Akuntansi Keuangan Menengah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Akuntansi Keuangan Menengah II Ekuitas, Utang Obligasi, Dan EPS



Disusun Oleh : Reuther Javas (2012031004) Kresno Rilo A.F (2014031129) Awanda Putra Ardian (2014031081) Feodoranus Valentino Bisa (2014031090)



JURUSAN AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKONOMI YAI 2016



Ekuitas Pemilik (Owner’s Equity) Pengertian ekuitas adalah tuntutan pemilik terhadap aktiva perusahaan. Dalam perusahaan perorangan atau persekutuan, ekuitas pemilik seringkali dipecah menjadi akun yang berbeda untuk mencatat nilai sisa ekuitas pemilik (owner’s capital balance) dan pengambilan pribadi (the owner’s withdrawals). Ekuitas adalah sisa kepemilikan atas aktiva dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah perusahaan, modal mencerminkan bagian kepemilikan. Metode untuk melaporkan ekuitas pemilik bervariasi sesuai bentuk usaha perusahaan. Untuk bentuk prusahaan perorangan, ekuitas pemilik disajikan pada sebuah perkiraan modal tunggal. Saldo perkiraan ini adalah hasil akumulasi dari investasi pemilik, penarikan oleh pemilik, dan laba atau rugi masa lalu. Sedangkan untuk persekutuan, perkiraan modal ini dibentuk untuk masing-masing sekutu (partner). Saldo perkiraan ini mengikhtisarkan jumlah investasi, penarikan dan bagian laba atau rugi masa lalu untuk masing-masing sekutu. Untuk sebuah perusahaan perseroan (PT), selisih antara aktiva dan kewajiban disebut ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) atau ekuitas pemilik. Dalam menyajikan ekuitas pemilik pada neraca, terdapat perbedaan antara ekuitas yang berasal dari modal disetor (paid in capital) atau modal kontribusi dan ekuitas yang berasal dari laba disebut laba ditahan (retained earning). Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan. Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan “utang” perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan. Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba ditahan (retained earnings). Sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai modal bentukan atau ciptaan (earned capital). PENGERTIAN Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur. Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-sama mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun kreditor dan pemegang saham memiliki perbedaan sbb:



a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim Klaim kreditor terbatas jumlahnya dan harus diselesaikan pada tanggal tertentu sementara klaim pemegang saham merupakan jumlah residual dan tidak harus diselesaikan atau dilunasi pada tanggal tertentu. b. Hak penggunaan aset dalam operasi Kreditor pada umumnya tidak mempunyai akses dan kendali dalam penggunaan aset perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak dalam pengambilan keputusan operasi perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemilik (khusunya dalam perusahaan perseorangan) mempunyai akses, hak, dan autoritas untuk menjalankan perusahaan dan menggunakan atau mengendalikan aset. c. Substansi ekonomik perjanjian Kreditor berhak atas pelunasan sedangkan pemegang saham berhak atas pembagian laba (residual). Jadi, secara substansi ekonomik, kreditor menanggung risiko lebih besar sehingga berhak atas kembalian (rate of return) yang bervariasi melalui pembagian laba (participation in profits).



KOMPONEN EKUITAS PEMEGANG SAHAM Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis (legal capital) dan modal setoran tambahan (additional paid-in capital), dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan). Contoh Ekuitas Dalam Akuntansi Macam-macam ekuitas dalam akuntansi / jenis-jenis ekuitas dalam akuntansi adalah sebagai berikut 



Modal (Capital)



Modal / capital merupakan tuntutan pemilik terhadap aktiva perusahaan. Setelah kewajiban total dikurangkan dari aktiva total, maka sisanya adalah ekuitas pemilik. Besarnya investasi pemilik dalam usaha sama dengan jumlah investasi pemilik di dalam usaha ditambah laba bersih dan dikurangi kerugian bersih dan pengambilan pribadi oleh pemilik. 



Pengambilan Pribadi (Withdrawals)



Withdrawals dalam akuntasi adalah menarik uang kas perusahaan untuk kepentingan pribadi. Akun ini menunjukkan pengurangan dalam ekuitas pemilik. 



Pendapatan (Revenues)



Pengertian pendapatan adalah penambahan dalam ekuitas pemilik karena adanya pengiriman barang atau jasa kepada para pelanggan atau klien. Contoh jenis pendapatan antara lain adalah pendapatan bunga, pendapatan sewa dan pendapatan jasa. 



Beban / Pengeluaran (Expenses)



Expense adalah kebalikan dari pendapatan. Biaya dari operasi perusahaan disebut beban. Beban akan mengurangi ekuitas pemilik, seperti: beban gaji (salary expense), beban sewa (rent expense)



dan beban iklan (advertising expense). Setiap perusahaan akan berusaha untuk meminimumkan beban yang dikeluarkan sehingga dapat memaksimumkan keuntungan yang diterima. TUJUAN PENYAJIAN EKUITAS Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyelidiki akan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini. UTANG OBLIGASI/BOND PAYABLE Utang Obligasi adalah surat pengakuan atau perjanjian hutang dari perusahaan penerbit atau emiten (baik pemerintah maupun swasta) kepada pihak yang membeli (investor), dimana hutang ini akan dibayar pada masa jatuh tempo, atas pinjaman tersebut, investor akan diberi imbalan berupa bunga. Hal ini merupakan janji bagi perusahaan untuk membayar sejumlah uang (bunga dan pengembalian pokok hutang). Berarti obligasi merupakan utang perusahaan kepada investor, dan utang ini akan dijamin pembayarannya kembali. • Berinvestasi (membeli) Obligasi : meminjamkan uang • Menerbitkan Obligasi : berhutang uang JENIS UTANG OBLIGASI Pengelompokan obligasi (bonds) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu: 1.



Dilihat dari sisi penerbit :



a. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Swasta. b.



Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.



c. Municipal Bonds: yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan public (public utility). 2.



Dilihat dari sistem pembayaran bunga :



a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik, namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo. b. Coupon Bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya. c. Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik. d. Floating Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta. 3.



Dilihat dari hak penukaran / opsi :



a. Convertible Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya. b. Exchangeable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya. c. Callable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. d. Putable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. 4.



Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya :



a. Secured Bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam hal ini, termasuk didalamnya adalah : Guaranteed Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penangguangan dari pihak ketiga. Mortgage Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas property atau asset tetap. Collateral Trust Bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya. b. Unsecured Bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum. 5.



Dilihat dari waktu jatuh temponya :



a. Term Bonds (obligasi waktu) yaitu bila obligasi yang dikeluarkan jatuh tempo pada waktu bersamaan. b. Serial Bonds (obligasi seri) yaitu obligasi yang jatuh temponya terbagi di dalam beberapa tanggal.



Akuntansi Utang Obligasi & Pelunasannya Surat obligasi merupakan surat pengakuan utang pihak yang mengeluarkan pada pihak yang membeli (investor). Surat obligasi menunjukkan jumlah nominal, bunga dan tanggal pembayarannya dan perjanjian-perjanjian lain, sehingga dapat dikatakan bahwa obligasi merupakan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dan juga bunga disetiap tanggal tertentu. 1.



Pencatatan Investasi Obligasi Obligasi yang dibeli untuk tujuan penanaman modal jangka panjang di catat dengan jumlah harga perolehannya yaitu harga beli di tambah semua biaya pembelian seperti komisi, materai, provinsi, dan lain-lain. Obligasi yang dimiliki dengan cara ditukar dengan aktiva, harga perolehannya dihitung sebesar harga pasar aktiva tersebut.



Apabila obligasi dibeli antara tanggal pembayaran bunga, pembeli membayar harga beli ditambah bunga berjalan, yaitu bunga sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai tanggal pembelian obligasi. Pembayaran bunga berjalan ini bukan merupakan harga perolehan obligasi. Contoh perhitungan bunga berjalan dan pencatatan obligasi sebagai berikut : Nona Risa Fadila membeli obligasi PT Hartamin pada tanggal 1 Mei 2005, nominal Rp. 1.000.000,- bunga 12% dengan harga beli sebesar Rp.1.000.000,- Biaya pembelian, yaitu komisi dan materai sebesar Rp.25.000,- Bunga obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Harga perolehan obligasi dan bunga berjalan dihitung sebagai berikut: Harga beli obligasi



Rp.1.000.000,-



Komisi dan materai



Rp.



25.000,-



Rp.1.025.000,Bunga berjalan (1 Maret – 1 Mei) 2/12 x 12% x Rp.1.000.000,-



Rp.



Jumlah uang yang dibayarkan



20.000,-



Rp. 1.045.000,-



Jurnal yang dibuat oleh Nona Risa Fadila untuk mencatat pembelian obligasi di atas sebagai berikut : Investasi obligasi Pendapatan bunga obligasi



Rp. 1. 025.000,Rp.



20.000,-



Kas



Rp. 1. 045.000,-



Dalam jurnal diatas, rekening pendapatan bunga obligasi didebit dengan jumlah Rp. 20.000,yaitu bunga berjalan yang dibayarkan kepada penjual obligasi, sehingga pada tanggal 1 September 2005 yaitu tanggal pembayaran bunga akan dibuat jurnal sebagai berikut: Kas



Rp. 60.000,Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



Perhitungan Bunga = 6/12 x 12% x Rp.1.000.000,- = Rp. 60.000,-



Apabila bunga berjalan yang dibayarkan kepada penjual obligasi didebitkan ke rekening piutang bunga obligasi, maka jurnal pada tanggal 1 September 2005 penerimaan bunga obligasi dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Kas



Rp. 60.000,Piutang bunga obligasi



Rp. 20.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 40.000,-



Di tinjau dari segi kepraktisan, akan lebih mudah bila bunga berjalan didebitkan pada rekening pendapatan bunga obligasi. Berikut ini diberikan 2 contoh mengenai perhitungan amortisasi agio dan akumulasi disagio dengan metode garis lurus beserta jurnal-jurnal untuk mencatatnya. Contoh: (1) Pada tanggal 1 Maret 2005 dibeli obligasi, nominal Rp. 1.000.000,- bunga 12%, jatuh tempo tanggl 31 Desember 2007 dengan harga Rp. 966.000,- termasuk komisi dan materai. (2) Bunga obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli tiap-tiap tahun. Pada tanggall 31 desember 2007 obligasi dilunasi oleh perusahaan yang mengeluarkan. Perhitungan: Harga beli



Rp. 966.000,-



Bunga berjalan 2/12 x 12% x Rp. 1.000.000,-



Rp. 20.000,-



Jumlah uang yang dibayarkan



Rp. 986.000,-



Disagio obligasi = Rp. 1.000.000,- - Rp. 977.000,- = Rp. 34.000,- akan diakumulasikan selama umur obligasi yaitu 34 bulan (1 Maret 2005 s.d. 31 Desember 2007). Akumulasi disagio tiap bulan sebesar Rp. 34.000,- : 34 = Rp. 1.000,-



Transaksi



Jurnal



1-3-2005 Pembelian Obligasi



Penanaman modal dalam obligasi Pendapatan bunga obligasi Kas



Rp. 966.000,Rp. 20.000,Rp. 986.000,-



1-7-2005 Penerimaan bunga 6/12



x



12%



x



Kas Rp.



1.000.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,Rp. 60.000,-



=Rp.60.000,31-12-2005 Penyesuaian a)



Mencatat bunga 6 bulan



Piutang bunga Pendapatan bunga obligasi



b)



Akumulasi disagio 10 bulan x Rp. 1.000,-=Rp.



Penanaman modal dalam obligasi Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,Rp. 60.000,Rp. 10.000,Rp. 10.000,-



10.000,1-1-2006 a)



Penyesuaian kembali



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



Piutang bunga obligasi b)



Penerimaan bunga



Rp. 60.000,-



Kas



Rp. 60.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



1-7-2006 Penerimaan bunga 6/12 x 12% x Rp.1.000.000,-=Rp.



Kas



Rp. 60.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



60.000,31-12-2006 Penyesuaian a)



Mencatat pendapatan bunga



Piutang bunga



Rp. 60.000,-



Pendapatan bunga obligasi b)



Akumulasi disagio 12 bulan x Rp. 1.000,- = Rp.



Penanaman modal dalam obligasi



Rp. 60.000,Rp. 12.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 12.000,-



12.000,-



2007 Dalam tahun 2007 dibuat jurnal seperti dalam tahun 2006. Pada tanggal 31 Desember 2007 ketika obligasi dilunasi dibuat jurnal sebagai berikut : Kas



Rp. 1.000.000,Investasi Obligasi



Rp. 1.000.000,-



(2) Pada tanggal 1 April 2005 dibeli obligasi, nominal Rp. 1.000.000,- bunga 12%, jatuh tempo pembayaran 31 Desember 2007, dengan harga Rp. 1.066.000,- (termasuk komisi dan biaya pembelian lain). Bunga dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Pada tanggal jatuh tempo, obligasi dilunasi. Perhitungan: Harga beli obligasi



Rp. 1.066.000,-



Bunga berjalan 1/12x12%xRp. 1.000.000,-



Rp.



10.000,-



Jumlah uang yang dibayarkan



Rp. 1.076.000,-



Agio obligasi sebesar Rp. 66.000,- (Rp. 1.066.000,- - Rp. 1.000.000,-) akan di amortisasi selama pemilikan obligasi (1-4-2005 s.d. 31-12-2007) = 33 bulan. Amortisasi agio tiap bulan + Rp. 66.000,- : 33 = Rp. 2.000,Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi diatas sebagai berikut : Transaksi



Jurnal



1-4-2005 Pembelian obligasi



Penanaman modal dalam obligasi Pendapatan bunga obligasi



Rp. 1.066.000,Rp.



10.000,-



Kas



Rp. 1. 076.000,-



1-9-2005 Penerimaan bunga 6/12x12%xRp. 1.000.000,-=Rp. 60.000,-



Kas



Rp. 60.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



31-12-2005 Penyesuaian a)



Bunga 4 bulan 4/12x12%xRp.1.000.000,-=Rp.40.000,-



b)



Piutang bunga



Rp. 40.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 40.000,-



Amortisasi agio 9 bulan 9xRp.2000.-=Rp.18.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 18.000,-



Penanaman modal dalam



Rp. 18.000,-



obligasi 1-1-2006 Reversing entry



Pendapatan bunga Piutang bunga



Rp. 40.000,Rp. 40.000,-



1-3-2006 Penerimaan bunga 6 bulan



Kas



Rp. 60.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



1-9-2006 Penerimaan bunga 6 bulan



Kas



Rp. 60.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 60.000,-



31-12-2006 Penyesuaian a)



Pendapatan bunga 4 bulan 4/12x12%xRp.1.000.000,-=Rp. 40.000,-



b)



Amortisasi agio 12 bulan



Piutang bunga Pendapatan bunga obligasi



Rp. 40.000,Rp. 40.000,-



12xRp.2.000,-=Rp. 24.000,-



Pendapatan bunga obligasi



Rp. 24.000,-



Penanaman modal dalam



Rp. 24.000,-



obligasi



2007 Dalam tahun 2007 dibuat jurnal yang sama seperti dalam tahun 2006, sehingga pada tanggal 31 Desember 2007 rekening investasi obligasi akan menunjukkan saldo sebesar Rp. 1000.000,-. Pada saat pelunasan obligasi yaitu tanggal 31 Desember 2007 dibuat jurnal sebagai berikut : Kas



Rp. 1.000.000,Investasi obligasi



Rp. 1.000.000,-



Dalam contoh-contoh diatas pencatatan amortisasi agio dan akumulasi disagio dilakukan setiap akhir periode, bersamaan dengan jurnal penyesuaian. Pencatatan itu dapat juga dilakukan pada tiap tanggal penerimaan bunga bersama dengan jurnal yang mencatat penerimaan bunga. 2.



Pencatatan Pengeluaran Obligasi Obligasi yang dikeluarkan dicatat dalam rekeningnya sebesar nilai nominal. Dalam hal harga jual obligasi tidak sama dengan nominal, selisihnya dicatat tersendiri yaitu bila dijual atas nominal selisihnya dicatat dalam rekening agio obligasi, jika harga jualnya dibawah nilai nominal, selisihnya dicatat dalam rekening disagio obligasi. Biaya penjualan obligasi diperhitungkan sebagai pengurang harga jual dan tidak dicatat dalam rekening tersendiri. Apabila obligasi itu dikeluarkan untuk menukar aktiva tetap, pencatatannya dilakukan dengan jumlah sebesar harga jual obligasi. Harga jual ini dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap. Jika harga jual obligasi tidak dapat diketahui, pencatatan dapat menggunakan jumlah harga pasar (harga penilaian) aktiva tetap. Kalau harga jual obligasi atau harga pasar aktiva tetap yang dijadikan dasar pencatatan utang obligasi itu tidak sama dengan nilai nominal obligasi, selisihnya dicatat dalam rekening agio dan disagio obligasi. Pengeluaran obligasi dicatat dengan 2 cara, yaitu :



(a) Yang dicatat hanya obligasi yang terjual atau (b) Obligasi yang terjual dan yang belum terjual dicatat. Sebagai penjelasan penggunaan kedua metode diatas, berikut ini diberikan contoh sebagai berikut: Pada tanggal 1 January 2005 PT Manophos merencanakan pengeluaran obligasi sebesar Rp. 1.000.000,- dengan bunga 10% per tahun. Obligasi akan dijual pada waktu yang berbeda-beda



tergantung pada kebutuhan uang. Misalnya transaksi penjualan yang terjadi seperti dibawah, jurnal yang dibuat sebagai berikut: a)



Yang dicatat hanya obligasi yang terjual Transaksi



Jurnal



1 January 2005 Merencanakan



pengeluaran



obligasi Tidak Ada Jurnal



10%, Rp. 1.000.000,1 April 2005 Obligasi nominal Rp. 700.000,- dijual Kas dengan kurs 105



Rp. 735.000,-



Utang obligasi



Rp. 700.000,-



Agio obligasi



Rp. 35.000,-



18 Juli 2005 Obligasi nominal Rp. 100.000,- dijual Kas



Rp. 99.000,-



dengan kurs 99%



Rp. 1.000,-



Disagio obligasi Utang obligasi



b)



Rp. 100.000,-



Obligasi yang terjual ataupun belum terjual dicatat 1 January 2005 Merencanakan pengeluaran obligasi 10%



Obligasi yang belum terjual



Rp. 1.000.000,-



Otorisasi



utang



Rp. 1.000.000,-



obligasi



Rp.



1.000.000,1 April 2005 Obligasi nominal Rp. 700.000,- dijual Kas dengan kurs 105



Rp. 735.000,-



Utang obligasi



Rp. 700.000,-



Agio obligasi



Rp. 35.000,-



18 Juli 2005 Obligasi nominal Rp. 100.000,- dijual Kas



Rp. 99.000,-



dengan kurs 99%



Rp. 1.000,-



Disagio obligasi Utang obligasi



Rp. 100.000,-



Jika pencatatan obligasi dilakukan dengan kedua cara yaitu jumlah yang diamortisasi dicatat dalam buku, jumlah obligasi yang beredar dapat diketahui dari rekening otorisasi utang obligasi dikurangi saldo rekening obligasi yang belum terjual.



Kadang-kadang penjualan obligasi dilakukan dengan cara pesanan lebih dahulu. Dalam cara ini pembeli membayar uang muka dan akan melunasi pada tanggal tertentu. Dalam penjualan obligasi melalui pesanan, surat obligasi bari diserahkan pada pembeli bila harga obligasi sudah dilunasi. Jumlah yang belum dilunasi oleh perusahaan dicatat sebagai piutang dan jumlah obligasi yang dipesan dikreditkan kerekening utang obligasi dipesan. Pencatatan agio atau disagio obligasi dilakukan pada waktu pesanan diterima. c)



Pencatatan Utang Obligasi Apabila obligasi dijual tidak tepat pada tanggal pembayaran bunga, pembeli obligasi disamping membayar harga obligasi juga harus membayar bunga berjalan sejak tanggal bunga terakhir sampai dengan tanggal pelunasan obligasi tersebut. Buga berjalan yang dibayarkan oleh pembeli dicatat perusahaan dengan mengkredit rekening biaya bunga atau rekening utang bunga obligasi. Apabila bunga berjalan dikreditkan ke rekening utang bunga obligasi maka pembayaran bunga obligasi berikutnya dicatat dengan mendebit utang bunga obligasi sebesar bunga berjalan dan sisanya didebitkan ke rekening biaya bunga. Jika bunga berjalan dikreditkan ke rekening biaya bunga obligasi sebesar bunga yang dibayar. Amortisasi agio atau disagio dapat dicatat setiap bulan, setiap tanggal pembayaran bunga atau setiap akhir periode bersama dengan jurnal penyesuaian yang lain. Berikut ini adalah contoh pencatatan utang obligasi. Misalnya PT Risa Fadila pada tanggal 31 Desember 2005 memutuskan untuk mengeluarkan obligasi pada tanggal 1 Mei 2006 sebesar Rp.1.000.000,- bunga 10% per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 5 Mei 2011. Bunga obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Mei dan 1 November. Seluruh obligasi dapat dijual pada tanggal 1 Juli 2006 dengan harga Rp.1.029.000,- (yaitu harga jual Rp. 1.030.000 dikurangi biaya penjualan Rp.1.000,- ) ditambah bunga berjalan untuk jangka waktu 1 Mei 2006 sampai dengan 1 Juli 2006. Tahun buku PT Risa Fadila adalah tahun kalender, amortisasi agio dicatat setiap akhir periode. Umur obligasi dihitung sebagai berikut: 2006



= 6 bulan (1 Juli sampai 31 Desember)



2007



= 12 bulan



2008



= 12 bulan



2009



= 12 bulan



2010



= 12 bulan



2011



= 4 bulan



Jumlah



= 58 bulan



Dalam perhitungan umur obligasi, yang diperhitungkan adalah lamanya obligasi itu beredar, yaitu sejak tanggal dijual sampai saat jatuh tempo. Agio obligasi sebesar Rp.29.000,- (Rp.1.029.000,-



dikurangi Rp.1.000.000,-) akan diamortisasikan selama umur obligasi yaitu 58 bulan, sehingga amortisasi agio tiap bulannya sebesar Rp.29.000,- : 58 = Rp.500,-. Transaksi penjualan, pembayaran bunga dan amortisasi agio selama umur obligasi dicatat dalam buku-buku PT Risa Fadila sebagai berikut: Transaksi



Jurnal



1 Juli 2006 Penjualan obligasi Harga



Kas



jual



Rp.



Utang obligasi



1.030.000,Biaya-biaya



penjualan



Rp. 1.045.666,67



(Rp.



Rp.1.000.000,-



Agio obligasi



Rp.



29.000,-



Biaya bunga obligasi



Rp.



16.666,67



1.000,-) Rp. 1.029.000,Bunga berjalan (1 Mei-1 Juli) = 2/12 x 10% x Rp.1.000.000,-



Rp



16.666,67 Uang



yang



diterima



Rp.



1.045.666,67 *) Dalam contoh ini bunga berjalan dikreditkan ke rekening biaya bunga obligasi. Pada tanggal 1 November 2006 PT Risa Fadila akan membayar bunga obligasi untuk setangah tahunn dicatat sebagai berikut: 1 November 2006 Pembayaran bunga obligasi



Biaya bunga obligasi



6/12 x 10% x Rp.1.000.000,-



Rp.50.000,-



Kas



Rp.50.000,-



Pada tanggal 31 Desember dibuat jurnal untuk menyesuaikan (adjustment) buku-buku. Jurnal penyesuaian yang berhubungan dengan utang obligasi ada 2 macam yaitu untuk : 1)



Mencatat bunga berjalan;



2)



Mencatat amortisasi agio. Bunga berjalan dan amortisasi agio untuk tahun 2006 dicatat sebagai berikut:



(1) Bunga berjalan (1 November-31 Desember) = 2/12 x 10% x Rp.1.000.000,= Rp.16.666,67



Biaya bunga obligasi Utang Rp.16.666,67



Rp.16.666,67



bunga



obligasi



(2) Amortisasi agio (1 Juli-31 Desember) 6 bulan x Rp.500,-



Agio obligasi



Rp. 3.000,-



Biaya bunga obligasi



Rp. 3.000,-



Pada tanggal 1 January 2007 dibuat jurnal pembalikan (reversing entry) untuk utang bunga obligasi, agar nanti pembayaran bunga pada tanggal 1 Mei 2007 dapat dicatat dengan cara biasa. Jurnal pembalikan itu sebagai berikut : 1 January 2007 Jurnal Pembalikan



Utang bunga obligasi



Rp.16.666,67



Biaya bunga obligasi



Rp.16.666,67



Pembayaran bunga obligasi dalam tahun 2007 dicatat sebagai berikut: 1 Mei 2007 Bunga = 6/12 x 10% x Rp.1.000.000,= Rp.50.000,-



Biaya bunga obligasi



Rp.50.000,-



Kas



Rp.50.000,-



1 November 2007 Bunga = 6/12 x 10% x Rp.1.000.000,= Rp.50.000,-



Biaya bunga obligasi



Rp.50.000,-



Kas



Rp.50.000,-



Pada tanggal 31 Desember 2007 dibuat jurnal penyesuaian untuk: 1)



Mencatat bunga berjalan 2/12 x 10% x Rp.1.000.000,= Rp.16.666,67



Biaya bunga obligasi Utang



Rp.16.666,67



bunga



obligasi



Rp.16.666,67 2)



Mencatat amortisasi agio 12 x Rp.500,-



Agio obligasi



Rp. 6.000,-



Biaya bunga obligasi



Rp. 6.000,-



Untuk tahun-tahun berikutnya (sampai dengan tahun 2011) dibuat jurnal yang sama seperti dalam tahun 2007. Pada tanggal 1 Mei 2011 yaitu pada saat obligasi jatuh tempo dibuat jurnal sebagai berikut: 1)



Mencatat bunga obligasi dan pelunasan obligasi



Utang obligasi



Rp.1.000.000,-



Bunga = 6/12 x 10% x Rp.1.000.000,-



Biaya bunga obligasi



Rp. 50.000,Obligasi



Rp.



Kas



50.000,Rp.1.050.000,-



Rp.1.000.000,= Rp.1.050.000,-



2) Mencatat amortisasi agio 4 bulan



Agio obligasi



4 x Rp.500,- = Rp.2.000,-



Biaya



Rp.2.000.000,bunga



obligasi



Rp.2.000.000,-



Jika agio atau disagio obligasi diamortisasi selama umur obligasi, maka pada saat jatuh temponya, pelunasan obligasi akan dicatat dengan mendebit rekening uang obligasi dan mengkredit rekening kas seperti dalam jurnal diatas. Tetapi apabila pada tanggal jatuh temponya tidak dilakukan pelunasan, maka rekening utang obligasi harus ditutup dan dipindahkan kerekening obligasi yang sudah jatuh tempo. Rekening ini termasuk dalam kelompok utang lancar. Tetapi jika pelunasannya akan dilakukan dari dana pelunasan obligasi maka tidak dilaporkan dalam utang lancar, tetapi dalam kelompok utang-utang lain.



G. PELUNASAN OBLIGASI SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO Obligasi bisa ditarik untuk dibayar kembali sebelum saat jatuh temponya. Selisih antara jumlah pelunasan dengan jumlah nilai buku obligasi dicatat sebagai laba atau rugi karena penarikan obligasi. Nilai buku obligasi adalah nilai nominal ditambah dengan agio yang belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi. Apabila terdapat biaya penjualan obligasi, maka biaya penjualan yang belum diamortisasi juga dikurangkan pada nilai nominal obligasi. Laba atau rugi yang timbul dari pelunasan obligasi, dimasukkan dalam elemen-elemen yang luar biasa (extra ordinary). Obligasi yang ditarik dari peredaran dapat dipisahkan menjadi 2, yaitu: 1.) Obligasi yang ditarik dan tidak akan dijual kembali Dalam keadaan seperti ini, rekening utang obligasi didebit sebesar jumlah nominal obligasi yang ditarik. 2.) Obligasi yang ditarik nantinya akan dijual kembali Dalam keadaan seperti ini, pada waktu penarikan obligasi yang didebit adalah rekening treasury bonds. Rekening treasury bonds ini bukannya rekening aktiva, tetapi merupakan pengurang terhadap rekening utang obligasi. Treasury bonds ini didebit dengan jumlah nilai nominal, jika obligasi dijual lagi, maka rekening ini juga dikredit dengan jumlah nilai nominal. Selisih antara nilai



nominal dengan jumlah uang yang diterima dalam penjualan treasury bonds dicatat sebagai agio atau disagio. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas di bawah ini diberikan contoh penarikan obligasi sebelum jatuh tempo. PT Risa Fadila dlam contoh dimuka, pada tanggal 1 Juli 2008 ditarik sebesar Rp.200.000,- dengan kurs 102. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penarikan obligasi pada tahun 2008 sebagai berikut: Transaksi 1 Juli 2008



Jurnal



a) Amortisasi agio 6 bulan



Agio obligasi



= 6 x Rp.500,- x Rp.200.000,- = Rp.600,-



Rp.600,-



Biaya bunga obligasi



Rp.600,-



Rp.1.000.000,b) Pembayaran bunga berjalan



Biaya bunga obligasi



1 Juli = 2/12 x 10% x Rp.1.000.000,-



Rp.3.333,33



Kas



Rp.3.333,33



= Rp.3.333,33 c)



Perhitungan laba rugi Nominal obligasi



Rp.200.000,-



Agio



Rp.5.800,-



Amortisasi agio



Rp.200.000,-



Rugi penarikan obligasi



Rp.



Agio obligasi



2006:



Kas



6 x 500 x Rp200.000,-=Rp600,Rp.1.000.000,2007: 12 x 500 x Rp200.000,-=Rp1.200,Rp.1.000.000,2008: 6 x 500 x Rp200.000,-=Rp600,Rp.1.000.000,-



Rp.2.400,Rp.3.400,-



Nilai



buku



obligasi



Rp.203.400,Jumlah



pelunasan



(Rp.204.000,-) Rugi



Utang obligasi



penarikan



.6.000,-



obligasi



Rp



Rp.



600,3.400,Rp. 204.000,-



Sesudah penarikan obligasi ini, pembayaran buunga setiap tanggal 1 November dan 1 Mei adalah dari jumlah Rp.800.000,- yaitu obligasi yang masih beredar. Amortisasi premium untuk tahun 2008 dan seterusnya tidak lagi sebesar Rp.500,- per bulan, tetapi sebesar Rp.400,- yaitu Rp.500,dikurangi 200.000 x Rp.500,- =



Rp.100,-



1.000.000 KARAKTERISTIK UTANG OBLIGASI :  











Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya. Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.



HARGA UTANG OBLIGASI : Harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu: 1. Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal. Misalnya: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta. 2. at premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta. 3. at discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta. Laba per lembar saham/EPS Perusahaan biasanya melaporkan jumlah per saham yang berpengaruh terhadap item-item lainnya, seperti keuntungan atau kerugian atas pos-pos luar biasa. Data laba per saham sering kali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Laba per saham menunjukan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham



biasa. Sebagai contoh, jika Oscar Co. mempunyai laba bersih sebesar $300.000 dan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama tahun berjalan adalah 100.000 lembar, laba per saham adalah $3 ($300.000 : 100.000). Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, sebagian besar. perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. Pengecualiannya adalah perusahaan non-publik yang karena pertimbangan biaya manfaat tidak harus melaporkan informasi ini. Umunya informasi tentang laba per saham dilaporkan dibawah laba bersih dalam laporan laba rugi. Ilustrasi menunjukan penyajian laba per saham dalam laporan laba rugi : Laba bersih Laba per saham



$300.000 $3.00



Apabila laporan laba rugi berisikan komponen laba antara, laba per saham harus diungkapkan untuk setiap komponen. Berikut ini adalah contohnya: Laba per saham: Laba dari operasi berlanjut Rugi dari operasi yang dihentikan, setelah pajak



$4,00 0,06



Laba sebelum pos luar biasa Keuntungan luar biasa, sesudah pajak Laba bersih



3,40 1,00 $4,40



Pengungkapan ini memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk mengetahui pengaruh laba dari operasi berlanjut terhadap EPS, yang dibedakan dari laba atau rugi dari pos-pos tidak biasa. 1.1. LABA PER SAHAM – STRUKTUR MODAL SEDERHANA Struktur modal perusahaan bersifat sederhana jika hanya terdiri dari saham biasa atau tidak mencakup saham biasa potensial yang pada saat konversi atau penggunaan dapat mendilusi laba per saham biasa. Struktur modal bersifat kompleks jika mencakup sekuritas yang dapat mempunyai pengaruh dilutive terhadap laba per saham biasa. o



Dividen Saham Preferen



Sebagaimana telah ditunjukan sebelumnya, laba per saham berhubungan dengan laba per saham biasa. Jika suatu perusahaan memiliki baik saham biasa maupun saham preferen yang beredar, maka deviden saham preferen tahun berjalan dikurangi dari laba bersih untuk memperoleh laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Ilustrasi rumus untuk menghitung laba per saham: Laba per saham =



Laba Bersih − Dividen Saham Preferen Rata − rata Tertimbang jumlah Saham yang Beredar



dalam melaporkan informasi tentang laba per saham, perusahaan harus menghitung laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Untuk melakukannya, dividen saham preferen harus dikurangi



dari setiap komponen laba antara (laba dari operasi berlanjut dan laba sebelum pos-pos luar biasa) dan akhirnya dari laba bersih. Jika dividen saham preferen tgelah diumumkan dan terjadi rugi bersih, maka dividen saham preferen itu akan ditambahkan ke rugi untuk menghitung kerugian per saham. Jika saham preferen bersifat kumulatif dan dividen tidak diumumkan pada tahun berjalan, maka jumlah yang sama dengan dividen yang seharusnya sudah diumumkan untuk tahun berjalan saja yang harus dikurangi dari laba bersih (atau ditambahkan ke rugi bersih). Dividen tertunggak untuk tahun sebelumnya harus dicantumkan dalam perhitungan tahun sebelumnya. o



Jumlah Rata-Rata Tertimbang Saham Yang Beredar



Dalam semua perhitungan laba per saham, jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama periode bersangkutan merupakan dasar untuk melaporkan jumlah per saham. Saham yang diterbitkan atau dibeli selama periode itu akan mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan harus ditimbang menurut bagian dari periode peredarannya. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah mencari jumlah ekuivalen dari keseluruhan saham yang beredar selama tahun berjalan. Untuk menggambarkan asumsi Franks Inc., mengalami perubahan jumlah saham biasa yang beredar selama satu periode seperti yang disajikan pada ilustrasi berikut: Tanggal



Perusahaan Saham



Saham Beredar



1 Januari



Saldo Awal



90.000



1 April



Diterbitkan 30.000 saham secara tunai 30.000 120.000



1 Juli



Dibeli 39.000 saham



39.000 81.000



1 November



Diterbitkan 60.000 saham secara tunai 60.000



31 Desember



Saldo Akhir



141.000



Franks menghitung rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar sebagai berikut: Tanggal



(A)



(B)



Beredar



saham



(C) Bagian



Yang beredar



saham tertimbang



dari tahun



(A x B)



1 Jan – 1 Apr.



90.000



3/12



22.500



1 Apr – 1 Jun.



120.000



3/12



30.000



1 Jun – 1 Nov.



81.000



4/12



27.000



1 Nov – 31 Des 141.000



2/12



32.000



1.2. LABA PER SAHAM – STRUKTUR MODAL KOMPLEKS Sekuritas dilutif adalah sekuritas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa. Sekuritas dilutif dapat menimbulkan masalah karena konversi atau penggunaannya dapat mengurangi laba per saham. Pengaruh yang merugikan dapat menjadi signifikan dan tidak diperkirakan kecuali laporan keuangan memperhatikan kemungkinan pengaruh dilutif dalam beberapa cara. Terdapat struktur modal yang kompleks apabila perusahaan mempunyai sekuritas konvertibel, opsi, warran atau hak-hak lain atas dasar konversi atau penggunaan yang dapat mendilusi laba per saham. Oleh karena itu, apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang kompleks , baik laba per saham dasar maupun yang didilusi umumnya dilaporkan. Perhitungan laba per saham yang didilusi ( diluted EPS) sama dengan perhitungan EPS dasar. Perbedaannya adalah bahwa EPS yang didilusi mencakup pengaruh seluruh saham biasa dilutif yang potensial yang telah beredar selama periode berjalan. Beberapa sekuritas adalah antidilutif, yaitu sekuritas yang konversi atau penggunaannya akan meningkatkan laba per saham ( atau mengurangi rugi per saham). Perusahaan dengan struktur modal kompleks tidak akan melaporkan laba per saham yang didilusi jika sekuritas pada struktur modalnya adalah antidilutif. Tujuan dari penyajian ganda ini adalah untuk menginformasikan para pemakai laporan keuangan situasi yang mungkin akan terjadi dan menyajikan “kasus terburuk” dalam situasi dilutif (EPS dilutive). Jika sekuritas bersifat antidilutif , maka kemungkinan konversi atau penggunaan dianggap kecil, jadi perusahaan yang hanya mempunyai sekuritas anti dilutif diwajibkan untuk hanya melaporkan jumlah EPS dasar. Contoh Komprehensif – Metode Jika Dikonversi Sebagai contoh, Mayfield corporation mempunyai laba bersih tahun berjalan sebesar $210.000 dan rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar selama periode berjalan sebanyak 100.000 saham. Karena itu, laba per saham dasar adalah $2,10 ($210.000 : 100.000). perusahaan juga mempunyai dua terbitan obligasi surat hutang konvertibel yang beredar. Salah satunya adalah obligasi 6% yang dijual pada 100 (total $1.000.000) pada tahun sebelumnya dan dapat dikonversi menjadi 20.000 saham biasa. Sementara yang lainnya berupa obligasi 10% yang dijual pada 100 (total $1.000.000) pada tanggal 1 april tahun berjalan dan dapat dikonversi menjadi 32.000 saham biasa. Tariff pajak adalah 40%. untuk menentukan pembilangan laba persaham yang didilusi, Mayfield menambahkan kembali bunga atas sekuritas jika konversikan dikurangi pengaruh pajak yang berhubungan. Karena metode jika dikonversi mengansumsikan konversi dilakukan pada awal tahun,. Maka tidak ada bunga atas obligasi konvertibel yang akan dibayar selama tahun berjalan. Bunga atas obligasi konvertibel 6% adalah $60.000 untuk tahun berjalan ($1.000.000 x 6%). Peningkatan beban pajak adalah $24.000 ($60.000 x$ 0,40), dan bunga yang ditambahkan kembali sesudah pajak adalah $36.000 [ $60.000 $24.000 atau secara sederhana $60.000 x ( 1-0,40)].



Laba bersih tahun berjalan



$210.000



Ditambah : penyesuaian bunga (sesudah pajak) Surat hutang 6% ($60.000 x [1-0,40])



36.000



Surat hutang 10% ($100.000 x 9/2 x [1-0,40])



45.000



Penyesuaian laba bersih



$291.000



karena obligasi konvertibel 10% diterbitkan berikutnya pada awal tahun saham tersebut maka saham dihitung dengan rata-rata tertimbang. Dengan kata lain, dianggap telah beredar dari tanggal 1 april hingga akhir tahun. Akibatnya, penyesuaian bunga untuk pembilang obligasi hanya akan mencerminkan bunga selama Sembilan bulan. Jadi, bunga yang ditambahkan kembali ke obligasi konvertibel 10% akan menjadi $45.000 [$1.000.000 x 10% x 9/2 tahun x (1-0,04)]. Pos terakhir pada ilustrasi 16-18 menunjukkan penyesuaian laba bersih. Jumlah ini menjadi pembilang pada perhitungan laba persaham yang diilusi Mayfield. Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar



100.000



Ditambah saham yang diasumsikan diterbitkan : Surat hutang 6% ( pada awal tahun)



20.000



Surat hutang 10% ( tanggal penerbitan, 1 April: 9/12 x 32.000)



24.000



Jumlah rata-rata tertimbang saham yang disesuaikan untuk sekuritas dilutive



144.000



Mayflied kemudian melaporkan EPS dasar dan yang didilusi pada laporan laba-rugi. Penyajiannya ditunjukkan pada ilustrasi berikut: Labar bersih tahun berjalan



$210.000



Laba per saham (catatan X ) EPS dasar ($210.000 : 100.000)



$2,10



EPS yang didilusi ($291.000 : 144.000)



$2,02



Sekuritas Dilutif Dan Sekuritas Antidilutif Penghitungan laba per saham tidak hanya berdasarkan saham biasa beredar tapi juga berdasarkan jumlah lembar saham yang akan beredar jika sekuritas konvertibel tertentu ternyata dikonversi dan jika opsi atas saham tertentu ternyata digunakan. Laba per saham akan menurun jika saham biasa diterbitkan karena pengkonversian sekuritas dan penggunaan opsi. Akibat kejadian tersebut, laba per saham akan menurun dan disebut dengan laba per saham dilusian (Dilution Of Earnings). Namun demikian, dalam beberapa hal pengguanaan opsi atau konversi sekuritas dapat mengakibatkan kenaikan LPS. Akibat tersebut disebut sebagai laba antidilusian ( Antidilution Of Earnings ) sekuritas atau surat berharga yang akan mengakibatkan penurunan LPS disebut sekuritas dilutif (Dilutive Securities), dan yang akan mengakibatkan kenaikan LPS disebut sebagai sekuritas antidilutif ( Antidilutive Securities ).



Sekuritas konvertibel: a. Obligasi Konvertibel Jurnal pada saat penerbitan sama dengan penerbitan hutang langsung. Premi atau diskonto diamortisasi hingga tanggal jatuh tempo. b. Konversi yang dipercepat (Induced Conversion ) Alasan digunakannya konversi yang dipercepat karena penerbit ingin mengurangi beban bunga atau meningkatkan rasio hutang terhadap ekuitas. c. Saham preferen konvertibel



TUGAS SOAL EPS (DIMASUKKAN KE DALAM TUGAS KELOMPOK) PT.ABC mempunyai 10.000 lembar saham (nominal 1.000) 1 Juli diumumkan deviden saham 10%, 1 Oktober 20.000 lembar saham di jual, Laba yang di peroleh perushaan 1.265.000. Berapakah EPS nya? Jawab :   



1 Januari – 1 Juli (6 x 10.000) = 1 Juli – 1 Oktober (3 x 6.000) = 1 Oktober – 31 Desember (3 x 2.000) = Rata-rata tertimbang 84.000 = 7.000 12 EPS = 1.265.000 : 7.000 = $180,71



60.000.000 18.000.000 6.000.000 84.000



Latihan Soal : PT ABC mempunyai saham beredar 10.000 lembar saham, nominal 1.000  Tanggal 1 juli diumumkan deviden saham sebeasr 10%  Tanggal 1 Oktober 2.000 lembar saham dijual pada nominal pada tahun tersebut yang diperoleh perusahaan sebesar 1.265.000.000, Berapa EPS? Jawab : Saham beredar 1.000 x10.000



= 10.000.000



Distribusi deviden 10%x60.000.000



= 6.000.000 + 16.000.000



Penjualan saham 2.000 x1.000



= 2.000.000 14.000.000



1 Januari – 1 Juli



6 x 10.000.000 = 60.000.000



1 Juli – 1 Oktober



60.000.000 + 6.000.000 = 66.000.000 x 4 = 264.000.000



1 Oktober – 31 Desember



66.000.000 – 2.000.000 = 64.000.000 x 2 = 128.000.000 +



= 60.000.000



452.000.000 Rata-rata = 452.000.000



= 37.666.667



12 EPS



= 1.265.000.000 37.666.667



= 33,58