Aliran Filsafat Pendidikan Jasmani Dan Olahraga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA (PRAGMATISME, NATURALISME, DAN EKSISTENSIALISME) SEMESTER GENAP 2020/2021



Disusun Oleh : Kelompok 2 1. Mas’ullah Andriyani



(A1H020017)



2. Renaldy Alexander



(A1H020012)



3. Fhonda Bastian



(A1H020014) 4. Marex Yonata (A1H020021) 5. Wahyu Trio Wanda (A1H020026)



Dosen Pengampu : Yahya Eko Nopiyanto, M.Pd



PROGRAM STUDY PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi pikiran maupun waktunya. Dan penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi para pembaca, Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena minimnya pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.



Bengkulu, 03 Maret 2021



Penulis



Daftar Isi KATA PENGANTAR ................................................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. C. Tujuan................................................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Pragmatisme ..................................................................................................................... 1. Pengertian Pramatisme ............................................................................................... 2. Pragmatisme Dalam Pendidikan ................................................................................ B. Naturalisme....................................................................................................................... 1. Pengertian Naturalisme .............................................................................................. 2. Naturalisme Dalam Pendidikan .................................................................................. C. Eksistensialisme ............................................................................................................... 1. Pengertian Eksistensialisme ....................................................................................... 2. Eksistensialisme Dalam Pendidikan .......................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................................... B. Saran ................................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sukintaka dalam Harsuki (2003) menyebutkan dari sejarah pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia telah dikenal dengan istilah Lichamelijke Opvoeding atau Physical Education yang berarti bahwa pendidikan melalui jasmani dan olahraga. Hal ini bermakna bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan kegiatan pendidikan dengan menggunakan jasmani sehingga menuntut peserta didik untuk aktif bergerak dan olahraga sebagai cara untuk bergerak serta mengambil nilai-nilai dari olahraga tersebut. Pendidikan jasmani dan olahraga terbagi menjadi pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga untuk menciptakan gaya hidup yang sehat dan bugar. Sehingga pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya membuat peserta didik bergerak sesuai instruksi atau tugas gerak yang diberikan oleh guru, namun lebih ke arah penciptaan gaya hidup sehat dan bugar yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik (Mashuri dan Pratama, 2019). Pengertian pendidikan jasmani dan olahraga berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia akan kesehatan dan tantangan masa depan peserta didik. Perkembangan tersebut bukan seharusnya mereduksi tujuan dan harapan pendidikan jasmani dan olahraga. Maka daripada itu perlu kajian tentang dasar pendidikan jasmani dan olahraga yaitu filsafat pendidikan jasmani dan olahraga. Filsafat pendidikan merupakan cabang khusus filsafat yang berusaha menemukan hakikat dan esensi dari pendidikan. Ilmu pendidikan atau pedagogik merupakan ilmu yang mempelajari dan memecahkan masalahmalah pendidikan secara umum, menyeluruh, dan abstrak serta mengandung jiwa yang teoritis dan praktis. Jiwa teoritis terkandung hal-hal normatif, sedangkan praktis menunjukkan bagaimana cara melakukan tersebut. Filsafat sebagai landasan dapat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan. Pendidikan merupakan bagian dari segi kehidupan yang dipengaruhi oleh ideologi, pandangan dunia, atau filsafat tertentu.



Perbedaan aliran yang dianut maka akan



mempengaruhi corak dan pendekatan pendidikan yang dipakai. Dalam hal ini penulis akan mengedepankan satu diantara banyak aliran filsafat, yaitu aliran pragmatisme, naturalisme,



dan ekstensialisme yang cukup mempengaruhi pola pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan olahraga. Bidang komunikasi dan transformasi memiliki kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sekarang ini telah mampu memperpendek jarak berbagai bagian dan belahan dunia. Arus informasi telah mampu menjangkau pelosok pelosok dunia, sehingga saat sekarang dunia hanya memiliki batas territorial saja tetapi tidak lagi memiliki dinding pembatas yang menghalangi manusia untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di belahan dunia yang lain dan telah mampu menerobos secara cepat menjadi pemisah berbagai kehidupan manusia. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi dunia pendidikan secara umum, maupun pendidikan jasmani dan olahraga pada khususnya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana aliran Pragmatisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga ? 2. Bagaimana aliran Naturalisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga ? 3. Bagaimana aliran Eksistensialisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga ? C. Tujuan 1. Unrtuk mengetahui bagaimana aliran Pragmatisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga 2. Untuk mengetahui bagaimana aliran Naturalisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3. Untuk mengetahui bagaimana aliran Eksistensialisme Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga



BAB II PEMBAHASAN A. Pragmatisme 1. Pengertian Pragmatisme Pragmatisme berasal dari bahasa yunani yaitu kata pragma berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang berpandangan jika kriteria kebenaran sesuatu adalah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh karena itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak (tetap). Sebuah konsep dan peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat. Aliran filsafat Pragmatisme yang mengajarkan jika yang benar adalah segala sesuatu yang dapat membuktikan dirinya benar dengan melihat akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis itu dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar pragmatisme adalah logika pengamatan, berarti apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata adalah fakta individual, konkret, serta terpisah satu sama lain. Representasi realitas yang muncul pada pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta umum. Ide akan menjadi benar jika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak ingin direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah. Aliran ini berkembang di Amerika Serikat, aliran ini juga sempat berkembang ke Inggris, Perancis, dan Jerman . Orang yang memperkenalkan gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia adalah William James. Dalam bidang psikologi William James dikenal secara luas. Tokoh lain dari aliran pragmatisme adalah John Dewey. Dewey dikenal sebagai filsuf, selain itu juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir. Adapun tokoh kunci yang menakan aliaran pragmatisme adalah Charles Peirce pada bulan Januari 1878 dalam artikelnya yang berjudul How to Make Our Ideas Clear. Nama lain aliran pragmatisme adalah instrumentalisme dan eksperimentalisme. Mengapa instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa potensi intelegensi manusia sebagai



kekuatan utama manusia harus dianggap sebagai alat (instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan masalah dalam pendidikan.Intelegensi bukanlah tujuan, tetapi alat untuk hidup, alat untuk kesejahteraan, serta untuk mengembangkan kepribadian manusia. Selain itu instrumentalisme menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir, melainkan hanya tujuan antara dan sementara merupakan alat untuk mencapai tujuan berikutnya, termasuk dalam pendidikan tidak mengenal tujuan akhir. jika suatu kegiatan telah mencapai tujuan, maka tujuan tersebut dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya. Mengapa eksperimentalisme, karena filsafat ini menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya. Eksperimentalisme menyadari dan mempraktekkan bahwa eksperimen dalam percobaan ilmiah merupakan alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori. Percobaan tersebut dapat membuktikan apakah suatu ide, teori, pandangan, benar atau tidak. Dengan percobaan itulah subjek memiliki pengalaman nyata untuk mengerti suatu teori, dalam ilmu pengetahuan. 2. Pragmatisme dalam Pendidikan Dalam perkembangannya aliran filsafat pragmatisme telah mempengaruhi pemikiran dalam kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang meliputi unsur berikut: a. Kesenjangan antara Teori dan Praktek Para pakar olahraga pada dasarnya mengadaptasi pengalaman berbagai penelitian ilmu alan dan ilmu sosial dalam mengembangkan teori atau memecahkan masalah praktis, mereka cenderung memanfaatkan pengalaman empirik sebagai bahan baku penyusunan teori dan untuk mencapai kebenaran. Sejauh data empirik yang cukup terkumpul secara obyektif untuk memperkuat suatu pendapat atau teori, sejauh itu pulalah kebenaran dapat diterima oleh penganut pragmatisme. Keabsahan teori yang baru, tergantung pada keajegan kesimpulan yang diperoleh sehingga pengujian yang berulang-ulang terhadap kebenaran dan pengungkapan suatu masalah oleh sejumlah peneliti, merupakan kunci dapat diterima atau tidaknya sutu teori. Saat ini untuk mengumpulkan data yang teliti, cermat, dan sedikit mungkin adanya kesalahan, maka beberapa instrumen untuk melakukan tes dan pengukuran diciptakan. Beberapa alat pengukuran tersebut antara lain treadmill dan ergo cycle yang digunakan sebagai alat



untuk mengukur kemampuan fisiologis. Berdasarkan pengalaman terdahulu dan transformasi berbagai bidang ilmu pengetahuan diharapkan dapat diperoleh manfaat yang besar dan dapat digunakan secara praktis serta cocok untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga. b. Tujuan Tujuan pendidikan jasmani adalah pendidikan menyeluruh pada anak didik. Latihan berpusat pada anak didik, yaitu anak didik diberikan suatu masalah atau bentuk latihan yang menarik agar dapat dipecahkan oleh setiap individu. Guru pendidikan jasmani yang pragmatis pada proses pembelajarannya akan berusaha untuk menciptakan program yang bervariasi atau berbeda, sehingga anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Aktivitas olahraga bertujuan agar dapat berprestasi, sehingga setiap anak dituntut untuk menampilkan kerja motorik yang tinggi agar dapat memenangkan pertandingan. Bahan ajar atau latihan merupakan target yang harus dikuasai atlet. c. Pemanduan Bakat Pemanduan bakat pada pendidikan jasmani dipakai agar mengetahui “entry behavior” untuk menyusun program pembelajaran sehingga dapat berguna dan cocok jika diterapkan di lingkungan tempat siswa untuk belajar. Pemanduan bakat olahraga bertujuan untuk “memilih atlet yang unggul dan profesional”, sehingga bisa mencapaian prestasi yang pesat. Atlet yang tidak berbakat atau yang perkembangannya kurang cepat akan ditinggalkan oleh pelatih karena tidak berguna, dan bisa digantikan yang lainnya. d. Bentuk Latihan Pada pendidikan jasmani, meskipun motif bertanding ada kalanya dapat dimanfaatkan tetapi bentuk latihan tidak harus berbentuk pertandingan. Jadi bentuk latihannya dibuat secara berbeda-beda, walaupun ukuran dan bentuk permainannya dimodifikasi atau dibuat berbeda dengan pertandingan yang sesungguhnya. Bentuk latihan dalam olahraga, selalu berbentuk pertandingan dan latihan latihan yang dilakukan mengacu kepada pertandingan yang akan datang dan harus dimenangkan. e. Motivasi Pada pendidikan jasmani, pengalaman olahragawan dapat digunakan untuk memotivasi anak didik, dan mengenalkan dunia olahraga yang kemungkinannya sebagai dunia mereka nanti. Dalam olahraga, sekolah dipandang sebagai gudang bibit atlet yang



memberi harapan untuk berkembang menjadi olahragawan yang tangguh, diharapkan dapat berguna mengharumkan nama bangsa pada event olahraga internasional. B. Naturalisme 1. Pengertian Naturalisme Aliran naturalisme percaya bahwa hidup diatur oleh hukum alam semesta. Naturalisme mencakup konsep-konsep umum seperti; setiap realitas yang ada hanya ditemukan di dalam alam semesta. Alam semesta sendiri adalah sumber dari nilai. Individu lebih penting daripada masyarakat tetapi masyarakat dibutuhkan untuk mencegah kekacauan. Ketika aliran naturalisme diterapkan dalam pendidikan maka akan mengakibatkan konsep pendidikan harus memenuhi kebutuhan bawaan individu. Pendidikan harus mengembangkan apek fisik, kognitif dan afektif setiap individu. Guru harus mengetahui hukum alam dan berfungsi sebagai pemandu dalam proses pendidikan. Peserta didik harus mandiri dan belajar melalui penalaran. Perkembangan tubuh dan pikiran merupakan hal yang sangat penting. Ketika aliran naturalisme diterapkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga maka akan mengakibatkan konsep pendidikan seperti aktivitas jasmani yang sangat penting untuk mengembangkan nilai keseluruhan seseorang dan sebagai sarana untuk mengembangkan fisik, mental, sosial, emosional, dan keterampilan moral. Cara guru memberikan instruksi harus berdasarkan kebutuhan individu. Peserta didik harus mandiri dan pembelajaran setiap individu harus mengarah pada pencapaian tujuan setiap individu. Tidak disarankan menggunakan aktivitas yang bersifat kompetitif. Bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran. 2. Naturalisme dalam filsafat pendidikan Filsafat pendidikan Naturalisme mengajarkan bahwa guru yang paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan bagi naturalis sudah dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yaitu sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya. Spencer menjelaskan delapan prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme yaitu: (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam, (2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik, (3) Pendidikan harus



berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak, (4) Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan, (5) Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak, (6) Praktik mengajar adalah seni menunda, (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif, (8) Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Jikapun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik. (J. Donald Butler :tt) Tokoh filsafat pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak mengkritik karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh seperti Herman Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis sebuah buku berjudul Education: Intelectual, Moral, and Physical. Herbert mengatakan bahwa sekolah merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Karena, belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh sebab itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran dan juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme berpandangan guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid. Berdasarkan pendapat berbagai aliran-aliran filsafat pendidikan di atas, secara ontologi



mengetengahkan kajian bahwa manusia sebagai objek pendidikan.



Walaupun dari berbagai aliran-aliran tersebut berbeda-beda dalam memberikan pandangan tentang pendidikan tersebut. Namun esensi pendidikannya pun diarahkan pada kajian manusia sebagai objek. Dengan perbedaan tersebut dapat dinyatakan bahwa esesnsi pendidikan itu adalah Menuntun dan



membangun kemampuan-kemampuan



jiwa/nafsu, akal dan kemauan dengan menggunakan prinsip umum atau nilai (baik dan benar) yang memfokuskan pada guru dan anak agar menjadi aktif dalam upaya mewujudkan masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil pada situasi zamannya. Berdasarkan konsep esensi pendidikan di atas yang merupakan hasil analisis dari aliranaliran filsafat pendidikan, dinyatakan bahwa karakter pendidikan itu baik, aktif, pantas dan adil. C. Eksistensialisme 1. Pengertian Eksistensialisme Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi yang memiliki kata dasar exist. Kata exist itu sendiri berasal dari bahasa ex yang berarti keluar, dan sister yang berarti berdiri.



Jadi, eksistensi berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme. Filsafat eksistensialisme lebih sulit ketimbang eksistensi. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensia. Namun, para pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan esensia dari segala yang ada. Karena memang sudah ada dan tak ada persoalan. Kursi adalah kursi. Pohon mangga adalah pohon mangga. Harimau adalah harimau. Manusia adalah manusia. Tetapi, mereka mempersoalkan bagaimana segala yang ada berada dan untuk apa berada. Oleh sebab itu, mereka menyibukkan diri dengan pemikiran tentang eksistensia. Dengan cara berada dan eksis agar ikut terpengaruhi. 2. Eksistensialisme Dalam Filsafat Peendidikan Filsafat eksistensialisme memandang bahwa pendidikan terdiri dari beberapa aspek, berikut uraian aspek-aspek pendidikan perspektif filsafat eksistensialisme yaitu 1. Tujuan pendidikan, mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri, serta memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan; 2. Sekolah dan pendidikan, Sekolah bertugas mendidik anak agar menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain dan pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya 3. Peranan pendidik/guru, guru berperan melindungi dan memelihara kebebasan akademik, guru tidak memaksakan interpretasi atau mengabaikan pengetahuan lama siswa, dalam menyampaikan materi guru mengemukakannya dengan pandangan beragam, guru harus membaca secara mendalam dan menyusun materi secara tepat sebelum pembelajaran dimulai sebagai bahan diskusi, guru harus jujur, guru menjadikan materi pelajaran sebagai bagian dari pengalamannya, sehingga guru akan dapat menyajikannya sebagai bagian yang muncul dari dalam. 4. Tugas anak didik, siswa bebas memilih apa yang mereka pelajari dan bagaimana mempelajarinya serta siswa harus bebas berpikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab;



5. Kurikulum, menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna serta untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri; 6. Materi pembelajaran, terdiri dari teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh/ilustrasi definisi, dan preposisi.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Filsafat pendidikan merupakan cabang khusus filsafat yang berusaha menemukan hakikat dan esensi dari pendidikan. Ilmu pendidikan atau pedagogik merupakan ilmu yang mempelajari dan memecahkan masalah-masalah pendidikan secara umum, menyeluruh, dan abstrak serta mengandung jiwa yang teoritis dan praktis. Jiwa teoritis terkandung hal-hal normatif, sedangkan praktis menunjukkan bagaimana cara melakukan tersebut. Filsafat sebagai landasan dapat melahirkan pemikiran-pemikiran yang teoritis mengenai pendidikan. Ketika aliran pragmatisme diterapkan dalam dunia pendidikan jasmani dan olahraga maka akan mengakibatkan konsep pendidikan bahwa kurikulum harus berdasarkan pada kebutuhan dan kepentingan peserta didik. Kurikulum harus bervariasi untuk memberikan keragaman pengalaman belajar. Pembelajaran dapat dicapai melalui metode pemecahan masalah dan guru berfungsi sebagai fasilitator. Ketika aliran naturalisme diterapkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga maka akan mengakibatkan



konsep



pendidikan



seperti:



aktivitas



jasmani



sangat



penting



untuk



mengembangkan nilai keseluruhan seseorang dan sebagai sarana untuk mengembangkan fisik, mental, sosial, emosional, dan keterampilan moral. Ketika aliran eksistensialisme diterapkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga maka akan memberikan konsep pendidikan bahwa setiap peserta didik bebas untuk memilih aktivitas yang disediakan dalam kurikulum B. Saran Setelah membaca dan mempelajari makalah filsafat pendidikan jasmani dan olahraga mengenai aliran pragmatisme, naturalisme dan eksistensialisme penulis berharap. Kita bisa lebih mengerti dan memahami mengenai aliran filsafat pendidikan jasmani serta bisa membedakan dari setiap aliran tersebut untuk bekal kita ketika mengajar nanti.



DAFTAR PUSTAKA Thaib,



R.



M.



T.



R.



M.



(2018).



Pragmatisme:



Konsep



Utilitas



Dalam



Pendidikan. Intelektualita, 4(1). PRAGMATISME, I. A. F. Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Desember 2009. Mesiono, M. (2018). ESENSI PENDIDIKAN PRESFEKTIF ANALISIS FILSAFAT PENDIDIKAN. ITTIHAD, 2(2). Nopiyanto, Y. E., & Raibowo, S. (2019). Filsafat Pendidikan Jasmani & Olahraga. Zara Abadi. Sya’bani, M. A. Y. (2017). Konseptualisasi Pendidikan dalam Pandangan Aliran Filsafat Eksistensialisme. TAMADDUN: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan, 18(2), 1-23.