Alat Kontrasepsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah “Alat-alat Kontrasepsi pada Pria dan Wanita” dapat tersusun hingga selesai. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan berdasarkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Hal ini ditunjukkandengan masih tingginya tingkat kelahiran setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kualitas dan kuantitas seseorang dengan daya dukung serta daya tampung lingkungan yang kurang memadai, sehingga mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat (BKKBN, 2016). Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu kelahiran (fertillitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Angka fertilitas relatif masih tinggi dengan penyebaran penduduk tidak merata, masih tinggi nya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), tingkat kesejahteraan penduduk dilihat dari segi kesehatan yang relatif masih rendah, persebaran yang timpang serta persoalan transmigrasi dan urbanisasi (Marmi, 2016). Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menangani permasalahan tersebut yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB) untuk mengendalikan fertilitas. KB merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), penggunaan alat kontrasepsi, pengaturan kelahiran yaitu 2 anak cukup, jarak usia anak, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil melalui promosi kesehatan, perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga kecil yang berkualitas (Kemenkes RI, 2015). Pelaksanaan KB dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, dapat mencegah laju pertumbuhan penduduk secara signifikan.Dampak positif dari upaya ini secara langsung akan berpengaruh terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian ibu akibat kehamilan yang tidak direncanakan. Begitu juga dengan kesejahteraan hidup anak terkecil dari satu keluarga dapat berjalan dengan baik tanpa harus melewatkan kualitas masa kecil yang masih diberikan perhatian sepenuhnya oleh orang tua untuk dapat mengikuti dan memantau tumbuh kembang dan kesehatan anak itu sendiri (BKKBN, 2015). Jenis kontrasepsi berdasarkan lama efektivitasnya dibagi menjadi dua, yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan non metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP). Kebijakan program KB oleh pemerintah saat ini mengarah pada penggunaan



kontrasepsi MKJP yaituIntra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Implant, dan Metode Operasi Wanita (MOW) dengan sasaran target sebesar 66% dari seluruh total penggunaan kontrasepsi. Berdasarkan pertimbangan alasan pemerintah lebih menganjurkan penggunaan MKJP ialah karena lebih efisien dibandingkan dengan Non MKJP. Selain itu lebih efektif karena tingkat efek samping, komplikasi, serta tingkat kegagalan yang relatif rendah (BKKBN, 2016). Pencapaian pelaksanaan program KB dapat dikatakan berhasil dengan adanya peningkatan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber KB. Namun terdapat ketimpangan dalam jumlah pengguna alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) antara Wanita dan Pria. Menurut data status pemakaian kontrasepsi tahun 2017 masih terdapat 36,4% masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah di Indonesia masih dibawah 8 % dari yang ditargetkan pemerintah (Subair, dkk, 2018) 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari alat kontrasepsi? 2. Bagaimana cara kontrasepsi? 3. Apa saja macam-macam kontrasepsi? 4. Faktor apa saja yang mempengaruhi metode alat kontrasepsi? 1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari alat kontrasepsi 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kontrasepsi 3. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam kontrasepsi 4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi metode alat kontrasepsi



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra “melawan” atau “mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antar sel yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamialan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan konsepsi adalah pasangan yang aktiv melakukan hubungan intim/seks dan keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Farida, 2017).



Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Keluarga Berencana (KB) intervensi kesehatan yang cost effective dan menyelematkan nyawa perempuan dan anak. Keluarga berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Peserta keluarga berencana (KB) adalah pasangan usia subur dimana dimana salah satunya menggunakan cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan baik melalui program KB maupun nonprogram KB (Rodiani & Chania, 2017). 2.2 Cara Kontrasepsi 1. Kontrasepsi Sederhana Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode atau badan basal, dan metode kalender. Sedangkan



kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap serviks, dan spermisi (Setyaningsih,2014).



2. Kontrasepsi Modern Kontrasepsi modern terbagi atas tiga yaitu (Setyaaningsih,2014).: 1) Kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 3) Kontrasepsi Mantap yaitu dengan oprasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria). 2.3 Macam-macam Kontrasepsi Berdasarkan lama efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Setyaningsih, 2014).:



1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, MOW, IUD,dan MOP. 2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain seperti dari metode MKJP. a. Kontrasepsi suntik kontrasepsi suntik menyebabkan



lendir servik mengental



sehingga



menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi (Setyaningsih,2014).



Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik, yakni : usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok, tekanan darah 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan



ektopik,



menurunkan



kejadian



penyakit



jinak



payudara



(Setyaningsih,2014). b. Kontrasepsi kondom Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabkan oleh kondom yang bocor atau robek karena pemakaian yang kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk pemakaian. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15% - 36%. Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan alat kontrasepsi kondom adalah melindungi pengguna dari penularan penyakit AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu kondom dapat dibeli bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya (Setyaningsih,2014).



Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi ringan dan sejumlah



kecil pengguna mengaku alergi terhadap karet (Setyaningsih,2014). c. Kontrasepsi pil Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan sebesar 0,1 sampai dengan 1,7.



keuntungan yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah (Setyaningsih,2014): 1) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsumsi sesuai aturannya. 2) Pemakai pil dapat hamil lagi bilamana dikehendaki kesuburan dapat kembali dengan cepat 3) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri. 4) Siklus haid teratur. 5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid. 6) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk memancing kesuburan 7) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur. d. Implant Penggunaan alat kontrasepsi implant memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1 pada pemakaian 100 pengguna. Keuntungan yang di dapat dari penggunaan implan adalah dapat dipasang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan dan biaya murah, sedangkan efek samping yang kemungkinan akan diderita pengguna adalah terjadinya gangguan menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian, pengguna akan mengalami masa haid yang lebih panjang, lebih sering atau amenorea (Setyaningsih,2014).



e. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka (open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies, spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone, dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus(Setyaningsih,2014).



Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun berikutnya. Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah melahirkan



atau



keguguran,



kesuburan



cepat



kembali



setelah



IUD



dicabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan atu menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak mengganggu



laktasi



dan



tidak



berinteraksi



dengan



obat-obatan



(Setyaningsih,2014). Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan.



f. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW) Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan dapat segera efektif post operatif, dengan keuntungan yang bisa di dapat antara lain vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami (Setyaningsih,2014).



g. Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) / Vasektomi Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan masa efektif 6-10 minggu setelah operasi, sedangkan keuntungan yang bisa didapat oleh pengguna adalah: teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat, dan bila pasangan suami, istri karena suatu sebab ingin mendapatkan keturunan lagi kedua ujung vas deferens dapat disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Setyaningsih,2014).



Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Setyaningsih,2014).



Vasektomi



merupakan



tindakan



penutup



(pemotongan,



pengikatan,



penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada umumnya dilakukan sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar (Setyaningsih,2014).



2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Metode Alat Kontrasepsi 1. Umur Umur berperan dalam pola pelayanan kontrasepsi kepada masyarakat yang berkaitan dengan memperhatikan kurun reproduksi sehat, dimana pada wanita dengan umur 20-30/35 tahun merupakan fase menjarangkan kehamilan sehingga dibutuhkan alat kontrasepsi yang mempunyai efektivitas cukup tinggi, reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan anak yang direncanakan, tidak menghambat air susu ibu (ASI) karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak maka dari itu alat kontrasepsi suntik dapat di jadikan pilihan kedua setelah IUD. Pada wanita berumur < 20 tahun merupakan fase menunda atau mencegah kehamilan sehingga wanita tersebut dapat memilih alat kontrasepsi dengan reversebilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100% maka prioritas penggunaan alat kontasepsi bisa menggunakan pil oral, penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi senggamanya sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi. Periode umur wanita di atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak. Sehingga pilihan utama alat kontrasepsinya adalah kontrasepsi mantap misalnya vasektomi atau tubektomi karena kontrasepsi ini dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut (Aryati, Sukamdi, & Widyastuti, 2019).



2. Jumlah anak Jumlah anak seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu metode secara medis. Secara umum, AKDR tidak dianjurkan bagi wanita nulipara karena pemasangan yang lebih sulit, dan kemungkinan AKDR dapat mengganggu kesuburan di masa. Pada ibu setelah mempunyai 2 orang anak atau lebih sebaiknya mengakhiri kesuburan . Dianjurkan untuk tidak punya anak lagi , karena alasan medis dan alasan lainnya, sehingga dianjurkan untuk ibu untuk menggunakan kontrasepai mantap (Triyanto & Indriani, 2018) 3. Pendidikan Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Kepandain membaca dan menulis memudahkan penyebaran keterangan tentang KB, tapi juga mengenai tentang pengertian dasar tentang bagaimana dan mengapa berbagai cara membatasi kelahiran yang di batasi selama ini berhasil dan apa keuntungan ditiap-tiap cara tersebut (Novita Dewi, Mohdari, 2017) 4. Pengetahuan Kontrasepsi pada umumnya digunakan untuk merencanakan sebuah keluarga. Jumlah alat kontrasepsi yang tersedia pun sangat beragam dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bagi perempuan yang ingin menggunakan alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi suntik harus membekali diri dengan pengetahuan mengenai kontrasepsi suntik sebelum untuk memutuskan. Menurut (Novita Dewi, Mohdari, 2017) ada



beberapa



faktor



lain



yang



mempengaruhi



dalam



memilih metode kontrasepsi di antaranya: a. Kunjungan berkala ke klinik Wanita yang tinggal di tempat terpencil atau mereka yang sering berpegian mungkin memilih metode yang tidak mengharuskan mereka tidak berkonsultasi secara teratur dengan petugas keluarga berencana. b. Peran petugas Pada beberapa metode, petugas hanya memiliki peran satu kali. Pada metode yang lain, petugas perlu bertemu langsung dengan pemakai selama beberapa kali



setiap tahun (obat suntik setiap bulan atau setiap tiga bulan saat ini tidak dipasarkan secara bebas sehingga pemakai perlu berkunjung secara berkala). c. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan Beberapa pemakai mungkin menginginkan suatu metode yang tidak atau sedikit yang memerlukan tindakan dari pihak mereka. ”Pengontrolan kelahiran yang perlu anda pikirkan empat kali setahun” adalah slogan untuk metode suntikan depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang diberikan setiap 3 bulan. d. Kerjasama pasangan Setiap metode memiliki rentang peran anggota pasangan yang luas, yang perlu dilakukan oleh masing-masing anggota pasangan tersebut. Pada beberapa metode, misalnya sterilisasi, AKDR, atau implant, salah satu pasangan memikul seluruh tanggung jawab. Bagi yang lain, misalnya pantang berkala atau koitus interuptus, keduanya harus bersedia untuk bekerjasama. 5. Privasi Peserta keluarga berencana mungkin menempatkan beberapa pertimbangan privasi sebagai hal yang sangat penting. Terutama wanita muda atau wanita yang hubungan seksualnya secara sosial tidak dibenarkan, mungkin akan sangat menginginkan metode yang tidak menarik perhatian. 6. Frekuensi hubungan seksual Pemakai yang jarang berhubungan seksual mungkin kurang tertarik dengan metode-metode, misalnya kontrasepsi oral, yang memerlukan tindakan setiap hari. Apabila suatu pasangan monogami terpisah dalam waktu yang lama, misalnya akibat migrasi bekerja, maka metode seperti pantang berkala tentu kurang sesuai, karena pantang berkala mungkin mengganggu aktivitas seksual selama interval yang singkat yang memungkinkan bagi mereka untuk melakukan hubungan seksual. 7. Rencana untuk kesuburan dimasa mendatang Perlu di tentukan apakah dan kapan pemakai memilki rencana untuk hamil dimasa mendatang. Banyak metode yang dianjurkan atau menjadi paling efektif dari segi biaya hanya apabila wanita tidak memiliki rencana hamil dalam waktu dekat. 8. Biaya Biaya dari suatu srategi keluarga berencana mencakup biaya metode itu sendiri, waktu yang dikorbankan wanita dan petugas, serta biaya tak langsung lainnya, termasuk ongkos berkunjung ke klinik. Studi mengenai biaya semacam ini



sangat sulit dilakukan, sehingga jarang dilakukan. Metode keluarga berencana juga sangat bervariasi dalam hal biaya pemakai dan penyebaran petugas sepanjang waktu.



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Ada dua metode/cara kontrasepsi yaitu kontrasepsi sederhana dan kontrasepsi modern. 3.2 Saran Sebagai seorang mahasiswa keperawatan, kita perlu mengetahui dan mempelajari mengenai alat-alat kontrasepsi pada pria dan wanita



dan mampu menerapkannya serta



menjadi wawasan tambahan bagi mahasiswa keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA Aryati, S., Sukamdi, S., & Widyastuti, D. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi (Kasus di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang). Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 79. https://doi.org/10.22146/mgi.35474 Farida. 2017. Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Ibu Pasangan Usia Subur. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, volume 6(2). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2016. Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga dalam Mendukung Keluarga Sehat. Jakarta: BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2016. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015 BKKBN. Jakarta: BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.2015. Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2015-2019. Jakarta: BKKBN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia & Gavi. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Novita Dewi, Mohdari, M. P. (2017). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Penggunaan Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. 8(1), 158–163. Rodiani & Chania Forcepta. 2017. Faktor – Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi Medis Operasi Wanita (MOW) pada Pasangan Wanita Usia Subur. Majority,volume 6(1). Setyaningsih, Agustina.2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP. Subair, dkk. 2018. Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Pria dalam Mendukung Penggunaan Alat Kontrasepsi. UNM Environmental Journals, Volume 1, Nomor 3. Triyanto, L., & Indriani, D. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Menikah Usia Subur di Provinsi Jawa Timur.



The



Indonesian



Journal



of



Public



https://doi.org/10.20473/ijph.vl13il.2018.244-255



Health,



13(2)(April),



244–255.