Akhlak Mulia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



AKHLAK Dosen Pengampu: Budi Setyono, S.Pd.I., M.Pd.I



PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG SEMESTER GENAP TAHUN 2021



Disusun Oleh: 1. Dwiky Putra Adi Kurniawan (C2A020301) 2. Rasyid Setyo Nugroho (C2A020302) 3. Kendra Jiwata (C2A020303)



DAFTAR ISI



BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak B. Perbedan dan Persamaan antara Akhlak, Etika dan Moral C. Sumber akhlak dalam islam D. AKHLAK SEBAGAI MODAL KEHIDUPAN SOSIAL BAB III : PENUTUP Kesimpulan Saran



BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya. Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga menyelamatkan. Islam adalah agama yang sempurna dan agama yang mengatatkan bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri berarti istislam penyerahan diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam juga berati salâm yang berarti keselamatan. Keselamatan yang diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya sekedar keselamatan di dunia semata akan tetapi keselamatan yang kekal abadi juga Allah berikan kepada umat Islam, yaitu keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan tunduksaja, tapi Islam juga memiliki konsekwensi yang harusdilaksanakan oleh pemeluknya.



Tujuan Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat penting yang perlu dipelajari, diterapkan dalam kehidupan peserta didik. Akhlak yang baik merupakan amalan yang sangat mempermudah seseorang untuk masuk surga dan akhlak al-Qur’an bisa diterima oleh semua kalangan atau bisa kita sebut bersifat universal.



BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak Menurut istilah etimology (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat”. Sedangkan secara terminologi (istilah), makna akhlak adalah suatu sifat yang melekat dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan perilaku yang spontan, mudah, tanpa memerlukan pertimbangan. Berdasarkan makna diatas, dapat dipahami bahwa apa yang konkrit dari setiap aktivitas, sangat dientukan oleh kondisi jiwa pelakunya yang berupa tingkah laku, perangai, dan tabiat. Disinilah kemudian Imam Al-Ghozali berfikir, sebagimana yang telah dikutip oleh M. Hasyim Syamhudi dalam bukunya yang berjudul “Akhlak Tasawuf” bahwa: “Jika kondisi jiwa itu melahirkan aktivitas indah dan terpuji, baik menurut akal dan syara‟, maka hal tersebut dinamai akhlak yang baik, namun bila yang keluar itu adalah aktivitas yang jelek, maka dinamai akhlak yang jelek”. Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut : 1) Menurut Ibnu Mazkawaih, akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran dan perencanaan. 2) Menurut Al-Ghozali: akhlak adalah sifat tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan. 3) Menurut Rosihan Anwar, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhak merupakan keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.



B. Perbedan dan Persamaan antara Akhlak, Etika dan Moral Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemaknaannya. Pertama bahwasanya ketiganya mengacu pada gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga, merupakan potensi positif yang dimiliki oleh setiap orang. Kemudian dalam perbedaan moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum



yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.



C. Sumber akhlak dalam islam Dalam Islam, Al Qur’an dan As-Sunnah selain dijadikan sebagai pegangan hidup juga dijadikan sebagai dasar atau alat pengukur baik buruknya sifat seseorang. Apa yang baik menurut Al Quran dan As-Sunnah itu berarti baik dan harus dijalankan, sedangkan apa yang buruk menurut Al Quran dan Sunnah berarti tidak baik dan harus dijauhi. Sebagai dasar umum dari pendidikan akhlak adalah QS. At-Tahrim ayat 6 : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim/66 : 6).



Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral



D. AKHLAK SEBAGAI MODAL KEHIDUPAN SOSIAL Sesuatu perbuatan dipandang baik oleh masyarakat umum atau dipandang buruk. Dimana setiap orang dapat menilai sesuatu perbuatan itu perbuatan baik dan sesuatu perbuatan lainnya itu buruk. Perasaan terhadap sesuatu perbuatan itu baik atau perbuatan sesuatu itu buruk itu yang disebut moral sense. Umpamanya ada seseorang yang berbuat kasar terhadap orang tua, orang akan menilai bahwa perbuatan itu adalah tidak baik. Demikian pula terhadap perbuatan



seperti; kikir, sombong, ujub takabur, aniaya, malas, dsb. Tetapi sebaliknya seumpanya ada seseorang yang bersikap ramah tamah, sabar, rendah hati, dermawan, adil, jujur, dan sebagainya, orang akan menilai bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang baik dan terpuji. 1[4]



َ ‫اظ ِمينَ ْالغَ ْي‬ ‫َّللا ي ُِحب‬ َّ ‫الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ فِي ال‬ ِ ‫اء َو ْال َك‬ ِ ‫اء َوالض ََّّر‬ ِ ‫س َّر‬ ِ ‫ع ِن ال َّن‬ َ َ‫ظ َو ْالعَافِين‬ ُ َّ ‫اس ۗ َو‬ َ‫ْال ُمحْ ِسنِين‬ Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134) Akhlak memang merupakan batas pemisah antara yang orang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa.karena salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah SAW ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu. Selain itu juga, akhlak ialah ciri-ciri kelebihan di antara manusia karena akhlak merupakan simbol kesempurnaan iman, ketinggian takwa dan kealiman manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Orang yang sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim, Shahihul Jaami’ No. 1230) Kekalnya suatu ummah juga karena kokohnya akhlak dan begitulah juga runtuhnya suatu ummah itukarena lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui Al-Qur’an seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keridhoan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti pada zaman Rasulullah SAW. Tidak adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang tentunya hal seperti ini dapat membawa kehancuran dari suatu negara. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Allah SWT. telah menetapkan bahwa umat muslim adalah umat yang paling baik. Kebaikan ini dikarenakan oleh adanya sifat akhlak yang baik yang telah tumbuh dalam umat muslim. Sifat akhlak tersebut, secara umum telah dijelaskan dalam surah Āli ‘Imrān ayat 110:



ْ ‫ُكنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬ ِ ‫ع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ ِب ه‬ ‫اّلل َولَ ْو آ َمنَ أ َ ْه ُل‬ ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬ ِ ‫ت ِلل َّن‬ َ َ‫وف َوتَ ْن َه ْون‬ َ‫ب لَ َكانَ َخيْرا ً لَّ ُهم ِ هم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ َوأ َ ْكثَ ُر ُه ُم ْالفَا ِسقُون‬ ِ ‫ْال ِكتَا‬ Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang



ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 110). Tiga sifat-sifat akhlak tersebut diatas yang disebutkan pada ayat 110 Q.S.Ali Imran yaitu keimanan kepada Allah SWT, memerintahkan kepada kebaikan (amar ma’rūf), dan mencegah dari kemungkaran (nahi munkar). Kepercayaan dalam bentuk iman kepada Allah SWT akan membangkitkan manusia untuk melakukan amal shaleh. Amar ma’rūf adalah cinta kepada manusia. Sedangkan nahi munkar adalah menanggulangi keburukan dan menyempitkan jalan bagi tumbuhnya keburukan dan kejahatan itu. Ini semua adalah puncak akhlak yang baik. Akhlak merupakan jati diri bagi setiap orang karena setiap orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu akan sangat jauh berbeda. Akhlak tidak dapat dinilai atau digambarkan dengan mata uang apapun, akhlak merupakan wujud jati diri seseorang didalam pribadi seorang insan yang merupakan hasil didikan dari kedua orang tua serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Terbentuknya sebuah masyarakat diibaratkan sama seperti membangun sebuah bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga dengan membentuk masyarakat mesti di mulai dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu. Jika asas yang dibina sangat kokoh maka tegaklah masyarakat tersebut. Jika lemah maka runtuhlah apa yang telah dibina diatasnya.



َ‫َّللا ِإلَيْك‬ َ ْ‫َوأَحْ ِس ْن َك َما أَح‬ ُ َّ َ‫سن‬ Artinya: “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu.” (QS.al-Qashas: 77) Akhlak memang sangat penting karena merupakan asas yang telah dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW ketika memulai pembentukan masyarakat Islami. Sungguh akhlak itu sangat penting artinya dalam kehidupan bermasyarakat, dapat dibayangkan seperti apa jadinya bila suatu masyarakat tidak di bangun dengan asas akhlak yang mulia? Sungguh akan terjadi suatu kehancuran pada masyarakat tersebut. "Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada dunia, dan menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT. Maka, tidak ada lagi sesuatu yang dicintai selain berjumpa dengan dzat illahi rabbi, dan tidak menggunakan semua hartanya kecuali karenanya…". Dapat disimpulkan bahwa Al-Ghazāli menempatkan kebahagiaan jiwa seorang insan sebagai tujuan akhir dan kesempurnaan dari akhlak. Kebahagiaan tertinggi dari jiwa seseorang berarti mengenal adanya Allah SWT. tanpa adanya keraguan sedikitpun (ma’rifatullah). Allah SWT. merupakan sumber kasih sayang dalam setiap manusia dan kebenaran yang memuaskan jiwa dan rohani. Setiap manusia yang berpegang teguh pada prinsip akhlak yang baik akan mengupayakan hidupnya dengan bijak. Semua perbuatan dan amalnya diyakini keterarahan kepada Allah SWT. yang telah menanamkan segala hal yang baik dalam ciptaan.



Dengan keseimbangan jiwanya, ia tidak membiarkan diri hanyut akan hal-hal bersifat material sejauh hal itu bisa menambah kesempurnaan akhlak. 1.



Penanaman Pendidikan Akhlak Ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya. Ialah :



a.



Meluaskan lingkungan pikiran, yang telah dinyatakan oleh “Herbert Spencer” akan kepentingannya yang besar untuk meninggikan akhlak sungguh pikiran yang sempit itu sumber beberapa keburukan, dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi. Kita melihat takutnya beberapa orang, disebabkan karena khurafat yang memenuhi otak mereka, dan banyak dari suku bangsa yang biadab, berkeyakinan bahwa keadilan itu hanya diwajibkan kepada orang-orang suku mereka, adapun kepada lainnya tidak dikata lain bisa merampas harta mereka atau mengalirkan darah mereka.



b.



Berkawan dengan orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat mendidik akhlak ialah berkawan dengan oranag yang terpilih, karena manusia itu suka mencontoh, seperti mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak mereka. Seorang ahli filsafat menyatakan: “Kabarilah saya siapa kawanmu, saya beri kabar kepadamu siapa engkau”. Maka berkawan dengan orang-orang yang berani dapat memberikan ruh keberanian pada jiwanya orang penakut, dan banyak dari orang pandai pikirannya, sebab cocok memilih kawan atau beberapa kawan yang mempengaruhi mereka dengan pengaruh yang baik dan membangun kekuatan jiwa mereka yang dahulu lemah.



c.



Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berpikiran luar biasa. Sungguh perjalanan hidup mereka tergambar dihadapan pembaca dan memberi semangat unruk mencontoh dengan mengambil tauladan dari mereka. Suatu bangsa tidak sepi dari pahlawan, yang kalau dibaca tentu akan menimbulkan ruh yang baru yang dapat menggerakkan jiwa untuk mendatangkan perbuatan yang besar. Dan banyak orang yang terdorong mengerjakan perbuatan yang besar, karena membaca hikayatnya orang besar atau kejadian orang besar yang diceritakan. Dan yang berhubungan dengan semacam ini ialah perumpaan dan hikmah kiasan, yang banyak mempengaruhi kepada jiwa dan lebih dekat pada pikiran.



d.



Yang lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlak ialah supaya orang mewajibkan dirinya melakukan perbuatan baik bagi umum, yang selalu diperintahkan olehnya dan dijadikan tujuan yang harus dikejarnya sehingga hasil. Tujuan-tujuan ini banyak dan orang dapat memilih menurut apa yang sesuai dengan keinginan dan persediaannya, seperti menyelidiki pengetahuan atau mempertinggi satra syairnya atau usaha mengangkat bangsanya dari arah perekonomian atau politik atau agama. Sudah semestinya tiap-tiap manusia mempunyai bagian dari kepentingan umum, yang dicintai dan dikejarnya dengan demikian tumbuhlah kecintaanya terhadap sesama manusia dan disini keutamaan mendapat tanah yang subur. Dengan tidak ada bagian tersebut, ia hidup serba sempit karena hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.



e.



Apa yang kita tuturkan didalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa melakukan perbuatan yang



tidak ada maksud kecuali menundukkan jiwa, dan menderma dengan perbuatan tiap-tiap hari dengan maksud membiasakan jiwa agar taat, dan memelihara kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.2[5] 2.



Konsep 7B dalam Meraih Kesuksesan yang Hakiki Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan hidupnya secara bijak. Semua perbuatannya atau amalnya diyakini terarah kepada Allah yang telah menanamkan segala yang baik dalam ciptaan-Nya. Kesuksesan yang hakiki akan dapat diraih jika mengikuti konsep 7B, yaitu:



a.



Beribadah dengan benar



b.



Bertakwa dengan baik



c.



Belajar tiada henti



d.



Bekerja keras dan ikhlas



e.



Bersahaja dalam hidup



f.



Bantu sesama dan



g.



Bersihkan hati selalu Dengan tujuh konsep tersebut kita dapat mengimplikasikan dalam kehidupan seharihari dengan akhlak yang baik, maka kesuksesan akan dengan mudah kita dapat, baik kesuksesan dunia



maupun



akhirat.



Menguatkan



nilai-nilai



aqidah



dan



keimanan



dalam



jiwa



BAB III : PENUTUP Kesimpulan Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya. Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya segala sesuatu. Hubungan antara akhlak,etika dan moral sangat menentukan karakter dalam kehidupan.



Saran Pelajari dan pahami berbagai sumber yang menyangkut tentang akhlak serta terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menjadi kebiasaan sehingga kita terbiasa mempunyai akhlak yang baik.