Amilia LP Fraktur Klavikula REVISI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR KLAVIKULA DI RUANG RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN



DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



OLEH :



Amilia Candrasari 201910461011077



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS LP-ASKEP) DI RUANG ______________________ RS ______________________________



DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KELOMPOK ______



NAMA: _______________________ NIM: ___________________ TGL PRAKTEK/MINGGU KE : _____________ / MINGGU ___



Mahasiswa,



Malang, ___________________ Pembimbing,



(Nama Mahasiswa)



(Nama Pembimbing)



Page 2 of 33



LEMBAR PENILAIAN NAMA MAHASISWA : ............................................ NIM



: ............................................



TGL PRAKTEK



: ............................................



MINGGU KE



: ............................................



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



Kompetensi



Nilai



Mahasiswa,



Malang, ______________ 2020 Pembimbing,



(Nama Mahasiswa)



(Nama Pembimbing)



Page 3 of 33



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2 LEMBAR PENILAIAN............................................................................................................3 DAFTAR ISI...........................................................................................................................4 A.



Definisi.......................................................................................................................5



B.



Etiologi........................................................................................................................5



C.



Epidemologi...............................................................................................................7



D.



Tanda dan Gejala.......................................................................................................7



E.



Patofisologi................................................................................................................8



F.



Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................10



G.



Penatalaksanaan......................................................................................................10



H.



Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)...........................................11



I.



Diagnosa Keperawatan (SDKI) (PPNI, 2017).........................................................12



J.



Luaran Keperawatan (SLKI) (PPNI, 2019).............................................................12



K.



Intervensi Keperawatan (SIKI) (PPNI, 2018)........................................................13



L.



Daftar Pustaka.........................................................................................................13



A.



CASE REPORT..........................................................................................................15



B.



Analisa Data.............................................................................................................18



C. Diagnosa Keperawatan (SDKI), Luaran Keperawatan (SLKI), Luaran Keperawatan (SIKI).........................................................................................................19 BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING).......................24 A.



Masalah Keperawatan..........................................................................................24



B.



Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)...............................................24



C.



Daftar Pustaka (Sumber Reference).......................................................................28



Page 4 of 33



BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Fraktur klavikula adalah cedera yang sering terjadi terutama pada usia muda dan individu yang aktif. Insidensinya sekitar 2.6% dari semua fraktur. Fraktur klavikula merupakan salah satu cedera tulang yang paling sering, yang jarang memerlukan reduksi terbuka. -



paling banyak ditemui



-



terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)



-



mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral bahu)



a) Fraktur lateral klavikula ( Fraktur 1/3 lateral klavikula) fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi: -



type 1: undisplaced jika ligament intak



-



type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture. a) Type 1



: Minimal displacement



b) Type 2



: displaced



c) Type 3



: Intraarticular



d) Type 4



: Epiphyseal separation



e) Type 5



: cominutif



Page 5 of 33



-



type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.



Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu. b) Fraktur medial klavikula ( Fraktur 1/3 medial klavikula ) Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum. Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.



B. Etiologi Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi.  Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan).  Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi. Yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.



C. Epidemologi Pada anak-anak, klavikula mudah mengalami fraktur, namun hampir selalu terjadi union dengan cepat dan tanpa komplikasi. Pada orang dewasa, fraktur klavikula merupakan injuri yang lebih sulit. Fraktur klavikula pada orang dewasa sering terjadi, insidensinya 2,6-4% dari semua fraktur dan kurang lebih 35% merupakan cedera dari gelang bahu. Fraktur pada midshaft merupakan yang terbanyak 69-82%, fraktur lateral 21-28%, dan fraktur medial yang paling jarang 2-3%.



D. Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau



Page 6 of 33



benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).



Page 7 of 33



E. Patofisologi Etiologi



Trauma (langsung/tdk langsung), patologi Fraktur (terbuka/tertutup)



Kehilangan integritas tulang



Ketidakstabilan posisi fraktur, apabila organ fraktur digerakkan Fragmen tulang patah yang menusuk organ sekitar Gangguan rasa nyaman NYERI



Perubahan fregmen tulang kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah



Perdarahan lokal Hematoma pada daerah fraktur Aliran darah ke daerah distal terhambat/berkurang



Fraktur terbuka ujung menembus otot dan kulit



Luka



Gangguan Integritas Kulit Kuman/bakteri mudah masuk



Resiko tinggi infeksi Keterbatasan aktifitas



Defisit Perawatan Diri



Warna jararingan pucar, nadi lemah, sianosis, kesemutan



Kerusakan neuromuskuler Gangguan Fungsi organ distal



Gangguan Mobilitas Fisik



Page 8 of 33



F. Pemeriksaan Penunjang 1. CT scan. Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya. 2.



Magnetic resonance imaging scan:



Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI. 3.



X-ray



X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.



G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan



pada



fraktur



clavicula



ada



dua



pilihan



yaitu



dengantindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif. Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa



reposisi,



diperlukan,apalagi



yaitu pada



dengan anak



pemasangan karena



mitela.



salah-sambung



Reposisi klavikula



tidak jarang



menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.



Page 9 of 33



Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut : 1. Fraktur terbuka. 2. Terdapat cedera neurovaskuler. 3. Fraktur comminuted. 4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih. 5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion). 6. Masalah



kosmetik,



karena



posisi



penyatuan



tulang



tidak



semestinya(malunion)



H. Diagnosa Keperawatan Pre (SDKI) 1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik (trauma) (D.0077) 2. Penurunan kapasitas adaptif intracranial b/d lesi menempati ruang (D.0066) 3. Hypovolemia b/d kehilangan cairan aktif (D.0023) I. Diagnosa Keperawatan Post (SDKI) 1. Gangguan integritas kulit b/d faktor mekanis (penekanan pada tonjolan tulang dan/ gesekan (D.0129) 2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang (D.0054) 3. Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076) J. Luaran Keperawatan (SLKI) 1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik SLKI : Setelah dilakukan tindakan selama …x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Skala nyeri berkurang b. Klien mengatakan nyeri mulai berkurang c. Ekspresi wajah klient rileks d. Tidak adanya laporan nyeri 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang SLKI : Setelah dilakukan tindakan selama …x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:



Page 10 of 33



a. Tidak adanya kontraktur / footdrop b.



 



Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit



c. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang dilakukan. 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait medikasi. SLKI : Setelah dilakukan tindakan selama …x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Mampu mengontrol Kecemasan b. Kualitas tidur dan istirahat adekuat c. Respon terhadap pengobatan



K. Intervensi Keperawatan (SIKI) SIKI : manajemen Nyeri a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya. b. Catat kemungkinan patofisiologis yang khas, misalnya adanya infeksi, trauma servical c. berikan tindakan kenyamanan, misal pedoman imajinasi, viskalisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas hiburan, kompres. SIKI : mobilitas fisik a. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi b. berikan bantu untuk latihan rentang gerak c. bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan SIKI : a. Identifikasi tingkat kecemasan b. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan L. Daftar Pustaka PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI.



Page 11 of 33



PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI. Sabiston, D. (2010). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC. Sylvia, R. (2013). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. c.



Page 12 of 33



BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN A. CASE REPORT Judul : MONITORING OF MEDICINE THERAPY ON PATIENTS MEDIUM HEAD INJURY AND CLAVIKULA FRACTURE IN HOSPITAL X NORTH JAKARTA PRESENTASI KASUS Pasien merupakan pasien rawat inap di Intensiv Care Unit (ICU) dengan diagnosa cedera kepala sedang dan fraktur klavikula dextra suspek trauma cervical. Kemudian pasien di pantau perkembangan terapinya hingga selesai rawatan, Data diambil pada bulan Mei 2019. Tn. N usia 63 tahun, masuk pada tanggal 13 Mei 2019 pasien mengalami kecelakaan kerja jatuh dari ketinggian ±3 m dengan posisi telentang, pingsan, muntah 1x pasein berontak dan bicara melantur tidak koperatif. PEMBAHASAN Pada kasus ini pasien dengan inisial Tn. N usia 63 tahun, masuk IGD RS X pada tanggal 13 Mei 2019 pasien mengalami kecelakaan kerja jatuh dari ketinggian ±3 m dengan posisi telentang, pingsan, muntah 1x pasein berontak dan bicara melantur tidak koperatif. Diagnosis pasien adalah cedera kepala dan fraktur klavikula dextra suspek trauma cervical. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum pasien yaitu dengan sakit berat dengan Penegakan diagnosa cedera kepala berat dapat dilakukan dengan GCS (Glasgow Coma Scale and Score). Pasien dinyatakan mengalami cedera kepala berat dengan nilai GCS ≤ 8, memiliki tekanan darah 114/55 mmHg, suhu tubuh 37,40C, nadi 74x/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit dan memiliki berat badan 60 kg.Dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien meliputi EKG, GDS, PT, APPT, fibtinogen, CT-Brain, Thorax, dan foto columna verttebralis 2 posisi. Pada tanggal 15 Mei pasien masuk ruang ICU jam 4.00 wib keadaan pasien menurut hasil rekam medik (RM),terdapat gangguan perfusi jaringan cerebral, adanya resiko infeksi dan pola nafas tidak teratur dengan tekanan darah 135/64mmHg, suhu tubuh 36,10C, nadi 104x/menit, frekuensi pernafasan 19x/menit. Pemberian obat-obat antihipertensi diberikan karena riwayat dari pasien dan juga sebelumnya kompikasi dari cedera kepala yang menyebabkan terjadinya hipertensi maka diberikan obat hipertensi untuk menjaga agar tekanan darah pasein tetap stabil. Amlodipin merupakan Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner, captopril menghambat produksi hormon angiotensin 2 dengan begitu dinding pembuluh darah akan lebih rileks sehingga tekanan darah menurun, serta suplai darah dan oksigen ke jantung menjadi meningkat dan clonidin mempengaruhi saraf yang mengatur otot jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat melemaskan pembuluh darah dan mengurangi denyut jantung sehinga tekanan darah juga turun.



Page 13 of 33



Terapi antibiotik digunakan ceftriaxone, golongan cephalosporin. Indikasi infeksi pasien sesuai dengan pemilihan antibiotik. Pasien mengalami trauma akibat kecelakaan dengan dugaan infeksi di kulit, struktur kulit, tulang dan sendi, meningitis (pasien juga mengalami cedera kepala) dapat dipilih penggunaan ceftriaxone. Pemberian Manitol diberikan untuk pengendalian peningkatan tekanan intrakranial pada pasien. Kalsium gluconat diberikan sebagai suplemen mineral untuk kalium darah yang tinggi pada pasien sebesar 112,6 mmol/L. Pasien diberikan lactulac untuk mengatasi konstipasi, Crome diberikan sebagai penaganan untuk pasien sebagai hemostatik yang menghambat peningkatan permeabilitas kapiler dan memperkuat retensi kapiler pendarahan sekitar mata. Pada tanggal 17 mei 2019 terjadi diberikan gentamisin sebagai salah satu penggunaan antibiotik secara empiris sebelum hasil kultur didapatkan, karna pasien mengalami demam dan jumlah leukosit yang rendah sebesar 2,6.103/µLkemungkinan karna adanya infeksi nasokomial yang didapatkan pasien selama perawatan. Di tanggal 18 mei 2019 pasien didiagnosa sepsis HAP didapatkan hasil kultur MRSA (+) kemudian diberikan meropenem dan vansef sebagai antibiotik untuk pengobatan infeksi berat penanganan yang tepat bagi pasien dengan infeksi nasokomial seperti sepsis HAP. Di tanggal 22 Mei 2019 berdasarkan data labor pasien O2 saturasi diatas normal pasien mengalami gangguan respiratori dengan nilai 98% dan pH alkalosis dengan nilai 7,51 diberikan amikasin sebagai antibiotik untuk penanganan septikemia. DRP pada pengobatan pasien yaitu apda penggunaan itranazole dan dan amlodipine dimana itranazole dapat menghambat metabolisme dari amlodipin sehingga perlu memonitoring reaksi merugikan yang didaapt dengan cara mengurangi dosis dari itranazole menjadi 100 mg/ 1 x hari. Dihari terakhir pemantauan terapi obat pada pasien keadaan pasien semakin hari semakin memburuk dengan penyakit komplikasi pasca cedera kepala berat yang dialami pasien saat bekerja pasien demam dan sesak nafas dengan nilai saturasi turun. Daftar Pustaka (Sumber Reference)



Rinayanti, A., & Witari (2020). Monitoring of Medicine on Patients Medium Head Injury and Clavikula Fracture in Hospital X North Jakarta M. Pengkajian (Focus Assesement) B. PENGKAJIAN 1. Data Biografi Nama:Tn. N Usia:63 thn BB: 60Kg 2. Riwayat Kesehatan



Page 14 of 33



a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu Hipertensi b. Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab terjadinya Mengalami kecelakaan kerja, jatuh dari ketinggian 3m. 3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Tgl 13 mei 2019 Pasien pingsan, GCS 8, muntah 1x, perdarahan sekitar mata b. Sikulasi Hipertensi: 135/64mmHg Suhu: 36,10C Nadi: 104x/mnt RR: 19x/mnt satO2: 98% c. Neurosensori Fraktur klavikula dektra dan cedera kepala. Pasien memberontak dan bicara melantur (tidak kooperatif) 4. Pemeriksaan diagnostik & Lab (EKG, GDS, PT, APPT, fibtinogen, CT-Brain, Thorax, dan foto columna vettebralis 2 posisii) Leukosoit: 2,6.103/uL pH: 7,51 (Alkalosis) sepsis HAP dengan kultur MRSA (+) 5. Pengobatan dan penatalaksanaan -



Ampodipidin: untuk menstabilkan TD



-



Antibiotic Ceftriaxone



-



Manitol: pengendalian peningkatan tekanan intracranial



-



Lactulac: untuk mengatasi konstipasi



-



Crome: memperkuat retensi kapiler perdarahan



-



Antibiotic gentasimin untuk mengurangi demam dan kadar hb yang rendah



Page 15 of 33



-



Meropenem: pengobatan infeksi berat



-



Intranazole 100mg/1x per hari



C. Analisa Data Data



Etiologi



DS: mengeluh nyeri perut kiri



Agen Pencedera



Masalah keperawatan Nyeri akut (D.0077)



Fisiologis DO: - Gelisah dan tidak kooperatif - Nadi meningkat 104x/mnt - Bersikap protektif - Proses piker terganggu - Pola napas beruah (napas cepat)



DS: -pasien pingsan



Edema cerebral



Penurunan adaptif intracranial



DO: - TIK meningkat -



(D.0066)



Tekanan meningkat



darah 135/64



mmHg -



Pola napas ireguler



-



Kesadaran menurun



-



gelisaah



DS: pasien terlihat gelisah dan Kehilangan



Hipovolemia



tidak kooperatif



(D.0023)



cairan aktif



DO: - Leukosoit: 2,6.103/uL -



pH: 7,51 (Alkalosis)



-



tekanan darah meningkat 135/64mmHg



-



turgor kulit menurun Page 16 of 33



-



membrane mukosa kering



DS: mengeluh nyeri



Faktor mekanis



Gangguan integritas kulit (D.0192)



DO: - edema cerebral - COB -perdarahan - fraktur klavikula DS: - pasien mual dan muntah



Peningkatan tekanan Nausea (D.00760



DO: - pucat



intracranial



- takikardi DS:- pasien mengeluh sulit



Kerusakan integritas Gangguan mobilitas



menggerakkan ekstremitas



struktur tulang



fisik (D.0054)



Pasien mengeluh nyeri DO: - rentang gerak ROM menurun -



Sendi kaku



-



Lemah



-



Kekuatan otot menurun



-



Cemas



-



Fraktur klavikula



D. Diagnosa Keperawatan Pre (SDKI) 1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik (trauma) (D.0077) 2. Penurunan kapasitas adaptif intracranial b/d lesi menempati ruang (D.0066) 3. Hypovolemia b/d kehilangan cairan aktif (D.0023)



Page 17 of 33



E. Diagnosa Keperawatan Post (SDKI) 1. Gangguan integritas kulit b/d faktor mekanis (penekanan pada tonjolan tulang dan/ gesekan (D.0129) 2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang (D.0054) 3. Nausea b.d peningkatan tekanan intracranial (D.0076) F. Luaran Keperawatan (SLKI) dan (SIKI) SLKI SIKI Setelah dilakukan tindakan Pembidaian (I.05180) keperawatan selama 1x3 jam



-



diharapkan Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)



-



1. Elastisitas menig



jaringan



menurun 5. Kerusakan



lapisan



kulit menurun



adara O: dilakukan balutan angka



Tutup luka terbuka 8



berbentuk



dengan balutan



ransel



Minimalkan



A: masalah



pergerakan



teratasi



-



Berikan bantalan



sebagian



-



Gunakan



-



3. Hidrasi meningkat 4. Kerusakan



Monitor



dan



cemas



perdarahan -



2. Elastisitas meningkat



Monitor bagian distal gelisah area cidera



meningkat dengan kriteria hasil:



Evaluasi S: pasien terlihat



kain P: lanjutkan



gendongan/sling



intervensi



dengan tepat



6. Nyeri menurun 7. Perdarahan menurun 8. Jaringan



parut



menurun 9. Suhu kulit membaik 10. Sensasi membaik



PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243) Observasi 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi) 2. Identifikasi riwayat alergi obat 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.



Page 18 of 33



Narkotika, nonnarkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic 5. Monitor efektifitas analgesik Terapeutik 1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu 2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum 3. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien 4. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan Edukasi 1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi



Page 19 of 33



Setelah dilakukan tindakan



Manajemen



keperawatan selama 1x24



(I.03098)



Cairan S:



pasien



terlihat



jam diharapkan “status



-



Monitor status hidrasi



lemas dan



Cairan (L.03028)”



-



Monitor BB harian



pucat



membaik dengan kriteria



-



Monitor



hari



dan O: turgor



1. PND menurun



pemeriksaan



kulit



2. Edema menurun



laboratorium



membaik



3. Kekuatan nadi membaik



-



4. Tekanan darah membaik 5. Membrane mukosa membaik 6. Kadar Hb membaik



Monitor



status Pucat



hemodinamik



menurun



-



Catat intake & output



Pemberian



-



Berikan



cairan donor



intravena



darah PRC Leukosit



Perawatan Sirkulasi



meningkat



(I.02079)



29.000



-



Periksa sirkulasi perifer



A:



-



Identifikasi



faktor masalah



resiko



gangguan teratasi



sirkulasi -



sebagian



Monitor panas, nyeri, P: kemerahan



pada Lanjutkan



ekstremitas



intervensi



-



Lakukan hidrasi



-



Anjurkan minum obat control tekanan darah teratur



-



Anjurkan program diet rendah lemah jenuh



-



Anjurkan



melakukan



perawatan kulit untuk melembabkan Setelah dilakukan tindakan



yang kering Manajemen Nyeri



kulit S: pasien masih Page 20 of 33



keperawatan selama 1x24



(I.08238)



mengeluh nyeri O: tingkat nyeri jam diharapkan “Tingkat Observasi menurun Nyeri (L.08066) menurun Pemberian obat 1. lokasi, karakteristik, durasi, analgesic dengan kriteria hasil : A: maslah frekuensi, kualitas, 1. Keluhan nyeri menurun teratasi sebagian intensitas nyeri P: lanjutkan (5) 2. Identifikasi intervensi skala nyeri 2. Mual menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres



Page 21 of 33



hangat/dingin, terapi bermain) 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN MUAL (1.03117) keperawatan selama 1x24



S: O: mual muntah menurun jam diharapkan “Tingkat Observasi Px lebih tenang 1. Identifikasi pengalaman A: masalah Nausea (L.08065)” mual teratasi sebagian menurun dengan kriteria 2. Identifikasi nafsu P: lanjutkan



Page 22 of 33



hasil : Keluhan mual menurun (5) Nafsu makan meningkat (5)



3. 4. 5. 6.



makan terhadap kualitas hidup (misal nafsu makan) Identifikasi faktor penyebab mual Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual Monitor mual Monitor asupan nutrisi dan kalori



intervensi



Terapeutik 1. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual 2. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik Edukasi 1. Anjurkan istirahat dan tidur yag cukup 2. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak 3. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual



Gangguan mobilitas fisik



Kolaborasi Kolaborasi pemberian antiemetik Dukungan Ambulasi



S: pasien tidak



b/d kerusakan integritas



(I.06171)



gelisah



- Identifikasi



adanya O: kekuatan otot



struktur tulang



nyeri/keluhan fisik



meningkat



- Identifikasi toleransi fisik - Nyeri menurun saat



melakukan A: masalah



ambulasi



teratasi sebagian



- Monitor frekuensi jantung P: Lanjutkan dan tekanan darah



intervensi



- Fasilitasi ambulasi dengan



-



alat bantu - Libatkan



keluarga



saat Page 23 of 33



ambulasi - Jelaskan



tujuan



dan



prosedur ambulasi - Anjurkan



ambulasi



sederhana Setelah dilakukan tindakan



Manajemen peningkatan



S: -



keperawatan selama 1x24 TIK (I.06194)



O: tingkat



jam diharapkan “kaoasitas -



Observasi peningkatan



kesadaran



adaftif



penyebab TIK



meningkat



Monitor MAP, CVP



-



menurun



intrakanial)” dengan



kriteria -



TD menurun



hasil :



PAWP,PAP,ICP, dan



120/60



Tingkat kesadaran



CPP



mmHg



meningkat (5)



-



Sakit kepala menurun (5) Gelisah menurun (5) Tekanan darah membaik (5)



-



Monitor status



-



Nadi



pernapasan



menurun



Monitor output dan



100x/mnt



input cairan



A: lanjutkan intervensi



Reflek neurologis membaik (5)



Page 24 of 33



BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING) A. Masalah Keperawatan G. Nyeri akut H. Gangguan mobilitas fisik I. Kerusakan interitas tulang J. Gangguan rasa nyaman B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal) 1. Journal: Lowth, Mary. 2017. What is the trauma?. Universitas Queen Mary London. K. Latihan Dasar Panggul (ROM Excercisse) Latihan dasar panggul ini dilakukan untuk menstabilkan panggul, melatih dan memperkuat otot-otot tubuh termasuk kandung kemih agar saluran kemih normal kembali sehingga aluran urin dapat terkontrol. Latihan ini dilakukan 3x sehari setelah pemasangan kateter dilepas. Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan. 2. Holo, Ervatamia H., Batubarab, Sakti O., dan Bina, Maria Y. 2017. Perbandingan Efektifitas Teknik Relaksasi Dan Teknik Distraksi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Ruangan Bedah Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. STIKes CHMK Kupang, Kupang. corresponding author [email protected] L. Teknik distraksi P : penelitian ini bertujuan untuk mencari perbandingan efektifitas antara teknik relaksasi dan teknik distraksi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur. I: Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok napas dalam dan distraksi musik yang tingkat nyerinya diukur pre-post intervensi. O: Ada perbedaan rata-rata antara intensitas nyeri pasien fraktur sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi (napas dalam), atau dengan kata lain pemberian tindakan relaksasi dapat menurunkan nyeri pada pasien fraktur. Ada perbedaan rata-rata antara intensitas nyeri pasien fraktur sebelum dan sesudah dilakukan tindakan distraksi (mendengarkan musik), atau dengan kata lain pemberian tindakan distraksi dapat menurunkan nyeri pada pasien fraktur. Ada perbandingan intensitas nyeri pasien fraktur setelah dilakukan teknik relaksasi dan distraksi. Page 25 of 33



Akan tetapi teknik ini hanya bisa diberikan pada tingkat nyeri dengan skala 1-6 saja. 3. Wulandini, Putri., Roza, Andalia., Safitri, Santi Riska. 2018. Efektifitas Terapi Asmaul Husna Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Rsud Provinsi Riau. Keperawatan Universitas Abdurrab P: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi Asmaul Husna pada pasien fraktur di ruangan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. I: Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang, 15 orang sampel untuk kelompok eksperimen yang diberikan intervensi mendengarkan Asmaul Husna C: dan 15 orang untuk kelompok kontrol tanpa intervensi. O: Alat ukur yang digunakan adalah lembaran observasi dan diberikan terapi asmaul husna pada kelompok eksperimen. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji T-test. Hasil uji T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata terapi Asmaul Husna dengan nilai p=0,000 / p