Aksara Bugis Makasar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKSARA BUGIS MAKASAR DAN NASKAH BUGIS MAKASAR



Universitas Gadjah Mada



1



AKSARA BUGIS MAKASAR Konsonan



Vokal :



Goa, Daeng Pamatte. Dan sistem Aksara Lontara Daeng Pamatte tersebut banyak digunakan dalam naskah-naskah kuna. Selain ditulis diatas daun lontar, Aksara Lontara juga ditulis di atas dengan pena atau lidi ijuk (kallang). Baru pada abad XVII, ketika Budaya Islam mulai mempengaruhi Sulawesi bagian selatan, banyak hasil kesusastraan Bugis dan Makasar ditulis dalam Aksara Arab yang disebut Aksara Serang. Naskah terpenting dalam kesusastraan Bugis dan Makasar adalah naskah La Galigo (Sure Galigo). Naskah ini merupakan himpunan cerita mitologi, yang bagi banyak orang Bugis dan Makasar, memiliki nilai keramat. Selain itu, ada juga himpunan naskah kesusastraan yang mempunyai fungsi sebagai pedoman dan tata kelakuan bagi kehidupan, misalnya, himpunan amanat-amanat nenek moyang (Paseng), himpunan undang-undang,



Universitas Gadjah Mada



2



peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemimpin-pemimpin adat (Rapang) dan sebagainya.



Gambar 129 Aksara Bugis dalam Kitab Bunga Rampai Keagamaan Jenis kertas Cap Air/ Papyrus. Abad XVIII. Koleksi: Dra. Satriani Rasyid di Arsip Nasional Indonesia Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.



Universitas Gadjah Mada



3



Gambar 130 Naskah I La Galigo yang mengisahkan tentang Batara Guru dan Saweri Gading. I La Galigo adalah salah satu naskah terpenting dan kesusastraan Sulawesi Selatan. Mengisahkan tentang tokoh utamanya yang bernama Saweri Gading, ayahanda I La Galigo. Naskah lengkap I La Galigo berjumlah ± 300.000 bans. Koleksi: Arsip Nasional Indonesia Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.



Di samping naskah-naskah di atas juga, diperoleh pula peninggalan lain berupa naskah-naskah yang berisi himpunan silsilah raja-raja (attoriologi) dan cerita-cerita pahiawan. Epos ini memang diambil dari sejarah, walaupun Iayaknya epos kala itu, juga diimbuhi oleh unsur legenda (Pau-pou). Selanjutnya, ditemukan pula naskahnaskah yang berisi dongeng-dongeng rakyat (seperti roman, cerita-cerita lucu, cerita-cerita binatang yang berlaku seperti manusia), buku-buku yang mengandung catatan-catatan tentang ilmu gaib (Kutika) dan buku-buku yang berisi syair, nyanyian-nyanyian, tekateki dan sebagainya. Secara umum naskah-naskah di Sulawesi bagian selatan ditulis dalam empat aksara, yaitu Aksara Makasar (Makasar Kuna), Bugis (disebut juga Aksara Bugis/Aksara Makasar), Aksara Arab (Aksara Serang), dan Latin. Beberapa jenis aksara sering ditemukan dalam satu naskah yang sama. Sebuah naskah dimungkinkan memakai Aksara Bugis sekaligus juga Aksara Arab. Dan Aksara Arab, biasanya Iebih dipakai sebagai penjelas kata. Aksara Bugis dan Makasar pada dasarnya bersifat silabis. Dan mempunyai ciri yang unik yakni tidak semua fonem dapat ditulis. Konsonan rangkap (seperti: “tt”, “ss” dan seterusnya), bunyi glottal (“q”), dan bunyi sengau (“ng”) tidak pernah ditulis Universitas Gadjah Mada



4