Aksi Nyata Topik 1 Pemahaman Peserta Didik (PPG Prajab) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TOPIK I PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA TEORI BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK



Nama



: Shindy Silvianti



Group



: 01-Kimia-002



PROGRAM PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2022



TOPIK I TEORI BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK Aksi nyata rancangan aksi pengaplikasian teori belajar dalam proses pembelajaran. A. Latar belakang Pengaplikasian teori belajar kedalam proses pembelajaran hendaknya dapat menyesuaikan antara karakter peserta didik, guru, lingkungan sekolah, materi dengan metode serta strategi yang digunakan. Penerapan teori belajar ini memiliki karakteristik masing-masing. Teori belajar yang dipelajari ada 3 yaitu: teori belajar behaviorisme, tori belajar sosial kognitif dan teori belajar kontruktivisme. Ketiga Teori belajar mengharapkan yang terbaik untuk peserta didik sebagai contohnya teori behaviorisme dengan memberikan stimulus maka akan ditimbulkan perilaku berupa respon terhadap stimulus yang diberikan, teori sosial kognitif mengajarkan bahwa hubungan dengan lingkungan juga penting dalam meningkatkan kognitif dan perilaku dari peserta didik dan teori kognitivisme mengajarkan bahwa peserta didik bisa bersikap aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan di bombing oleh guru sebagai fasilitator B. Tujuan Adapun tujuan dari aksi nyata pengaplikasian teori belajar ini adalah: 1. Menumbuhkan perilaku serta budi pekerti yang baik di lingkungannya 2. Menumbuhkan motivasi belajar dari peserta didik sehingga Membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran C. Pihak yang terlibat Dalam melakukan suatu perubahan disekolah yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu guru dan peserta didik. D. Perencanaan Pada tahap perencanaan, guru mengidentifikasi hal- hal yang perlu diperbaiki dalam



proses pembelajaran. Guru juga melihat bagaimana karakter peserta didik dalam proses pembelajaran, kemudian guru juga mengamati bagaimana perilaku dan budi pekerti peserta didik terhadap lingkungan sekitar. Setelah memahami karakter dan gaya belajar peserta didik, baru guru dapat menentukan metoda dan strategi yang tepat digunakan dalam pembelajaran. Pada



proses perencanaan ini guru dapat menyusun pembelajaran dengan



membuat RPP dengan menggabungkannya dengan teori belajar yang sesuai. E. Pelaksanaan Dalam melaksanakan aksi nyata pengaplikasian teori belajar dan motivasi dalam proses pembelajaran sebagai berikut: 



Teori Belajar



1. Teori Belajar Behaviorisme Dalam pendekatan behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang sudah dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah perangkat keras agar proses dan hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun tetap berada dalam konteks tujuan pembelajaran. Berikut ini merupakan penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran di kelas antara lain: 1) Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi sederhana sampai kompleks. 2) Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar. 3) Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru akan



segera diperbaiki. 4) Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau pembiasaan seperti yang diinginkan. 5) Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat. 6) Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari



sisi positif dan negatif.



contoh pengaplikasian teori behavioristik dalam kehidupan : minsalnya disuatu sekolah masih banyak siswa yang suka membuat sampah sembarangan. Sebagai guru kita dapat Memberikan stimulus kepada peserta didik bahwa kebersihan adalah Sebagian dari iman. Sebelum mulai belajar siswa dapat dibiasakan untuk membuang sampah yang berada di sekitarnya, kelas



dalam



sebelum



proses



keadaan



bersih.



pembelajaran Jika



ada



dimulai sampah



alangkah peserta



baiknya



didik



diminta



suasana untuk



membuang sampah di tempat sampah yang telah disediakan. Pengaplikasian yang dilakukan secara berulang akan membuat konsep yang diberikan lebih tertanam. 2. Teori Konstruktivisme Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran: a) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghargai gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solvers). b) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan sering kali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespons atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan atas informasi yang diterimanya. c) Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya. d) Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasangagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka



pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk mengemukakan gagasan-gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di dalam kelas. e) Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, sering kali siswa menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata. f) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama. Contoh aplikasi teori konstructivisme dalam pembelajaran kimia Pembelajaran kimia dengan eksperimen memberikan pengalaman yang sangat membantu siswa dalam memahami konsep – konsepnya. Sehingga dalam pembelajaran kimia sangat cocok menekankan pada metode pembelajaran konstruktivisme. Sebagai contoh penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia pada materi Daya Hantar listrik. Larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu pokok bahasan ilmu kimia yang diberikan di kelas X SMA. Pokok bahasan ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : 1) bersifat abstrak, seperti pada teori ion Svante Arrhenius serta terurainya larutan menjadi ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. 2) Pemahaman konsep, yaitu konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit. 3) Penerapan konsep, yaitu saat menguji larutan untuk membedakan sifat-sifat larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit. Materi Daya hantar listrik dibangun dengan dasar proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Dalam proses belajar siswa menemukan pengetahuan baru dan mengkaitkan pengetahuan tersebut dengan fakta yang ada dalam kehidupan sehari hari. Untuk itu diperlukan tahaptahap sebagai berikut : 1) sikap ilmiah yaitu kebenaran nilai-nilai, gagasan atau pendapat, objek;



2) metode ilmiah yaitu memecahkan suatu problema dengan langkah–langkah sebagai berikut: mengidentifikasi dan menyatakan suatu masalah, merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan eksperimen, observasi, mengumpulkan dan menganalisis data mengulang kembali eksperimen untuk membuktikan kebenaran, menarik kesimpulan 3) produk ilmiah yaitu antara lain konsep, prinsip dan teori ilmiah. Berikut ini langkah – langkah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme pada materi daya hantar listrik : Alokasi Kegiatan



Deskripsi



waktu(men it)



Pendahuluan



1. Guru memberikan Salam pembuka.



10



2. Guru mengajak berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. 3. Guru mengabsen daftar hadir 4. Guru mengecek prasyarat pengetahuan tentang: larutan, ion dan ikatan kimia 5. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat setelah mempelajari materi ini. 6. Guru menyampaikan hal-hal yang akan dinilai, antara lain perilaku ilmiah (kriteria penilaian disampaikan kepada peserta didik). 7. Guru menanyakan penyebab pemadaman lampu saat terjadi banjir. Penentuan



Pada tahap ini peserta didik di berimotivasi / rangsangan



pertanyaan



untuk memusatkan perhatian pada topic larutan elektrolit dan



mendasar



non elektrolit. 8. Guru menayangkan gambar / video orang yang terkena aliran listrik pada saat menyalakan stop kontak dan demonstrasi pengujian larutan elektrolit dan non elektrolit



10



5



9. Peserta didik mengamati gambar/ video tersebut dan diminta untuk memberikan tanggapan dari tanyangan tersebut 10. Peserta didik mengamati demostrasi pengujian dua macam larutan elektrolit dan non elektrolit. 11. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan sifat larutan elektrolit dengan mengajukan beberapa pertanyaan :



-



Apa hubungannya orang tersengat listrik dengan percobaan.



-



Mengapa pada demonstrasi pengujian daya hantar larutan larutan yang menyebabkan lampu menyala dan ada yang tidak menyala.



-



Mengapa ada gelembung pada elektroda ketika lampu menyala.



MengumpulkanInformasi Pada kegiatan ini peserta didik akan mengumpulkan informasi tentang gejala-gejala yang menunjukkan daya hantar listrik berbagai larutan elektrolit maupun non elektrolit 12. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen, masing-masing terdiri atas 4 orang 13. Merancang percobaan untuk menyelidiki



sifat larutan



berdasarkan daya hantar listrik dengan menggunakan alat uji elektrolit yang sudah dirancang tiap kelompok sebagai tugas proyek. 14. Melakukan percobaan daya hantar listrik pada beberapa



90



larutan kemudian mengamati dan mencatat data hasil percobaan daya hantar listrik pada beberapa larutan Mengasosiasikan Setelah mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan mencatat hasil percobaan, peserta didik mengasosiasikan pengetahuan yang didapat dari percobaan dari buku sumber dengan cara : 15. Mendiskusikan hasil pengamatan, menjawab pertanyaan yang sudah di sampaikan sebelumnya berdasarkan data pengamatan dan konsep yang terkait pada buku siswa.. 16. Menyimpulkan sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit , penyebabnya beserta contoh – contohnya.dan kekuatan sifat larutan elektrolit dan senyawa pembentuk larutan elektrolit. Mengkomunikasikan 17. Setelah menemukan kesimpulan, peserta didik dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi dari percobaan yang sudah dilakukan didepan kelas Penutup



1. Dengan diarahkan guru, peserta didik menyimpulkan materi 20’ yang telah dipelajari 2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi. 3. Guru memberikan reward pada kelompok yang kinerjany a baik memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. 4. Guru memberikan tugas untuk membuat laporan dari hasil percobaan.



Dari kegiatan pembelajaran tersebut, siswa mengumpulkan fakta – fakta dari pengamatan dengan panca indra melalui sebuah eksperimen. Dari pengalaman yang dikumpulkan siswa mengkonstruknya menjadi sebuah pengetahuan baru bahwa larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan ciri – ciri ada



gelembung gas, lampu menyala, sedangkan larutan non elektrolit tidak menghantarkan listrik jika dilihat cirinya tidak ada gelembung dan lampu tidak menyala. 3. Teori Kognitif Sosial Pada



menerapkan



teori



proses



berpikir



siswa



fungsi



kognitif



mereka.



memberikan membuat serta proses



waktu



mental.



Di



dan



dan



kognitif,



seorang



memberikan



Libatkan



bagi



kesalahan



merefleksikan



belajar



strategi



siswa



mereka



dalam



untuk



memperbaikinya



guru yang



berdasarkan



agar



dapat



membantu



bawah



ini



terdapat



beberapa



tepat



berbagai



bertanya,



diri



perlu



mereka contoh



fokus



pada



berdasarkan



kegiatan,



seperti



kesempatan



untuk



hasil dalam kegiatan



pengamatan, memahami yang



dapat



dilakukan seorang guru dalam pembelajaran kognitif, antara lain: a)



Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.



b) Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan pertanyaan. c)



Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan cara berpikir kritis.



d) Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki. e)



Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung.



f)



Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan permainan dalam menyampaikan materi.



g) Berdiskusi dalam proses pembelajaran untuk melihat bagaimana peserta didik berkomunikasi dengan anggota kelomponya, cara menyampaikan pendapat, menanggapi



pendapat



yang



berbeda



dengan



dirinya.



Untuk



memecahkan



permasalah yang diberikan peserta didik harus berdiskusi dengan anggota kelompok nya dengan begitu bisa penerapan teori belajar sosial kognitif.







Motivasi belajar dari peserta didik sehingga membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. a) salah satu cara menumbuhkan motivasi peserta didik yaitu dengan memberikan stimulus misalkan “siapa yang bisa mendapatkan nilai 100 dalam ulangan harian besok maka akan di beri reward” dengan begitu peserta didik akan termotivasi dalam belajar. b) Menerapkan proses pembelajaran yang asik dan menyenangkan dengan ide- ide yang baru misalkan pembelajaran menggunakan e-modul. Biasanya peserta didik belajar menggunakan buku teks yang sifatnya menonton namun dengan adanya e-modul peserta didik akan tertarik untuk belajar karena pada e-modul dilengkapi dengan video, animasi,



Berikut beberapa contoh masalah yang terjadi terhadap motivasi siswa dan solusinya 1. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses. Jawab: Karakteristik anak pada usia 7 tahun adalah suka bermain, mengeksplorasi diri, meniru, dan berinteraksi dengan teman sebaya. Berdasarkan karakteristik tersebut maka strategi yang cocok digunakan dalam pembelajaran untuk anak usia 7 tahun seperti tania adalah bernyanyi, bercerita, mendongeng, bermain peran, dan menggunakan media belajar yang menyenangkan. Untuk itu diharapkan guru mampu menemukan metode dan strategi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selain itu, guru dapat melakukan pendekatan lingkungan alam sekitar atau pembelajaran kontekstual karena peserta didik seusia tania menyukai belajar sambil bermain, maka guru dapat menenerapkan konsep pembelajaran yang berorientasi terhadap alam sekitar/ contoh konkrit. Anak usia 7 tahun berada pada tahap operasional konkret. anak akan menangkap objek secara nyata dan benda benda konkret. Guru dapat membawa siswa belajar kealam bebas atau menggunakan alat peraga dan simbol untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Piaget, pada tahap ini anak-anak dapat melakukan operasi konkrit (konsep yang dapat diaplikasikan secara nyata), dan berpikir secara logika. Theori belajar yang sesuai untuk diterapkan pada anak usia 7 tahun adalah teori konstruktivisme. Pada teori ini dijelas kan bahwa pemahaman akan semakin berkembang melalui pengalaman. Proses pembelajaran dengan teori konstruktivisme melibatkan peserta didik mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata.



2.



Samuel, 10 tahun yang  bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada



tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat Jawab : Strategi : Anak seperti samuel dengan motivasi yang tinggi tetapi memiliki rasa takut akan gagal artinya anak ini belum percaya diri sepenuhnya, dia masih khawatir akan kegagalan. Anak tipe ini harus selalu diberikan penguatan positif. Teori belajar yang dapat diterapkan adalah teori behavioristik. Instruksi yang dilakukan secara berulang akan membentuk sebuah pembiasaan. Pembiasaan yang dimaksud adalah  Puji anak atas keberaniannya Anak-anak seringkali “melangkah” sesuai persepsi orang lain terhadap dirinya. Artinya, anak akan merasa dirinya pemberani jika orang di sekitarnya menganggapnya demikian. Walau mungkin anak belum seutuhnya berani terhadap sesuatu atau kondisi tertentu, guru tidak boleh meruntuhkan kepercayaan dirinya. Sebaliknya, pujilah dia, akui usahanya untuk menjadi berani. Ibu bisa mengatakan, “Wah, keren ya kamu udah berani mencoba!”, “Anak Ibu hebat sekali, pemberani nih!”, dan berbagai kalimat pujian lainnya. Kalimat-kalimat ini dapat membangun rasa percaya diri anak dan memupuk keberaniannya  Dorong anak untuk mencoba sesuatu yang baru Mendorong anak untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang baru dapat menjadi salah satu cara agar anak berani.. Yakinkan juga bahwa mereka mampu dan jangan lupa untuk selalu memuji setiap usahanya.  Mengajarkan anak untuk menjadi dirinya sendiri Guru harus mendorong anak untuk menjadi dirinya sendiri, menyayangi dirinya, dan menerima semua kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai anak tumbuh menjadi pribadi seperti yang orang lain pikirkan. Walau di beberapa kondisi, “first impression” itu memang penting, tapi bukan berarti itu jadi satu-satunya “pedoman” untuk mengambil keputusan.Buat ia bangga atas apa yang ia miliki, dan jika itu sebuah bakat, fasilitasi anak agar dapat fokus dan mengasah bakatnya. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi orang yang berani dan percaya diri.



C) Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka. Sandra termasuk peserta didik yang tenang saat berada di dalam kelas. Untuk itu, guru bisa memberikan apresiasi terhadap Sandra atas sikapnya tersebut. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi permasalahan adalah membangun hubungan positif dengan Sandra dan peseta didik yan lain. Guru mengajak Sandra untuk berdiskusi dan menayakan alasan Sandra bersikap seperti itu. Kemudian guru memberikan teguran dan memberi tahu Sandra dengan menggunakan bahasa yang baik bahwa perilaku meremehkan keterampilan orang lain adalah tindakan yang salah, karena hal tersebut dapat menyinggung perasaan orang lain. Guru juga mengingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Teori yang sesuai dengan kasus Sandra yaitu teori behavioristik. Pada teori ini, seseorang dianggap telah belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku. D) Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal bersama bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya) Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi Robert untuk memiliki minat di sekolah yaitu dengan memberikan perhatian lebih dan melakukan bimbingan secara pribadi. Selain itu guru juga bisa membangun hubungan positif dengan Robert dan kenali dia serta tidak memberikan komentar yang buruk.