Agus Nilawati Tugas 3 Tap 826225704 0 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA



: AGUS NILAWATI



NIM



: 826225704



MAKUL



: Tugas Akhir Program (TAP)



TUGAS



: TUTORIAL 3



TUTOR PEMBIMBING



: Hengki Rumere, S.Pd.sd.,MM



SEMESTER 9 PGSD POKJAR MUKOMUKO



Kasus Pembelajaran : Ibu Wulan ialah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di tempat pegunungan. Dalam mata pelajaran matematika wacana pecahan, Ibu Wulan menjelaskan cara menjumlahkan pecahan dengan memberi pola di papan tulis. Salah satu penjelasannya ialah sebagai berikut: Ibu Wulan: "Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan pola berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi pola ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Kaprikornus yang dijumlahnya ialah pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?" Anak-anak diam, mungkin mereka bingung. Ibu Wulan: Pasti sudah jelas, kan. Nah kini coba kerjakan soal-soal ini." Ibu Wulan menulis 5 soal di papan tulis dan bawah umur mengeluarkan buku latihan. Secara berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut alasannya tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama bawah umur bekerja Ibu Wulan duduk di depan kelas sambil membaca. Setelah selesai, bawah umur diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Ibu Wulan meminta seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi alasannya tanggapan itu salah, Ibu Wulan kemudian menuliskan semua tanggapan di papan tulis. Kemudian bawah umur diminta menilik pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan tanggapan di papan tulis. Alangkah kecewanya Ibu Wulan ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.



Berdasarkan kasus pembelajaran di atas, Anda diminta : 1. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Ibu Wulan dalam masalah di atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. 2. Jika anda yang menjadi Ibu Wulan, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa langkah-langkah itu yang anda tempuh



Jawaban : 1. Kelemahan pembelajaran yang dilakukan Ibu Wulan dalam masalah di atas I.



Ketika menjelaskan guru tidak menggunakan media/alat peraga dan materi yang diajarkan tidak disampaikan dengan baik Alasannya : Pada saat proses penyampaian materi guru tidak menggunakan media/alat peraga, guru hanya menjelaskan materi dengan memberi pola pecahan berupa angka dipapan tulis. Peranan Alat Peraga Piaget (dalam Hudoyo, 1998) menyatakan bahwa taraf berpikir anak seusia SD adalah masih konkret operasional, artinya untuk memahami suatu konsep anak masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Hal serupa juga disampaikan Dienes (dalam Hudoyo, 1998) yaitu setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk konkret sehingga dapat dimengerti. Dienes menekankan betapa pentingnya memanipulasi obyek-obyek dalam pembelajaran matematika. Pengalaman belajara anak sangat penting dalam membentuk suatu pemahaman terlebih bila ditunjang dengan alat bantu belajar yang berfungsi mengkonkretkan materimateri matematika yang bersifat abstrak. Siswa Sekolah Dasar (SD) yang berumur antara tujuh sampai dengan 12 tahun pada dasarnya perkembangan intelektualnya termasuk dalam tahap operasional kongkret, sebab berfikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek-obyek. Dengan kata lain penggunaan media (termasuk alat peraga) dalam pembelajaran matematika di SD memang sangat diperlukan, karena sesuai dengan tahap berpikir anak. Dengan menggunakan media/alat peraga, siswa lebih menghayati matematika



secara nyata berdasarkan fakta yang jelas dan dapat dilihatnya. Sehingga penggunaan alat peraga akan berfungsi sangat baik untuk lebih mudah. Penggunaan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika memberi kontribusi yang sangat besar dalam mempelajari dan menguasai konsep/prnsipprinsip matematika yang bersifat abstrak. Konsep-konsep dalam matematika akan dapat dimengerti dengan baik oleh siswa jika disajikan dengan bantun benda-benda kongkrit dan melalui kegiatan kontektual yang tidak asing bagi mereka. Guru bisa menggunakan media/alat peraga PENCAK (penjumlahan pecahan kertas) dalam pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas IV Sekolah Dasar. Tentu saja media/alat peraga PENCAK memberi kontribusi yang baik terhadap perkembangan pemahaman siswa serta kreatifitas siswa dalam materi penjumlahan pecahan. Alat peraga PENCAK membantu siswa dalam menemukan sendiri konsep-konsep yang diperlukan dalam menguasai penjumlahan pecahan. Pengajaran adalah proses menyampaikan atau menanamkan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka pengajaran memiliki tujuan yang utama yaitu penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa (Sanjaya, 2005: 75). Ketika menjelaskan materi pembelajaran hendaknya guru lebih mengusai materi, sehingga materi yang disampaikan bisa tersalurkan 100% kepada siswa. Ketika seorang guru menguasai materi dengan baik, tentu saja teknik penyampaian materi akan bervariasi sehingga mudah dipahami siswa. Dalam pembelajaran matematika, materi yang disampaikan harus jelas, tepat dan akurat agar siswa tidak bingung menelaah dan memahami apa yang sudah guru sampaikan. II.



Metode pembelajaran yang digunakan tidak dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa



Alasannya : Metode yang terlihat pada saat proses pembelajaran hanya metode ceramah dan penugasan. Metode yang guru gunakan tidak efektif dia dilaksanakan , guru tidak bisa meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa. Sehingga interaksi antara guru dan siswa tidak ada, banyak siswa yang bingung dan diam. Kita ketahui bahwasanya Metode adalah cara atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Tentu saja untuk mencapai tujuan pembelajaran pemilihan metode yang sesuai harus menjadi pertimbangan para guru. Pada pembelajaran matematika metode mengajar lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui perantara kata-kata oleh guru harus dilakukan, agar siswa tidak bosan, guru tidak kehabisan tenaga, dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Pada materi matematika mengenai pecahan guru bisa menggunakan metode diskusi kelompok. Melalui rangkaian aktivitas tersebut dapat membantu siswa memahami materi pecahan. Siswa diajak untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan terlibat secara langsung dalam memahami konsep perbandingan senilai. Dimana dalam setiap aktivitasnya siswa dituntut untuk bekerja sama, mampu mengkomunikasikan gagasan yang dimiliki sehingga siswa senantiasa dapat berbagi dan bertukar informasi yang mereka miliki. Adapun manfaat melakukan metode diskusi kelompok yaitu : menumbuhkan sikap saling menghargai, menanamkan sikap demokrasi, mengembangkan daya berpikir, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman, mewujudkan proses kreatifitas



dan



analitis,



mengembangkan



kebebasan



pribadi,



melatih



kemampuan berbicara, menambah wawasan siswa, belajar dalam berpendapat, dan menyelesaikan masalah. III.



Guru tidak mengelola kelas dengan baik pada saat pelaksanaan evaluasi dilakukan Alasannya : Terlihat pada hasil evaluasi yang dilakukan dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah



semua. Ketika pelaksanaan evaluasi/pemberian tugas sebagian besar siswa ribut dengan alasan tidak tau bagaimana cara mengerjakannya, hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama siswa bekerja guru duduk di depan kelas sambil membaca. Ini terlihat tidak terkelolanya kelas dengan baik. Banyak kegaduhan dan keributan yang terjadi, karena guru tidak memantau aktfitas siswanya. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, inovatif dan menyenangkan bagi siswa. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan hanya tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolan kelas pada hakekatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar dalam kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa (Sudirman, 1992: 31). Adapun secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan (Usman, 1995: 8). Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan (1994: 114) tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain: a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya. c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang.



2.



Jika saya menjadi Ibu Wulan langkah-langkah pembelajaran yang akan saya tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda yaitu dengan menggunakan media/alat peraga PENCAK (Penjumlahan Pecahan Kertas) dan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Sebelum memulai pembelajaran, alat peraga dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran penjumlahan pecahan telah dipersiapkan dengan maksimal. Adapun gambaran alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah botol air mineral dan kertas pecahan berwarna. Agar lebih memudahkan kertas-kertas berwarna tersebut dinamakan dengan PENCAK (Penjumlahan Pecahan Kertas) Secara lebih jelas deskripsi dari PENCAK tersebut adalah potongan-potongan kertas yang memiliki warna berbeda, dimana setiap warna tersebut merepresentasikan nilai pecahan yang berbeda-beda pula. Kertas dengan warna yang sama memiliki ukuran dan nilai pecahan yang sama. Sebagai contoh: setiap potongan kertas yang berwarna biru menunjukkan nilai pecahan ½, potongan kertas yang berwarna merah menunjukkan nilai peacahan 1/3, potongan kertas yang berwana hijau menunjukkan nilai pecahan ¼ dan potongan kertas yang berwarna kuning menunjukkan nilai pecahan 1/6. Hal ini sengaja dibuat agar siswa dapat dengan mudah membedakan setiap nilai pecahan berdasarkan warna. Pembelajaran dengan penerapan realistik pada materi penjumlahan pecahan diawali dengan memberikan masalah kontekstual kepada siswa. Masalah kontekstual tersebut langsung dihadirkan di awal pembelajaran. Adapun masalah tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut : Guru : ” Ibu Septi mempunyai ¼ air dalam botol, dia sangat haus tapi air itu tidak cukup untuk meredakan rasa hausnya, kemudian Ibu Rita memberikan air yang dimilikinya sebanyak ½ botol kepada buk Septy. Tiba-tiba pak Badrun datang dan memberikan lagi air sebanyak ¾ botol kepada buk Septy. Eemm, kirakira berapa banyak air yang dimiliki oleh ibu Septy sekarang?” Siswa : ” 1 ½ botol” (para siswa menjawab) Guru : “siapa yang dapat menunjukkan hasil tersebut di depan kelas?” Siswa : “saya buk! “(jawab beberapa siswa) Dua orang siswa dimintakan maju ke depan kelas, salah satu menunjukkan jawaban dengan menuangkan air dalam botol-



boltol tersebut dan salah seorang yang lain menuliskan proses tersebut sesuai dengan jumlah air yang ada di dalam botol. Pada tahap ini siswa dapat dengan mudah menentukan hasil akhir air dalam botol hanya dengan cara melihat proses menuangkan air ke dalam botol akan tetapi ketika siswa dituntun untuk melihat proses tersebut dalam bentuk angka yang telah dituliskan oleh temannya di papan tulis, beberapa dari siswa mulai menunjukkan kesulitan misalnya bagaiman cara mendapatkan hasil dari ½ + ¼ = 3/4. Dengan adanya permasalahan diatas, ini alasan mengapa langkah-langkah itu saya tempuh agar teratasinya masalah tersebut. Dengan menggunakan media PENCAK guru berusaha menjelaskan proses tersebut sehingga siswa dapat memahaminya. Penggunaan media PENCAK selama pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami konsep kesamaan dua pecahan yang biasanya diperkenalkan dengan menyamakan penyebut penggunaan media yang sesuai dalam pembelajaran akan dapat membantu siswa dalam menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang seharusnya mereka kuasai maupun dalam pembuktian tentang suatu konsep yang telah mereka kuasai. Dari segi proses pelaksanaan, pembelajaran ini telah melalui tiga aspek penting yang diharapkan dari pembelajaran dengan menggunakan PMRI yaitu: a.



Context, lingkungan sekitar, dimana matematika dimulai dengan permasalahan yang dekat dengan siswa.



b.



Number sense, menciptakan kebermaknaan dari bilangan dan konsep, serta hubungannya.



c.



Tahap matematika formal, algoritma, prosedur. Sedangkan dari sisi lain, misalnya keaktifan siswa, kerjasama dalam kelompok



dan keberanian dalam mengeluarkan pendapat dan memprentasikan hasil kerja di peroleh adanya peningkatan.