primitif masih berjiwa sederhana seperti kanak-kanak, masyarakatnya belum mengenal permasalahan yang memusingkan manusia modern, dan dunia mereka penuh dengan dunia gaib diliputi rahasia dan sangat interesan. Tetapi kalau kita selidiki lebih mendalam, masyarakat primitif mempunyai susunan yang berbelit-belit, kaidah-kaidah yang kuat. Maka jelaslah bahwa mitos-mitos bukan dongeng-dongeng, melainkan buku pedoman bagaimana hidup ini dijalani. B. Alam Pikiran Ontologis Alam pikiran ontologis manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang mengitarinya. Ia tak begitu terkurung lagi, kadang-kadang ia menjadi penonton terhadap hidupnya sendiri. Dengan demikian ia berusaha memperoleh pengertian mengenai daya-daya kekuatan yang menggerakkan alam dan manusia. Perbuatan praktis dan kesenian memainkan perananya, tetapi renungan-renungan teoritis mengenai alam yang tidak nampak (metafisika) mulai tampil ke muka. Fase ini terkenal dengan perkembangan dari mitos ke logos. Merenungkan barang-barang, peristiwa-peristiwa, suka duka manusia dan masyarakatnya juga dapat dinamakan: renungan tentang ada. Ada yang meliputi segala sesuatu sejak dahulu kala merupakan sasaran bagi setiap pengertian filsafat dan akhirya memuncak dalam suatu ilmu mengenai ada itu atau ontologi. Merenugkan tentang ada itu mengakibatkan pembebasan. Dari pelbagai segi alam pikiran barat berbeda dengan alam pikiran timur. Namun, pada umumnya, alam pikiran timur lebih



condong meleburkan segala sesuatu, termasuk individu manusia, di dalam yang mutlak yang tak terungkap. Alam pikiran barat mempunyai ciri khas tersendiri yaitu tempat munculnya ilmu pengetahuan dan teknik. C. Pemikiran Fungsionil Pemikiran fungsionil menyangkut hubungan, peraturan dan relasi. Sebetulnya alam pikiran manusai selalu mengandung aspek-aspek fungsionil, apalagi bila cara berpikir tersebut dapat memperlancar perbuatan dan pola perbuatan manusia. Istilah “fungsionil” lalu dapat dijadikan sarana untuk meringkas dan menjelaskan sejumlah gejala modern. Dan yang diharapkan adalah agar kita semakin menyadari pergeseranpeergeseran yang kita alami Alam pikiran fungsionil dapat dipandang sebagai suatu pembebasan. Istilah piikiran disini sebetulnya terlalu sempit, karena alam pikiran ini meliputi baik teori maupun praktek, perbuatan dan karya artistik, pekerjaan dan keputusan-keputusan politis. Sesuatu mungkin dapat dimengerti melalui akal budi, tetapi tidak diselami dengan perasaan, lalu ditolak, barang atau orang itu tidak berbekas dalam hati kita dan tidak mempunyai arti bagi kita. Bukan jalan-jalan tradisionil yang mendorong kita untuk mengambil suatu keputusan etis, melainkan justru situasi-situasi yang serba baru dan tak terduga. Aspek pikiran fungsionil adalah bagaimana memberi dasar kepada masa kini dan bagaimana peranan pengetahuan dalam berkehidupan. Arti sesuatu adalah cara sesuatu itu dialami dan diintegrasikan dalam hidup kita. Memahami arti dan makna sesuatu berarti, bahwa arti tersebut dapat dinyatakan dalam praktek.