Amin Level 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

P RO G R A M



METODE “AMIN”



MODUL LEVEL



2 (LANGKAH 3-5)



Disusun oleh:



AZIZI FATHONI K., S.Pd



‫َّ‬ ‫َّ َّ‬ ‫يم‬ ‫ِمۡسِب ٱلله ٱلرِنَٰمۡح ٱلر ه‬ ‫ح ه‬



Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i –rahimahullâh– ِ › ‫َّح ِو ْاهتَ َدى إِلَى َج ِمْي ِع الْعُلُ ْوِم‬ ْ ‫‹ َم ْن تَبَ َّحَر في الن‬ “Barang siapa menguasai tata bahasa Arab niscaya ia akan dapat menyelami berbagai ilmu syari’at.”1



1



Ibn al-‘Imad al-Hanbali, Syadzarât al-Dzahab fî Akhbâr Man Dzahab, hlm. 407



35



LANGKAH 3 Memahami Bentuk-bentuk Dasar Kalimat, serta Kedudukan Kata di Dalamnya



Target    



Mengenal macam-macam susunan Kalimat dan susunan Non-Kalimat Memahami bagian-bagian susunan kalimat dan non-kalimat beserta I’rab-nya Memahami Nawasikh dan pengaruhnya terhadap I’rab Memahami kalimat syarath (Jumlah Syarthiyyah) serta pengaruhnya terhadap I’rab



Indikator   



Mampu membedakan Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah dan menentukan bagian-bagian inti keduanya Mampu mengidentifikasi susunan non-kalimat yang ada pada kalimat serta menentukan i'rabnya Mampu menerjemahkan kalimat sederhana serta meng-i’rab masing-masing kata di dalamnya: dengan menyebutkan apa I’rabnya, apa tandanya, serta apa alasannya



36



A. Kedudukan Kata dalam Kalimat I'rab pada Isim Mu’rab dapat diketahui dari: kedudukannya dalam susunan atau kalimat, atau adanya Harf ‘Âmil yang mendahuluinya. Sedangkan i'rab pada Fi’il Mu’rab dapat diketahui dari adanya Harf ‘Âmil yang mendahuluinya. Perhatikan tabel berikut. Lafazh Isim Mu’rab



I’rab-nya Diketahui Dari



Contoh



Kedudukan dalam susunan Rehat itu (tempatnya) di surga Harf ‘Âmil di depanya Rehat itu (tempatnya) di surga



Fi’il Mu’rab



‫احةُ فِي الْ َجن َِّة‬ َّ َ ‫الر‬ ‫احةُ فِي الْ َجن َِّة‬ َّ َ ‫الر‬



Harf ‘Âmil di depanya Anak kecil itu belum tidur



‫لَ ْم يَنَ ْم الطِّْف ُل‬



Keterangan: 1. Lafazh isim “al-râhat[u]” di situ ber-I’rab Rafa’ (marfû’) dengan tanda Dhammah adalah karena ia berkedudukan sebagai Mubtada`. 2. Lafazh isim “al-jannat[i]” di situ ber-I’rab Jarr (majrûr) dengan tanda Kasrah adalah karena didahului Harf ‘Amil, yaitu Harf Jarr ( ‫) في‬. 3. Lafazh fi’il “yanam[]” ber-i’rab Jazm (majzûm) dengan tanda Sukun adalah karena didahului harf ‘amil, yaitu Harf Jazm ( ‫) لم‬. Jadi, apabila lafazh mu’rab itu berupa Isim maka i’rab-nya dapat diketahui antara: dari kedudukannya dalam susunan/kalimat, atau dari adanya Harf ‘Amil yang mendahuluinya. Sedangkan apabila lafazh mu’rab itu berupa Fi’il, maka i’rab-nya dapat diketahui: dari adanya Harf ‘Amil yang mendahuluinya, dengan ketentuan: - Dia Manshub dengan tanda Fathah manakala didahului Harf ‘Amil Nashab; - Dia Majzum dengan tanda Sukun manakala didahului Harf ‘Amil Jazm; dan - Dia Marfu’ dengan tanda Dhammah manakala tidak didahului Harf ‘Amil, baik ‘Amil Nashab maupun Harf ‘Amil Jazm. Dengan demikian berarti selain mengenali apa saja Harf ‘Amil yang mempengaruhi i'rab Isim dan i'rab Fi’il, juga penting mengetahui apa saja macam-macam kedudukan dalam susunan kalimat guna mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap i’rab Isim. Pada langkah ke-dua lalu, telah dibahas bagaimana mengidentifikasi Lafazh Mabni dan Lafazh Mu’rab. Pada langkah ke-tiga kali ini akan dibahas mengenai bentuk susunan kata berikut pengaruhnya terhadap macam I’rab pada lafazh-lafazh mu’rab manakala menempati posisinya.



37



B. Meng-I’rab Kata Berkaitan dengan penentuan harokat akhir masing-masing kata dalam susunan kalimat, kita harus mampu menjelaskan alasan kenapa harokat-harokat yang kita sematkan pada masing-masing kata tersebut. Dan karena harokat hanyalah merupakan tanda atau simbol saja daripada i’rab setiap kata, maka kita harus mampu menjelaskan apa i’rab masingmasing kata yang kita harokati tersebut. Dengan begitu aktivitas mengharokati atau membaca teks gundul yang kita lakukan akan berlangsung secara teratur dan terukur, alias tidak ngawur atau sembarangan. Bagaimana caranya? Mudah saja! Pertama; kenali terlebih dahulu mana kata yang Mabni dan mana yang Mu’rab, sebagaimana yang telah dibahas pada materi langkah ke-2. Setelah itu, kita jelaskan i’rabnya berdasarkan ketentuan: 1. Jika berupa lafazh Mabni, maka kita cukup menjelaskan: a. Dia Mabni apa? dan b. Apa alasan ke-mabni-annya? 2. Jika berupa lafazh Mu’rab, maka kita jelaskan: a. Terkait i’rab - Apa i’rab-nya? - Apa alasan i’rab-nya? b. Terkait tanda i’rab (harokat) - Apa tanda i’rab-nya? - Apa alasan tanda i’rab-nya? Sebagai contoh, saat ada tulisan:



‫في المسجد‬ Maka kita akan mengharokatinya menjadi: Dengan keterangan i’rab: Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf Al-Masjid[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr. Bertanda Kasrah



‫فِي الْ َم ْس ِج ِد‬



Maksudnya adalah: Fî : (mabni apa?) Mabni Sukun, (alasan ke-mabni-annya apa?) karena ia Harf Al-Masjid[i] : (mu’rab apa?) Majrur alias ber-i’rab Jarr, (alasan ke-majrur-annya apa?) karena didahului Harf Jarr. (tanda jarr-nya apa?) Bertanda Kasrah Demikianlah contoh i’rab dari lafazh Mabni (Fî) dan lafazh Mu’rab (Al-Masjid[i]). Dan untuk kepentingan inilah, pada masing-masing materi di bawah ini yang berjudul “Susunan Kata” ditambahkan keterangan i’rab kata sesuai kedudukannya masing-masing.



C. Susunan Kata Susunan kata dalam bahasa Arab ada yang berupa kalimat sempurna dan ada yang tidak berupa kalimat. Disebut kalimat sempurna manakala telah memberi faidah sempurna, meskipun hanya dua kata. Contohnya:



38



ِ َ‫الطَّالِب ن‬ ‫اجح‬ ُ



Murid tersebut berhasil



Karena sudah terdiri dari Subjek dan Predikat. Sebaliknya, disebut non-kalimat manakala belum memberi faidah sempurna. Contohnya:



ِ ‫الطَّالِب الن‬ ‫َّاج ُح‬ ُ



Murid yang berhasil itu



Karena belum berupa susunan Subjek-Predikat. Artinya belum jelas, murid yang berhasil itu kenapa? Kata al-nâjih di situ bukan Predikat sebagaimana kata nâjih pada kalimat sebelumnya. Melainkan sifat bagi lafazh al-thâlib. Susunan tersebut akan menjadi sempurna dengan membubuhkan Predikat. Misalnya: Murid yang berhasil itu bahagia



ِ ‫الطَّالِب الن‬ ‫َّاج ُح َسعِْيد‬ ُ



Berikut ini rinciannya. 1. Susunan Kalimat Kalimat Sempurna ada dua macam: Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah. a. Kalimat Ismiah (Jumlah Ismiyyah)  Jumlah Ismiyyah: Kalimat yang diawali Isim. Contoh: Anak itu pandai  Ciri-ciri 1) Memiliki susunan inti: Mubtada`-Khabar Anak itu pandai



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ



al-Walad[u] : Mubtada` Mâhir[un] : Khabar 2) Mubtada` berupa Isim Ma’rifat2 (Isim berAlif-Lam, Isim ‘Alam, Isim Isyârah, dan Isim Dhamîr)



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ



Anak itu pandai



Sulaiman adalah seorang nabi



‫ُسلَْي َما ُن نَبِي‬



Isim Ma’rifah adalah jenis isim yang bersifat pasti atau spesifik (definitif). Lawan dari Isim Ma’rifah disebut Isim Nakirah. (Lihat langkah 1, pada pembagian isim dari sisi kepastiannya) 2



39



‫ُه َو ُم َعلِّم‬



Dia adalah seorang pengajar



ِ ‫صان‬ َ ‫ٰه َذا ح‬



Ini adalah binatang kuda 3) Antara Mubtada` dan Khabarnya terselipi makna: itu/adalah/merupakan



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ



Anak [itu] pandai



ِ ‫صان‬ َ ‫ٰه َذا ح‬



Ini [adalah] kuda



ِ‫الص ََلة‬ َّ ‫الطَّ َه َارةُ َش ْرط فِي ِص َّح ِة‬



Kesucian [merupakan] syarat bagi sahnya shalat



4) Khabarul Mubtada` berada TEPAT setelah makna: itu/adalah/merupakan



ِ َّ ‫س‬ ْ ‫ت َع ِن الْ َح ِّق َشْيطَان أ‬ ُ ‫الساك‬ ُ ‫َخَر‬



Orang yang diam dari kebenaran [adalah] (laksana) setan yang bisu



Khabarul Mubtada` di sini adalah lafazh Syaithân karena ia datang tepat setelah makna “adalah”. 5) Jumlah Khabarul Mubtada` bisa lebih dari satu Allah [itu] mahamendengar [lagi] mahamelihat



ِ ‫الله س ِميع ب‬ ‫صْي ر‬ َ ْ َ ُ



ِ ِ ‫َّها ِر‬ َ ‫الدَّيْ ُن َهم في اللَّْي ِل َم َذلَّة في الن‬



Hutang [merupakan] kegelisahan di malam hari [lagi] kehinaan di siang hari  I’rab 1) Mubtada` 2) Khabarul Mubtada`



: Marfu’ : Marfu’



 Cara Meng-I’rab



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ



Anak [itu] Pandai - Al-Walad[u] - Mâhir[un]







: Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah



‫َزيْد نَ َّجار‬ 40







Zaid [adalah] tukang-kayu - Zaid[un] - Najjâr[un]



: Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah



Allah [itu] maha mendengar [lagi] maha melihat - Allâh[u] - Samî’[un] - Bashîr[un]



ِ ‫الله س ِميع ب‬ ‫صْي ر‬ َ ْ َ ُ







: Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang pertama, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang kedua, bertanda Dhammah



 Langkah-langkah Mengharokati 1) Ketahui terlebih dahulu arti setiap kata yang ada dalam kalimat yang sedang dibaca. Misal pada kalimat:



‫الولد ماهر‬



Bahwa Al-Walad berarti: anak atau seorang anak; dan Mâhir berarti: pandai3.



Dari sini diketahui bahwa ia adalah Jumlah Ismiyah atau rangkaian Mubtada` dan Khabar, karena berawalan Isim lalu disusul ungkapan yang memberitakan perihal Isim tersebut. 2) Rangkailah arti-arti tersebut hingga menjadi susunan kalimat sempurna yang sesuai. Maka jadilah: Anak [itu] pandai Akan tampak posisi-posisinya dalam kalimat, bahwa Anak (Al-Walad) berposisi sebagai Mubtada` karena berada di awal; dan Pandai (mâhir) adalah Khabarul Mubtada` karena datang setelah arti “itu”. 3) Karena I’rab Mubtada` adalah Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah, maka harokatilah kata Al-Walad dengan Dhammah:



‫الْ َولَ ُد‬



4) Karena I’rab Khabarul Mubtada` juga Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah pula, maka harokatilah akhiran kata Mâhir dengan Dhammah:



ِ‫م‬ ‫اهر‬ َ



sehingga jadilah:



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ 3



Langkah ini sangat ditentukan oleh banyaknya perbendaharaan kosakata, atau dengan bantuan kamus.



41



5) Lafazh Al-Walad tidak boleh ditanwin karena ia ber-Alif-Lam, dan lafazh Mâhir harus ditanwin karena tidak ber-Alif-Lam dan ia tidak sebagai Mudhâf4 b. Kalimat Fi’liah (Jumlah Fi’liyyah)  Jumlah Fi’liyyah: Kalimat yang diawali Fi’il. Contoh: Zaid sedang bersungguh-sungguh  Ciri-ciri 1) Memiliki susunan inti: a) Fi’il - Fâ’il (Peredikat - Subjek) Zaid sedang bersungguh-sungguh Yajtahid[u] : Fi’il Zaid[un] : Fâ’il b) Fi’il - Fâ’il - Maf’ûl Bihi (Predikat-Subjek- Objek) Zaid sedang membaca buku Yaqra`[u] : Fi’il Zaid[un] : Fâ’il Al-Kitâb[a] : Maf’ûl Bihi c) Fi’il - Nâ`ibul Fâ’il (Predikat-Wakil Subjek) Buku itu sedang dibaca Yuqra`[u] Al-Kitâb[u]



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬



ِ ‫اب‬ َ َ‫يَ ْقَرأُ َزيْد الْكت‬



ِ ‫اب‬ ُ َ‫يُ ْقَرأُ الْكت‬



: Fi’il : Nâ`ibul Fâ’il



Catatan: Al-Kitâb (buku) disebut wakil subjek karena yang menjadi subjek sebenarnya (siapa yang membaca buku) tidak ada dalam kalimat, sehingga aturannya Fi’il dibaca Mabni Majhul (dalam bentuk pasif), dan yang asalnya sebagai Maf’ûl Bihi (objek) berubah status menjadi Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) menggantikan posisi Fa’il yang tidak ada. 2) Fâ’il (subjek) atau Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) selalu muncul setelah Fi’il, atau tersembunyi di dalam Fi’il itu sendiri. Contoh: Zaid sedang bersungguh-sungguh



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬



Mudhâf adalah kedudukan Isim yang tidak menerima alif-lam dan tanwin lantaran disandarkan pada Isim setelahnya. Bahasan lebih lanjutnya sebentar lagi, in syâ`Allâh. 4



42



ُ‫الر َسالَة‬ ِّ ُ‫تُ ْقَرأ‬



Surat itu sedang dibaca Adapun apabila kalimatnya berbunyi:



‫َزيْد يَ ْجتَ ِه ُد‬ ُ‫الر َسالَةُ تُ ْقَرأ‬ ِّ



Maka kedua isim di awal (Zayd[un] dan al-Risâlat[u]) bukan merupakan fa’il untuk fi’il yajtahid[u] dan yuqra`[u], melainkan sebagai Mubtada’ karena kedua kalimat tersebut berupa Jumlah Ismiyyah (kalimat yang berawalan Isim). Lalu manakah Fâ’il (subjek) dan Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) nya? Maka jawabannya adalah: bahwa pada contoh pertama Fâ’il-nya berupa Dhamir yang tersembunyi dalam fi’il (dhamir mustatir), yang terhitung: Huwa (‫)هو‬, yang ia kembali kepada Zaid. Sedangkan pada contoh kedua Nâ`ibul Fâ’il-nya berupa Dhamir yang tersembunyi dalam fi’il (dhamir mustatir), yang terhitung: Hiya (‫)هي‬, yang ia kembali kepada AlRisâlah. Sehingga taqdîr (perkiraan)-nya berbunyi: Zaid itu ia sedang bersungguh-sungguh



Surat itu ia sedang dibaca



)‫َزيْد يَ ْجتَ ِه ُد (هو‬ )‫الر َسالَةُ تُ ْقَرأُ (هي‬ ِّ



Yang pertama menggunakan huwa (dia laki-laki) karena kembalinya kepada isim mudzakkar (Zayd), sedangkan yang kedua menggunakan hiya (dia perempuan) karena kembalinya kepada isim mu`annats (al-Risâlah). 3) Adakalanya Maf’ûl Bihi (objek) mendahului Fâ’il (subjek) nya. Faidahnya menjadikan Fâ’il lebih dinanti-nanti dalam pemaknan. (Yang) sedang membaca surat tersebut adalah Zaid



‫الر َسالَةَ َزيْد‬ ِّ ُ‫يَ ْقَرأ‬



4) Adakalanya Maf’ûl Bihi (objek) mendahului Fi’il (predikat) serta Fâ’il (subjek) nya. Di antaranya untuk faidah pengkhususan terhadap Maf’ûl Bihi (objek). Hanya surat itu saja (yang) sedang dibaca Zaid  I’rab 1) Fi’il (khusus Fi’il Mudhari’) - Tidak didahului ‘Amil - Didahului ‘Amil Nashab - Didahului ‘Amil Jazm 2) Fâ’il



: Marfû’ : Manshûb : Majzûm : Marfû’



43



‫الر َسالَةَ يَ ْقَرأُ َزيْد‬ ِّ



3) Nâ`ibul Fâ’il 4) Maf’ûl Bihi



: Marfû’ : Manshûb



 Cara Meng-I’rab



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬



Zaid (sedang) bersungguh-sungguh - Yajtahid[u] - Zaid[un]



: Marfû’ karena tidak dipengaruhi ‘Amil, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah Seorang pemalas itu tidak akan berhasil



- Lan - Yanjah[a] - Al-Kaslân[u]



‫لَ ْن يَْن َج َح الْ َك ْس ََل ُن‬



: Mabnî Sukun, karena ia Harf : Manshûb karena didahului ‘amil nashab (lan), bertanda Fathah : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah Seorang pemburu itu telah memukul anjing



‫ب‬ َّ ‫ب‬ َ ُ َّ‫الصي‬ َ ‫ضَر‬ َ ‫اد الْ َك ْل‬



- Dharaba : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin - Al-Shayyâd[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah - Al-Kalb[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah  Langkah-langkah Mengharokati 1) Ketahui terlebih dahulu arti setiap kata dalam kalimat yang sedang dibaca. Misal pada kalimat-kalimat ini:



‫ ضرب الصياد الكلب‬.1 ‫ يضرب الصياد الكلب‬.2 ‫ لن يضرب الصياد الكلب‬.3 ‫ لم يضرب الصياد الكلب‬.4 Bahwa Dharaba berarti: dia (L) telah memukul; Yadhrib berarti: dia (L) sedang memukul; Lam berarti: belum; Lan berarti: tidak akan. Al-Shayyâd berarti: pemburu; dan Kalb berarti: anjing Dari situ diketahui bahwa rangkaian tersebut adalah Jumlah Fi’ilyyah, karena diawali Fi’il, dengan ada Fa’il (Subjek)-nya, serta dilengkapi Maf’ûl Bihi (Objek). 2) Rangkailah arti-arti tersebut hingga menjadi kalimat sempurna (memberikan faidah makna). Maka jadilah: - Telah memukul seorang pemburu itu anjing tersebut - Sedang memukul seorang pemburu itu anjing tersebut - Tidak akan memukul seorang pemburu itu anjing tersebut



44



- Belum memukul seorang pemburu itu anjing tersebut yang dengan gaya bahasa Indonesia5 menjadi: - Seorang pemburu itu telah memukul anjing tersebut - Seorang pemburu itu sedang memukul anjing tersebut - Seorang pemburu itu tidak akan memukul anjing tersebut - Seorang pemburu itu belum memukul anjing tersebut 3) Fi’il pada contoh pertama adalah Fi’il Madhin maka ia Mabni, sehingga harokat akhirnya tetap. Maka harokatilah:



‫ب‬ َ َ ‫ضَر‬



Fi’il pada contoh kedua dan ketiga adalah Fi’il Mudhari’ maka ia Mu’rab, sehingga perlu memperhitungkan ada-tidaknya ‘Amil yang mempengaruhinya.



Karena pada contoh kedua tidak ada ‘Amil yang mempengaruhinya, maka Harokatilah Dhammah sebagaimana asalnya. Jadilah:



‫ب‬ ْ َ‫ي‬ ُ ‫ض ِر‬



Karena pada contoh ketiga didahului ‘Amil Nashab (Lan), maka I’rabnya menjadi Nashab dengan tanda dasar Fathah. Maka harokatilah ia:



‫ب‬ ْ َ‫لَ ْن ي‬ َ ‫ض ِر‬



Karena pada contoh ketiga didahului ‘Amil Jazm (lam), maka I’rabnya menjadi Jazm yang tanda dasarnya adalah Sukun. Jadilah harokatnya:



‫ب‬ ْ َ‫لَ ْم ي‬ ْ ‫ض ِر‬



4) Kata Al-Shayyâd (pemburu), karena sebagai Fâ’il (Subjek) maka I’rabnya Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah; sehingga jadilah harokatnya:



‫اد‬ َّ ُ َّ‫الصي‬



5) Kata Al-Kalb (anjing) karena sebagai Maf’ûl Bihi (Objek) maka I’rabnya Nashab dengan tanda dasar Fathah. Maka jadilah:



‫ب‬ َ ‫الْ َك ْل‬



Sehingga lengkapnya menjadi:



‫ب‬ َّ ‫ب‬ َ ُ َّ‫الصي‬ َ ‫ضَر‬ َ ‫اد الْ َك ْل‬ ‫ب‬ َّ ‫ب‬ ْ َ‫ي‬ ُ َّ‫الصي‬ ُ ‫ض ِر‬ َ ‫اد الْ َك ْل‬ Urutan pola kalimat dalam Bahasa Arab berbeda dengan urutan pola kalimat dalam Bahasa Indonesia yang tidak lazim memposisikan Subjek sesudah Predikat (contoh: Belajar Ahmad), apalagi sesudah Predikat dan Objek (contoh: Membaca Buku Ahmad). Namun dalam Bahasa Arab, yang demikian itu adalah wajar atau biasa. 5



45



‫ب‬ َّ ‫ب‬ ْ َ‫لَ ْن ي‬ ُ َّ‫الصي‬ َ ‫ض ِر‬ َ ‫اد الْ َك ْل‬ ‫ب‬ َّ ‫ب‬ ْ َ‫لَ ْم ي‬ ُ َّ‫الصي‬ ْ ‫ض ِر‬ َ ‫اد الْ َك ْل‬



6) Apabila dalam sebuah Jumlah Fi’liyyah tidak ditemukan Fâ’il (Subjek), dan tidak pula berupa dhamîr yang kembali kepada kata tertentu sebelumnya. Misalnya tiba-tiba muncul ungkapan:



‫يضرب الكلب‬



Maka kemungkinan maknanya adalah: - Anjing itu sedang memukul (dengan fi’il dibaca aktif) - Anjing itu sedang dipukul (dengan fi’il dibaca pasif)



Lalu sesuaikan dengan konteks ungkapan. Jika maksudnya memang arti yang pertama, maka harokatilah menjadi:



Jika yang sesuai adalah arti yang ke-dua, maka harokatilah:



‫ب‬ ْ َ‫ي‬ ُ ‫ض ِر‬ ُ ‫ب الْ َك ْل‬ ‫ب‬ ْ ُ‫ي‬ ُ ‫ضَر‬ ُ ‫ب الْ َك ْل‬



Tentang bagaimana memodifikasi Fi’il Mabni Ma’lûm (bentuk Aktif) menjadi Fi’il Mabni Majhûl (bentuk Pasif), akan dijelaskan di langkah terakhir, in syâ`allâhu ta’âlâ. LATIHAN I 1. Tentukan mana Jumlah Ismiyyah dan mana Jumlah Fi’liyyah di antara kalimat-kalimat berikut dengan cukup melihat kata di awal masing-masing kalimat, dengan memberi tanda pada kolom yang tepat. Fi’liyyah



Ismiyyah



Kalimat



‫الْعِْل ُم نُ ْور‬



ِ ‫الدِّين الن‬ ُ‫َّصْي َحة‬ ُْ ِ ‫ك فِي الْ َم ِاء‬ َّ ‫ش‬ ُ ‫الس َم‬ ُ ‫يَعْي‬ ‫ت طَالِب نَ ِشْيط‬ َ ْ‫أَن‬ ‫ت فِي الْ َمطْبَ ِخ‬ ْ ‫طَبَ َخ‬ ُ ‫ت الْبِْن‬ ِ ْ ‫ليَ ْشَر‬ ُ ْ‫الم ِري‬ َ ‫ض الد‬ َ ‫ب‬ َ‫َّواء‬ ِ َّ ‫اح الْ َجن َِّة‬ ُ َ‫الص ََلةُ م ْفت‬ ‫اك َمْي َدان‬ َ َ‫ُهن‬ ِ ‫س‬ َ ‫لَ ْم يَ ْف َه ْم الغَافلُ الد َّْر‬ 46



1 2 3 4 5 6 7 8 9



ً‫ت ثَ ْوباً َج ِديْدا‬ ُ ‫لَبِ ْس‬ ‫َه َذا أ َْمر َع ِظْيم‬ ‫يُ ْكَرُم الْ ُم ْجتَ ِه ُد‬ ‫الْ ُم ْجتَ ِه ُد يُ ْكَرُم‬ ِ ‫ص‬ ُ ‫لَ ْن يَْن َد َم الْ ُم ْخل‬ ِ ُ‫َرح َم ُكم الله‬



11 11 12 13 14 15



2. Sempurnakan harokat akhir setiap kata pada kalimat-kalimat di bawah ini sambil menentukan artinya dengan bantuan kosa kata di bawahnya, lalu jelaskan I’rabnya.



‫ُم ْكَرم‬ ‫َعالِم‬



Terhormat, dihormati Seorang yang berilmu



‫َك ْس ََل ُن‬ ‫ب‬ ُ ‫يَ ْر ُس‬



Orang malas Gagal, mengalami kegagalan



‫َد ْرس‬ ‫نَ ِشْيط‬ ‫يُطَالِ ُع‬



Pelajaran Orang yang rajin Menelaah



‫َكْن ز‬ ‫أ ََمانَة‬



Kekayaan terpendam, harta simpanan Hal dapat dipercaya, sifat amanah



‫َم ِريْض‬ ‫َد َواء‬ ‫ب‬ ُ ‫ يَ ْشَر‬- ‫ب‬ َ ‫َش ِر‬



Sakit, Orang sakit Obat (dia laki-laki) minum, meminum



47



‫ الْ َعالِم ُم ْكَرم‬.1



‫ يَ ْر ُسب الْ َك ْس ََلن‬.2



‫ لَيَ ْر ُسب الْ َك ْس ََلن‬.3



ِ ‫ يطَالِع الن‬.4 ‫َّشْيط الد َّْرس‬ ُ



‫ ْاْل ََمانَة َكْنز‬.5



‫ َش ِرب الْ َم ِريْض ال َد َواء‬.6



‫‪ .7‬لَم يَ ْشَرب الْ َم ِريْض ال َد َواء‬



‫‪48‬‬



2. Susunan Non-Kalimat Terdapat sejumlah susunan dengan faidah tidak sempurna dalam Bahasa Arab, yaitu susunan yang bukan kalimat atau sebut saja susunan non-kalimat. Susunan-susunan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun keberadaannya dalam kalimat sangat dibutuhkan. Di antara yang paling urgen untuk diketahui adalah: Susunan Jârr wa Majrûr, Susunan Idhâfî, Susunan Washfî, Susunan ‘Athfî, Susunan Badalî, dan Susunan Taukîdî. a. Susunan Jârr wa Majrûr 



Tarkîb Jârr wa Majrûr: Susunan yang terdiri dari Harf Jarr dan Isim yang datang setelah Harf Jarr.







Ciri-ciri 1) Memiliki susunan inti: Harf ‘Amil Jarr – Isim Dalam suatu kondisi



‫فِي َحالَة‬



Fî : Harf Jarr Hâlat[in] : Isim 2) Harf Jarr antara lainnya telah disebutkan di langkah dua. 







I’rab 1) Harf Jarr 2) Isim setelah Harf Jarr



: Mabni : Majrur



Cara meng-I’rab



‫فِي َحالَة‬



Dalam suatu kondisi - Fî - Hâlat[in]



: Mabni Sukun, karena ia Harf : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah Demi masa.



- Wa - al-‘Ashr[i]



‫ص ِر‬ ْ ‫َوالْ َع‬



: Mabni Fathah, karena ia Harf : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah



b. Susunan Idhâfî 



Tarkîb Idhâfî: Susunan yang terdiri dari dua Isim atau lebih. Dimana isim pertama disandarkan kepada isim setelahnya.







Ciri-ciri dan ketentuan 1) Memiliki susunan inti: Mudhâf (yang disandarkan)– Mudhâf Ilayhi (yang disandari)



‫ت الْ َم ِال‬ ُ ‫بَْي‬



Rumah [nya] harta



49



Bayt[u] al-Mâl[i]



: Mudhâf : Mudhâf Ilayhi Penanggungjawab [nya] rumah [nya] harta



Mas`ul[u] Bayt[i] al-Mâl[i]



: Mudhâf : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf : Mudhâf Ilayhi



ِ ‫مسؤو ُل ب ي‬ ‫ت الْ َم ِال‬ َْ ْ ُ ْ َ



ِ ِ ‫اب ِدي و ِان مسؤوِل ب ي‬ ‫ت ال َم ِال‬ َْ ْ ُ ْ َ َ ْ ِ َ‫اح ب‬ ُ َ‫م ْفت‬



Kunci [nya] kantor [nya] penanggungjawab [nya] Baitul Mal (rumah [nya] harta) Miftâh[u] Bâb[i] Dîwân[i] Mas`ûl[i] Bayt[i] Al-Mâl[i]



: Mudhâf, : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf : Mudhâf Ilayhi,



2) Ketentuan Mudhâf: a) Selalu berada sebelum Mudhâf Ilayhi b) Tidak ber alif-lâm ta’rîf dan tidak ber tanwîn



‫الر ُس ْوِل‬ َّ ُ‫أ َُّمة‬



3. Ketentuan Mudhâf Ilayhi: a) Selalu berada setelah Mudhâf



b) Bisa ber alif-lâm ta’rîf atau ber tanwîn, kecuali saat sekaligus merangkap sebagai Mudhâf.



‫الر ُس ْوِل‬ َّ ُ‫أ َُّمة‬ ‫أ َُّمةُ َر ُس ْول‬ ِ ‫أ َُّمةُ رسوِل‬ ‫الله‬ ُْ َ 4. Antara Mudhâf dan Mudhâf Ilayhi mengandung salah satu arti: nya, dalam/terhadap, dan dari



‫قَلَ ُم َزيْد‬



Pena [nya] Zaid



ِ ‫تََِلوةُ الْ ُقر‬ ‫آن‬ ْ َ 50



Bacaan [terhadap] Al-Qur`an



‫َع َم ِال‬ ْ ‫ض ُل ْاْل‬ َ ْ‫أَف‬



Yang paling utama [dari] segala amal 



I’rab 1) Mudhâf



: Tergantung posisinya dalam kalimat. Misal:



ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬ ‫الله‬ ُْ َ َ ُ



rasûl[u]



: Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah



rasûl[a]



: Manshub karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah



rasûl[i]



: Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah



ِ ‫س ِمعت رسوَل‬ ‫الله‬ ُْ َ ُ ْ َ ِ ‫ِمن رسوِل‬ ‫الله‬ ُْ َ ْ



Catatan: Apabila Mudhâf Ilayhi berupa dhamir yâ` (yâ` al-mutakallim), maka Mudhaf nya berstatus Mabni Kasrah. Ia selalu Kasrah dalam posisi i’rab apapun. Contoh:



‫ فِي كِتَابِ ْي‬، ‫ إِ َّن كِتَابِ ْي‬، ‫كِتَابِ ْي‬



2) Mudhâf Ilayhi : Majrûr 



Cara meng-I’rab Muhammad [itu] utusan [nya] Allah - Muhammad - Rasûl[u] - Allâh[i]



ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬ ‫الله‬ ُْ َ َ ُ







: Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah



ِّ ‫ضل‬ ‫الذ ْك ِر‬ ُ ْ‫قَ َرأ‬ َ َ ْ‫ت أَف‬







Aku telah membaca yang paling utama [dari] segala Dzikir - Afdhal[a] - Adz-Dzikr[i]



: Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah



ِ َّ ‫اح الْ َجن َِّة‬ ُ‫الص ََلة‬ ُ َ‫م ْفت‬



- Miftâh[u] - Al-Jannat[i] - Al-Shalât[u]







Kunci [nya] Sorga [adalah] Shalat : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah 51



ِ ِ ‫ص ََلتِ ْي‬ َ ‫ في آخ ِر‬...



… di akhir shalatku - Fî - Âkhir[i] - Shalâti- (dhamir yâ`)







: Mabnî sukun, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf jarr, bertanda Kasrah. Dan ia Mudhâf. : Mabnî Kasrah, karena bertemu dengan dhamir yâ`. Di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. Dan ia Mudhâf. : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. Di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi.



c. Susunan Washfî 



Tarkîb Washfî: Susunan yang terbentuk dari dua Isim atau lebih. Dimana isim pertama disifati dengan isim setelahnya.







Ciri-ciri dan ketentuan 1) Memiliki susunan inti: Maushûf (yang disifati) – Shifat (sifat)



‫الر ْح ٰم ُن‬ َّ ُ‫الله‬



Allah [yang] mahapemurah (itu) Allâh[u] al-Rahmân[u]



: Maushûf : Shifat



‫الرِحْي ُم‬ َّ ‫الر ْح ٰم ُن‬ َّ ُ‫الله‬



Allah [yang] mahapemurah [lagi] [yang] mahapenyayang (itu) Allâh[u] : Maushûf al-Rahmân[u] : Shifat al-Rahîm[u] : Shifat 2) Shifat selalu berupa kata sifat dan datang setelah Maushûf 3) Antara Maushûf dan Shifat mengandung arti: … yang … Seorang lelaki [yang] shalih itu 4)



‫الصالِ ُح‬ َّ ُ‫الر ُجل‬ َّ



Sifat selalu mengikuti Maushûf dalam hal: Nakirah-Ma’rifah, MuannatsMudzakkar, Jumlah, dan I’rab Seorang lelaki [yang] shalih itu



Seorang lelaki [yang] shalih



Seorang wanita [yang] shalih itu



52



‫الصالِ ُح‬ َّ ُ‫الر ُجل‬ َّ ‫صالِح‬ َ ‫َر ُجل‬



َّ ُ‫الْ َم ْرأَة‬ ُ‫الصالِ َحة‬



ِ ‫الصالِح‬ ِ َّ ‫ان‬ َ َّ ‫الر ُج ََلن‬



Dua orang lelaki [yang] shalih itu 



I’rab 1) I’rab Maushûf : Tergantung posisinya dalam kalimat



‫الْ ُق ْرآ ُن الْ َك ِريْ ُم َو ْحي‬



Al-Qur`an yang mulia itu adalah wahyu



al-Qur`ân[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah



ِ ‫فِي الْ ُقر‬ ‫آن الْ َك ِريْ ِم‬ ْ



di dalam al-Qur`an yang mulia itu al-Qur`ân[i] 2) I’rab Shifat







: Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah : Selalu mengikuti I’rab Maushûf



Cara meng-I’rab



‫الْ ُق ْرآ ُن الْ َك ِريْ ُم َو ْحي‬ ِ ‫فِي الْ ُقر‬ ‫آن الْ َك ِريْ ِم‬ ْ ِ ‫بِس ِم‬ ‫الرِحْي ِم‬ َّ ‫الر ْح ٰم ِن‬ َّ ‫الله‬ ْ



Dengan nama [nya] Allah [yang] maha pemurah (lagi) [yang] maha penyayang - Bi - Ism[i] - Allâh[i] - Al-Rahmân[i] - Al-Rahîm[i]



: Mabnî Kasrah, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah



ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬ ‫الله ْاْل َِمْي ُن‬ ُْ َ َ ُ



Muhammad [itu adalah] utusan [nya] Allah [yang] terpercaya - Muhammad - Rasûl[u] - Allâh[i] - Al-Amîn[u]



: Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Rasûl Allâh, bertanda Dhammah



ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬ ‫الله الْخالِ ِق‬ ُْ َ َ ُ



Muhammad [adalah] utusan [nya] Allah [yang] maha pencipta



- Muhammad[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah - Rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. 53



- Allâh[i] - Al-Khâliq[i]



: Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah



ِ ‫الْ ُقرآ ُن الْ َك ِريم َك ََلم‬ ‫الله‬ ُ ُْ ْ



Al-Qur`an [yang] Mulia itu [adalah] firman [nya] Allah - Al-Qur`ân[u] - Al-Karîm[u] - Kalâm[u] - Allâh[i]



: Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Sifat bagi Al-Qur`ân[u], bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah



d. Susunan ‘Athfî 



Tarkîb ‘Athfî: Susunan yang terbentuk dari dua kata atau lebih (baik Isim maupun Fi’il) dengan diselah Harf ‘Athaf. Dimana hukum kata kedua dan seterusnya dikaitkan kepada kata pertama.







Ciri-ciri dan ketentuan 1) Memiliki susunan inti: Ma’thûf ‘Alayh (yang dikaiti) – Harf ‘Athaf – Ma’thûf (yang dikaitkan)



ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬ َ‫أ‬



Zuhair telah mengambil sebuah pena dan kertas Qalam[an] : Ma’thûf ‘Alayh wa : Harf ‘Athaf Waraqat[an] : Ma’thûf



‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَةً َوِم َد ًادا‬ َ‫أ‬



Zuhair telah mengambil sebuah pena, kertas, dan tinta Qalam[an] : Ma’thûf ‘Alayh wa (1) : Harf ‘Athaf Waraqat[an] : Ma’thûf wa (2) : Harf ‘Athaf Midâd[an] : Ma’thûf 2) Ma’thûf selalu datang setelah Ma’thûf ‘Alayh



3) Antara Ma’thûf dan Ma’thûf ‘Alayh selalu dihubungkan oleh Harf ‘Athaf6 



I’rab 1) I’rab Ma’thûf ‘Alayh



: Tergantung posisinya dalam kalimat



ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬ َ‫أ‬



Zuhair telah mengambil sebuah pena dan kertas



6



Macam macam huruf ‘Athaf dapat dilihat pada daftar kata yang terkategori Mabni di pembahasan langkah 2



54



Qalam[an]



: Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah Aku memandang pena dan kertas



‫ت إِلَى قَلَم َوَوَرقَة‬ ُ ‫نَظَْر‬



Qalam[in] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah 2) I’rab Harf ‘Athf : Mabnî 3) I’rab Ma’thûf







: Selalu mengikuti I’rab Ma’thûf ‘Alayh



ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬ َ‫أ‬ ‫ت إِلَى قَلَم َوَوَرقَة‬ ُ ‫نَظَْر‬



Cara Meng-I’rab



ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬ َ‫أ‬



Zuhair telah mengambil sebuah pena [dan] sehelai kertas -



Akhadza Zuhair[un] Qalam[an] Wa Waraqat[an]



: Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah : Mabnî Fathah, karena ia Harf : Manshûb karena sebagai Ma’thuf kepada: Qalam[an], bertanda Fathah Telah datang Zaid [lalu] (dengan segera) ‘Ali



-



Jâ`a Zaid[un] Fa‘Aliyy[un]



: Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah : Mabnî Fathah, karena ia Harf : Marfû’ karena sebagai Ma’thuf kepada Zaid[un], bertanda Dhammah. Telah datang Zaid [kemudian] (dengan jeda agak lama) ‘Ali



-



Jâ`a Zaid[un] Tsumma ‘Aliyy[un]



‫َجاءَ َزيْد فَ َعلِي‬



‫َجاءَ َزيْد ثُ َّم َعلِي‬



: Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah : Mabnî Fathah, karena ia Harf : Marfû’ karena sebagai Ma’thuf kepada Zaid[un], bertanda Dhammah.



e. Susunan Badalî 



Tarkîb Badalî: Susunan yang terbentuk dari dua Isim atau lebih. Dimana kata kedua dan seterusnya mewakili kata pertama.







Ciri-ciri dan ketentuan



55



1) Memiliki susunan inti: Mubdal Minhu (yang diwakili) – Badal (wakil)



ِ ‫جاء‬ ‫ك َعلِي‬ َ ‫صديْ ُق‬ َ ََ



Telah datang temanmu (yaitu) Ali Shadîq[u] ‘Aliyy[un]



: Mubdal Minhu : Badal



2) Badal selalu datang setelah Mubdal Minhu 3) Badal mengandung arti “yaitu”, dalam arti: a) Badal adalah sama dengan Mubdal Minhu



ِ ‫جاء‬ ‫ك َعلِي‬ َ ‫صديْ ُق‬ َ ََ



Telah datang temanmu (yaitu) Ali



(yang dimaksud “temanmu” di situ adalah Ali itu sendiri) b) Badal adalah bagian dari Mubdal Minhu



ِ ُ ‫فُت َح الْبَ ْي‬ ُ‫ت بَابُه‬



Rumah itu telah dibuka (yaitu) pintunya (pintu adalah bagian daripada rumah) c) Badal adalah sifat Mubdal Minhu



Semakin menjadi-jadi udara ini (yaitu) panasnya



ُ‫ا ْشتَ َّد الْ َج ُّو َحَر َارتُه‬



(panas adalah sifat daripada udara) 



I’rab 1) I’rab Mubdal Minhu : Tergantung posisinya dalam kalimat



Shadîq[u]



Shadîq[a] 2) I’rab Badal







: Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah



ِ ‫جاء‬ ‫ك َعلِي‬ َ ‫صديْ ُق‬ َ ََ ِ ‫رأَيت‬ ‫ك َعلِيًّا‬ َ ‫صديْ َق‬ َ ُ َْ



: Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah : Selalu mengikuti I’rab Mubdal Minhu



ِ ‫جاء‬ ‫ك َعلِي‬ َ ‫صديْ ُق‬ َ ََ ِ ِ ‫ك َعليًّا‬ َ ‫صديْ َق‬ ُ ْ‫َرأَي‬ َ ‫ت‬



Cara meng-I’rab



ِ ِ ِّ ‫س‬ َ ‫َح‬ َ ‫ضَر الْ ُم َعل ُم َعلي الْ َم ْجل‬ 56



Pengajar tersebut [yaitu] ‘Ali telah hadir di majelis - Hadhara : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin - Al-Mu’allim[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah - ‘Aliyy[un] : Marfû’ karena sebagai Badal bagi al-Mu’allim[u], bertanda Dhammah - Al-Majlis[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah



ِ ‫الله مح َّم ِد ب ِن عب ِد‬ ِ ِ ِ ‫الله‬ َْ ْ َ ُ ‫م ْن َر ُس ْول‬



Dari utusan [nya] Allah [yaitu] Muhammad [yaitu] Putra [nya] Abdullah (hamba [nya] Allah) - Min : Mabnî sukun, karena ia Harf - Rasûl[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia Mudhâf. - Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah - Muhammad[i] : Majrûr karena sebagai Badal bagi Rasûl[i], bertanda Kasrah - Ibn[i] : Majrûr karena sebagai Badal bagi Rasûl[i], bertanda Kasrah. Dan ia Mudhâf. - ‘Abd[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan ia Mudhâf. - Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah



ِ ُ‫ص َجْيبُه‬ ُ ‫انْ َخَر َق الْ َقمْي‬



- Inkharaqa - Al-Qamîsh[u] - Jayb[u] - Hu



Telah robek baju itu [yaitu] sakunya : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah : Marfu karena sebagai Badal bagi al-Qamîsh[u], bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Mabnî Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi.



ِ ُ‫ا ْشتَ َّد الْغَبِ ُّي ظُْل ُمه‬



Semakin menjadi-jadi si tolol itu [sifat] lalimnya - Isytadda : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin - Al-Ghabiyy[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah - Zhulm[u] : Marfû’ karena sebagai Badal bagi al-Ghabiyy[u], bertanda Dhammah - Hu : Mabnî Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. f. Susunan Taukîdî 



Tarkîb Taukîdî: Susunan yang terbentuk dari dua kata. Dimana kata kedua menegaskan kata pertama.







Ciri-ciri dan ketentuan 1) Memiliki susunan inti: Mu`akkad (yang ditegaskan) –Mu`akkid (yang menegaskan) 57



Para murid telah hadir [seluruh]nya al-thullâb[u] Jamî’[u]



‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ َ ‫َح‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬



: Mu`akkad : Mu`akkid



2) Mu`akkid selalu datang setelah Mu`akkad, dan sekaligus sebagai Mudhâf bagi dhamir yang kembali kepadanya (Mu`akkad).



‫ُه ْم‬



ِ َ ‫َح‬ ُ‫ب َجمْي ع‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬



3) Mengandung arti penegasan (benar-benar dan semacamnya). Lafazh-lafazh yang sering digunakan sebagai Mu`akkid:



‫ُكل‬ ‫َج ِمْيع‬ ‫نَ ْفس‬ ‫َعْين‬



Semua Semua Diri, dzat Diri, dzat 



I’rab 1) I’rab Mu`akkad



: Tergantung posisinya dalam kalimat Para murid telah hadir [seluruh]nya



ِ َ ‫ت َك ََل َم‬ ُ ‫َسم ْع‬ ُ‫ك ُكلَّه‬ ‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ َ ‫َح‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬ ِ َ ‫َح‬ ُ‫ضَر َعلي نَ ْف ُسه‬ ِ ‫رأَي‬ ُ َْ ُ‫ت َعليًّا َعْي نَه‬



‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ َ ‫َح‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬



al-Thullâb[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah



Aku melihat para murid [seluruh]nya



‫ب َج ِمْي َع ُه ْم‬ ُ ْ‫َرأَي‬ َ ‫ت الطََُّّل‬



al-Thullâb[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah



Aku melintasi para murid [seluruh]nya al-Thullâb[i]



: Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah



2) I’rab Mu`akkid







ِ ‫ت بِالطََُّّل‬ ‫ب َج ِمْيعِ ُه ْم‬ ُ ‫َمَرْر‬



: Selalu mengikuti I’rab Mu`akkad



Cara meng-I’rab Para murid telah hadir [seluruh] nya



58



‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ َ ‫َح‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬ ‫ب َج ِمْي َع ُه ْم‬ ُ ْ‫َرأَي‬ َ ‫ت الطََُّّل‬ ِ ‫ت بِالطََُّّل‬ ‫ب َج ِمْيعِ ِه ْم‬ ُ ‫َمَرْر‬ ‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ َ ‫َح‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬



- Hadhara : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin - Ath-Thullâb[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah - Jamî’[u] : Marfû’ karena sebagai Mu`akkid bagi Ath-Thullâb[u], bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. - Hum : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. Kucing itu telah memakan ikan [seluruh] nya -



Akala Al-hirr[u] Al-Samakat[a] Kull[a]



- Hâ



‫الس َم َكةَ ُكلَّ َها‬ َّ ‫أَ َك َل الْ ِهُّر‬



: Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah : Manshûb karena sebagai Mu`akkid bagi al-Samakat[a], bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. LATIHAN II



Lengkapi harokat dan terjemahkanlah kalimat-kalimat berikut ini dengan bantuan kosa-kata di bawahnya, kemudian jelaskan i’rabnya!



َّ ُ‫الذبِْي َحة‬



Binatang sembelihan



ُ‫السَّرة‬ ُّ ِ ‫س‬ ُ ‫الْف ْرَد ْو‬



Pusat, pusar Surga Firdaus, taman, kebun



Para nabi Para pewaris



‫ْاْلَنْبِيَاءُ جمن النَّبِ ُّي‬ ‫ث‬ ُ ‫الْ َوَرثَةُ جمن الْ َوا ِر‬ ‫ِّسيَا ُن‬ ْ ‫الن‬ ُ‫ْاْلفَة‬



Lupa Penyakit



Orang-orang faqir



‫الْ ُف َقَراءُ جمن الْ َف ِقْي ُر‬ 59



‫ ذبيحة المسلم حَلل‬.1 ‫ الفردوس سرة الجنة‬.2



‫ العلماء ورثة اْلنبياء‬.3



‫ آفة العلم النسيان‬.4



‫ الجمعة حج الفقراء‬.5



‫ِ‬ ‫الح ُّج‬ ‫الْ ُج ُم َعةُ‬



‫‪Haji‬‬ ‫‪Ibadah Jum’at‬‬



‫‪ .6‬خالد بن الوليد سيف من سيوف الله‬ ‫ف‬ ‫السيُ ْو ُ‬ ‫ف ج ُّ‬ ‫َّ‬ ‫السْي ُ‬ ‫‪ .7‬التحدث بنعمة الله شكر‬



‫‪ .8‬ينام الصبي في غرفة النوم‬



‫ُّث بِ‬ ‫َّحد ُ‬ ‫الت َ‬



‫‪Pedang‬‬



‫‪Hal membicarakan,‬‬ ‫‪menceritakan‬‬



‫ِّع َمةُ‬ ‫الن ْ‬ ‫الش ْك ُر‬ ‫ُّ‬



‫‪Anugerah, kenikmatan‬‬ ‫‪Syukur, kesyukuran‬‬



‫الْغُْرفَةُ‬ ‫يَنَ ُام‬ ‫الصبِ ُّي‬ ‫َّ‬



‫‪Kamar, ruangan‬‬ ‫‪(dia L) Sedang tidur‬‬ ‫‪Bayi, anak kecil yang belum‬‬ ‫‪disapih‬‬



‫‪ .9‬الدعاء سَلح المؤمن‬ ‫‪ .11‬الصوم جنة من عذاب الله‬



‫‪ .11‬نفقة الرجل على أهله صدقة‬



‫‪ .12‬دعوة المظلوم مستجابة‬



‫ح‬ ‫ِّ‬ ‫الس ََل ُ‬



‫‪Senjata‬‬



‫الْ ُجنَّةُ‬ ‫الْ َجنَّةُ‬ ‫الْ ِجنَّةُ‬



‫‪Perisai‬‬ ‫‪Surga, taman‬‬ ‫)‪Jin (makhluq ghaib‬‬



‫النَّ َف َقةُ‬ ‫َّ‬ ‫الر ُجلُ‬ ‫ْاْل َْهلُ‬ ‫َّ‬ ‫الص َدقَةُ‬



‫‪Nafkah‬‬ ‫)‪Seorang laki-laki (dewasa‬‬ ‫‪Keluarga‬‬ ‫‪Sedekah‬‬



‫َّع َوةُ‬ ‫الد ْ‬



‫‪Dakwah, seruan, doa‬‬



‫‪60‬‬



‫‪ .13‬أعظم آية في القرآن آية الكرسي‬



‫‪ .14‬طلب العلم فريضة على كل مسلم‬



‫‪ .15‬أكبر الكبائر الشرك بالله‬



‫‪ .16‬الديمقراطية نظام كفر‬



‫‪ .17‬الصَلة خير من النوم‬ ‫‪ .18‬ترك الجواب على الجاهل جواب‬



‫الْ َمظْلُ ْوُم‬ ‫اب‬ ‫الْ ُم ْستَ َج ُ‬



‫‪Orang yang dizalimi‬‬ ‫‪Dikabulkan‬‬



‫ْاْليَةُ‬ ‫آيَة الْ ُك ْرِس ِّي‬ ‫َعظَ ُم‬ ‫ْاْل ْ‬



‫‪Ayat‬‬ ‫)‪Ayat Kursi (Al-Baqarah 255‬‬ ‫‪Yang paling agung‬‬



‫ُكل‬ ‫ضةُ‬ ‫الْ َف ِريْ َ‬ ‫ب‬ ‫الطَّلَ ُ‬



‫‪Setiap, tiap-tiap, seluruh‬‬ ‫‪Kewajiban‬‬ ‫‪Hal mencari, menuntut‬‬



‫الش ِّْرُك‬ ‫الْ َكبَائُِر جمن ال َكبِْي َرةُ‬ ‫ْاْلَ ْكبَ ُر‬ ‫الدِّيم ْقر ِ‬ ‫اطيَّةُ‬ ‫ُْ َ‬ ‫النِّظَ ُامج ْاْلَنْ ِظ َمةُ‬ ‫الْ ُك ْف ُر‬ ‫الن َّْوُم‬



‫‪Kemusyrikan‬‬ ‫‪Dosa-dosa besar‬‬ ‫‪Yang paling besar‬‬



‫‪Demokrasi‬‬ ‫‪Sistem, aturan‬‬ ‫‪Kekufuran‬‬



‫‪Tidur‬‬



‫اب‬ ‫الْ َج َو ُ‬ ‫الت َّْرُك‬ ‫الْج ِ‬ ‫اه ُل‬ ‫َ‬



‫‪Jawaban‬‬ ‫‪Hal meninggalkan‬‬ ‫‪Orang bodoh‬‬



‫‪ .19‬الدنيا كلها متاع ‪ ،‬وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة‬



‫‪61‬‬



‫‪ .21‬الطهور شطر اإليمان‬



‫الْ َمتَاعُ‬ ‫الْ َم ْرأَةُ‬



‫‪Harta‬‬ ‫‪Wanita‬‬



‫الطُّ ُه ْوُر‬ ‫الشطُْر‬ ‫َّ‬



‫‪Suci‬‬ ‫‪Separuh, setengah, bagian‬‬



‫‪ .21‬أفضل اْلعمال الصَلة في أول وقتها‬ ‫ْاْل ََّو ُل‬ ‫ت‬ ‫الْ َوقْ ُ‬ ‫‪ .22‬المؤمن مرآة المؤمن‬



‫‪ .23‬المسجد بيت كل مؤمن‬ ‫‪ .24‬الكبر بطر الحق وغمط الناس‬



‫‪ .25‬عامة أهل النار النساء‬ ‫‪ .26‬المسك أطيب الطيب‬



‫‪Awal‬‬ ‫‪Waktu‬‬



‫الْ ِم ْرآةُ‬



‫‪Kaca cermin‬‬



‫الْ ِكْب ُر‬ ‫البَطَُر‬ ‫الْ َح ُّق‬ ‫ط‬ ‫الْغَ ْم ُ‬



‫‪Kesombongan, hal sombong‬‬ ‫‪Mengingkari, Menolak‬‬ ‫‪Kebenaran‬‬ ‫‪Merendahkan, menghina‬‬



‫الْ َع َّامةُ‬



‫‪Umum, kebanyakan‬‬



‫ك‬ ‫الْ ِم ْس ُ‬ ‫ب‬ ‫الطِّْي ُ‬ ‫ب‬ ‫ْاْلَطْيَ ُ‬



‫)‪Misik (jenis minyak wangi‬‬ ‫‪Minyak wangi‬‬ ‫‪Paling baik, lebih baik‬‬



‫‪ .27‬مفتاح الجنة الصَلة ومفتاح الصَلة الطهور‬ ‫ِ‬ ‫اح‬ ‫الْم ْفتَ ُ‬ ‫الطُّ ُه ْوُر‬



‫‪Kunci‬‬ ‫‪Hal suci, kesucian‬‬



‫‪62‬‬



‫‪ .28‬الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر‬ ‫‪ .29‬الكلمة الطيبة صدقة‬



‫‪ .31‬العلماء أمناء الله على خلقه‬



‫الس ْج ُن‬ ‫ِّ‬



‫‪Penjara‬‬



‫الْ َكلِ َمةُ‬ ‫ب‬ ‫الطَّيِّ ُ‬



‫‪Kata, perkataan‬‬ ‫‪Baik‬‬



‫ْاْل َُمنَاءُ جمن ْاْل َِمْي ُن‬ ‫الْ َخ ْل ُق‬



‫‪63‬‬



‫‪Kepercayaan‬‬ ‫‪Ciptaan‬‬



3. Macam-macam Bentuk Khabarul Mubtada` Bentuk Khabarul Mubtada` dalam Jumlah Ismiyyah cukup Vareatif. Ia bisa berupa lafazh Mufrad (satuan kata), bisa pula berupa Jumlah Mufidah (kalimat sempurna), dan juga bisa berupa Syibhul Jumlah (susunan mirip kalimat). a. Berupa Lafazh Mufrad (Satuan Kata) Yaitu apabila Khabarul Mubtada` berupa satuan lafazh, bukan susunan. Seperti contohcontoh Jumlah Ismiyyah yang telah dibahas di atas. Berikut kami tampilkan contoh-contoh lagi untuk lebih memperjelas gambaran.



ِ ‫الْولَ ُد م‬ ‫اهر‬ َ َ



Si anak [itu] pandai



Al-Qur`an [adalah] Firman [nya] Allah



Al-Qur`an [adalah] Firman [yang] Azaliy7



Al-Qur`an [adalah] obat [dan] rahmat (Allah)



Penceramahnya [adalah] sang ustadz [yaitu] Zuhair



Imam [itu] [benar-benar] (laksana) perisai



ِ ‫الْ ُقرآ ُن َك ََلم‬ ‫الله‬ ُ ْ ‫الْ ُق ْرآ ُن َك ََلم قَ ِديْم‬ ‫الْ ُق ْرآ ُن ِش َفاء َوَر ْح َمة‬ ِ ‫ُستَاذُ ُزَهْي ر‬ ْ ‫الْ ُم َحاض ُر اْل‬ ‫اْ ِإل َم ُام ُجنَّة ُجنَّة‬



Yang terhitung sebagai Khabarul Mubtada` pada contoh-contoh ini adalah satuan lafazh, tepatnya lafazh-lafazh yang bergaris bawah. Meskipun menjadi bagian dari tarkib tertentu (tarkîb idhâfî, tarkîb washfî, tarkîb ‘athfî, tarkîb badalî, dan tarkîb taukîdî), tapi yang dihukumi sebagai Khabarul Mubtada` hanya lafazh yang bergaris bawah saja, bukan tarkib secara keseluruhan. Artinya, apabila ditanya manakah Khabarul Mubtada` dalam kalimat-kalimat itu? niscaya kita akan dapat menunjuk satu kata tertentu di dalamnya (mâhir, kalâm1, kalâm2, syifâ`, al-ustâdz, dan junnah1). Ini berbeda dengan bentuk-bentuk Khabarul Mubtada` berikutnya ini. b. Berupa Jumlah Mufidah (Kalimat Sempurna) Telah diketahui sebelumnya bahwa Jumlah Mufidah (kalimat sempurna) ada dua macam: Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah. Kedua macam Jumlah Mufidah tersebut dapat menempati posisi sebagai Khabarul Mubtada`. 1) Berupa Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar) 7



Yaitu sifat kekal tidak berawalan atau tanpa permulaan



64



Yaitu manakala ada susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar), dimana Khabarul Mubtada`-nya adalah susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar) pula.  Ciri-ciri 1) Mengandung arti “itu” atau “adalah” secara berganda



‫النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬



Nabi [itu] akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an 2) Khabarul Mubtada` tidak bisa ditunjuk dalam bentuk satuan kata, melainkan dalam bentuk susunan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubtada` dan Khabarnya.



‫النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬



al-Nabiyy[u] : Mubtada` khuluq[u]-hu al-Qur`an[u] : Khabarul Mubtada` 3) Khabarul Mubtada` apabila dibaca secara terpisah sudah merupakan kalimat sempurna, yakni susunan Mubtada`-Khabar dengan Khabar berupa Isim Mufrad. Akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an atau, kata gantinya dikembalikan ke asalnya:



 I’rab



Akhlak [nya] Nabi [adalah] Al-Qur`an



1) Mubtada` 1 : Marfu’ 2) Mubtada` 2 : Marfu’ 3) Khabarul Mubtada` 2 : Marfu’ 4) Jumlah Ismiah (Khabarul Mubtada` 1) : di posisi i’rab Rafa’  Cara meng-I’rab



‫ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬



‫ُخلُ ُق النَّبِ ِّي الْ ُق ْرآ ُن‬



‫النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬



Nabi [itu] {akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an} Dalam contoh ini, Mubtada` utama adalah lafazh al-Nabiyy[u]. Sedangkan Khabarnya bukan berupa satuan lafazh, melainkan berupa rangkaian yang tersusun dari Mubtada` dan Khabar lagi, yaitu: khuluq[u]hu al-qur`ân[u] (akhlak beliau [adalah] Al-Qur`an), di mana Mubtada`nya adalah lafazh: khuluq[u] dan Khabarnya: al-qur`ân[u]. Dalam kondisi semacam ini, Khabarul Mubtada` pertama ber-i’rab rafa’ secara posisi saja, tidak ditandai dengan harokat. Maka i’rabnya: - Al-Nabiyy[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 1, bertanda Dhammah - Khuluq[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 2, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. - Hu : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr sebagai Mudhâf Ilayhi - Al- Qur`ân[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` 2, bertanda Dhammah.



65



Dan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubada` 2 dan Khabarnya berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` 1.



Catatan: Ke-marfu’-an kata Khuluq[u] bukan disebabkan karena sebagai Khabarul Mubtada` 1, melainkan karena kedudukannya sebagai Mubtada` 2. Dalam kasus ini Khabarul Mubtada` 1 tidak berupa satuan kata, melainkan susunan kalimat yang terdiri dari Mubtada` 2 dan Khabarul Mubtada` 2.



‫ُم َح َّمد ُه َو نَبِي َعَربِي‬



Muhammad [itu] {beliau [adalah] seorang nabi [yang] berkebangsaan Arab} - Muhammad[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 1, bertanda Dhammah - Huwa : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. Menempati posisi Rafa’ karena sebagai Mubtada` 2 - Nabiyy[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` 2, bertanda Dhammah - ‘Arabiyy[un] : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Nabiyy[un], bertanda Dhammah. Dan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubada` 2 dan Khabarnya berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` 1



Tanda I’rab untuk Khabarul Mubtada` yang biasanya berupa Dhammah, dalam kasus Khabarul Mubtada` 1 semacam dua contoh di atas tidak terlihat. Sebab yang menyandang i’rab rafa’ bukan berupa satuan kata, melainkan susunan kalimat. Artinya, jika kita ditanya kata manakah dari dua contoh di atas yang merupakan Khabarul Mubtada` 1? Niscaya tidak dapat menjawabnya dengan satu kata saja, khuluq atau huwa, karena keduanya bukan Khabarul Mubtada`, melainkan Mubtada` 2 yang dalam rangkaiannya bersama masing-masing Khabarnya ia berposisi sebagai Khabarul Mubtada` 1. 2) Berupa Jumlah Fi’liyyah Yaitu manakala ada susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar), dimana Khabarul Mubtada`-nya adalah susunan Jumlah Fi’liyyah.  Ciri-ciri dan ketentuan 1) Khabarul Mubtada` berupa Fi’il-Fa’il atau Fi’il-Fa’il-Maf’ûl Bihi atau Fi’il-Na`ibul Fa’il



Zaid[un] Yadzhab[u]



Zaid (itu) (dia) sedang pergi : Mubtada` : Khabarul Mubtada`



Zaid (itu) (dia) sedang memakan makanan Zaid[un] : Mubtada` Ya`kul[u] al-Tha’âm[a] : Khabarul Mubtada`



66



)‫ب (هو‬ ُ ‫َزيْد يَ ْذ َه‬



‫َزيْد يَأْ ُك ُل (هو) الطَّ َع َام‬



ُ‫َزيْد تُ ُوفِّ َي ابْنُه‬



Zaid (itu) putranya telah diwafatkan (baca: meninggal) Zaid[un] : Mubtada` Tuwuffiya (i)bn[u]hu : Khabarul Mubtada` 2) Fa’il yang tidak tampak setelah Fi’il maka dianggap tersembunyi pada Fi’il tersebut



َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم الْ َعَربِيَّة‬



Zaid [itu] dia sedang mempelajari Bahasa Arab Fa’il bagi yata’allam[u] bukan Zaid[un], karena Fa’il harus berada setelah Fi’il, sementara lafazh Zaid[un] posisinya di depannya. Yang menjadi Fa’il di situ adalah dhamir pada Fi’il itu sendiri yang secara imajinatif terhitung sebagai huwa (dia lakilaki), yang kembali kepada Mubtada` (Zaid). 3) Apabila Fa’il-nya tampak, maka berlaku sebagaimana biasanya



َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم ابْنُهُ الْ َعَربِيَّة‬



Zaid [itu] putra [nya] dia sedang mempelajari Bahasa Arab Fa’il bagi yata’allam[u] di sini adalah ibn[u], bukan Zaid[un].  I’rab 1) Mubtada` : Marfu’ 2) Fi’il : Tergantung Maksudnya adalah: Tergantung apakah Fi’il Madhin atau Fi’il Mudhari’. Kalau Fi’il Mudhari’ apakah didahului Harf ‘Amil atau tidak. 3) Fa’il : Marfu’ 4) Jumlah Fi’liyyah(Khabarul Mubtada`) : di posisi i’rab Rafa’  Cara meng-I’rab



َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم الْ َعَربِيَّة‬



Zaid [itu] {dia sedang mempelajari Bahasa Arab} - Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah - Yata’allam[u] : Marfû’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Dhammah. Fa’il-nya adalah dhamir pada fi’il yang terhitung: Huwa - al-‘Arabiyyat[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabarul Mubtada`



َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم ابْنُهُ الْ َعَربِيَّة‬



Zaid [itu] {putra [nya] sedang belajar Bahasa Arab} - Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah - Yata’allam[u] : Marfû’ karena tidak dipengaruhi oleh ‘Amil, bertanda Dhammah - ibn[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. - Hu : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. - al-‘Arabiyyat[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah



67



Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



ُ‫َزيْد لَ ْم يَتَ َعلَّ ْم ابْنُه‬



- Zaid[un] - Lam - Yata’allam[] - ibn[u] - Hu



Zaid [itu] {putra [nya] belum belajar} : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Mabni Sukun, karena ia Harf : Majzûm karena didahului Harf ‘Amil Jazm (Lam), bertanda Sukun : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



c. Berupa Syibhul Jumlah (Mirip Kalimat) Yang dimaksud dengan Syibhul Jumlah ada dua, yaitu: Jârr wa Majrûr dan Zharf. 1) Jârr wa Majrûr  Ciri-ciri: Khabarul Mubtada berupa susunan yang terdiri dari Harf Jarr dan Isim Majrur Zuhair [itu] (ada) di perpustakaan Zuhair : Mubtada` Fî al-Maktabat[i] : Khabarul Mubtada`  I’rab 1) Mubtada` : Marfu’ 2) Harf Jarr : Mabni 3) Isim setelah Harf Jarr : Majrur 4) Susunan Jarr wa Majrur : di posisi i’rab Rafa’  Cara meng-I’rab



‫ُزَهْي ر فِي الْ َم ْكتَبَ ِة‬



‫ُزَهْي ر فِي الْ َم ْكتَبَ ِة‬



Zuhair [itu] (ada) di perpustakaan - Zuhair[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah - Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf - al-Maktabat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



ِ ِ ِ ِ ‫اإليم‬ ‫ان‬ َ ْ ِْ ‫اتِّبَاعُ الْ َجنَائ ِز من‬



Mengikuti jenazah (ke pemakaman) [adalah] bagian dari iman - Ittibâ`[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. - al-Janâ`iz[i] : Majrûr karena sebagai Mudhaf ‘Ilayh, bertanda Kasrah 68



- Min - al-Îmân[i]



: Mabni Sukun, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



ِ ِ ِ ِ ‫الش ِري‬ ‫ف‬ ِّ ْ َّ ‫الرفْ ُق بِالضَّعْيف م ْن ُخلُ ِق‬



- al-Rifq[u] - Bi - al-Dha’îf[i] - Min - Khuluq[i] - al-Syarîf[i]



Berlemah-lembut terhadap orang lemah [adalah] bagian dari akhlak orang yang mulia : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah : Mabni Kasrah, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah : Mabni Sukun, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur (Min Khuluq[i] alSyarîf[i]) berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



2) Zharf  Ciri-ciri 1) Khabarul Mubtada` berupa Tarkîb Idhâfî (Mudhaf-Mudhâf Ilayhi) yang menunjukkan keterangan waktu (zharf zamân) atau keterangan tempat (zharf makân).



Rehat [itu] {setelah [nya] kerja keras} - al-Râhat[u] - ba’da al-Ta’ab[i]



: Mubtada` : Khabarul Mubtada`



Jalan raya [itu] {di depan [nya] Sekolah}



ِ ‫َّع‬ ‫ب‬ َّ َ ‫احةُ بَ ْع َد الت‬ َ ‫الر‬



‫الشَّا ِرعُ أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة‬



- al-Syâri’[u] : Mubtada` - amâma al-Madrasat[i] : Khabarul Mubtada` 2) Isim yang lazim digunakan sebagai Zharf a) zharf zamân (keterangan waktu) Pada saat, ketika Sebelum Setelah Pada waktu



‫ ِحْي َن‬، ‫ِعْن َد‬ ‫قَ ْب َل‬ ِ ‫ب‬ َ ‫ َعق‬، ‫بَ ْع َد‬ ‫ت‬ َ ْ‫َوق‬ 69



Pada pagi Pada sore Pada malam Pada hari



‫اح‬ َ َ َ‫صب‬ َ‫َم َساء‬ َ‫لَْي لَة‬ ‫يَ ْوَم‬



َ‫اعة‬ َ ‫َس‬ َ‫َدقِْي َقة‬



Pada saat, jam Pada detik



b) zharf makân (keterangan tempat) Di, pada, di sisi Pada, di sisi, di hadapan Bersama Di depan Di belakang Di atas



‫ِعْن َد‬ ‫لَ َدى‬



‫َم َع‬ ‫ أ ََم َام‬، ‫َّام‬ َ ‫قُد‬



‫ف‬ َ ‫ َخ ْل‬، َ‫َوَراء‬ ‫فَ ْو َق‬



‫َش ْهَر‬ ‫ َع َام‬، َ‫َسنَة‬



Pada bulan Pada tahun



Di bawah Di samping Di antara Di antara, di sela-sela Di sekitar, sekeliling Di tengah-tengah



‫ت‬ َ ‫تَ ْح‬ ِ ‫ب‬ َ ‫َجان‬ ‫بَْي َن‬ ‫ِخ ََل َل‬ ‫َح ْوَل‬ ‫ط‬ َ ‫َو َس‬



Catatan: - Semua isim zharf di atas adalah isim mu’rab, dibaca nashab dengan tanda fathah saat berposisi sebagai zharf (keterangan waktu atau tempat). Adapun jika bukan sebagai zharf atau tidak cocok disisipi arti saat/pada/di, maka menyesuikan posisi i’rab-nya sebagai apa. Misal sebagai mubtada`:



‫يَ ْومُ الْ ُج ُم َع ِة ِعْي ُد الْ ُم ْسلِ ِمْي َن‬



Hari jum’at adalah hari-raya nya kaum muslim - Di antara isim zharf ada yang mabni, yaitu ( ‫ث‬ ُ ‫ ) َحْي‬artinya: dimana.  I’rab 1) Mubtada` 2) Zharf 3) Susunan Zharf



: Marfu’ : Manshub : di posisi i’rab Rafa’



 Cara meng-I’rab



‫الشَّا ِرعُ أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة‬



Jalan raya [itu] {di depan [nya] Sekolah} - al-Syâri’[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah - Amâm[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. - al-Madrasat[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan susunan Zharf yang berupa Mudhaf dan Mudhâf Ilayhi berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



‫ص ََلةُ الْعِ َش ِاء بَ ْع َد الْ َع َش ِاء‬ َ



- Shalât[u] - al-‘Isyâ`[i]



Shalat Isya` [itu] {setelah [nya] makan malam} : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah



70



- Ba’d[a] - al-‘Asyâ`[i]



: Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan susunan Zharf yang berupa Mudhaf dan Mudhâf Ilayhi (Ba’d[a] al-‘Asyâ`[i]) berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`



d. Khabarul Mubtada` yang Dimajukan Asalnya, dalam Jumlah Ismiyyah urutan Khabarul Mubtada` adalah di belakang Mubtada` sebagaimana telah lalu dibahas. Akan tetapi pada kondisi-kondisi tertentu ia bisa dan bahkan harus berposisi di depan mendahului Mubtada`. Namun demikian dari segi I’rab, Mubtada` dan Khabarul Mubtada` tetap sebagaimana yang telah lalu dijelaskan. Yang dibahas kali ini hanya mengidentifikasi secara umum perubahan posisinya saja. Berikut ciri-ciri yang paling menonjol: 1) Ketika berawalan Syibhul Jumlah (Jarr wa Majrur atau Zharf), kemudian disusul Isim



yang yang seolah-olah Khabar namun sejatinya adalah Mubtada`. a) Contoh berawalan Jarr wa Majrur Di perpustakaan ada murid-murid



‫فِي الْ َم ْكتَبَ ِة طََُّلب‬



Fî al-Maktabat[i] : Khabarul Mubtada` yang didahulukan Thullâb[un]



: Mubtada` yang diakhirkan



b) Berawalan Zharf Setelah kesusah-payahan ada rehat



ِ ‫َّع‬ ‫احة‬ َ ‫بَ ْع َد الت‬ َ ‫ب َر‬



Ba’da al-Ta’ab[i] : Khabarul Mubtada` yang didahulukan Râhat[un]



: Mubtada` yang diakhirkan



2) Ketika berawalan Isim Istifham yang mengandung arti Zharf (‫ أين‬، ‫)متى‬, dan disusul isim



Ma’rifah yang sejatinya adalah Mubtada`. Kapankah hari kiamat (itu)? Matâ



: Khabarul Mubtada` yang didahulukan



al-Sâ’at[u]



: Mubtada` yang diakhirkan Kapan pertolongan Allah itu (datang)?



‫اعةُ؟‬ َّ ‫َمتَى‬ َ ‫الس‬



ِ ‫متَى نَصر‬ ‫الله؟‬ َ ُْ



Catatan: Apabila yang menyusulnya bukan berupa Isim Ma’rifah melainkan berupa Fi’il, seperti:



‫َمتَى تُ َسافُِر؟‬



71



Kapan anda akan melakukan perjalanan? Maka bukan termasuk pembahasan Jumlah Ismiyah. 



Cara meng-I’rab



‫فِي الْ َم ْكتَبَ ِة ُزَهْي ر‬



{Di perpustakaan} ada Zuhair - Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf - al-Maktabat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan Syibhul Jumlah Fî al-Maktabat[i] berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` yang didahulukan. - Zuhair[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda Dhammah



‫أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة َشا ِرع‬



{Di depan [nya] Sekolah} ada Jalan raya - Amâm[a] : Manshûb karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. - al-Madrasat[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan Syibhul Jumlah Amâm[a] al-Madrasat[i] berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` yang didahulukan - Syâri’[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda Dhammah



‫اعةُ؟‬ َّ ‫َمتَى‬ َ ‫الس‬



- Matâ - al-Sâ’at[u]



Kapankah hari kiamat itu? : Mabni Sukun, karena ia Isim Istifham. di posisi i’rab Rafa’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang didahulukan : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda Dhammah LATIHAN III



Harokatilah dengan lengkap kalimat-kalimat berikut ini seraya menerjemahkannya, lalu jelaskan bagaimana I’rabnya!



ُ‫الْ َحيَاء‬



Hal malu



‫ب‬ َ َ‫الغ‬ ُ‫ض‬



Hal marah



72



‫ الحياء من اإليمان‬.1 ‫الشْيطان‬ َ ‫ الغضب من‬.2 ‫ سوء الخلق يعدي‬.3



‫ُّ‬ ‫الس ْوءُ‬ ‫الخلُ ُق‬ ‫ُ‬ ‫يُ ْع ِد ْي‬ ‫‪ .4‬الرزق بيد الله‬



‫‪ .5‬الكذب ينقص الرزق‬



‫‪ .6‬خير صَلة النساء في قعر بيوتهن‬



‫‪ .7‬سَلمة اإلنسان في حفظ اللسان‬



‫‪ .8‬مودة الصديق تظهر وقت الضيق‬



‫‪Keburukan‬‬ ‫‪Akhlak‬‬ ‫‪Menular‬‬



‫الرْز ُق‬ ‫ِّ‬ ‫اليَ ُد‬



‫‪Rizki‬‬ ‫‪Tangan‬‬



‫ِ‬ ‫ب‪،‬‬ ‫ال َكذ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ب‬ ‫الك ْذ ُ‬ ‫ص‬ ‫يَْن ُق ُ‬



‫‪Hal berbohong, berdusta‬‬ ‫‪Mengurangi‬‬



‫الخْي ُر‬ ‫َ‬ ‫ال َق ْع ُر ُ‬ ‫وت جمن‬ ‫البُيُ ُ‬ ‫ت‬ ‫البَ ْي ُ‬ ‫َّ‬ ‫الس ََل َمةُ‬ ‫ِ‬ ‫ظ ُ‬ ‫الح ْف ُ‬ ‫اللِّ َسا ُن‬



‫‪Sebaik-baik, paling baik, baik‬‬ ‫‪Bagian dalam, dalam‬‬ ‫‪Rumah-rumah‬‬



‫‪Keselamatan‬‬ ‫‪Hal menjaga‬‬ ‫‪Lisan, lidah‬‬



‫ال َم َوَّدةُ‬ ‫الص ِديْ ُق ُ‬ ‫َّ‬ ‫تَظْ َه ُر‬ ‫ت‬ ‫الوقْ ُ‬ ‫َ‬ ‫الضْي ُق‬ ‫ِّ‬



‫‪Kecintaan‬‬ ‫‪Teman‬‬ ‫‪Tanpak‬‬ ‫‪Waktu‬‬ ‫‪Kesempitan‬‬



‫‪ .9‬الدال على الخير كفاعله‬ ‫‪73‬‬



‫الد ُّ‬ ‫َّال‬ ‫الْ َف ِ‬ ‫اع ُل ُ‬



‫‪Orang yang menunjukkan‬‬ ‫‪Orang yang melakukan‬‬



‫‪ .11‬الحمد ٰلله والصَلة والسَلم على رسول الله‬ ‫الْ َح ْم ُد‬ ‫الص ََلةُ ُ‬ ‫َّ‬ ‫الس ََل ُم‬ ‫َّ‬ ‫‪ .11‬قيام ليلة القدر من اإليمان‬



‫‪Segala puji‬‬ ‫‪Rahmat, shalawat‬‬ ‫‪Kedamaian, salam‬‬



‫ِ‬ ‫القيَ ُام‬



‫‪Hal berdiri, shalat malam‬‬



‫‪ .12‬الحب في الله والبغض في الله من اإليمان‬ ‫ب‬ ‫الح ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ض‬ ‫البُ ْغ ُ‬ ‫فِي‬



‫‪Hal menyukai, mencintai‬‬ ‫‪Hal membenci‬‬ ‫‪Di, di dalam, tentang, karena, selama,‬‬ ‫‪pada‬‬



‫‪ .13‬بين الكفر واإليمان ترك الصَلة‬ ‫ال ُك ْف ُر‬ ‫ا ِإليْ َما ُن‬ ‫الت َّْرُك‬



‫‪Kekufuran‬‬ ‫‪Keimanan‬‬ ‫‪Hal meninggalkan‬‬



‫‪ .14‬رضا الرب في رضا الوالد وسخط الرب في سخط الوالد‬ ‫ضا‬ ‫ال ِر َ‬ ‫ب‬ ‫الر ُّ‬ ‫َّ‬ ‫الْ َوالِ ُد‬ ‫ط‬ ‫الس ْخ ُ‬ ‫ُّ‬ ‫‪ .15‬الرؤيا الصالحة من الله والرؤيا السوء من الشيطان‬ ‫الرْؤيَا‬ ‫ُّ‬ ‫الصالِ ُح‬ ‫َّ‬ ‫ُّ‬ ‫الس ْوءُ‬ ‫‪74‬‬



‫‪Keridhaan, hal meridhai‬‬ ‫‪Tuhan‬‬ ‫‪Orang tua‬‬ ‫‪Kemurkaan, murka‬‬



‫‪Mimpi‬‬ ‫‪Baik‬‬ ‫‪Buruk‬‬



‫‪ .16‬اْلنبياء أحياء في قبورهم‬



‫‪ .17‬التثاؤب في الصَلة من الشيطان‬ ‫‪ .18‬الدجال عينه خضراء‬



‫‪ .19‬الحجر اْلسود من حجارة الجنة‬



‫َحيَاءُ جمن الْ َح ُّي‬ ‫اْل ْ‬ ‫الْ ُقبُ ْوُر جمن الْ َقْب ُر‬ ‫ب‬ ‫التَّثَ ُاؤ ُ‬



‫‪Kubur, makam‬‬



‫‪Hal menguap‬‬



‫ال‬ ‫َّج ُ‬ ‫الد َّ‬ ‫َخ ْ‬ ‫ضَراءُ‬



‫‪Dajjal‬‬ ‫‪Hijau‬‬



‫ِ‬ ‫الح َج َارةُ‬



‫‪Bebatuan‬‬



‫‪ .21‬الجنة بناؤها لبنة من فضة ولبنة من ذهب‬ ‫ِ‬ ‫الْبنَاءُ‬ ‫اللَّبِنَةُ‬ ‫ِ‬ ‫الف َّ‬ ‫ضةُ‬ ‫ب‬ ‫ال َذ َه ُ‬ ‫‪ .21‬اإلثمد يجلو البصر وينبت الشعر‬



‫‪Hidup‬‬



‫‪Bangunan‬‬ ‫‪Batu bata‬‬ ‫‪Perak‬‬ ‫‪Emas‬‬



‫ا ِإلثْ ِم ُد‬ ‫َج ََل‪-‬يَ ْجلُو‬ ‫ص ُر‬ ‫الْبَ َ‬ ‫ت‬ ‫ت‪-‬يُْنبِ ُ‬ ‫أَنْبَ َ‬ ‫َّع ُر‬ ‫الش ْ‬



‫‪75‬‬



‫)‪Celak (untuk mata‬‬ ‫‪Menjadikan terang/jelas‬‬ ‫‪Penglihatan‬‬ ‫‪Menumbuhkan‬‬ ‫‪Rambut, bulu‬‬



4. Nawâsikh Kata Nawâsikh adalah bentuk jamak dari Nâsikh, yang artinya pembatal. Maksudnya di sini adalah sejumlah kata tertentu yang berupa Fi’il dan Harf yang membatalkan hukum susunan inti dalam Jumlah Ismiyyah yang telah dibahas sebelumnya. Dalam perannya tersebut, Nawâsikh terbagi menjadi dua kelompok: - Kâna dan kerabatnya, yang kesemuanya adalah Fi’il; dan - Inna dan kerabatnya, yang kesemuanya adalah Harf Misalnya Jumlah Ismiyyah berikut.



ِ َ‫زيد ت‬ ‫اجر‬ َْ



Zaid adalah seorang pedagang



Dari segi susunan inti, kalimat tersebut –sebagaimana telah dipelajari sebelumnya– terdiri dari Mubtada` (Zayd[un]) dan Khabarul Mubtada` (Tâjir[un]). Namun setelah dimasuki atau didahului salah satu Nawâsikh yang ada dari dua kelompok di atas, sehingga menjadi:



ِ َ‫َكا َن زيد ت‬ ً‫اجرا‬ َْ



Adalah Zaid itu seorang pedagang dan Sesungguhnya Zaid adalah seorang pedagang



ِ َ‫إِ َّن زيداً ت‬ ‫اجر‬ َْ



maka susunan intinya tidak lagi terdiri dari Mubtada` dan Khabarul Mubtada`, melainkan terdiri dari: Nâsikh, Isim-nya, dan Khabar-nya. Apabila Nasikh-nya berupa Kâna maka susunan intinya terdiri dari: Kâna, Isim Kâna, dan Khabar Kâna. Dan apabila Nasikh-nya berupa Inna, maka susunan intinya terdiri dari: Inna, Isim Inna, dan Khabar Inna. Berikut rinciannya. a. Kâna dan Kerabatnya  Ciri-ciri dan ketentuan 1) Berawalan Kâna atau kerabatnya.



ُ ‫َكا َن‬



(Adalah) …



Adalah Zaid itu seorang pedagang Kerabat Kâna antara lain adalah:



ِ ‫صار‬ ََ ِ ‫َصبح‬ َ َْ ‫أ‬ ‫س‬ َ ‫لَْي‬



Menjadi Menjadi, di waktu pagi Bukan, tidak Senantiasa, selalu, masih



َ ‫ظَ َّل‬



76



ِ َ‫َكا َن زيد ت‬ ‫اجًرا‬ َْ



Senantiasa, terus, masih



... ‫َما َز َال‬



... ‫ َما َد َام‬...



… selama …



2) Selalu memiliki Isim dan Khabar



Zayd[un] Tâjir[an]



ِ َ‫َكا َن زيد ت‬ ‫اجًرا‬ َْ



Adalah Zaid itu seorang pedagang : Isim Kâna : Khabar Kâna



Namun ada kalanya Isim-nya berupa dhamir yang terkandung dalam fi’il nasikh:



‫ُزَهْي ر َعالِم َوَكا َن ُم َعلِّ ًما‬



Zuhair adalah seorang ‘alim (berilmu), dan adalah beliau itu seorang pengajar



Isim Kâna di situ bukan Zuhair, melainkan dhamir pada fi’il yang secara imajiner terhitung: Huwa, yang kembalinya kepada Zuhair. Perkiraannya adalah:



‫ُزَهْي ر َعالِم َوَكا َن ( ُه َو ) ُم َعلِّ ًما‬



3) Kâna dan kerabatnya dalam bentuk Madhin, Mudhari’, atau Amar nya ber-’amal sama Adalah Zuhair itu seorang pengajar



Zuhair menjadi seorang pengajar



‫َكا َن ُزَهْي ر ُم َعلِّ ًما‬



‫يَ ُك ْو ُن ُزَهْي ر ُم َعلِّ ًما‬ ِ ‫صا‬ ً ‫ُك ْن ُم ْخل‬



Jadilah (anda) orang ikhlas Penjelasan yang terakhir sama dengan di atas, bahwa Isim Kâna di situ tersembunyi. Yang perkiraannya adalah:



ِ ‫صا‬ َ ْ‫ُك ْن ( أَن‬ ً ‫ت ) ُم ْخل‬



4) Khabar Kâna sebagaimana Khabarul Mubtada`, bisa berupa Isim Mufrad (satuan), bisa berupa Jumlah Mufidah, dan bisa berupa Syibhul Jumlah.



‫ضا‬ ً ْ‫َكا َن َزيْد َم ِري‬



Zaid itu sakit



‫ضهُ َش ِديْد‬ ُ ‫َكا َن َزيْد َمَر‬



Zaid itu sakitnya parah



ُ ‫َكا َن َزيْد يَ ْشَر‬ َ ‫ب الد‬ َ‫َّواء‬ 77



Zaid itu dia sedang minum obat



Zaid itu berada di dalam kamar



Zaid itu berada di masjid



ِ ِ‫ح ْجرة‬ َ ُ ْ‫َكا َن َزيْد في ال‬ ‫َكا َن َزيْد ِعْن َد الْ َم ْس ِج ِد‬



5) Khabar Kâna ada kalanya dimajukan mendahului Isim-nya. Yaitu manakala berupa syibhul jumlah (zharf atau jârr wa majrûr). Adalah di dalam kamar itu ada Zaid



Adalah di masjid itu ada Zaid I’rab 1) Kâna dan kerabatnya : mengikuti aturan I’rab Fi’il 2) Isim Kâna : Marfu’ 3) Khabar Kâna : Manshub  Cara meng-I’rab



‫َكا َن فِي الْ ُح ْجَرةِ َزيْد‬



‫َكا َن ِعْن َد الْ َم ْس ِج ِد َزيْد‬







Adalah pemimpin [itu] (laksana) perisai - Kâna - Al-Imâm[u] - Junnat[an]



ِْ ‫َكا َن‬ ً‫اإل َم ُام ُجنَّة‬



: Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Isim Kâna, bertanda Dhammah : Manshûb karena sebagai Khabar Kâna, bertanda Fathah



ِ ‫َكا َن الْموت ه ِاذم اللَّ َّذ‬ ‫ات‬ َ َ ُ َْ



Adalah kematian [itu] merupakan pemutus segala kelezatan (duniawi) - Kâna - Al-Maut[u] - Hâdzim[a] - Al-Ladzdzât[i]



: Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Isim Kâna, bertanda Dhammah : Manshûb karena sebagai Khabar Kâna, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah



Adalah rehat [itu] {setelah [nya] kerja keras} - Kânat - Al-Râhat[u] - Ba’d[a] - Al-Ta’ab[i]



ِ ‫َّع‬ ‫ب‬ ْ َ‫َكان‬ َ ‫احةُ بَ ْع َد الت‬ َ ‫الر‬ َ ‫ت‬



: Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Isim Kana, bertanda Dhammah : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. 78



Dan Syibhul Jumlah Ba’d[a] Al-Ta’ab[i] berada di posisi i’rab Nashab, karena sebagai Khabar Kâna



Orang yang kuat itu bukanlah dengan jago gulat - Laysa - Al-Syadîd[u] - Bi - Al-Shura’at[i]



: Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Isim Laysa, bertanda Dhammah : Mabni Kasrah, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah Dan Syibhul Jumlah Bi Al-Shura’at[i] berada di posisi i’rab Nashab, karena sebagai Khabar Laysa



‫ضهُ َش ِديْد‬ ُ ‫ص َار َزيْد َمَر‬ َ



Jadilah Zaid itu sakitnya parah - Shâra - Zaid[un] - Maradh[u] - Hu - Syadîd[un]



ِ ‫لَيس الش‬ ‫الصَر َع ِة‬ ُّ ِ‫يد ب‬ ُ ‫َّد‬ َ ْ



: Mabni Fathah, karena Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Isim Shâra, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan Jumlah Ismiyah Maradh[u]-hu Syadîd[un] di posisi i’rab Nashab karena sebagai Khabar Shâra



b. Inna dan Kerabatnya  Ciri-ciri dan ketentuan 1) Berawalan Inna atau kerabatnya



‫إِ َّن‬



Sesungguhnya …



Sesungguhnya Zaid itu pedagang Kerabat Inna:



َّ ‫أ‬ ‫َن‬



Sesungguhnya, bahwa



َّ ‫َكأ‬ ‫َن‬ ‫ٰل ِك َّن‬



Seperti, seolah-olah Tetapi Semoga, hendaknya, sekiranya



‫ت‬ َ ‫لَْي‬ ‫لَ َع َّل‬



Barangkali, semoga



2) Selalu memiliki Isim dan Khabar



79



ِ َ‫إِ َّن زي ًدا ت‬ ‫اجر‬ َْ



‫إِ َّن ُزَهْي ًرا ُم َعلِّم‬



Sungguh Zuhair itu seorang pengajar 3) Khabar Inna sebagaimana Khabarul Mubtada`, bisa berupa Isim Mufrad (satuan), bisa berupa Jumlah Mufidah, dan bisa juga berupa Syibhul Jumlah.



‫إِ َّن َزيْ ًدا َم ِريْض‬



Sungguh Zaid itu sakit



Sungguh Zaid itu sakitnya parah



Sungguh Zaid itu dia sedang minum obat



Sungguh Zaid itu berada di dalam kamar



Sungguh Zaid itu berada di balik pintu



‫ضهُ َش ِديْد‬ ُ ‫إِ َّن َزيْ ًدا َمَر‬ ُ ‫إِ َّن َزيْ ًدا يَ ْشَر‬ َ ‫ب الد‬ َ‫َّواء‬ ِ‫إِ َّن َزيْ ًدا فِي الْ ُح ْجرة‬ َ ِ ‫ف الْب‬ ‫اب‬ َ َ ‫إِ َّن َزيْ ًدا َخ ْل‬



4) Khabar Inna ada kalanya dimajukan mendahului Isim-nya. Yaitu manakala berupa syibhul jumlah (zharf atau jarr wa majrur). Sesungguhnya di dalam kamar itu ada Zaid



Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan 







I’rab 1) Inna dan kerabatnya 2) Isim Inna 3) Khabar Inna



ً‫إِ َّن فِي الْ ُح ْجَرةِ َزيْدا‬ ‫إِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْسًرا‬



: Mabni, karena semuanya harf : Manshub : Marfu’



Cara meng-I’rab



ِْ ‫إِ َّن‬ ‫اإل َم َام ُجنَّة‬



Sesungguhnya pemimpin [itu] (laksana) perisai - Inna - Al-Imâm[a] - Junnat[un]



: Mabni Fathah, karena ia Harf : Manshûb karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah : Marfû’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda Dhammah



‫إِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْسًرا‬



Sesungguhnya bersama (baca: sesudah) kesulitan itu ada kemudahan



80



- Inna - Ma’a - Al-‘Usr[i]



- Yusr[an]



: Mabni Fathah, karena ia Harf : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf. : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan Syibhul Jumlah Ma’a al-‘Usr[i] di posisi i’rab Rafa’ karena sebagai Khabar Inna yang didahulukan : Manshûb karena sebagai Isim Inna yang diakhirkan, bertanda Fathah Sesungguhnya Zaid itu sakitnya dia adalah parah



- Inna - Zaid[an] - Maradh[u] - Hu - Syadîd[un]



‫ضهُ َش ِديْد‬ ُ ‫إِ َّن َزيْ ًدا َمَر‬



: Mabni Fathah, karena ia Harf : Manshûb karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf. : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan Jumlah Maradh[u]hu Syadîd[un] di posisi i’rab Rafa’ karena sebagai Khabar Inna



‫ك طَالِب نَ ِشْيط‬ َ َّ‫إِن‬



- Inna - Ka - Thalib[un] - Nasyith[un]



Sungguh kamu adalah seorang murid yang rajin : Mabni Fathah, karena ia Harf : Mabni Fathah, karena ia isim dhamir. Di posisi I’rab nashab karena sebagai Isim Inna. : Marfu’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda dhammah. : Marfu’ karena sebagai shifat/na’at bagi thalib[un], bertanda dhammah. LATIHAN IV



Harokatilah Kalimat-kalimat berikut ini sambil menentukan terjemahannya, kemudian jelaskan I’rab masing-masing kata di dalamnya!



ِ ُ ‫ج‬ ُ ‫الْع ََل‬ ُ‫الْ ِوقَايَة‬



Pengobatan Perlindungan, kewapadaan, pencegahan



Mahatahu Mahabijaksana



‫الْ َعلِْي ُم‬ ُ ‫الْ َح ِكْي ُم‬ 81



‫ إن الوقاية خير من العَلج‬.1



‫ كان الله عليما حكيما‬.2



‫‪ .3‬إن الله غفور رحيم‬



‫الرِحْي ُم ُ‬ ‫َّ‬ ‫الْغَ ُف ْوُر‬



‫‪Mahapenyayang‬‬ ‫‪Mahapengampun‬‬



‫‪ .4‬إن الله كان عليما حكيما‬ ‫‪ .5‬ليس ظهر الرجل من العورة‬



‫‪ .6‬إن الحياء من اإليمان‬ ‫‪ .7‬إن كثرة الضحك تميت القلب‬



‫َّ‬ ‫الر ُجلُ‬ ‫الْ َع ْوَرةُ ُ‬ ‫الظَّ ْه ُر‬



‫‪Laki-laki‬‬ ‫‪Aurat‬‬ ‫‪Punggung‬‬



‫الْ َحيَاءُ‬



‫‪Rasa malu‬‬



‫ال َكثْ َرةُ‬ ‫الض ِ‬ ‫ك‬ ‫َّح ُ‬ ‫ِ‬ ‫ت‬ ‫أ ََم َ‬ ‫ات‪-‬يُمْي ُ‬



‫الرحمن‬ ‫‪ .8‬كان الهدف من خلق البشر عبادة ٰ‬ ‫الْبَ َش ُر‬ ‫ِ‬ ‫ادةُ‬ ‫الْعبَ َ‬ ‫ف‬ ‫الْ َه َد ُ‬ ‫الْ َخ ْل ُق ُ‬



‫‪Hal banyak‬‬ ‫‪Hal tertawa‬‬ ‫‪Mematikan‬‬



‫‪Manusia‬‬ ‫‪Hal menyembah, ibadah‬‬ ‫‪Tujuan‬‬ ‫‪Penciptaan, ciptaan‬‬



‫‪ .9‬ظل الشارع مزدحما في النهار‬ ‫َّه ُار‬ ‫الن َ‬ ‫الْ ُم ْزَد ِح ُم‬ ‫الشَّا ِرعُ‬ ‫‪ .11‬إن الهدى هدى الله‬



‫‪Siang hari‬‬ ‫‪Sesak, padat‬‬ ‫‪Jalan besar‬‬



‫الْ ُه َدى‬



‫‪Petunjuk‬‬



‫‪82‬‬



‫‪ .11‬إن الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة‬ ‫السافُِر‬ ‫الس َفَرةُ جمن َّ‬ ‫َّ‬ ‫الْ ِكَر ُام جمن الْ َك ِريْ ُم‬ ‫الْبَ َرَرةُ جمن الْبَ ُّار‬ ‫‪ .12‬إن أكرمكم عند الله أتقاكم‬



‫‪ .13‬كأن الرجل الشجاع أسد‬



‫‪ .14‬إن الدين عند الله اإلسَلم‬



‫‪ .15‬لعل الساعة قريب‬



‫‪ .16‬ليس على مسافر جمعة‬



‫ْاْلَ ْكَرُم‬ ‫ْاْلَتْ َقى‬



‫‪Malaikat‬‬ ‫‪Yang mulia‬‬ ‫‪Yang baik‬‬



‫‪Paling mulia‬‬ ‫‪Paling bertaqwa‬‬



‫َس ُد‬ ‫ْاْل َ‬ ‫ُّجاعُ‬ ‫الش َ‬



‫‪Singa‬‬ ‫‪Pemberani‬‬



‫الدِّيْ ُن‬ ‫الدَّيْ ُن‬



‫‪Agama‬‬ ‫‪Utang‬‬



‫َّ‬ ‫اعةُ‬ ‫الس َ‬ ‫ب‬ ‫الْ َق ِريْ ُ‬



‫‪Jam, saat, hari kiamat‬‬ ‫‪Dekat‬‬



‫الْ ُم َسافُِر‬ ‫الْ ُج ُم َعةُ‬



‫‪Orang yang melakukan safar‬‬ ‫)‪Ibadah jum’at (jum’atan‬‬



‫‪83‬‬



5. Jumlah Syarthiyyah (Kalimat Bersyarat) Yaitu susunan kalimat yang terbentuk dari dua bagian yang saling berkaitan erat. Bagian pertama disebut Jumlatusy Syarth (kalimat syarat), dan bagian ke-dua disebut Jawâbusy Syarth (jawaban syarat).  Ciri-ciri: 1) Memiliki susunan inti: Adâtusy Syarth (perangkat syarat)-Jumlah Syarth (kalimat syarat)-Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat) Barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia



‫َم ْن َج َّد َو َج َد‬



Man : Adâtusy Syarth Jadda : Jumlah Syarth (kalimat syarat) Wajada : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat) Ada kalanya disisipi dengan huruf Fâ` (fâ`ul jawâb) yang artinya maka, atau Lâm (lâmul jawâb) yang artinya niscaya.



‫َصابِ َع‬ َّ ‫إِ َذا تَ َو‬ َ ْ‫ضأ‬ َ ‫ت فَ َخلِّ ْل اْل‬



Apabila kamu berwudhu maka gosoklah sela-sela jemarimu Idzâ Tawadhdha`ta Fa Khallil al-Ashâbi’[a]



: Adâtusy Syarth : Jumlah Syarth (kalimat syarat) : Fâ`ul Jawâb : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)



‫ت البِ ََل ُد‬ ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬



Kalau bukan karena keadilan niscaya negeri-negeri akan rusak Lawlâ : Adâtusy Syarth Al-‘Adl[u] (Mawjûd[un]) : Jumlah Syarth (kalimat syarat) La : Lâmul Jawâb Fasadat al-Bilâd[u] : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)



2) Jumlah Syarth dan Jawâbusy Syarth masing-masing dari keduanya bisa berupa Jumlah Ismiyyah dan bisa berupa Jumlah Fi’liyyah



‫ت البِ ََل ُد‬ ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬



Kalau bukan karena keadilan, niscaya negeri-negeri akan rusak Jumlah Syarth



: Jumlah Ismiyyah. Yaitu: Al-‘Adl[u] Mawjûd[un], dengan Khabar yang disembunyikan. Seakan-akan kalimatnya berbunyi:



‫ت البِ ََل ُد‬ ْ ‫(م ْو ُج ْود) لََف َس َد‬ َ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل‬



Kalau bukan karena keadilan (itu ada), niscaya negeri-negeri akan rusak Jawab Syarth



: Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Fasadat al-Bilâd[u]



84



Barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia Jumlah Syarth



Jawab Syarth



‫َم ْن َج َّد َو َج َد‬



: Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Jadda, dengan Fa’il berupa dhamir pada fi’il yang terhitung: huwa (dia laki-laki), yang itu kembali ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:



‫(ه َو) َو َج َد‬ ُ ‫َم ْن َج َّد‬



: Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Wajada, dengan Fa’il berupa dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: huwa (dia laki-laki), yang itu kembali ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:



)‫(ه َو‬ ُ ‫(ه َو) َو َج َد‬ ُ ‫َم ْن َج َّد‬ ‫َم ْن تَ َشبَّهَ بَِق ْوم فَ ُه َو ِمْن ُه ْم‬



Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka Jumlah Syarth



Jawab Syarth



: Jumlah Fi’liyyah: Tasyabbaha, dengan Fa’il berupa dhamir pada fi’il yang terhitung: huwa (dia laki-laki), yang kembali ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:



‫(ه َو) بَِق ْوم فَ ُه َو ِمْن ُه ْم‬ ُ َ‫َم ْن تَ َشبَّه‬



: Jumlah Ismiyyah: Huwa min-hum, dengan Huwa sebagai Mubtada`, dan min-hum (Syibhul Jumlah) sebagai Khabar-nya.



3) Adâtusy Syarth (perangkat-perangkat syarat) di antaranya adalah apa yang telah dihafal pada Langkah 2 (Isim Syarth). Yaitu:



‫إِ َذا‬ ‫لَ َّما‬ ‫َم ْن‬



Jika ... maka/niscaya ... Ketika … maka/niscaya ... Barang siapa ... maka/niscaya ...



‫أَيْنَ َما‬ ‫ُكلَّ َما‬



Di mana … maka/niscaya ... Setiap kali ... maka/niscaya ...



‫َكْي َف َما‬



Bagaimanapun ... maka/niscaya ...



‫َحْيثُ َما‬



Di manapun … maka/niscaya ...



Dan berikut ini Adâtusy Syarth dari golongan Harf:



‫إِ ْن‬ ‫أ ََّما‬



Jika ... maka/niscaya ... Adapun ... maka/niscaya ...



85



‫لَ ْو‬ ‫لَ ْوََل‬



Kalau … maka/niscaya ... Kalau bukan (karena) … maka/niscaya ...



4) Adâtusy Syarth dari segi ‘amal terbagi menjadi dua: ‘Amil Jazm (beramal men-jazm-kan) dan Ghairu ‘Amil (tidak beramal) 1. ‘Amil Jazm (beramal men-jazm-kan). Yakni ber’amal men-jazm-kan dua Fi’il Mudhari’ (Fi’il Mudhari’ pada Jumlah Syarth dan Fi’il Mudhari’ pada Jawab Syarth). Antara lain adalah:



‫َم ْن‬ ‫َمتَى‬ ‫أَيْنَ َما‬



Barang siapa ... maka/niscaya ... Kapan ... maka/niscaya ... Di/ke manapun ... maka/niscaya ...



‫َكْي َف َما‬



Bagaimanapun ... maka/niscaya ...



‫َحْيثُ َما‬ ‫إِ ْن‬



Di manapun ... maka/niscaya ... Jika ... maka/niscaya ...



Contoh:



‫ص ْد‬ ُ ‫َم ْن يَ ْزَر ْع يَ ْح‬



Barangsiapa menanam, maka ia akan memanen



‫ب‬ ْ ‫ب أَ ْذ َه‬ ْ ‫َمتَى تَ ْذ َه‬



Kapan kamu pergi aku pun pergi



ِ َ‫أَي نَما تَ ْذهب ف‬ ‫اط َمةُ يَُرافِ ْق َها َع ُّم َها‬ ْ َ َْ



Ke manapun Fathimah pergi, pamannya selalu menemaninya



Bagaimana engkau memperlakukanmu



memperlakukan



ِ ‫َكي َفما تُع ِامل‬ ‫ك‬ َ ْ‫ك يُ َع ِامل‬ َ ‫صديْ َق‬ َ ْ َ َ ْ



temanmu,



begitulah



ia



akan



ِ ُ‫صلَ َحة‬ ْ ‫َحْيثُ َما يُطَبَّ ْق َش ْرعُ الله تَتَ َحق‬ ْ ‫َّق ال َم‬



Dimanapun syari’at Allah diterapkan, kemaslahatan akan terealisasi



Jika anda berusaha keras, maka anda akan berhasil



‫إِ ْن تَ ْجتَ ِه ْد تَْن َج ْح‬



Apabila Fi’il Mudhari’ hanya ada satu, yaitu di Jumlah Syarth, maka ia tetap ber-i’rab Jazm. Contoh:



ِ ُ‫َوَم ْن يَتَ َوَّك ْل َعلَى الله فَ ُه َو َح ْسبُه‬ 86



Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia (Allah) menjadi penjamin atas (urusan) nya. Atau Fi’il Mudhari’ ada dua namun yang satu didahului oleh ‘Amil I’rab lain (Nashab). Contoh:



‫ضلِ ْل اللَّهُ فَلَ ْن تَ ِج َد لَهُ َسبِ ًيَل‬ ْ ُ‫َوَم ْن ي‬



Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka niscaya kamu tidak akan menemukan ada jalan untuknya.



2. Ghairu ‘Âmil (tidak ber’amal). Di antaranya yaitu semua Adâtusy Syarth di atas selain yang ber’amal jazm yang telah disebutkan. Jika ... maka/niscaya ... Ketika, manakala ... maka/niscaya ... Setiap kali ... maka/niscaya ...



‫إِ َذا‬ ‫لَ َّما‬ ‫ُكلَّ َما‬ ‫أ ََّما‬



Adapun ... maka/niscaya ... Kalau ... maka/niscaya ... Kalau bukan (karena) ... maka/niscaya ...



‫لَ ْو‬ ‫لَ ْوََل‬



Contoh:



‫إِ َذا تَ َّم الْ َع ْق ُل قَ َّل الْ َك ََل ُم‬



Apabila akal seseorang telah sempurnya, niscaya ia akan sedikit bicara.



ِ ‫اإلنْس‬ ِْ ‫ان فِطْ ِرياً َكا َن‬ ِ ِ ْ‫لَ َّما َكا َن التَّ ْق ِدي‬ ً‫اإلنْ َسا ُن ِم ْن فِطَْرتِِه أَ ْن يَ ْعبُ َد َشْياا‬ َ ْ ‫س في‬ ُ



Tatkala pengkultusan itu bersifat fitri (sifat bawaan) dalam diri manusia, maka sudah menjadi fitrah manusia untuk menyembah sesuatu.



ِ‫ُكلَّما سنَ ْقرأُ الْ ُقرآ َن نَت َف َّوه بِ ِاَلستِعا َذة‬ َْ ُ َ ْ َ َ َ



Setiapkali kita hendak membaca al-Qur`an, kita melafalkan isti’âdzah (bacaan ta’awwudz)



‫ِّث‬ ْ ‫ك فَ َحد‬ َ ِّ‫َوأ ََّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬



Dan adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan



ِ ِ َ ْ‫لَو ساِل‬ ‫ب بِ َك َذا‬ ُ ْ ْ ‫ت ب َك َذا فَأَج‬



Kalau kamu ditanya begini, maka jawablah begini



‫ت البِ ََل ُد‬ ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬



Kalau bukan karena keadilan, niscaya negeri-negeri akan rusak  I’rab 87



1) Adûtusy Syarth (isim/harf) : Mabni 2) Fi’il Syarth a) Jika berupa Fi’il Madhin : Mabni b) Jika berupa Fi’il Mudhari’, dilihat dulu: - Jika Adûtusy Syarth Ghairu ‘Amil : Marfu’ - Jika Adûtusy Syarth ‘Amil Jazm : Majzum 3) Fi’il Jawabusy Syarth a) Jika berupa Fi’il Madhin : Mabni b) Jika berupa Fi’il Mudhari’, dilihat dulu: - Jika Adûtusy Syarth Ghairu ‘Amil : Marfu’ - Jika Adûtusy Syarth ‘Amil Jazm : Majzum c) Jika berupa Fi’il Amar : Mabni  Cara Meng-I’rab Jika anda berusaha keras, niscaya anda akan berhasil - In - Tajtahid[] - Tanjah[]



‫إِ ْن تَ ْجتَ ِه ْد تَْن َج ْح‬



: Mabni sukun, karena ia Harf : Majzûm karena didahului Harf Jazm (In), bertanda Sukun. Fa’il-nya dhamir pada fi’il yang terhitung: anta : Majzûm karena didahului Harf Jazm (In), bertanda Sukun. Fa’il-nya dhamir pada fi’il yang terhitung: anta.



ِ‫ُكلَّما سن ْقرأُ الْ ُقرآ َن نَت َف َّوه بِ ِاَلستِعاذَة‬ َ ْ ُ َ ْ َ ََ َ



Setiapkali kita hendak membaca al-Qur`an, kita melafalkan isti’âdzah (bacaan ta’awwudz) - Kullamâ - Sa - Naqra`[u] - Al-Qur`ân[a] - Natafawwah[u] - Bi - Al-Isti’âdzat[i]



: Mabni fathah, karena ia Isim Syarth : Mabni fathah, karena ia Harf : Marfu’ karena tidak dipengaruhi ‘amil, bertanda Dhammah. Fa’ilnya dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: nahnu : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah. : Marfu’ karena tidak dipengaruhi ‘amil, bertanda Dhammah. Fa’ilnya dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: nahnu : Mabni kasrah, karena ia Harf : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah



‫ت البِ ََل ُد‬ ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬



Kalau bukan karena keadilan, niscaya negeri-negeri akan rusak - Lawlâ - Al-‘Adl[u] - La



: Mabni sukun, karena ia Harf : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Sedangkan Khabar-nya (mawjûd[un]) tersembunyi : Mabni Fathah, karena ia Harf



88



- Fasadat - Al-Bilad[u]



: Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah



ِ ُ‫َوَم ْن يَتَ َوَّك ْل َعلَى الله فَ ُه َو َح ْسبُه‬



Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia (Allah) lah penjamin urusannya. - Wa - Man - Yatawakkal[] - ‘Alâ - Allâh[i] - Fa - Huwa - Hasb[u] - Hu



: Mabni Fathah, karena ia Harf : Mabni Sukun, karena ia Isim Syarth : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm, bertanda Sukun. Fa’il-nya dhamir pada fi’il yang terhitung: Huwa : Mabni Sukun, karena ia Harf : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. : Mabni Fathah, karena ia Harf : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. Di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Mubtada`. : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhaf : Mabni Dhammah karena ia Isim Dhamir, di posisi i’rab Jarr karena sebagai Mudhaf Ilayhi. LATIHAN V



Harokatilah Kalimat-kalimat berikut ini sambil menentukan terjemahannya! Lalu i’rab-lah kata-kata yang bergaris bawah!



Binatang, hewan



Teman Kejujuran Sedikit



Bertanya, meminta Hamba, budak Dekat



ُ ‫البَ َهائِ ُم جمن البَ ِهْي َم ِة‬ ُ ‫الص ِديْ ُق‬ َ ِ ‫الص ْد ُق‬ ‫قَ َّل يَِق ُّل‬ ُ ‫َسأ ََل يَ ْسأ َُل‬ ِ ‫العْب ِد‬ ُ َ‫العب‬ َ ‫اد جمن‬ ‫ب‬ ُ ْ‫ال َق ِري‬



‫ لوَل الشريعة لكان الناس كالبهائم‬.1 ‫ من قل صدقه قل صديقه‬.2



‫ وإذا سألك عبادي عني فإني قريب‬.3



‫ من بنى لله مسجدا بنى الله له بيتا في الجنة‬.4



89



‫بَنَى يَْبنِ ْي ُ‬



‫‪ .5‬لوَل أن الكَلب أمة من اْلمم ْلمرت بقتلها‬ ‫ِ‬ ‫ب جمن الْ َك ْل ِ‬ ‫ب ُ‬ ‫الْك ََل ُ‬ ‫ْاْل َُم ُم جمن ْاْل َُّم ِة‬ ‫أ ََمَر يَأْ ُم ُر‬ ‫ال َقْتلُ‬



‫‪Membangun‬‬



‫‪Anjing‬‬ ‫‪Umat‬‬ ‫‪Menyuruh, memerintah‬‬ ‫‪Hal membunuh, pembunuhan‬‬



‫‪ .6‬من انتهب فليس منا‬



‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ب‪-‬يَْنتَه ُ‬ ‫انْتَ َه َ‬ ‫‪ .7‬إذا استيقظ أحدكم من نومه فَل يدخل يده في اإلناء حتى يغسلها‬ ‫ظ ُ‬ ‫ظ‪-‬يَ ْستَ ْي ِق ُ‬ ‫اِ ْستَ ْي َق َ‬ ‫الن َّْوُم‬ ‫ِ‬ ‫أ َْد َخ َل‪-‬يُ ْدخلُ‬ ‫ا ِإلنَاءُ‬ ‫ِ‬ ‫َغ َس َل‪-‬يَ ْغسلُ‬ ‫‪ .8‬إذا انتعل أحدكم فليبدأ باليمنى وإذا خلع فليبدأ باليسرى‬ ‫اِنْتَ َع َل‪-‬يَْنتَعِ ُل ُ‬ ‫بَ َدأَ‪-‬يَْب َدأُ‬ ‫الْيُ ْمنَى‬ ‫َخلَ َع‪-‬يَ ْخلَ ُع‬ ‫اليُ ْسَرى ِضد الْيُ ْمنَى‬



‫‪ .9‬من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة‬ ‫ك ُ‬ ‫ك‪-‬يَ ْسلُ ُ‬ ‫َسلَ َ‬ ‫الطَّ ِريْ ُق‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫س‬ ‫س‪-‬يَ ْلتَم ُ‬ ‫الْتَ َم َ‬ ‫َس َّه َل‪-‬يُ َس ِّهلُ‬



‫‪90‬‬



‫‪Merampas harta‬‬



‫‪Bangun tidur‬‬ ‫‪Tidur‬‬ ‫‪Memasukkan‬‬ ‫‪Bejana‬‬ ‫‪Mencuci‬‬



‫‪Mengenakan sandal‬‬ ‫‪Memulai‬‬ ‫‪Kanan‬‬ ‫‪Melepas‬‬



‫‪Melewati, menempuh‬‬ ‫‪Jalan‬‬ ‫‪Mencari‬‬ ‫‪Mempermudah‬‬



‫‪ .11‬إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين‬ ‫ج ُ‬ ‫تَ َزَّو َج‪-‬يَتَ َزَّو ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا ْستَ ْك َم َل‪-‬يَ ْستَ ْكملُ‬ ‫ف‬ ‫ِّص ُ‬ ‫الن ْ‬ ‫‪ .11‬لوَل اإلسناد لقال من شاء ما شاء‬



‫اد ُ‬ ‫ا ِإل ْسنَ ُ‬ ‫َشاءَ‪-‬يَ َشاءُ‬



‫‪ .12‬من كان يؤمن بالله واليوم اْلخر فليكرم جاره‬ ‫أَ ْكَرَم‪-‬يُ ْك ِرُم ُ‬ ‫الْ َج ُار‬ ‫‪ .13‬حيثما مررت بقبر كافر فبشره بالنار‬



‫‪ .14‬من َل يشكر الناس َل يشكر الله‬ ‫‪ .15‬من َل يرحم الناس َل يرحمه الله‬



‫َمَّر‪-‬يَ ُمُّر ُ‬ ‫الْ َقْب ُر‬ ‫بشَّر‪-‬ي بشِّر بِ‬ ‫َ َ َُ ُ‬ ‫َش َكَر‪-‬يَ ْش ُك ُر ُ‬



‫َرِح َم‪-‬يَ ْر َح ُم ُ‬ ‫‪ .16‬من عمل عمَل ليس عليه أمرنا فهو رد‬ ‫ْاْل َْم ُر ُ‬ ‫الرُّد‬ ‫َّ‬ ‫‪ .17‬من َل يرحم َل يرحم ومن َل يغفر َل يغفر له‬ ‫َرِح َم‪-‬يَ ْر َح ُم ُ‬ ‫ُرِح َم‪-‬يُْر َح ُم‬ ‫َغ َفَر‪-‬يَ ْغ ِف ُر‬ ‫‪91‬‬



‫‪Menikah‬‬ ‫‪menyempurnakan‬‬ ‫‪Setengah, separuh‬‬



‫‪Sanad hadits‬‬ ‫‪Menghendaki‬‬



‫‪Menghormati‬‬ ‫‪Tetangga‬‬



‫‪Melewati, melintasi‬‬ ‫‪Kuburan, makam‬‬ ‫‪Memberi kabar gembira‬‬



‫‪Bersyukur/berterimakasih kepada‬‬



‫‪Menyayangi‬‬



‫‪Perintah, perkara, urusan‬‬ ‫‪Penolakan, tertolak‬‬



‫‪Menyayangi‬‬ ‫‪Disayangi‬‬ ‫‪Mengampuni‬‬



‫غُ ِفَر‪-‬يُ ْغ َف ُر‬ ‫‪ .18‬من لم يرحم صغيرنا ويعرف حق كبيرنا فليس منا‬ ‫الصغِْي ُر ُ‬ ‫َّ‬ ‫ف‬ ‫ف‪-‬يَ ْع ِر ُ‬ ‫َعَر َ‬ ‫الْ َكبِْي ُر‬



‫‪ .19‬من لقي الله َل يشرك به شياا دخل الجنة‬ ‫لَِق َي‪-‬يَ ْل َقى ُ‬ ‫أَ ْشرَك‪-‬ي ْش ِرُك بِ‬ ‫َ ُ‬



‫‪ .21‬من لعب بالنرد فقد عصى الله ورسوله‬ ‫ِ‬ ‫ب ُ‬ ‫ب‪-‬يَ ْل َع ُ‬ ‫لَع َ‬ ‫الن َّْرُد‬ ‫عصى‪-‬ي ع ِ‬ ‫ص ْي‬ ‫َ َ َْ‬ ‫‪ .21‬من لبس الحرير في الدنيا لم يلبسه في اْلخرة‬ ‫ِ‬ ‫س ُ‬ ‫س‪-‬يَ ْلبَ ُ‬ ‫لَب َ‬ ‫الْ َح ِريْ ُر‬



‫‪ .22‬من غسل الميت فليغتسل ومن حمله فليتوضأ‬ ‫َغ َّس َل‪-‬يُغَ ِّسلُ ُ‬ ‫اِ ْغتَ َس َل‪-‬يَ ْغتَ ِس ُل‬ ‫ِ‬ ‫َح َم َل‪-‬يَ ْحملُ‬



‫‪‬‬



‫‪92‬‬



‫‪Diampuni‬‬



‫‪Kecil, anak kecil‬‬ ‫‪Tahu, mengetahui‬‬ ‫‪Besar, orang yang sudah tua‬‬



‫‪Berjumpa‬‬ ‫‪Menyekutukan‬‬



‫‪Bermain‬‬ ‫‪Dadu‬‬ ‫‪Bermaksiat, durhaka terhadap‬‬



‫‪Memakai pakaian‬‬ ‫‪Kain sutra‬‬



‫‪Memandikan‬‬ ‫‪Mandi, mandi besar‬‬ ‫‪Membawa, mengusung‬‬



Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i –rahimahullâh– ِ ِ ‫ ِْلَنَّهُ اللِّ َسا ُن‬، ‫َحد يَ ْق ِد ُر َعلَى تَ َعلُّ ِم الْ َعَربِيَّ ِة أَ ْن يَتَ َعلَّ َم َها‬ َ ‫‹ يَْنبَغي ل ُك ِّل أ‬ › ... ‫ْاْل َْولَى بِأَ ْن يَ ُك ْو َن َمْرغُ ْوبًا فِْي ِه‬ “Sepatutnya bagi siapa saja yang mampu belajar Bahasa Arab agar mempelajarinya, karena Bahasa Arab merupakan bahasa yang utama untuk dicintai ...”8



8



Ibnu Taimiyyah al-Hambali, Iqtidhâ` al-Shirâth al-Mustaqîm, juz 1 hlm. 521



93



LANGKAH 4 Memahami Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Isim dan I’rab Fi’il



Target:  Mengetahui kapan saja Isim dan Fi’il ber-I’rab Rafa’  Mengetahui kapan saja Isim dan Fi’il ber-I’rab Nashab  Mengetahui kapan saja Isim ber-I’rab Jarr  Mengetahui kapan saja Fi’il ber-I’rab Jazm Indikator:  Mampu mengharokati akhiran kata-kata Isim Mu’rab yang menempati posisi i’rab Rafa’, Nashab, dan Jarr; serta mampu meng-i’rab-nya  Mampu mengharokati akhiran kata-kata Fi’il Mu’rab yang menempati posisi i’rab Rafa’, Nashab, Jazm; serta mampu meng-i’rab-nya  Mampu mengartikan kata-kata Isim dan Fi’il dalam berbagai i’rab-nya pada kalimat



94



A. Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Isim Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa I’rab Isim itu hanya tiga saja, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jarr. Nah, materi berikut ini adalah rincian hal apa saja yang mempengaruhi tiga i’rab Isim tersebut. Yakni hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab Rafa’, hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab Nashab, dan hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab Jarr? Berikut rinciannya. 1. Penyebab Isim Ber-I’rab Rafa’ Isim ber-I’rab Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah, manakala menempati posisi sebagai: Mubtada`, Khabarul Mubtada`, Isim Kâna beserta kerabatnya, Khabar Inna besarta kerabatnya, Fâ’il, dan Nâ`ibul Fâ’il. a. Posisi sebagai Mubtada` Sebagaimana telah dibahas di langkah sebelumnya, Mubtada` merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.  Contoh dan cara meng-i’rabnya



Islam itu agama kebenaran Al-Islâm[u]



‫ا ِإل ْس ََل ُم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬



: Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah



b. Posisi sebagai Khabarul Mubtada` Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, Khabarul Mubtada` juga merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.  Contoh dan cara meng-i’rabnya



Islam itu agama kebenaran Dîn[u]



‫ا ِإل ْس ََل ُم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬



: Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah



c. Posisi sebagai Isim Kâna beserta kerabatnya Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Isim Kâna beserta kerabatnya merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.  Contoh dan cara meng-i’rabnya



Islam adalah agama kebenaran Al-Islâm[u]



ِْ ‫َكا َن‬ ‫اإل ْس ََل ُم ِديْ َن الْ َح ِّق‬



: Marfu’ karena sebagai Isim Kâna, bertanda Dhammah



d. Posisi sebagai Khabar Inna beserta kerabatnya Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Khabar Inna beserta kerabatnya merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.



95



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



ِْ ‫إِ َّن‬ ‫اإل ْس ََل َم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬



Sungguh Islam adalah agama kebenaran Dîn[u]



: Marfu’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda Dhammah



e. Posisi sebagai Fâ’il Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Fâ’il merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.  Contoh dan cara meng-i’rabnya



‫قَ َام َزيْد‬



Zaid telah berdiri Zayd[un]



: Marfu’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah



f. Posisi sebagai Nâ`ibul Fâ’il Sebagaimana juga telah disinggung di langkah sebelumnya, bahwa Nâ`ibul Fâ’il merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.  Contoh dan cara meng-i’rabnya



ِ ‫اب‬ ُ َ‫فُت َح الْب‬



Pintu itu telah dibuka Al-Bâb[u]



: Marfu’ karena sebagai Nâ`ibul Fâ’il, bertanda Dhammah



2. Penyebab Isim Ber-I’rab Nashab Isim ber-I’rab Nashab dengan tanda dasar Fathah, manakala menempati posisi sebagai: Khabar Kâna beserta kerabatnya, Isim Inna besarta kerabatnya, Mafâ’îl (Maf’ûl Bihi, Maf’ûl Fîhi, Maf’ûl Li-Ajlihi, dan Maf’ûl Mutlaq), Hal, Tamyiz, dan Munada. a. Posisi sebagai Khabar Kâna beserta kerabatnya Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Khabar Kâna beserta kerabatnya merupakan posisi i’rab Nashab, dengan tanda dasar Fathah.  Contoh dan cara meng-i’rabnya



Islam adalah agama kebenaran Dîn[a]



ِْ ‫َكا َن‬ ‫اإل ْس ََل ُم ِديْ َن الْ َح ِّق‬



: Manshub karena sebagai Khabar Kâna, bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf



b. Posisi sebagai Isim Inna beserta kerabatnya Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Isim Inna beserta kerabatnya merupakan posisi i’rab Nashab, dengan tanda dasar Fathah.



96



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



ِْ ‫إِ َّن‬ ‫اإل ْس ََل َم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬



Sungguh Islam adalah agama kebenaran Al-Islâm[a]



: Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah



c. Posisi sebagai Mafâ’îl Mafâ’îl adalah bentuk jamak dari Maf’ûl, yaitu Isim yang ber-i’rab Nashab disebabkan oleh pengaruh Fi’il yang datang sebelumnya. Ia memiliki beberapa macam, diantara yang terpenting adalah: Maf’ûl Bihi, Maf’ûl Fîhi (Zharf), Maf’ûl li-Ajlih, dan Maf’ûl Muthlaq. Berikut rinciannya. 1) Maf’ûl Bihi  Ciri-ciri



: Isim yang berarti Objek bagi fi’il yang datang sebelumnya.



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



ِ ‫س‬ َ ‫فَه َم َزيْد الد َّْر‬



Zaid telah memahami pelajaran Al-Dars[a]



: Manshub karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah



Catatan: Di antara Fi’il ada yang memerlukan lebih dari satu Maf’ul. Contohnya dalam kalimat:



Murid itu mengira pelajarannya gampang



ِ ً‫س َس ْهَل‬ ُ ‫ظَ َّن الطَّال‬ َ ‫ب الد َّْر‬



Al-Dars[a]



: Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi 1, bertanda Fathah



Sahl[an]



: Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi 2, bertanda Fathah



Di antara fi’il yang memiliki lebih dari satu maf’ûl bihi adalah:



ِ ‫ب‬ َ ‫َحس‬ ‫َج َع َل‬ ِ ‫َّخ َذ‬ َ ‫ات‬ ‫أ َْعطَى‬ ‫َسأ ََل‬



Mengira Menjadikan Menjadikan Memberi Meminta, bertanya 2) Maf’ûl Fîhi (Zharf)  Ciri-ciri



: Isim yang berarti Keterangan Tempat atau Keterangan Waktu bagi fi’il yang datang sebelumnya.



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



97



‫ظَ َهَر الْ َق َم ُر لَْي ًَل‬



Rembulan itu tampak pada waktu malam Layl[an]



: Manshub karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah



Zaid duduk di tengah lapangan Wasath[a]



‫ط الْ َمْي َد ِان‬ َ ‫قَ َع َد َزيْد َو َس‬



: Manshub karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf



3) Maf’ûl li-Ajlih  Ciri-ciri dan ketentuan  Isim yang berarti Alasan yang melatar-belakangi fi’il sebelumnya  Berupa Mashdar (bentuk Isim) dari fi’il-fi’il yang artinya berupa



aktifitas hati (af’âlul qulûb).



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



Zaid melakukan perjalanan demi menuntut ilmu Thalab[an]



‫َسافَ َر َزيْد طَلَبًا لِْلعِْل ِم‬



: Manshub karena sebagai Maf’ûl li-Ajlih, bertanda Fathah



ِ ِ ‫من صام رمضا َن إِيمانًا و‬ ‫َّم ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ْ َ َ ْ َ ََ َ َ ْ َ َ ‫احت َسابًا غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬



Barang siapa berpuasa Ramadhan karena keimanan dan berharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu Îmân[an]



: Manshub karena sebagai Maf’ûl li-Ajlih, bertanda Fathah



4) Maf’ûl Muthlaq  Ciri-ciri  Isim yang berarti salah satu dari tiga: penegasan, menerangkan



bentuk, dan menerangkan frekuensi; bagi fi’il yang datang sebelumnya.



 Umumnya berupa Mashdar dari fi’il yang datang sebelumnya.



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



Aku benar-benar beriman Îmân[an]



ً‫ت إِيْ َمانا‬ ُ ‫َآمْن‬



: Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah



Kucing itu melompat layaknya lompatan singa 98



ُّ ‫ب الْ ِق‬ ‫َس ِد‬ َ ‫ط ُوثُ ْو‬ َ ‫ب ْاْل‬ َ َ‫َوث‬



Wutsûb[a]



: Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf



‫ت أَ ْكلَةً فِي الْيَ ْوِم‬ ُ ْ‫أَ َكل‬



Aku makan sekali dalam sehari Aklat[an]



: Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah



d. Sebagai Hâl Hâl artinya keadaan. Maksudnya di sini adalah isim dengan i’rab Nashab yang menerangkan keadaan, dengan tanda dasar Fathah.  Ciri-ciri  Menerangkan keadaan Fâ’il atau keadaan Maf’ûl Bihi terkait Fi’il



yang ada dalam suatu kalimat. Pada umumnya diartikan: Sambil, Sedang, atau Dengan. Contoh Hâl menerangkan keadaan Fâ’il:



‫ب َجالِ ًسا‬ ُ ‫أَ ْشَر‬



Aku minum (sambil) duduk Contoh Hâl menerangkan keadaan Maf’ûl Bihi:



‫ك َجالِ ًسا‬ َ ُ‫نَظَْرت‬



Aku melihatmu (sedang) duduk



 Umumnya berupa isim nakirah dengan pola Isim Fâ’il atau Isim Maf’ûl.



Di antaranya yaitu: Pola Isim Maf’ul



‫َم ْفعُ ْول‬



Pola Isim Fa’il



ِ َ‫ف‬ ‫اعل‬



ِ ‫م َف‬ ‫ ُم ْفعِل‬، ‫ ُم َف ِّعل‬، ‫اعل‬ ُ ِ ِ ِ ‫ ُمْن َف َعل‬، ‫ ُم ْفتَ َعل‬، ‫ ُمتَ َفعَّل‬، ‫اعل‬ َ ‫ ُمْن َفعل ُمتَ َف‬، ‫ ُم ْفتَعل‬، ‫ ُمتَ َف ِّعل‬، ‫ُمتَ َفاعل‬ ‫ُم ْستَ ْف َعل‬ ‫ُم ْستَ ْفعِل‬ ‫ ُم ْف َعل‬، ‫ ُم َف َّعل‬، ‫اعل‬ َ ‫ُم َف‬



 Hâl bisa berupa Jumlah dan Syibhul Jumlah.



Contoh Hâl berupa Jumlah:



Aku melihat Zaid (sedang) kakinya terluka



Aku melihat Zaid (sedang) membaca al-Qur`an Contoh Hâl berupa Syibhul Jumlah:



99



‫ت َزيْ ًدا قَ َد ُمهُ َم ْج ُرْوح‬ ُ ‫نَظَْر‬ ‫ت َزيْ ًدا يَ ْقَرأُ الْ ُق ْرآ َن‬ ُ ‫نَظَْر‬



‫ت َزيْ ًدا فِي الْ َم ْس ِج ِد‬ ُ ‫نَظَْر‬



Aku melihat Zaid (sedang) di masjid



Aku melihat Zaid (sedang) di depan masjid



‫ت َزيْ ًدا أ ََم َام الْ َم ْس ِج ِد‬ ُ ‫نَظَْر‬



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



Zaid datang (dalam keadaan) mengendarai mobil Râkib[an]



ِ ِ‫السيَّارة‬ َ َّ ‫َجاءَ َزيْد َراكباً َعلَى‬



: Manshub karena sebagai Hâl, bertanda Fathah



Zaid datang (dalam keadaan) mengendarai mobil



‫السيَّ َارَة‬ َّ ‫ب‬ ُ ‫َجاءَ َزيْد يَ ْرَك‬



Jumlah Yarkab[u] ... dst. di posisi i’rab Nashab karena sebagai Hâl e. Sebagai Tamyîz Tamyîz artinya hal mengistimewakan atau membedakan. Maksudnya di sini adalah isim ber-i’rab Nashab yang menerangkan hal spesifik atau pembeda dari Isim atau Ungkapan sebelumnya yang masih umum atau global, dengan memiliki tanda dasar Fathah.  Ciri-ciri  Menerangkan hal spesifik atau pembeda dari isim tertentu yang



datang sebelumnya. Contoh:



Aku meminum segelas (spesifiknya) air



ُ ْ‫َش ِرب‬ ً‫ت ُك ْوباً َماء‬



Penyebutan air (mâ`[an]) adalah sebagai penjelas bagi kata segelas (kûb[an]) yang masih umum, atau sebagai pembeda dari zat cair lainnya, seperti susu, madu, minyak, dll.  Menerangkan spesifikasi hal tertentu yang dibicarakan sebelumnya.



Contoh:



ِ ‫ُزَهْي ر أَ ْكب ر الطََُّّل‬ ‫ب ِج ْس ًما َو َعلِي أَ ْكثَ ُرُه ْم ِع ْل ًما‬ َُ



Zuhair adalah yang paling besar (spesifiknya) badannya di antara muridmurid, sedangkan Ali adalah yang paling banyak di antara mereka (spesifiknya) ilmunya.



Penyebutan badan (jism[an]) adalah sebagai penjelas bagi ungkapan sebelumnya yang masih umum “Zuhair adalah paling besar di antara murid-murid”, yang belum jelas apanya?. Boleh jadi dia paling besar tasnya, kepalanya, matanya, dll. 100



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



ُ ْ‫َش ِرب‬ ً‫ت ُك ْوباً َماء‬



Aku meminum segelas air Mâ`[an]



: Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah



ِ ‫ُزَهْي ر أَ ْكب ر الطََُّّل‬ ‫ب ِج ْس ًما َو َعلِي أَ ْكثَ ُرُه ْم ِع ْل ًما‬ َُ



Zuhair adalah yang paling besar (spesifiknya) badannya di antara muridmurid, sedangkan Ali adalah yang paling banyak di antara mereka (spesifiknya) ilmunya. Jism[an]



: Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah



‘Ilm[an]



: Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah



f. Ketika didahului Harf Lâ al-Nâfiyah lil-Jins Lâ al-Nâfiyah lil-Jins adalah Harf Lâ ( ‫ ) َل‬yang berfaidah menafikan jenis isim yang datang setelahnya, yang disebut dengan Isim Lâ al-Nâfiyah lil-Jins, dengan ketentuan isim tersebut ber-i’rab Nashab dengan tanda dasar Fathah.  Ciri-ciri dan ketentuan Saat ada Harf Lâ ( ‫ ) َل‬yang disusul dengan Isim Nakirah (tidak ber alif- lam)



Tiada kuasa dan kekuatan kecuali dari Allah



ِ ِ‫ََل حوَل وََل قُ َّوةَ إََِّل ب‬ ‫الله‬ َ َْ



 Contoh dan cara meng-i’rabnya



Tiada kemuliaan kecuali dengan Islam ‘Izzat[a]



ِْ ِ‫ََل ِعَّزةَ إََِّل ب‬ ‫اإل ْس ََلِم‬



: Manshub karena isim lâ al-nâfiyah lil-jins, bertanda Fathah



g. Sebagai Munâdâ Munâdâ artinya secara bahasa adalah: orang yang dipanggil. Yang dimaksud di sini adalah Isim yang datang setelah Harf Nidâ`, yaitu harf yang fungsinya untuk memanggil. Harf Nidâ` sendiri adalah:



‫َي‬ ْ ‫ أ‬، َ‫ أ‬، ‫يَا‬



Hai, wahai



Isim yang datang setelah salah satu dari harf nida` ini disebut Munâdâ. Contoh:



‫يَا َزيْ ُد‬



Wahai/Hai Zaid Yâ



: Harf Nidâ`



101



Zaid[u]



: Munâdâ



Dan Munâdâ akan ber-i’rab Nashab saat berupa: Munâdâ sekaligus Mudhâf; dan berupa: Munâdâ Nakirah Ghairu Maqshûdah. 1) Munâdâ sekaligus Mudhâf  Ciri-ciri



: Munâdâ merangkap sebagai Mudhâf



ِ ‫يا رسوَل‬ ‫الله‬ ُْ َ َ



Wahai Rasulullah, …



Wahai umat Islam, bangkitlah



ِْ َ‫يَا أ َُّمة‬ ‫ضوا‬ ُ ‫اإل ْس ََلِم انْ َه‬



 Contoh dan cara meng-i’rabnya:



ِ ‫يا رسوَل‬ ‫الله‬ ُْ َ َ



Wahai Rasulullah, … Rasûl[a]



: Manshub karena sebagai Munâdâ sekaligus Mudhâf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhaf.



2) Nakirah Ghairu Maqshûdah  Ciri-ciri



: Munâdâ tidak terfokus atau tertuju pada satu individu tertentu



Wahai murid (siapapun itu), bersungguh-sungguhlah



‫يَا طَالِباً اِ ْجتَ ِه ْد‬



 Contoh dan cara meng-i’rabnya:



Wahai murid (siapapun itu), bersungguh-sungguhlah Thâlib[an]



‫يَا طَالِباً اِ ْجتَ ِه ْد‬



: Manshub karena sebagai Munâdâ Nakirah Ghairu Maqshûdah, bertanda Fathah



Catatan: Munâdâ selain dua macam di atas dihukumi Mabni Dhammah dalam bentuk Nakirah tanpa Tanwin, diposisi I’rab Nashab karena sebagai Munâdâ. Contoh: Wahai Dzat yang mahahidup dan mahaterjaga



‫يَا َح ُّي يَا قَيُّ ْوُم‬



Cara meng-i’rabnya: Hayy[u]



: Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab Nashab karena sebagai Munâdâ.



102



Qayyûm[u]



: Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab Nashab karena sebagai Munâdâ.



‫َّاس‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬



Wahai sekalian manusia Ayy[u]hâ



: Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab Nashab karena sebagai Munâdâ. Adapun hâ adalah huruf tambahan.



Al-Nâs[u]



: Marfu’ karena sebagai badal bagi Ayyu (mengikuti bentuk fisik harakatnya saja), bertanda Dhammah.



h. Mustatsnâ bi-Illâ Mustatsnâ bi-Illâ artinya isim yang terkecualikan dengan menggunakan Harf Istitsnâ` Illâ dan datang setelahnya, dengan arti yang berkebalikan dari ungkapan sebelum lafazh Illâ.  Ciri-ciri  Terdiri dari Mustatsnâ Minhu (yang terkecualikan darinya), Harf



Istitsnâ` Illâ (harf pengecualian Illâ), dan Mustatsnâ (yang terkecualikan)



Para murid telah hadir kecuali Zaid Al-Thullâb[u]



: Mustatsnâ Minhu



Illâ



: Harf Istitsnâ`



Zaid[an]



: Mustatsnâ



‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬ َ ‫َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬



 Rangkaian bisa berupa kalimat positif (tidak berawalan huruf nafi).



Para murid telah hadir kecuali Zaid



‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬ َ ‫َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬



 Contoh dan cara meng-i’rabnya Illâ



: Mabni Sukun, karena ia Harf



Zaid[an]



: Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah



Catatan:  Jika berupa kalimat negatif (didahului harf nafi), maka dengan memperhitungkan ada-tidaknya Mustatsnâ Minhu atau sempurna atau tidaknya kalimat sebelum Illâ. Jika ada, maka bisa dengan dua cara:  Ber-i’rab Nashab



‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬ َ ‫َما َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬ 103



Para murid tidak hadir kecuali Zaid Zaid[an]



: Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah



 Ber-i’rab mengikuti i’rab Mustatsnâ Minhu dengan status sebagai Badal



Para murid tidak hadir kecuali Zaid Zaid[un]



: Marfu’ karena sebagai Badal dari al-Thullâb[u], bertanda Dhammah



Aku tidak ingat para murid kecuali Zaid Zaid[an]



‫ب إََِّل َزيْد‬ َ ‫َما َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬ ‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬ ُ ‫َما ذَ َك ْر‬ َ ‫ت الطََُّّل‬



: Manshub karena sebagai Badal dari al-Thullâb[a], bertanda Fathah



Jika tidak ada, maka Mustatsnâ ber-i’rab sebagaimana saat harf nafi dan Harf Istitsnâ` tidak ada.



Tidak ada yang hadir kecuali Zaid



‫ضَر إََِّل َزيْد‬ َ ‫َما َح‬



Seolah-olah kita mengharokati:



Illâ



: Mabni sukun, karena ia harf



Zaid[un]



: Marfu’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah



Aku tidak ingat kecuali Zaid



‫ضَر َزيْد‬ َ ‫َح‬ ‫ت إََِّل َزيْ ًدا‬ ُ ‫َما ذَ َك ْر‬



Seolah-olah kita mengharokati:



Zaid[an]



: Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah



ً‫ت َزيْدا‬ ُ ‫ذَ َك ْر‬



Yaitu dengan mengabaikan keberadaan harf nafi dan harf istitsna`. Kesimpulan: a. Jika kalimatnya positif, maka mustatsna ber-I’rab nashab, sebagai mustatsna b. Jika kaliamtnya negatif, maka dilihat apakah menyebutkan mustatsna minhu: 1. Jika menyebutkan, maka boleh dua kemungkinan: 1) ber-I’rab nashab, sebagai mustatsna 2) ber-I’rab mengikuti I’rab mustatsna minhu, sebagai badal 2. Jika tidak menyebutkan, maka ber-I’rab menurut tuntutan kalimat dengan mengabaikan keberadaan harf nafi dan harf istitsna`.



104



Jika Istitsnâ` menggunakan lafazh Ghayr (‫ )غير‬dan Siwâ (‫)سوى‬, maka status Mustatsnâ berpindah kepada lafazh Ghayr dan Siwâ, dan keduanya sekaligus sebagai Mudhaf bagi lafazh yang tadinya berstatus sebagai Mustatsnâ. Sedangkan i’rab-nya sama seperti ketentuan isim Mustatsnâ dengan illâ pada penjelasan di atas. Yaitu jika berupa kalimat positif, maka berbunyi: Para murid hadir kecuali Zaid



‫ب َغْي َر َزيْد‬ َ ‫َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬



Ghayr[a]



: Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf



Zaid[in]



: Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah



Para murid hadir kecuali Zaid



‫ب ِس َوى َزيْد‬ َ ‫َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬



Siwâ



: Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah Muqaddarah. Dan ia adalah Mudhaf



Zaid[in]



: Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah



Jika berupa kalimat negatif (didahului harf nafi), maka dengan memperhitungkan keberadaan Mustatsnâ Minhu. Jika ada, maka ada dua cara:  Ber-i’rab Nashab



Para murid tidak hadir kecuali Zaid Ghayr[a]



‫ب َغْي َر َزيْد‬ َ ‫َما َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬



: Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf



 Ber-i’rab mengikuti i’rab Mustatsnâ Minhu sebagai Badal



Para murid tidak hadir kecuali Zaid Ghayr[u]



: Marfu’ karena sebagai Badal dari al-Thullâb[u], bertanda Dhammah



Aku tidak ingat para murid kecuali Zaid Ghayr[a]



‫ب َغْي ُر َزيْد‬ َ ‫َما َح‬ ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬ ‫ب َغْي َر َزيْد‬ ُ ‫َما ذَ َك ْر‬ َ ‫ت الطََُّّل‬



: Manshub karena sebagai Badal dari al-Thullâb[a], bertanda Fathah



Jika tidak ada, maka Mustatsnâ ber-i’rab sesuai kedudukannya di dalam kalimat.



Tidak ada yang hadir kecuali Zaid 105



‫ضَر َغْي ُر َزيْد‬ َ ‫َما َح‬



Ghayr[u]



: Marfu’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah



‫ت َغْي َر َزيْد‬ ُ ‫َما ذَ َك ْر‬



Aku tidak ingat kecuali Zaid Ghayr[a]



: Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah



Adapun mustatsna pada kalimat istitsnâ` semisal kalimat tauhid:



‫ََل إِلَهَ إََِّل الله‬



Tiada ilah kecuali Allah



Maka cara mudah untuk menentukannya adalah dengan menghilangkan harf nafi dan harf istitsna`, menjadi:



ُ‫اإللهُ الله‬



Ilah itu adalah Allah



‫اللهُ إله‬



Allah adalah Ilah



Dijumpai bahwa Allah ber-I’rab rafa’ sebagai Khabarul Mubtada` atau sebagai Mubtada`. Maka demikian pula lah I’rab lafazh Allah pada kalmat tauhid di atas. Sehingga dibaca:



ُ‫ََل إِلَهَ إََِّل الله‬



3. Penyebab Isim Ber-I’rab Jarr Isim ber-I’rab Jarr dengan tanda dasar Kasrah manakala mengalami dua kondisi saja, dan semuanya telah dibahas. Yaitu: Saat didahului Harf Jarr, dan Saat berposisi sebagai Mudhaf Ilayhi. a. Saat didahului Harf Jarr Yaitu saat isim di dahului Harf Jarr dalam susunan Jarr wa Majrur. Contoh:



ِ ِ ‫اإليم‬ ‫ان‬ َ ْ ِْ ‫الْ َحيَاءُ م َن‬



Rasa malu adalah sebagian dari Iman Al-Îmân[i]



: Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.



Harf Jarr yang perlu diketahui di awal adalah yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:



‫ ِم ْن‬، ِ‫ ل‬، ‫ َك‬، ِ‫ ب‬، ‫ فِي‬، ‫ َعلَى‬، ‫ َع ْن‬، ‫إِلَى‬



Ditambah sejumlah huruf Jarr lainnya:



‫ب‬ َّ ‫ُر‬ ‫ُمْن ُذ‬ ‫َحتَّى‬



Berapa banyak Sejak Sampai



106



Ditambah huruf qasam (untuk bersumpah):



‫َو‬ ِ‫ب‬ َ‫ت‬



Demi



b. Saat berposisi sebagai Mudhaf Ilayhi Yaitu saat isim berkedudukan sebagai Mudhaf Ilayhi pada susunan Idhafi. Contoh:



ِ ‫َخْي ُر الن‬ ‫َح َسنُ ُه ْم ُخلُ ًقا‬ ْ ‫َّاس أ‬



Sebaik-baik manusia adalah yang paling bagus di antara mereka akhlaknya Al-Nâs[i]



: Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah.



Terkait ciri-ciri dan contoh lain dalam meng-i’rab lihat kembali Langkah 3, bag. susunan nonkalimat. 4. Penyebab Isim Ber-I’rab Mengikuti I’rab Isim Sebelumnya I’rab suatu isim mengikuti i’rab isim sebelumnya antara Rafa’, Nashab, dan Jarr terjadi pada empat kondisi, yang kesemuanya telah dibahas sebelumnya. Yaitu saat berposisi sebagai: Shifat, Ma’thuf, Badal, dan Mu`akkid. Berikut contoh-contohnya: a. Shifat  Ber-i’rab Rafa’



Murid yang rajin itu telah datang Al-Nasyîth[u]



ِ ‫جاء الطَالِب الن‬ ‫ط‬ ُ ‫َّشْي‬ ُ ََ



: Marfu’ karena sebagai Shifat bagi al-Thâlib[u], bertanda Dhammah



 Ber-i’rab Nashab



Aku melihat murid yang rajin itu Al-Nasyîth[a]



ِ ‫رأَيت الطَّالِب الن‬ ‫ط‬ َ ‫َّشْي‬ ُ َْ َ



: Manshub karena sebagai Shifat bagi al-Thâlib[a], bertanda Fathah



 Ber-i’rab Jarr



Aku berjalan melewati murid yang rajin itu Al-Nasyîth[i]



ِ ‫ب الن‬ ِ ِ‫ت بِالطَّال‬ ‫َّشْي ِط‬ ُ ‫َمَرْر‬



: Majrur karena sebagai Shifat bagi al-Thâlib[i], bertanda Kasrah



b. Ma’thuf  Ber-i’rab Rafa’



ِِ ُ‫ُستَاذُ َوت ْلمْي ُذه‬ ْ ‫َجاءَ ْاْل‬ 107



Telah datang seorang ustadz dan muridnya Tilmîdz[u]



: Marfu’ karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[u], bertanda Dhammah



 Ber-i’rab Nashab



Aku melihat seorang ustadz dan muridnya Tilmîdz[a]



ِِ ُ ْ‫َرأَي‬ ُ‫ُستَا َذ َوت ْلمْي َذه‬ ْ ‫ت ْاْل‬



: Manshub karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[a], bertanda Fathah



 Ber-i’rab Jarr



Aku berjalan melewati seorang ustadz dan muridnya Tilmîdz[i]



ِ‫مررت بِ ْاْلُست ِاذ وتِْل ِمي ِذه‬ ْ َ َ ْ ُ ََْ



: Majrur karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[i], bertanda Kasrah



c. Badal  Ber-i’rab Rafa’



Zaid putera Zuhair itu telah datang Walad[u]



‫َجاءَ َزيْد َولَ ُد ُزَهْير‬



: Marfu’ karena sebagai Badal bagi Zaid[un], bertanda Dhammah. Dan ia adalah Mudhaf.



 Ber-i’rab Nashab



Aku melihat Zaid putera Zuhair Walad[a]



‫ت َزيْ ًدا َولَ َد ُزَهْير‬ ُ ْ‫َرأَي‬



: Manshub karena sebagai Badal bagi Zaid[an], bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf.



 Ber-i’rab Jarr



Aku berjalan melewati Zaid putera Zuhair Walad[i]



‫ت بَِزيْد َولَ ِد ُزَهْير‬ ُ ‫َمَرْر‬



: Majrur karena sebagai Badal bagi Zaid[in], bertanda Kasrah. Dan ia adalah Mudhaf.



d. Mu`akkid  Ber-i’rab Rafa’



Para murid telah datang seluruhnya



108



‫ب ُكلُّ ُه ْم‬ ُ ‫َجاءَ الطََُّّل‬



Kull[u]



: Marfu’ karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[u], bertanda Dhammah. Dan ia adalah Mudhaf.



 Ber-i’rab Nashab



‫ب ُكلَّ ُه ْم‬ ُ ْ‫َرأَي‬ َ ‫ت الطََُّّل‬



Aku melihat para murid seluruhnya Kull[a]



: Manshub karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[a], bertanda Fathah. Dan ia adalah Mudhaf.



 Ber-i’rab Jarr



Aku berjalan melewati para murid seluruhnya Kull[i]



ِ ‫ت بِالطََُّّل‬ ‫ب ُكلِّ ِه ْم‬ ُ ‫َمَرْر‬



: Majrur karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[i], bertanda Kasrah. Dan ia adalah Mudhaf.



Terkait ciri-ciri dan contoh lain dalam meng-i’rab lihat Langkah 3, bagian susunan nonkalimat. LATIHAN VI 1. Terjemahkan dan harakati kalimat-kalimat di bawah ini. Kemudian terangkan i’rab setiap kata yang bergaris bawah!



‫نَ َّمام‬



Orang yang suka mengadu domba



Penarik pajak



Akhlak Lebih/paling bagus Lebih/paling bermanfaat



Mati Kematian, bentuk kematian



ِ ‫صاحب الْ َم ْكس‬



‫ َل يدخل الجنة نمام‬.1 ‫ إن صاحب المكس في النار‬.2



‫ خير الناس أحسنهم خلقا وأنفعهم للناس‬.3 ‫َخ ََل ُق‬ ْ ‫الخلُ ُق ج ْاْل‬ ُ ‫َح َس ُن‬ ْ‫أ‬ ‫أَنْ َف ُع‬ ‫ ومن مات وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية‬.4 ‫ت‬ ُ ‫يَ ُم ْو‬-‫ات‬ َ ‫َم‬ ِ ُ‫المْيتَة‬



109



‫الْعُنُ ُق‬ ‫البَ ْي َعةُ‬



‫‪Leher‬‬ ‫‪Bai’at, transaksi penjualan‬‬



‫‪ .5‬عن َس ُمَرةَ أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن التبتل‬ ‫نَ َهى‪-‬يَْن َهى َع ْن‬ ‫ُّل‬ ‫التَّبَت ُ‬ ‫‪ .6‬إذا أقيمت الصَلة فَل صَلة إَل المكتوبة‬ ‫أُقِْي َم‪-‬يُ َق ُام‬ ‫الْ َم ْكتُ ْوبَةُ‬



‫ك‬ ‫‪ .7‬أسأل الله العظيم رب العرش العظيم أن يشفيَ َ‬ ‫َسأ ََل‪-‬يَ ْسأ َُل‬ ‫ش‬ ‫الْ َع ْر ُ‬ ‫َش َفى‪-‬يَ ْش ِفي‬



‫‪Melarang‬‬ ‫‪Hal membujang‬‬



‫‪Didirikan, dibacakan‬‬ ‫‪iqamat‬‬ ‫‪Shalat wajib‬‬



‫‪Meminta, bertanya‬‬ ‫‪Arsy, singgasana‬‬ ‫‪Menyembuhkan‬‬



‫‪ .8‬إن المَلئكة َل تدخل بيتا فيه كلب‬ ‫‪ .9‬من أهان سلطان الله في اْلرض أهانه الله‬ ‫أ ََها َن‪-‬يُِهْي ُن‬



‫‪َ .11‬ل تصاحب إَل مؤمنا وَل يأكل طعامك إَل تقي‬ ‫صاحب‪-‬ي ِ‬ ‫ب‬ ‫َ َ َ َُ‬ ‫صاح ُ‬ ‫الت َِّق ُّي‬



‫‪Menghinakan‬‬



‫‪Berteman‬‬ ‫‪Orang yang bertakwa‬‬



‫‪َ .11‬ل طاعة لمخلوق في معصية الخالق‬ ‫‪ .12‬من مات مرابطا في سبيل الله أمنه الله من فتنة القبر‬ ‫ط‬ ‫الْ ُمَرابِ ُ‬ ‫أ ََّم َن‪-‬يُ َؤِّم ُن‬ ‫ِ‬ ‫الفْت نَةُ‬



‫‪ .13‬الكشر َل يقطع الصَلة ولكن يقطعها القرقرة‬



‫‪110‬‬



‫‪Yang menjaga perbatasan‬‬ ‫‪Mengamankan,‬‬ ‫‪melindungi‬‬ ‫‪Siksa, azab‬‬



‫‪َ .14‬ل يدخل الجنة إَل مؤمن‬



‫الْ َك ْش ُر‬ ‫الْ َق ْرقَ َرةُ‬



‫‪Tawa memperlihatkan gigi‬‬ ‫‪Tawa terkekeh-kekeh‬‬



‫‪ .15‬من صلى صَلتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا وصام شهرنا فذلك المسلم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا ْستَ ْقبَ َل‪-‬يَ ْستَ ْقبلُ‬



‫‪Menghadap‬‬



‫‪َ .16‬ل صَلة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب‬



‫‪َ .17‬ل يحب اْلنصار إَل مؤمن وَل يبغضهم إَل منافق من أحبهم أحبه الله ومن أبغضهم أبغضه الله‬ ‫‪Mencintai, menyukai‬‬ ‫ب‬ ‫ب‪-‬يُ ِح ُّ‬ ‫َح َّ‬ ‫أَ‬ ‫‪Kaum sahabat anshar‬‬ ‫ص ُار‬ ‫ْاْلَنْ َ‬ ‫ِ‬ ‫‪Membenci‬‬ ‫ض‬ ‫ض‪-‬يُْبغ ُ‬ ‫أَبْغَ َ‬ ‫‪ .18‬قال البراء ‪-‬رضي الله عنه‪ ، -‬سمعت النبي ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪ -‬يقرأ والتين والزيتون في العشاء‬ ‫‪ ،‬وما سمعت أحدا أحسن صوتا منه أو قراءة‬ ‫‪Suara‬‬ ‫ت‬ ‫َّ‬ ‫الص ْو ُ‬ ‫!‪2. Jelaskan I’rab daripada isim-isim yang bergaris-bawah dalam bacaan berikut ini‬‬



‫ن ب َذةٌ ُِمنُأَ ْخ ََلقِ ِهُصلَّىُالله َ ِ‬ ‫ُو َسلَّ َُمُ(‪ُ )1‬‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ُعلَْيه َ‬



‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫َح َس َن الن ِ‬ ‫ك لَ َعلَى‬ ‫َخ ََلقاً ‪َ ،‬وقَ ْد َم َد َحهُ َربُّهُ تَ َعالَى بَِق ْول ِه َوإِنَّ َ‬ ‫َّاس أ ْ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم أ ْ‬ ‫‪َ .1‬كا َن النَّبِ ُّي َ‬ ‫ال تَ َعالَى لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم فِي َر ُس ْوِل‬ ‫ُخلُق َع ِظْيم ‪َ .‬و َج َعلَهُ قُ ْد َوًة لِلْ ُم ْسلِ ِمْي َن فِي أَقْ َوالِِه َوأَفْ َعالِِه ‪َ ،‬ك َما قَ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ت ِْلُتَ ِّم َم َم َكا ِرَم‬ ‫اب َو ْاْل ْ‬ ‫َخ ََل َق ‪َ .‬وفي الْ َحديْث بُعثْ ُ‬ ‫الله أ ْ‬ ‫ُس َوة َح َسنَة ‪َ .‬وقَ ْد أ َْر َسلَهُ اللهُ ليُ َك ِّم َل ْاْل َد َ‬ ‫َخ ََل ِق‪.‬‬ ‫ْاْل ْ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ضى ِم َن اللِّبَ ِ‬ ‫اس َوالطَّ َع ِام بِالْ َم ْو ُج ْوِد ‪َ ،‬وََل يَ ْسأَ ُل َع ِن الْ َم ْف ُق ْوِد ‪َ ،‬وَما‬ ‫اعةَ يَ ْر َ‬ ‫‪َ .2‬وإِ َّن م ْن أَ ْخَلَقه الْع َّفةَ َوالْ َقنَ َ‬ ‫ط ‪ ،‬لَ ِكن إِ ْن أَ ْع َجبَهُ أَ َكلَهُ وإِ ْن َك ِرَههُ تَرَكهُ ‪ ،‬وما ب غَّ َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ذَ َّم طَ َعاماً قَ ُّ‬ ‫ب ِم ْن أَ َحد َشْيااً‬ ‫َ ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ضهُ إلَى َغْي ِره ‪ََ .‬ل يَطْلُ ُ‬ ‫‪111‬‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫صابِراً َعلَى الْبََلَ ِء َو ْاْلَ َذى يَ ْع ُف ْو َع ِن الَّ ِذ ْي يُ ِس ْيءُ إِلَْي ِه‬ ‫َوََل يَ ُم ُّد َعْي نَ ْيه إِلَى َغْي ِرهِ ‪َ ،‬وَكا َن َحلْيماً ََل يَ ْغ َ‬ ‫ب َ‬ ‫ضُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اضعاً لِ َّ ِ‬ ‫‪ ،‬متَ و ِ‬ ‫اضعِ ِه أَنَّه إِ َذا مَّر بِ ِّ ِ‬ ‫الصْب يَان يُ َسلِّ ُم َعلَْي ِه ْم ‪َ ،‬وإِ َذا َد َعاهُ أَ َحد يُجْيبُهُ‬ ‫لصغْي ِر َوالْ َكبِْي ِر ‪َ ،‬وم ْن تَ َو ُ ُ َ‬ ‫َُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب أَ ْن يَ ُق ْوَم لَهُ أَ َحد ِم ْن َم ْجلِ ِس ِه ‪َ .‬وَكا َن يَ ِخْي ُ‬ ‫ك ‪َ ،‬وََل يُ ِح ُّ‬ ‫بَِق ْول ِه لَبَّ ْي َ‬ ‫ط ثَ ْوبَهُ َويَ ْخص ُ‬ ‫س بَْيتَهُ‬ ‫ف نَ ْعلَهُ َويَ ْكنُ ُ‬ ‫الشيء فَيح ِملَه إِلَى ب يتِ ِه بِنَ ْف ِس ِه ‪ ،‬فَي ُقو ُل لَه ص ِ‬ ‫احبُهُ أ َْع ِطنِ ْي أَ ْح ِم ْلهُ ‪ ،‬فَيَ ُق ْو ُل‬ ‫َويَ ْخ ُد ُم أَ ْهلَهُ َوَكا َن يَ ْشتَ ِري َّ ْ َ َ ْ ُ َْ‬ ‫َ ْ ُ َ‬ ‫ِ‬ ‫الش ْي ِء أَ َح ُّق بِ َح ْملِ ِه‪.‬‬ ‫ب َّ‬ ‫َ‬ ‫صاح ُ‬



‫‪9‬‬



‫‪ 9‬من كتاب اْلخَلق للبنين الجزء الثاني لألستاذ عمر بن أحمد بارجاء‪ ،‬ص ‪13-12‬‬ ‫‪112‬‬



B. Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Fi’il



Sebagaimana juga telah diketahui sebelumnya bahwa i’rab Fi’il –tepatnya Fi’il Mudhari’– itu hanya tiga saja, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jazm. Nah, materi berikut ini akan memaparkan rincian umum terkait hal apa saja yang menjadikan fi’il mudhari’ ber-I’rab dengan salah satu dari tiga macam I’rab tersebut. Tapi sebelum itu, perlu diingat kuat-kuat rumus dasar dalam menentukan I’rab fi’il mudhari’, yaitu:  Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Nashab manakala didahului oleh ‘Amil Nashab  Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Jazm manakala didahului oleh ‘Amil Jazm, dan  Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Rafa’ manakala tidak didahului oleh ‘Amil apapun, baik itu ‘Amil Nashab maupun ‘Amil Jazm. Jadi asal fi’il mudhari’ itu adalah ber-i’rab rafa’. Dia baru ber-I’rab Nashab manakala didahului ‘Amil Nashab, demikian ber-I’rab Jazm manakala didahului ‘Amil Jazm. Berikut rinciannya.



1. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Nashab Fi’il Mudhari’ ber-i’rab Nashab manakala didahului salah satu di antara huruf-huruf Nashab, sebagaimana telah disebutkan di langkah ke-2. Yaitu:



‫أَ ْن‬ ‫لَ ْن‬ ‫إِ َذ ْن‬



Hendak, akan Tidak akan (untuk selamanya) …, jadi…



‫َك ْي‬



Agar, agar supaya



Contoh:



Zaid ingin mempelajari fiqh Yata’allam[a]



‫أ ََر َاد َزيْد أَ ْن يَتَ َعلَّ َم الْ ِف ْق َه‬



َ : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) أن‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.



Aku tidak akan mempelajari ilmu sihir Ata’allam[a]



‫الس ْح ِر‬ ِّ ‫لَ ْن أَتَ َعلَّ َم ِع ْل َم‬



َ : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) لن‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Ana.



)ُ‫إِ َذ ْن يَ ْس َع َد فِي ْاْل ِخَرِة (تجيب بذلك من قال يُ ِطْي ُع َزيْد َربَّه‬



Yas’ad[a]



Jadi ia akan bahagia di akhirat kelak (komentar anda untuk orang yang berkata: Zaid menaati Rabb-nya) َ : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) إِذن‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.



113



Zaid bersungguh-sungguh supaya berhasil Yanjah[a]



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َك ْي يَْن َج َح‬



َ : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) كي‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.



Catatan:



َ Adakalanya harf An ( ‫ ) أن‬tersembunyi dan tidak tampak dalam teks, namun dianggap ada. Yaitu setelah harf Li ( ‫ ) ِلـ‬yang artinya: untuk, agar, dan agar supaya; dan setelah harf Hattâ ( ‫ ) َحتَى‬yang artinya: sampai, hingga. Contoh:



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد لِيَ ْن َج َح‬



Zaid bersungguh-sungguh agar ia berhasil Yanjah[a]



َ : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫ ) أن‬yang tersembuyi setelah



harf Li, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َحتَّى يَْن َج َح‬ Zaid bersungguh-sungguh sampai ia berhasil Yanjah[a]



َ : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫ ) أن‬yang tersembuyi setelah harf Hattâ, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.



Seolah-olah keduanya:



‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد لِ (أَ ْن) يَْن َج َح‬ ‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َحتَّى (أَ ْن) يَْن َج َح‬ Maka, selain empat harf nashab ( ‫ كي‬، ‫ إذن‬، ‫ لن‬، ‫ ) أن‬di atas, kita harus mewaspadai harf Li ( ‫ ) ِلـ‬yang bermakna agar/supaya dan Hattâ ( ‫ ) َحتَى‬yang bermakna hingga/sampai, karena sejatinya ada harf An (‫)أن‬, yang merupakan harf Nashab, yang tersembunyi setelahnya.



2. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Jazm



Fi’il Mudhari’ ber-i’rab Jazm manakala didahului salah satu di antara perangkat Jazm (dari golongan harf atau isim), sebagaimana telah disebutkan di langkah sebelumnya. Yaitu antara dua macam: perangkat yang men-jazm-kan satu Fi’il Mudhari’, dan perangkat yang men-jazm-kan dua Fi’il Mudhari’. a. Perangkat yang men-Jazm-kan Satu Fi’il Mudhari’. Kesemuanya dari golongan harf; yaitu:



)‫ََل (الناهية‬



Jangan, janganlah Tidak, Belum Hendaklah, Haruslah (untuk perintah) Belum



‫لَ ْم‬ )‫ َ ْل (َلم اْلمر‬/ ِ‫ل‬ ‫لَ َّما‬ 114



Contoh:



ِ ‫اح‬ َ ‫ََل تُكْث ْر الْ ُمَز‬



Janganlah anda banyak bercanda Lâ



: Mabni Sukun, karena ia Harf



Tuktsir[]



: Majzum karena didahului Harf Jazm (Lâ al-Nâhiyah), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: Anta.



‫الس َف ِر‬ َّ ‫لَ ْم أ َْرِج ْع ِمن‬



Aku belum pulang dari perjalanan Lam



: Mabni Sukun, karena ia Harf



Arji’[]



: Majzum karena didahului Harf Jazm (Lam), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: Anâ.



Seorang anak itu hendaknya menghormati orang tuanya



ِ ِ ِ ُ‫الولَ ُد َوال َده‬ َ ‫ليُ ْكرْم‬



Li-



: Mabni Kasrah, karena ia Harf



Yukrim[]



: Majzum karena didahului Harf Jazm (lam al-amr), bertanda Sukun.



ِ ِ ِ ِ َ ‫َم ْن َكا َن يُ ْؤم ُن بِالله َوالْيَ ْوم ْاْلخ ِر فَ ْليُ ْك ِرْم‬ ُ‫ضْي َفه‬



Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya. Fa-



: Mabni fathah, karena ia harf (fa` al-jawab)



l- (li)



: Mabni sukun, karena ia harf (lam al-amr)



yukrim[]



: Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam al-amr), bertanda sukun. Sedangkan fa’il-nya adalah dhamir yang tersembunyi, terhitung sebagai: huwa.



‫َسافَ َر َزيْد َولَ َّما يَ ْرِج ْع‬



Zaid bepergian dan belum kembali Lammâ



: Mabni Sukun, karena ia Harf



Yarji’[]



: Majzum karena didahului Harf Jazm (lammâ), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.



b. Perangkat yang Men-Jazm-kan Dua Fi’il Mudhari’; Sebagian dari golongan harf dan sebagian lagi dari golongan isim.  Dari Golongan Harf



‫إِ ْن‬



Apabila ... maka/niscaya ...



 Dari Golongan Isim



‫َم ْن‬



Barang siapa ... maka/niscaya ...



115



‫َمتَى‬ ‫أَيْنَ َما‬



Kapan ... maka/niscaya ... Di/ke manapun ... maka/niscaya ...



Contoh:



‫ص ْد‬ ُ ‫إِ ْن تَ ْزَر ْع تَ ْح‬ Jika anda menanam niscaya anda akan menuai In



: Mabni Fathah, karena ia Harf



Tazra’[]



: Majzum karena didahului Harf Jazm (In), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: anta.



Tahshud[]



: Majzum karena didahului Harf Jazm (In), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: anta.



‫ص ْد‬ ُ ‫َم ْن يَ ْزَر ْع يَ ْح‬ Barang siapa menanam niscaya dia akan menuai Man



: Mabni Fathah, karena ia Isim Syarth



Yazra’[]



: Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (Man), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.



Yahshud[]



: Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (Man), bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.



3. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Rafa’



Fi’il mudhari’ ber-i’rab Rafa’ manakala tidak didahului ‘amil Nashab atau ‘amil Jazm di atas.



ِ ِ ُ‫الولَ ُد َوال َده‬ َ ‫يُ ْكرُم‬



Seorang anak itu menghormati orang-tuanya. Yukrim[u]



: Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil apapun. Bertanda Dhammah.



Aku akan mengunjungimu besok, in syâ`Allâh Azûr[u]



َ ‫َس ْو‬ ُ‫ف أ َُزْوُرَك َغ ًدا إِ ْن َشاءَ الله‬



: Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil apapun. Bertanda Dhammah. Fa’ilnya dhamir tersembunyi terhitung: anâ.



4. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Mengikuti Sebelumnya



Fi’il mudhari’ ber-i’rab mengikuti i’rab fi’il mudhari’ sebelumnya manakala didahului salah satu di antara huruf ‘Athaf.



‫نَ ْقَرأُ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظُ َها‬



Kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala Natahaffazh[u]



: Marfu’ karena ma’thuf ke Naqra`[u], bertanda dhammah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: nahnu.



116



ِ ‫ت أَ ْن نَ ْقَرأَ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظَ َها‬ ُ ‫َود ْد‬



Aku ingin kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala Natahaffazh[a]



: Manshub karena ma’thuf ke Naqra`[a], bertanda fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: nahnu.



‫لِنَ ْقَرأْ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظْ َها‬



Hendaklah kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala Natahaffazh[]



: Majzum karena ma’thuf ke Naqra`[], bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: nahnu.



Mengenai macam-macam huruf ‘Athaf, sebagaimana yang telah lalu dihafal atau dapat dilihat kembali di langkah ke-Dua. Tepatnya di bagian huruf yang ber’amal. LATIHAN VII 1. Harokati dan terjemahkan kalimat-kaliamat di bawah ini dengan bantuan kosa-kata yang ada, kemudian i’rab-lah kata-kata yang bergaris bawah! Pemimpin, tuan, majikan Seluruhnya Yang terakhir Yang lain Para rasul Seluruh, Keseluruhan Utang Agama (din) Menerima Keturunan, benih Para pemimpin, tuantuan Kabilah Quraisy Yang lebih/paling mulia Kabilah Yang dimuliakan Bersambung, berhubungan dengan



‫السيِّ ُد‬ َّ ُ‫ال َكافَّة‬ ِ ‫اْلخ ُر‬ ‫اْلخ ُر‬ َ ‫الر ُس ُل‬ ُّ َ‫َجاء‬ ‫الدَّيْ ُن‬ ‫الدِّيْ ُن‬ ‫يَ ْقبَ ُل‬ ْ ‫الن‬ ُ‫َّسل‬



‫ات‬ َّ ُ ‫الس َاد‬ ‫قَُريْش‬



ُ ‫ ُ سيدناُمحمدُصلىُاللهُعليهُوسلم‬1 ‫ وآخر‬، ً‫) هو رسول الله إلى الناس َكافَّة‬1 . ‫ وإمام الرسل‬، ‫اْلنبياء‬ ‫ الذي َل يقبل‬، ‫) جاء بالدين اإلسَلمي‬2 . ‫الله يوم القيامة دينا غيره‬ ‫ أشرف‬، ‫) وهو من نسل سادات قريش‬3 ِ ‫قبيلة في م َّكةَ المكر‬ . ‫مة‬ َ ِ‫) ويتصل نسبه ب‬4 ‫إسماعيل بن إبراهي َم‬ َ . ‫عليهما السَلم‬



‫ف‬ ُ ‫اْلَ ْشَر‬ ُ‫الخَلصة سيدنا محمد هو رسول الله إلى الْ َقبِْي لَة‬ ‫ وهو الْ ُم َكَّرَمة‬، ‫ جاء بالدين اإلسَلمي‬، ‫َجمعِْين‬ َ َ ْ ‫الناس أ‬ ِ‫اِتَّصل ب‬ ََ . ‫عربي قرشي عدناني‬ ...



117



‫ب‬ ‫َّس ُ‬ ‫الن َ‬ ‫صةُ‬ ‫الْ ُخ ََل َ‬ ‫َج َمعُو‬ ‫ْاْل ْ‬ ‫ْْ َن‬ ‫َج َم ِع‬ ‫‪/‬اْل ْ‬ ‫يْ َن‬ ‫الْ َعَربِي‬ ‫ال ُقَرِشي‬ ‫الْ َع ْدنَانِي‬ ‫الْ َوفَاةُ‬



‫‪ ُ 2‬نسبهُووفاةُوالده‬



‫‪ )1‬والده عبد الله بن عبد المطلب بن هاش ِم الْ َوالِ ُد‬ ‫يَ ْجتَ ِم ُع‬ ‫بن عبد م ِ‬ ‫صي بن كَِلب ‪.‬‬ ‫ناف بن ق‬ ‫ُ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫الْ َج ُّد‬ ‫ِ‬ ‫‪ )2‬وأمه آمنةُ بنت و ِ‬ ‫هب بن عبد مناف بن الْ ِج ُّد‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫س‬ ‫ُزْهَرةَ بن كَلب ‪.‬‬ ‫الْ َخام ُ‬ ‫تَ َوفَّى‬ ‫‪ )3‬فتجتمع أمه مع والده في جده الخامس‬ ‫تُ ُوفِّ َي‬ ‫‪ ،‬وهو كَلب ‪.‬‬ ‫الْبَطْ ُن‬



‫‪ )4‬ولقد توفي والده وهو في بطن أمه ‪،‬‬ ‫الْعُ ْم ُر‬ ‫وعمره ثَمانِي عشرة سنة ‪ ،‬ودفن بالمدينة َدفَ َن‬ ‫َ َ َ ْ ََ‬ ‫ُدفِ َن‬ ‫‪ ،‬ولم يترك شياا من المال ‪.‬‬



‫الخَلصة أبوه عبد الله بن عبد المطلب ‪،‬‬ ‫وأمه آمنة بنت وهب ‪ .‬يلتقي نسبهما في‬ ‫جده الخامس ‪ .‬مات أبوه وهو في بطن أمه‪.‬‬ ‫‪ ُ 3‬والدتهُورضاعتهُ‬ ‫‪118‬‬



‫يَْت ُرُك‬ ‫يُْت َرُك‬ ‫َّيءُ‬ ‫الش ْ‬ ‫يَْلتَ ِق ْي‬ ‫ات‬ ‫َم َ‬ ‫ال ِوََل َدةُ‬ ‫َّ‬ ‫اعةُ‬ ‫الر َ‬ ‫ضَ‬



‫‪Nasab‬‬ ‫‪Ringkasan, kesimpulan‬‬



‫‪Semua, seluruhnya‬‬



‫‪Berkebangsaan Arab‬‬ ‫‪Bersuku Quraisy‬‬ ‫‪Keturunan ‘Adnan‬‬ ‫‪Hal wafat, kematian‬‬ ‫‪Ayah‬‬ ‫‪Berkumpul‬‬ ‫‪Kakek, nenek moyang‬‬ ‫‪Kesungguhan‬‬ ‫‪Yang ke-lima‬‬ ‫‪Mematikan‬‬ ‫‪Dimatikan, diwafatkan‬‬ ‫‪Perut‬‬ ‫‪Umur, usia‬‬ ‫‪Menguburkan‬‬ ‫‪Dikuburkan‬‬ ‫‪Meninggalkan‬‬ ‫‪Ditinggalkan‬‬ ‫‪Sesuatu‬‬ ‫‪Bertemu, menemui‬‬ ‫‪Mati, meninggal‬‬ ‫‪Kelahiran‬‬ ‫‪Penyusuan, hal menyusui‬‬



‫‪ )1‬ولد صلى الله عليه وسلم بمكة يوم‬ ‫اإلثنين ‪ ،‬الثَّانِي َع َشَر من ربيع اْلول عام‬ ‫الفيل ‪.‬‬ ‫‪ )2‬وسمي عام وَلدته عام الفيل ‪ْ ،‬لن ملك‬



‫َولَ َد‬ ‫ُولِ َد‬ ‫يوم‬ ‫ِْ‬ ‫اإلثْنَ ْي ِن‬ ‫الثَّانِي‬



‫الحبشة أرسل عام وَلدته جيشا إلى مكة َع َشَر‬ ‫الع ُام‬ ‫َ‬ ‫لهدم الكعبة ‪ ،‬وكان فيه فيل عظيم ‪،‬‬ ‫الع ُّام‬ ‫َ‬ ‫فأهلك الله الجيش إكراما لوَلدة النبي‬ ‫ِ‬ ‫ك‬ ‫الْ َمل ُ‬ ‫ك‬ ‫صلى الله عليه وسلم ‪.‬‬ ‫الْ ُم ْل ُ‬ ‫ك‬ ‫الْ ِم ْل ُ‬ ‫‪ )3‬وأرضعته بعد أمه ثويبة اْلسلمية خادمة‬ ‫عمه أبي طالب ‪ ،‬ثم حليمة السعدية ‪ ،‬الْ َحبَ َشةُ‬



‫إلى أن بلغ عمره أربع سنوات ‪.‬‬ ‫الخَلصة ولد بمكة عام الفيل ‪ ،‬وأرضعته‬ ‫ثويبة اْلسلمية ثم حليمة السعدية ‪.‬‬



‫أ َْر َس َل‬ ‫ش‬ ‫الْ َجْي ُ‬ ‫الْ َه ْد ُم‬ ‫ك‬ ‫أ َْهلَ َ‬ ‫ا ِإل ْكَر ُام‬



‫ض َع‬ ‫أ َْر َ‬ ‫الْ َخ ِاد َمةُ‬ ‫الْ َع ُم‬



‫بَلَ َغ‬ ‫ات‬ ‫َّ‬ ‫السنَ َو ُ‬



‫‪Melahirkan‬‬ ‫‪Dilahirkan‬‬ ‫‪Hari senin‬‬



‫‪Ke-dua belas‬‬ ‫‪Tahun‬‬ ‫‪Yang umum‬‬ ‫‪Raja‬‬ ‫‪Kerajaan‬‬ ‫‪Kepemilikan, hal‬‬ ‫‪memiliki‬‬ ‫‪Negeri Habasyah‬‬ ‫‪Mengirim‬‬ ‫‪Pasukan, tentara‬‬ ‫‪Hal merobohkan,‬‬ ‫‪perobohan‬‬ ‫‪Membinasakan‬‬ ‫‪Hal memuliakan‬‬ ‫‪Menyusui‬‬ ‫‪Pembantu wanita‬‬ ‫)‪Paman (dari jalur ayah‬‬ ‫‪Sampai, mencapai‬‬ ‫‪Tahun‬‬



‫!‪2. Jelaskan I’rab untuk fi’il-fi’il yang bergaris bawah pada sejumlah kalimat di bawah ini‬‬



‫‪ .3‬وِمن أ ِ ِ‬ ‫اإل ْق َدام ‪ ،‬وَكا َن الشُّجاعُ ُهو الَّ ِذي ي ْقرب ِمْنهُ فِي الْحر ِ‬ ‫َّج َ ِ‬ ‫ب لُِق ْربِِه ِم َن الْ َع ُد ِّو‬ ‫َ ْ ْ‬ ‫ََُ‬ ‫َخ ََلقه الش َ‬ ‫َْ‬ ‫َ َ‬ ‫اعةُ َو ْ ُ َ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َّدي َدةِ و ْاْل َِذيَّ ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫ات الْ َع ِظْي َم ِة‬ ‫ات َعلَى الْ َمبَ ِاد ِئ ‪َ ،‬و َّ‬ ‫‪َ ،‬والثَّبَ ُ‬ ‫الصْب ُر َعلَى أ ََداء الْ َواجب بَر ْغ ِم الْ َع َقبَات الش ْ َ‬ ‫الص ْد ُق و ْاْل ََمانَةُ فِي َج ِمْي ِع أَقْ والِِه وأَفْ َعالِِه ‪َ ،‬حتَّى اِ ْشتَ َهر بَْين قَ ْوِم ِه بِلَ َق ِ‬ ‫ب ُم َح َّمد ْاْل َِمْي ِن‪.‬‬ ‫َ َ‬ ‫‪َ ،‬و ِّ َ‬ ‫َ َ‬ ‫‪119‬‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ف ِمن ِ‬ ‫الر ْح َم ِة ‪ََ ،‬ل يُ ْؤِذي إِنْ َساناً َوََل‬ ‫الله تَ َعالَى َكثِْي َر الْ َحيَ ِاء َع ِظْي َم َّ‬ ‫الش َف َق ِة َو َّ‬ ‫‪َ .4‬وَكا َن َشديْ َد الْ َخ ْو َ‬ ‫ِ‬ ‫َّق َعلَْي ِه ْم َكثِْيراً ‪َ ،‬ويُ ِجْيبُ ُه ْم إِ َذا َد َع ْوهُ ‪ ،‬فَيَأْ ُك ُل َم َع ُه ْم‬ ‫صد ُ‬ ‫َحيَ َواناً ‪َ ،‬ويَ ْر َح ُم الْ ُف َقَراءَ َوالْ َم َساكْي َن ‪َ ،‬ويَتَ َ‬ ‫اه ْم َوَكا َن أَ ْكثَ َر الن ِ‬ ‫ب ِمْنهُ َشْيااً ‪َ ،‬وإِ َذا لَ ْم يَ ِج ْد ِعْن َدهُ َما يُ ْع ِطْي ِه‬ ‫‪َ ،‬ويَ ُزْوُر َم ْر َ‬ ‫ضُ‬ ‫َّاس ََل يَ ُرُّد َم ْن طَلَ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ت َما بَْي َن‬ ‫ات يَ ْوم ‪ ،‬فَ َسأَلَهُ فَأَ ْعطَاهُ َغنَماً ‪ُ ،‬س َّد ْ‬ ‫آخَر ‪َ .‬و َجاءَهُ َر ُجل َذ َ‬ ‫َو َع َدهُ بِِإ ْعطَائه في َوقْت َ‬ ‫َجبَ لَْي ِن ‪ ،‬فَ َر َج َع إِلَى قَ ْوِم ِه َوقَ َال أَ ْسلِ ُم ْوا ‪ ،‬فَِإ َّن ُم َح َّمداً يُ ْع ِطي َعطَاءً َمن ََل يَ ْخ َشى الْ َفاقَةَ ‪.‬‬ ‫‪ .5‬وَكا َن يَ ْر َحم الْ َخ ِاد َم ََل يَْن َهر َخ ِادماً قَ ُّ‬ ‫ط ‪َ ،‬ويُ ْش ِف ُق َعلَى‬ ‫ط ‪َ ،‬ويَأْ ُم ُر بِالْ َع ْف ِو َع ِن الْ َخ ِادِم إِ َذا َغلِ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِّ ِ‬ ‫ات يَ ْوم َد َخ َل َسيِّ ُدنَا‬ ‫صبِياًّ يَْبك ْي َخ َّف َ‬ ‫ص ََلتَهُ ‪َ .‬و َذ َ‬ ‫ف َ‬ ‫صلَّى َو َسم َع َ‬ ‫الصْب يَان َويُ َسلِّ ُم َعلَْي ِه ْم ‪ ،‬فَِإ َذا َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫الْحسن ر ِضي الله عْنه وهو ِ‬ ‫ب ظَ ْهَرهُ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم يُ َ‬ ‫صغْي ر ‪َ ،‬والنَّبِ ُّي َ‬ ‫َ َ ُ َ َ ُ َ ُ ََُ َ‬ ‫صلِّي ‪ ،‬فَ َرك َ‬



‫وهو س ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫اجد فَأَبْطَأَ فِي ُس ُج ْوِدهِ َش َف َقةً َعلَْي ِه َحتَّى نََزَل َعنْهُ ‪َ ،‬وَكا َن ِْلَنَ ِ‬ ‫س بْ ِن َمالك َرض َي اللهُ َعْنهُ‬ ‫ََُ َ‬ ‫ال لَه أَب و عمير ‪ ،‬وَكا َن لَه نُغَر (طَائِر صغِي ر أَحمر الْ ِمْن َقا ِر) ي ْلع ِ‬ ‫ات ‪ ،‬فَ َد َخ َل‬ ‫ب بِه فَ َم َ‬ ‫أَخ يُ َق ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ‬ ‫ََ ُ‬ ‫َ ْ ْ َُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ات‬ ‫ات يَ ْوم ‪ ،‬فَ َرأَى الْ َولَ َد َح ِزيْناً ‪ ،‬فَ َق َال َما َشأْنُهُ؟ قْي َل لَهُ َم َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم ذَ َ‬ ‫النَّبِ ُّي َ‬ ‫نُغَُرهُ ‪ ،‬فَ َق َال يَا أَبَا عُ َمْير! َما فَ َع َل النُّغَْي ُر؟‬



‫‪11‬‬



‫‪ 10‬من كتاب اْلخَلق للبنين الجزء الثاني لألستاذ عمر بن أحمد بارجاء‪ ،‬ص ‪14-13‬‬ ‫‪120‬‬



Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i –rahimahullâh– ِ ‫صرو َن ما َل ي ب‬ ِ ِ ْ‫اب الْ َعَربِيَّ ِة ِج ُّن ا ِإلن‬ › ‫صُر َغْي ُرُه ْم‬ ْ ‫‹أ‬ ُْ َ ُ ‫ يُْب‬، ‫س‬ ُ ‫َص َح‬ “Orang-orang yang bisa Bahasa Arab itu laksana ‘Jin-nya Manusia’. Mereka dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain.”11



11



Ibnu Abi Hatim al-Razi, Âdâb al-Syâfi’i wa Manâqibuhu, hlm. 112



121



LANGKAH 5 Memahami Bentuk-bentuk Tanda I’rab



Target



 Memahami tanda I’rab dasar dan tanda I’rab cabang pada Isim Mu’rab dan Fi’il Mu’rab.



Indikator



 Mampu menjelaskan secara umum alasan tanda I’rab, baik tanda I’rab dasar maupun tanda I’rab cabang, pada Isim dan Fi’il dalam teks berharokat.  Mampu menentukan secara umum tanda I’rab Isim dan Fi’il dalam teks tidak berharokat.



122



A. Tanda I’rab Pada Isim Pada Langkah ke-2 telah dijelaskan bahwa I’rab Isim ada tiga, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jarr. Masing-masing dari I’rab tersebut ditandai dengan tanda-tanda akhiran tertentu, yang disebut dengan tanda-tanda I’rab (‘alâmât al-I’râb). Nah, tanda I’rab ini ada yang berupa tanda I’rab Dasar yaitu sebagaimana telah dikenalkan juga pada Langkah ke-2, dan ada yang berupa tanda I’rab Cabang, yaitu tanda I’rab yang mewakili tanda I’rab Dasar untuk isim-isim yang memiliki karakter tertentu sebagaimana akan dijelaskan. 1. Tanda I’rab Dasar Tanda I’rab Dasar pada Isim adalah: Dhammah untuk I’rab Rafa’, Fathah untuk I’rab Nashab, dan Kasrah untuk I’rab Jarr. Tanda-tanda I’rab ini terealisasi pada Isim Mufrad dan Isim Jamak Taksir pada umumnya. a. Pada Isim Mufrad Contoh



Tanda I’rab (dasar/cabang)



‫َزيْد ُش َجاع‬



‫َس ًدا‬ َ ‫َرأَى َزيْد أ‬ ‫َس ِد‬ َ ‫َزيْد َكاْل‬



Dhammah (dasar)



I’rab Rafa’



Fathah (dasar)



Nashab



Kasrah (dasar)



Jarr



b. Pada Isim Jamak Taksîr Contoh



‫الس َم ِاء نُ ُج ْوم‬ َّ ‫فِي‬ ً‫الس َم ِاء نُ ُج ْوما‬ َّ ‫إِ َّن فِي‬ ِ ُ ‫نَظَر‬ ‫ُّج ْوِم‬ ُ ‫ت إلَى الن‬ ْ



Tanda I’rab (dasar/cabang) Dhammah (dasar)



I’rab Rafa’



Fathah (dasar)



Nashab



Kasrah (dasar)



Jarr



Di atas adalah apabila lafazh isim berupa isim shahih, yakni berakhiran huruf hidup (berharokat). Ditandai dengan tanda I’rab yang tampak (zhâhir). Adapun apabila isim mufrad dan isim jamak taksir berupa isim maqshûr (isim berakhiran alif) dan isim manqûsh (isim berakhiran yâ` mati), maka tanda I’rab-nya adalah tanda I’rab dasar yang bersifat muqaddar (imajiner). Kecuali, isim manqûsh saat ber-I’rab Nashab, maka tanda I’rab-nya zhâhir (tampak).  Isim Maqshûr dari isim Mufrad dan Jamak Contoh



‫الدُّنْيَا ُكلُّ َها َمتَاع‬ ‫ب الْ َه َدايَا لِْل َفائِِزيْ َن‬ ُ ‫تُ ْوَه‬ ‫إِ َّن الدُّنْيَا ُكلَّ َها َمتَاع‬ ِ ‫ب لِْل َفائِِزيْ َن‬ ُ ‫إ َّن الْ َه َدايَا تُ ْوَه‬ َّ ُ‫َو َخْي ُر َمتَ ِاع الدُّنْيَا الْ َم ْرأَة‬ ُ‫الصالِ َحة‬ ‫ص َل الْ َفائُِزْو َن َعلَى الْ َه َدايَا‬ َ ‫َح‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Dhammah Muqaddarah (dasar)



I’rab Rafa’



Fathah Muqaddarah (dasar)



Nashab



Kasrah Muqaddarah (dasar)



Jarr



123



 Isim Manqûsh dari isim Mufrad dan Jamak Contoh



ِ ‫الْ َق‬ ‫اض ْي فِي الْ َم ْح َك َم ِة‬ ِ ‫العالِيَةُ فِي الْ ُم ُد ِن‬ َ ‫الْ َمبَان ْي‬ ِ ‫إِ َّن الْ َق‬ ‫اض َي فِي الْ َم ْح َك َم ِة‬ ‫ت الْ َمبَانِ َي الْ َعالِيَ َة‬ ُ ْ‫َرأَي‬ ِ ‫مررت بِالْ َق‬ ‫اض ْي‬ ُ ََْ ِ ِ ‫مرر‬ ‫العالِيَ ِة‬ ُ ََْ َ ‫ت بالْ َمبَان ْي‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Dhammah Muqaddarah (dasar)



Fathah Zhahirah (dasar)



Kasrah Muqaddarah (dasar)



I’rab Rafa’



Nashab



Jarr



Cara meng-I’rab isim bertanda I’rab Dasar, baik yang zhâhir maupun yang muqaddar, adalah sebagaimana yang telah lalu-lalu. Dengan catatan: dalam meng-I’rab isim dengan tanda I’rab Dasar tidak perlu menyebutkan alasan kenapa tanda I’rab-nya demikian. Baru apabila yang di-I’rab adalah isim dengan tanda I’rab Cabang, maka dijelaskan kenapa bertanda I’rab demikian (?). 2. Tanda I’rab Cabang Tanda I’rab Cabang ini berperan sebagai pengganti dari tanda I’rab Dasar yang bentuknya cukup beragam, tergantung jenis isim yang terkenai I’rab. Apakah berupa Isim Mutsannâ, Isim Jamak Mudzakkar Sâlim, Isim Jamak Mu`annats Sâlim, al-Asmâ` al-Khamsah, atau Isim Lâ Yansharif. Masing-masing memiliki tanda I’rab yang khas, berikut rinciannya. a. Pada Isim Mutsannâ Isim Mutsanna adalah isim yang berjumlah dua. Tanda I’rabnya hanya ada dua, yaitu Huruf Alif saat ber-I’rab Rafa’, dan Huruf Yâ` saat ber-I’rab Nashab dan Jarr. Contoh



ِ ‫الْولَ َد ِان نَ ِجيب‬ ‫ان‬ َْ َ ِ‫إِ َّن الْولَ َدي ِن نَ ِجيبان‬ َْ ْ َ ِ ‫ت بَِولَ َديْ ِن نَجْيبَ ْي ِن‬ ُ ‫َمَرْر‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Huruf Alif (cabang) Huruf Yâ` (cabang)



I’rab Rafa’ Nashab Jarr



Cara meng-I’rab: Al-Walad[â]ni



: Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Alif karena Isim Mutsanna.



Najîb[â]ni



: Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Alif karena Isim Mutsanna.



Al-Walada[y]ni



: Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.



Walada[y]ni



: Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.



Najîba[y]ni



: Majrur karena sebagai sifat bagi Waladayni, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.



b. Pada Isim Jamak Mudzakkar Sâlim



124



Isim Jamak Mudzakkar Salim adalah isim jamak yang dihukumi Mudzakkar dengan ciri khas berakhiran Wâwu-Nûn atau Yâ`-Nûn. Tanda I’rabnya juga dua saja, yaitu Huruf Wâwu saat ber-I’rab Rafa’, dan Huruf Yâ` saat ber-I’rab Nashab dan Jarr. Contoh



‫نَ ْح ُن الْ ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ ‫إِ َّن الْ ُم ْؤِمنِْي َن ُه ُم الْ َفائُِزْو َن‬ ‫نَ ْح ُن ِم َن الْ ُم ْسلِ ِمْي َن‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Huruf Wâwu (cabang)



I’rab Rafa’ Nashab



Huruf Yâ` (cabang)



Jarr



Cara meng-I’rab: Al-Muslim[û]na



: Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada’, bertanda Wâwu karena Isim Jamak Mudzakkar Salim.



Al-Mu`min[î]na : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Yâ` karena Isim Jamak Mudzakkar Salim. Al-Muslim[î]na



: Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Yâ` karena Isim Jamak Mudzakkar Salim.



c. Pada Isim Jamak Mu`annats Sâlim Isim Jamak Mu`annats Salim adalah isim jamak yang dihukumi Mu`annats dengan ciri khas berakhiran Alif-Tâ` Maftûhah (‫) ات‬. Tanda I’rabnya dua saja, yaitu Dhammah saat ber-I’rab Rafa’, dan Kasrah saat ber-I’rab Nashab dan Jarr. Contoh



ِ ‫ات‬ ُ ‫ُه َّن الْ ُم ْسل َم‬ ِ ‫رأَيت الْمسلِم‬ ‫ات‬ َ ْ ُ ُ َْ ِ ‫مررت بِالْمسلِم‬ ‫ات‬ َ ْ ُ ُ ََْ



Tanda I’rab (dasar/cabang)



I’rab



Dhammah (dasar)



Rafa’



Kasrah (cabang)



Nashab



Kasrah (dasar)



Jarr



Cara meng-I’rab: Al-Muslimât[u]



: Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada’, bertanda Dhammah.



Al-Muslimât[i] 1 : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Kasrah karena Isim Jamak Mu`annats Salim. Al-Muslimât[i] 2 : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. d. Pada al-Asmâ` al-Khamsah al-Asmâ` al-Khamsah (isim yang lima) maksudnya adalah: bapak mertua mulut pemilik



‫َح ُم ْو‬ ‫فُ ْو‬ ‫ذُ ْو‬



bapak saudara lk.



‫أَب‬ ‫أَخ‬



Tanda I’rab-nya ada tiga, yaitu huruf Wâwu saat ber-I’rab Rafa’, huruf Alif saat ber-I’rab Nashab, dan huruf Yâ` saat ber-I’rab Jarr.



125



Contoh



‫تُ ُوفِّ َي أَبُ ْو َسعِْيد‬ ‫إِ َّن أَبَا َسعِْيد تُ ُوفِّ َي‬ ‫ت بَِوفَاةِ أَبِ ْي َسعِْيد‬ ْ‫أ‬ ُ ‫ُخبِْر‬



Tanda I’rab (dasar/cabang)



I’rab



Wâwu (cabang)



Rafa’



Alif (cabang)



Nashab



Yâ` (cabang)



Jarr



Cara meng-I’rab: Ab[û]



: Marfu’ karena sebagai Na`ibul Fa’il, bertanda Wâwu karena al-Asma` alKhamsah.



Ab[â]



: Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Alif karena al-Asma` alKhamsah.



Ab[î]



: Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Yâ` karena al-Asma` alKhamsah.



Catatan: Semua al-Asmâ` al-Khamsah bertanda I’rab demikian ketika berkedudukan sebagai Mudhaf. Adapun jika bukan sebagai mudhaf, yakni khusus bagi dua isim yang pertama (‫ أخ‬، ‫– )أب‬karena tiga



yang terakhir (‫ ذُو‬، ‫ فُو‬، ‫)ح ُمو‬ َ selalu sebagai mudhaf–, maka tanda I’rab-nya adalah tanda I’rab Dasar. Contoh:



‫َب َجالِس َعلَى الْ ُك ْرِس ِّي‬ ُ ‫ْاْل‬ Sang bapak duduk di atas kursi Al-Ab[u]



: Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah.



ِ ُ ‫لَ ْس‬ ُ‫ت بِأَخ َشقْيق لَه‬ Aku bukan saudara kandung dia Akh[in]



: Majrur karena didahului Harf Jarr (bi), bertanda Kasrah.



e. Pada Isim Lâ Yansharif Isim Lâ Yansharif adalah isim yang tidak menerima Tanwin dan tidak pula Kasrah. Ia ada beberapa macam dan terbagi menjadi dua kelompok: 1) Memiliki Satu Alasan



‫ َس ْل َوى‬، ‫عُظْ َمى‬ Alasan Berakhiran Alif Ta`nîts Mamdûdah: ‫ فُ َقراء‬، ‫حراء‬ َ ُ َ ُ َْ ‫ص‬ ِ ِ 12 Alasan Berupa Shîghah Muntahâl Jumû’ : ‫ َم َفاهْيم‬، ‫َمساج ُد‬ ُ َ



 Alasan Berakhiran Alif Ta`nîts Maqshûrah:  



2) Memiliki Dua Alasan a) Alasan 1 karena Isim ‘Alam + Alasan 2 karena …



Shîghah Muntahâl Jumû’ adalah Jama’ Taksir yang memiliki ciri khas berakhiran dua huruf atau tiga huruf setelah alif. 12



126



 Non-Arab (‘Ajam)13:



ِ ‫ف‬ ُ ‫ يُ ْو ُس‬، ‫إِبْ َراهْي ُم‬



ُ‫ُس َامة‬ َ‫أ‬،‫ب‬ ُ َ‫َزيْن‬ Berakhiran Alif-Nûn: ‫ن‬ ُ ‫ ُسلَْي َما‬، ‫عُثْ َما ُن‬ Berpola Fi’il: ‫َحم ُد‬ َ ْ ‫ أ‬، ‫يَِزيْ ُد‬



 Mu`annats/bertanda Mu`annats14:  



 Berpola



‫فُ َع ُل‬: ‫ ُهبَ ُل‬، ‫عُ َم ُر‬



b) Alasan 1 karena Isim Shifat + Alasan 2 karena …



‫أَفْ َع ُل‬: ‫َح َم ُق‬ ْ‫أ‬،‫ض‬ ُ َ‫أَبْي‬ Berakhiran Alif-Nûn: ‫ن‬ ُ ‫ َج ْو َعا‬، ‫َعطْ َشا ُن‬ Berpola ‫فُ َعل‬: ‫ُخر‬ ُ َُ ‫أ‬



 Berpola  



Semua jenis kata tersebut hanya memiliki dua tanda I’rab, yaitu Dhammah saat ber-I’rab Rafa’, dan Fathah saat ber-I’rab Nashab dan Jarr. Contoh



‫ص ِديِْق ْي‬ َ ‫عُثْ َما ُن‬ ‫ص ِديِْق ْي‬ َ ‫إِ َّن عُثْ َما َن‬ ‫ت بِعُثْ َما َن‬ ُ ‫َمَرْر‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Dhammah (dasar) Fathah (dasar)



I’rab Rafa’ Nashab



Fathah (cabang)



Jarr



Cara meng-I’rab: ‘Utsmân[u]



: Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah.



‘Utsmân[a] 1



: Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah.



‘Utsmân[a] 2



: Majrur karena didahului harf Jarr (bi), bertanda Fathah karena Isim Lâ Yansharif.



Catatan: Semua Isim Lâ Yansharif tidak menerima harakat kasrah, kecuali dalam dua kondisi: 1. Saat ber-Alif-Lâm Ta’rîf, dan 2. Saat berkedudukan sebagai Mudhâf Dalam dua kondisi tersebut ia dapat berharakat Kasrah manakala ber-I’rab Jarr, dan itu umumnya terealisasi pada Isim Lâ Yansharif yang bukan Isim ‘Alam. Contoh



ِ ‫ِجْا‬ ‫ض‬ ُ َ َ‫ت بِل َواء أَبْي‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Fathah (cabang)



I’rab Jarr



Kecuali Isim ‘Alam + ‘Ajam yang terdiri dari tiga huruf yang mana huruf tengahnya ber-sukun, maka ia munsharif (menerima tanwin dan kasrah). Contoh: ‫ لُْوط‬، ‫ُه ْود‬ 13



Kecuali Isim ‘Alam + Mu`annats yang terdiri dari tiga huruf, yang mana huruf tengahnya ber-sukun, maka ia munsharif (menerima tanwin dan kasrah). Contoh: ‫ِهْند‬ 14



127



ِ ِ َ‫ت بِاللِّ َو ِاء ْاْلَبْي‬ ‫ض‬ ُ ‫جْا‬ ِ ِ َ‫ت بِأَبْي‬ ‫ض اللِّ َو ِاء‬ ُ ‫جْا‬



Kasrah (dasar) Kasrah (dasar)



Cara meng-I’rab: Abyadh[a]



: Majrur karena sebagai Sifat bagi Liwâ`[in], bertanda Fathah karena Isim Lâ Yansharif.



al-Abyadh[i]



: Majrur karena sebagai Sifat bagi al-Liwâ`[i], bertanda Kasrah.



Abyadh[i]



: Majrur karena didahului harf Jarr (bi), bertanda Kasrah. Dan ia adalah Mudhaf.



B. Tanda I’rab Pada Fi’il Pada Langkah ke-2 telah dijelaskan bahwa I’rab Fi’il juga ada tiga, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jazm. Masing-masing dari I’rab tersebut ditandai dengan tanda-tanda akhiran tertentu. Ada yang berupa tanda I’rab Dasar yaitu sebagaimana telah dikenalkan juga pada Langkah ke-2, dan ada juga yang berupa tanda I’rab Cabang, yaitu tanda I’rab yang mewakili tanda I’rab Dasar untuk fi’il-fi’il yang memiliki ciri khas tertentu sebagaimana akan dijelaskan. 1. Tanda I’rab Dasar Fi’il Mudhari’ bertanda I’rab Dasar, yaitu manakala berupa fi’il shahîhul akhîr (tidak berakhiran huruf ‘illat), dan setelahnya tidak terhubung dengan suatu apapun. Maksud dari “setelahnya tidak terhubung dengan suatu apapun” adalah Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah (al-Af’âl al-Khamsah), dan tidak pula berakhiran Nûn Niswah. Lihat bagian yang tidak berarsir pada tabel: Akhiran



Mabni



-



ُ Tanda I’rab Cabang



Dasar



-



-







Aliful Itsnayn



-







-



Wâwul Jamâ’ah



-







-



-



-



-







Aliful Itsnayn



-







-



Nûn Niswah







-



-



-



-



-







Aliful Itsnayn



-







-



Wâwul Jamâ’ah



-







-



Yâ`ul Mukhâthabah



-







-



Aliful Itsnayn



-







-



Nûn Niswah







-



-



128



ُ Fi’il Mudhari’



‫يَ ْف َع ُل‬ ‫يَ ْف َع ََل ِن‬ ‫يَ ْف َعلُ ْو َن‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫يَ ْف َع ْل َن‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫تَ ْف َعلُ ْو َن‬ ‫تَ ْف َعلِْي َن‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫تَ ْف َع ْل َن‬



-



-



-







-



-



-







Contoh: Contoh



‫ب بِالْ ُكَرِة‬ ُ ‫َزيْد يَْل َع‬ ‫ب بِالن َّْرِد‬ َ ‫أَنَا لَ ْن أَلْ َع‬ ِ ‫نَحن لَم نَْلعب فِي الش‬ ‫َّاط ِئ‬ ْ َ ْ ُْ



Tanda I’rab (dasar/cabang) Dhammah (dasar)



‫أَفْ َع ُل‬ ‫نَ ْف َع ُل‬ I’rab Rafa’



Fathah (dasar)



Nashab



Sukun (dasar)



Jazm



2. Tanda I’rab Cabang Sebagaimana telah disinggung di atas, tanda I’rab Cabang pada Fi’il Mudhari’ hanya berkisar pada dua hal. Yaitu terkait Fi’il Mu’tallul Akhîr, dan Fi’il yang terhubung dengan suatu hal (yaitu salah satu dari: Aliful Itsnayn, Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah), atau yang dikenal dengan sebutan alAf’âl al-Khamsah (fi’il yang lima). a. Pada Fi’il Mu’tallul Akhîr (berakhiran huruf ‘illat) Fi’il yang berakhiran huruf ‘illat adalah fi’il yang berakhiran salah satu dari huruf ‘illat: Alif, Wâwu, dan Yâ` (‫ ي‬، ‫ و‬، ‫)ا‬. Ia memiliki tiga tanda I’rab, yaitu: Dhammah Muqaddarah saat ber-I’rab Rafa’, Fathah Zhahirah saat ber-I’rab Nashab, dan Hilangnya Huruf ‘Illat saat ber-I’rab Jazm. Contoh



‫َزيْد يَ ْش ِفي ِم ْن َمَر ِض ِه‬ ‫أ َْدعُو اللهَ َك ْي يَ ْش ِف َي َزيْد‬ ِ ‫َزيْد لَم ي ْش‬ ‫ف ِم ْن َمَر ِض ِه‬ َْ



Tanda I’rab (dasar/cabang) Dhammah Muqaddarah (dasar) Fathah Zhahirah (dasar) Hilangnya Huruf ‘Illat (cabang)



I’rab Rafa’ Nashab Jazm



Cara meng-I’rab: Yasyfiy



: Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Dhammah Muqaddarah karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.



Yasyfiy[a]



: Manshub karena didahului ‘Amil Nashab (kay), bertanda Fathah Zhahirah karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.



Yasyfi[]



: Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam), bertanda Hilangnya Huruf ‘Illat karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.



b. Pada al-Af’âl al-Khamsah (fi’il yang lima) al-Af’âl al-Khamsah adalah fi’il mudhari’ yang berakhiran Aliful Itsnayn (Alif yang menunjukkan dua orang), Wâwul Jamâ’ah (Wâwu yang menunjukkan lebih dari dua orang), dan Yâ`ul Mukhâthabah (Yâ` yang menunjukkan seorang perempuan orang kedua). Masing-masing dari Aliful Itsnayn dan Wâwul Jamâ’ah berlaku bagi orang ke-dua dan orang ke-tiga, sedangkan Yâ`ul Mukhâthabah khusus untuk orang ke-dua. Sehingga berjumlah lima. Contoh:



‫ تَ ْف َعلِْي َن‬، ‫ تَ ْف َعلُ ْو َن‬، ‫ يَ ْف َعلُ ْو َن‬، ‫ تَ ْف َع ََل ِن‬، ‫يَ ْف َع ََل ِن‬



129



Yang dimaksud dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jamâ’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah, pada contoh-contoh tersebut adalah huruf-huruf yang berada tepat sebelum huruf Nun di akhir. Lihat bagian tabel yang tidak berarsir dan perhatikan huruf bergaris bawah: Ciri-ciri



al-Af’âl al-Khamsah



-



-



Aliful Itsnayn







Wâwul Jamâ’ah







-



-



Aliful Itsnayn







-



-



-



-



Aliful Itsnayn







Wâwul Jamâ’ah







Yâ`ul Mukhâthabah







Aliful Itsnayn







-



-



-



-



-



-



ُ Fi’il Mudhari’



‫يَ ْف َع ُل‬ ‫يَ ْف َع ََل ِن‬ ‫يَ ْف َعلُ ْو َن‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫يَ ْف َع ْل َن‬ ‫تَ ْف َع ُل‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫تَ ْف َعلُ ْو َن‬ ‫تَ ْف َعلِْي َن‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫تَ ْف َع ْل َن‬ ‫أَفْ َع ُل‬ ‫نَ ْف َع ُل‬



Tanda I’rab al-Af’âl al-Khamsah ada dua saja, yakni Adanya Huruf Nun saat ber-I’rab Rafa’, dan Hilangnya Huruf Nun saat ber-I’rab Nashab dan Jazm. Contoh



ِ ‫الصالِح‬ ‫ات‬ َ َّ ‫ُه ْم يَ ْع َملُ ْو َن‬ ِ ‫الصالِح‬ ‫ات‬ َ َّ ‫أَ ْن تَ ْع َم ََل أَنْتُ َما‬ ِ ْ‫أَن‬ ُّ ‫ت لَ ْم تَ ْع َملِ ْي‬ َ‫الس ْوء‬



Tanda I’rab (dasar/cabang) Adanya Huruf Nun (cabang) Hilangnya Huruf Nun (cabang)



I’rab Rafa’ Nashab Jazm



Cara meng-I’rab: Ya’malû[na]



: Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Adanya Huruf Nun karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.



Ta’malû[]



: Manshub karena didahului ‘Amil Nashab (an), bertanda Hilangnya Huruf Nun karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.



Ya’malû[]



: Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam), bertanda Hilangnya Huruf Nun karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.



Catatan:



130



Hilangnya huruf Nun setelah Wâwul Jamâ’ah –dalam kaidah penulisan– disertai dengan penambahan huruf Alif, yang disebut dengan Alif Zâ`idah (Alif Tambahan).



‫تَ ْف َعلُ ْو َن » أَ ْن تَ ْف َعلُ ْوا‬



Alif Zâ`idah juga ditambahkan setelah Wâwul Jamâ’ah pada Fi’il Madhin dan Fi’il Amr: Ringkasan Tanda I’rab Isim dan Fi’il Jenis Kata Mufrad Jamak Taksir



Fi’il



Isim



Maqshur Manqush Mutsanna Jamak Mudzakkar Salim Jamak Mu`annats Salim Al-Asma` al-Khamsah La Yansharif Shahihul akhir (yang tidak tersambung dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jama’ah, Yâ`ul Mukhâthabah, dan Nûn Niswah) Mu’tallul akhir (yang tidak tersambung dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jama’ah, Yâ`ul Mukhâthabah, dan Nûn Niswah) Al-Af’âl al-Khamsah (fi’il yang tersambung dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah)



Tanda I’rab Nashab Jarr Fathah Kasrah Fathah Kasrah Fathah Kasrah Muqddarah Muqddarah Fathah Kasrah Zhahirah Muqddarah Huruf Ya` Huruf Ya` Kasrah Huruf Alif Huruf Ya` Fathah



Rafa’ Dhammah Dhammah Dhammah Muqddarah Dhammah Muqddarah Huruf Alif Huruf Wawu Dhammah Huruf Wawu Dhammah



‫ اِفْ َعلُ ْوا‬، ‫فَ َعلُ ْوا‬ Jazm -



Dhammah Zhahirah



Fathah Zhahirah



-



Sukun Zhahir



Dhammah Muqddarah



Fathah Zhahirah



-



Hilangnya Huruf ‘Illat



Adanya Huruf Nun



Hilangnya Huruf Nun



-



Hilangnya Huruf Nun



C. Tanda Akhir yang Diikutkan Ada beberapa lafazh Isim yang tanda akhirannya diikutkan dengan tanda I’rab isim yang sudah dipaparkan di atas. Yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah: 1. Tanda akhir Isim Isyarah Hâzhâni (‫ )هذان‬dan Hâtâni (‫)هتان‬ Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna. 2. Tanda akhir Isim Maushul Alladzâni (‫ )اللذان‬dan Allatâni (‫)اللتان‬ 131



ِ َ‫ان الْح ِقيبت‬ ِ ‫ان لِ َه َذيْ ِن الطَّالِبَ ْي ِن‬ َْ َ َ‫َهت‬



Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.



‫ت الضَّْي َفْي ِن اللَّ َذيْ ِن ِعْن َد َك‬ ُ ْ‫َرأَي‬



3. Tanda akhir pada lafazh Itsnâni (‫ )اثنان‬dan Itsnatâni (‫)اثنتان‬ Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.



ِ ‫قَرأْت جزأَي ِن اثْنَ ي ِن ِمن الْ ُق‬ ‫رآن فِي الْيَ ْوِم‬ َ ْ ْ ُْ ُ َ



4. Tanda akhir pada lafazh puluhan dalam bilangan (‫ الخ‬،‫ أربعون‬،‫ ثَلثون‬،‫)عشرون‬ Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Jamak Mudzakkar Salim.



ً‫ت ِم ْن َخ ْم ِسْي َن ُم َعلِّما‬ ُ ‫تَ َعلَّ ْم‬



SUPLEMENT TAMBAHAN Susunan Bilangan (Tarkîb ‘Adadî) 



Tarkîb ‘Adadî: Susunan yang menjelaskan bilangan.







Ciri-ciri dan ketentuan 1) Memiliki susunan inti: ‘Adad (bilangan) dan Ma’dûd (objek bilangan) Dan Tuhanmu adalah satu Tuhan ilâh[un] wâhid[un]



ِ ‫وإِلَه ُكم إِلَه و‬ ‫احد‬ َ ْ ُ َ



: Ma’dûd : ‘Adad



‫لِي ثَََلثَةُ أَقْ ََلم‬



Aku memiliki tiga pena tsalâtsat[u] aqlâm[in]



: ‘Adad : Ma’dûd



2) Tarkib ‘Adadi ada dua macam: ‘Adad ‘Ashlî (bilangan asli), dan ‘Adad Tartîbî (bilangan urutan) a) ‘Adad ‘Ashlî  Bilangan 1-2



ِ ‫طَالِب و‬ ‫احد‬ َ ِ ‫طَالِبَة َواح َدة‬



1



ِ َ‫ان اثْن‬ ِ ‫طَالِب‬ ‫ان‬ َ ِ َ‫ان اثْنَت‬ ِ َ‫طَالِبت‬ ‫ان‬ َ



2



I’rab: Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Washfî.  Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf  ‘Adad: mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai Shifah - Posisi Ma’dûd mendahului ‘Adad.



132



- ‘Adad menyamai Ma’dûd dari segi gender. - Ketentuan lafazh ‘Adad untuk bilangan dua (isnâni, isnatâni) mengikuti ketentuan isim Mutsannâ.



ِ َ‫ان اثْن‬ ِ ‫طَالِب‬ ‫ان > َعلَى طَالِبَ ْي ِن اثْنَ ْي ِن‬ َ



 Bilangan 3-10



‫ثَََلثَةُ طََُّلب‬ ‫ث طَالِبَات‬ ُ ‫ثَََل‬ ‫أ َْربَ َعةُ طََُّلب‬ ‫أ َْربَ ُع طَالِبَات‬ ‫َخ ْم َسةُ طََُّلب‬ ‫س طَالِبَات‬ ُ ‫َخ ْم‬ ‫ِستَّةُ طََُّلب‬ ‫ت طَالِبَات‬ ُّ ‫ِس‬ ‫َسْب َعةُ طََُّلب‬ ‫َسْب ُع طَالِبَات‬ ‫ثَ َمانِيَةُ طََُّلب‬ ‫ثَ َمانِ ْي طَالِبَات‬ ‫تِ ْس َعةُ طََُّلب‬ ‫تِ ْس ُع طَالِبَات‬ ‫َع َشَرةُ طََُّلب‬ ‫َع ْش ُر طَالِبَات‬



3



I’rab: ‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb Idhâfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Idhâfî.



4



 ‘Adad: bukan posisi I’rab, sebagai Mudhâf  Ma’dûd: Majrûr, sebagai Mudhâf Ilayh



5



- Posisi ‘Adad mendahului Ma’dûd. - Ma’dûd berbentuk Isim Jamak, dan Nakirah. - ‘Adad berkebalikan dengan Ma’dûd dari segi



6



gender.



- Khusus bilangan ‫ ثَ َمانِي‬di sini, merupakan



ْ



isim manqush, maka mengikuti ketentuanketentuan isim manqush.



7



‫أ َْربَ ُع طَالِبَات > َعلَى أ َْربَ ِع طَالِبَات‬



8 9 11



 Bilangan 11-19



ً‫َح َد َع َشَر طَالِبا‬ َ‫أ‬ ً‫إِ ْح َدى َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ ً‫اِثْنَا َع َشَر طَالِبا‬ ِ ً‫اثْنَتَا َع ْشَرَة طَالِبَة‬ ً‫ثَََلثَةَ َع َشَر طَالِبا‬



11 12 13



I’rab:  ‘Adad bag. 1: mabni fathah.  ‘Adad bag. 2: mabni fathah.  Ma’dûd: Manshub, sebagai Tamyîz.



- ‘Adad terdiri dari dua kata, yang semuanya mabni fathah.



133



ً‫ث َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ َ ‫ثَََل‬ ً‫أ َْربَ َعةَ َع َشَر طَالِبا‬ ً‫أ َْربَ َع َع ْشَرَة طَالِبَة‬ ً‫َخ ْم َسةَ َع َشَر طَالِبا‬ ً‫س َع ْشَرَة طَالِبَة‬ َ ‫َخ ْم‬ ً‫ِستَّةَ َع َشَر طَالِبا‬ َّ ‫َس‬ ً‫ت َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ ً‫َسْب َعةَ َع َشَر طَالِبا‬ ً‫َسْب َع َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ ً‫ثَ َمانِيَةَ َع َشَر طَالِبا‬ ً‫ثَ َمانِ َي َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ ً‫تِ ْس َعةَ َع َشَر طَالِبا‬ ً‫تِ ْس َع َع ْشَرةَ طَالِبَة‬



ِ َ ‫ثَََلثَةَُع‬ َُ ‫ُع‬ ً‫ش َُر طَالِبا‬ َ َ‫ش َُر طَالباً > َعلَى ثَََلثَة‬ َ



Kecuali lafazh isnâ dan isnatâ, keduanya mengikuti ketentuan Isim Mutsanna, namun tanpa menyertakan huruf nûn.



14 15 16 17



ً‫اِثْنَا َع َشَر طَالِباً > َعلَى اثْنَ ْي َع َشَر طَالِبا‬



- Ma’dûd dalam bentuk Isim Mufrad, dan



Nakirah. - ‘Adad bagian ke-dua menyamai Ma’dûd dari segi gender, sedangkan ‘Adad bagian pertama sebaliknya, kecuali untuk bilangan 11 dan 12.



- Khusus bilangan ‫ ثَ َمانِي‬di sini, merupakan



َ



isim mabni, yakni mabni fathah sebagaimana bilangan lainnya.



18 19



 Bilangan Puluhan (20-90)



ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ِع ْش ُرْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ثَََلثُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫أ َْربَعُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫َخ ْم ُس ْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ِست ُّْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫َسْب عُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ثَ َمانُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫تِ ْسعُ ْو َن طَالِبا‬



21



‘Irab:



31



 ‘Adad: bukan posisi I’rab  Ma’dûd: Manshub, sebagai Tamyiz



41 51 61



- Apapun gendernya menggunakan ‘Adad yang sama. - Ketentuan lafazh ‘Adad mengikuti ketentuan isim Jamak Mudzakkar Salim.



ً‫ثَََلثُ ْو َن طَالِباً > َعلَى ثَََلثِْي َن طَالِبا‬



71 81 91



 Bilangan di antara puluhan (21-29; 31-39, 41-49, dst.)



ِ‫و‬ ً‫احد َو ِع ْش ُرْو َن طَالِبا‬ َ ِ‫و‬ ً‫اح َدة َو ِع ْش ُرْو َن طَالِبَة‬ َ ِ َ‫اِثْن‬ ً‫ان َوثَََلثُ ْو َن طَالِبا‬



21 32



‘Irab: ‘Adad bagian 1 dan bagian 1 berupa Tarkîb ‘Athfî. sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb ‘Athfî.



134



ِ َ‫اِثْنَت‬ ً‫ان َوثَََلثُ ْو َن طَالِبَة‬ ً‫ثَََلثَة َوأ َْربَعُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ثَََلث َوأ َْربَعُ ْو َن طَالِبَة‬ ً‫أ َْربَ َعة َو َخ ْم ُس ْو َن طَالِبا‬ ً‫أ َْربَع َو َخ ْم ُس ْو َن طَالِبَة‬ ً‫َخ ْم َسة َو ِست ُّْو َن طَالِبا‬ ً‫َخ ْمس َو ِست ُّْو َن طَالِبَة‬ ً‫ِستَّة َو َسْب عُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ِست َو َسْب عُ ْو َن طَالِبَة‬ ً‫َسْب َعة َوثَ َمانُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫َسْبع َوثَ َمانُ ْو َن طَالِبَة‬ ً‫ثَ َمانِيَة َوتِ ْسعُ ْو َن طَالِبا‬ ً‫ثَ َمانِ ْي َوتِ ْسعُ ْو َن طَالِبَة‬



 ‘Adad bag. 1: bukan posisi I’rab, sebagai Ma’thûf ‘Alayhi  Harf ‘Athf (wa): mabni fathah  ‘Adad bag. 2: mengikuti I’rab ‘Adad bagian pertama, sebagai Ma’thûf  Ma’dûd: Manshub, sebagai Tamyîz



43 54



- Apapun gendernya menggunakan ‘Adad



yang sama. - ‘Adad bagian ke-dua berbentuk sama untuk semua gender, sedangkan ‘Adad bagian pertama berkebalikan dengan ma’dud, kecuali yang bersinggungan dengan bilangan … 1 dan … 2. - Ketentuan lafazh ‘Adad ke-dua mengikuti ketentuan isim Jamak Mudzakkar Salim.



65 76



ً‫ِستَّة ثَََلثُ ْو َن طَالِباً > َعلَى ِستَّة َوثَََلثِْي َن طَالِبا‬



87



- Khusus bilangan ‫ ثَ َمانِي‬di sini, merupakan



ْ



isim manqush, maka mengikuti ketentuanketentuan isim manqush.



98



 Bilangan 100, 1.000, 1.000.000



‫ طَالِبَة‬/ ‫ِمائَةُ طَالِب‬ ‫ طَالِبَة‬/ ‫ِمائَتَا طَالِب‬ ‫ طَالِبَة‬/ ‫ف طَالِب‬ ُ ْ‫أَل‬ ‫ طَالِبَة‬/ ‫ِم ْليُ ْو ُن طَالِب‬



I’rab: ‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb Idhâfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Idhâfî.



100 200 1.000



‘Adad: bukan posisi I’rab, sebagai Mudhâf Ma’dûd: Majrur, sebagai Mudhâf Ilayh



‫ِمائَةُ طَالِب > َعلَى ِمائَِة طَالِب‬



1 jt



b. ‘Adad Tartibi  Bilangan 1-10



ِ ‫ب ْاْل ََّو ُل‬ ُ ‫الطَّال‬ ‫الطَّالِبَةُ اْل ُْولَى‬ ِ ‫ب الثَّانِ ْي‬ ُ ‫الطَّال‬ ُ‫الطَّالِبَةُ الثَّانِيَة‬ ِ ِ ‫ث‬ ُ ‫ب الثَّال‬ ُ ‫الطَّال‬ ُ‫الطَّالِبَةُ الثَّالِثَة‬



ke-1/ Pertama ke-2



ke-3



135



I’rab: Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Washfî. Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf ‘Adad: mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai shifah



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب الثَّالِ ِ‬ ‫ث > َعلَى الطَّالِ ِ‬ ‫ث‬ ‫ب الثَّال ُ‬ ‫الطَّال ُ‬



‫‪ke-4‬‬



‫‪ke-5‬‬



‫‪ke-6‬‬



‫‪ke-7‬‬



‫‪ke-8‬‬



‫‪ke-9‬‬



‫‪ke-10‬‬



‫ِ‬ ‫الرابِ ُع‬ ‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬ ‫الرابِ َعةُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫س‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫ب الْ َخام ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ الْ َخ ِام َسةُ‬ ‫الطَّالِب َّ ِ‬ ‫س‬ ‫ُ‬ ‫الساد ُ‬ ‫ِ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬ ‫الساد َسةُ‬ ‫ِ‬ ‫السابِ ُع‬ ‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬ ‫السابِ َعةُ‬ ‫الطَّالِب الث ِ‬ ‫َّام ُن‬ ‫ُ‬ ‫الطَّالِبةُ الث ِ‬ ‫َّامنَةُ‬ ‫َ‬ ‫الطَّالِب الت ِ‬ ‫َّاس ُع‬ ‫ُ‬ ‫الطَّالِبةُ الت ِ‬ ‫َّاس َعةُ‬ ‫َ‬ ‫الطَّالِب الْع ِ‬ ‫اش ُر‬ ‫ُ َ‬ ‫الطَّالِبةُ الْع ِ‬ ‫اشَرةُ‬ ‫َ َ‬ ‫‪ Bilangan 11-19‬‬



‫‪I’rab:‬‬ ‫‪Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb‬‬ ‫‪Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab‬‬ ‫‪Tarkîb Washfî.‬‬ ‫‪Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf‬‬ ‫‪‘Adad bag. 1: mabni Fathah‬‬ ‫‪‘Adad bag. 2: mabni Fathah‬‬ ‫‪Kedua bagian ‘Adad di posisi I’rab‬‬ ‫‪mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai Maushûf‬‬



‫‪- ‘Adad terdiri dari dua kata, yang‬‬



‫‪ke-11‬‬



‫‪ke-12‬‬



‫‪ke-13‬‬



‫‪ke-14‬‬



‫‪semuanya mabni fathah.‬‬



‫ِ‬ ‫ُع ْش َرَُة > َعلَى الطَّالِبَ ِة الثَّانِيَةَُ‬ ‫الطَّالبَةُ الثَّانِيَةَ َ‬ ‫َع ْش َرُةَ‬



‫‪ke-15‬‬ ‫‪ke-16‬‬



‫‪136‬‬



‫ِ‬ ‫ب الْ َح ِاد ْي َع َشَر‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ الْ َح ِاديَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫ِ‬ ‫ب الثَّانِ ْي َع َشَر‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ الثَّانِيَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ث َع َشَر‬ ‫ب الثَّال َ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ الثَّالِثَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫ِ‬ ‫الرابِ َع َع َشَر‬ ‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الرابِ َعةَ َع ْشَرةَ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫س َع َشَر‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫ب الْ َخام َ‬ ‫الطَّالِبَةُ الْ َخ ِام َسةَ َع ْشَرةَ‬ ‫الطَّالِب َّ ِ‬ ‫س َع َشَر‬ ‫ُ‬ ‫الساد َ‬



‫‪ke-17‬‬



‫‪ke-18‬‬



‫‪ke-19‬‬



‫الس ِاد َسةَ َع ْشَرةَ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬ ‫ِ‬ ‫السابِ َع َع َشَر‬ ‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫السابِ َعةَ َع ْشَرةَ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬ ‫الطَّالِب الث ِ‬ ‫َّام َن َع َشَر‬ ‫ُ‬ ‫الطَّالِبةُ الث ِ‬ ‫َّامنَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫َ‬ ‫الطَّالِب الت ِ‬ ‫َّاس َع َع َشَر‬ ‫ُ‬ ‫الطَّالِبةُ الت ِ‬ ‫َّاس َعةَ َع ْشَرةَ‬ ‫َ‬



‫)‪ Bilangan Puluhan (20, 30, 40, dst‬‬ ‫‪I’rab:‬‬ ‫‪Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb‬‬ ‫‪Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab‬‬ ‫‪Tarkîb Washfî.‬‬ ‫‪Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf‬‬ ‫‪‘Adad: mengikuti i'rab Ma’dûd, sebagai sifah.‬‬



‫الطَّالِبَةُ الْ َخ ْمس ْو َُن > َعلَى الطَّالِبَ ِة الْ َخ ْم ِس ْي َنُ‬



‫‪ke-20‬‬



‫‪ke-30‬‬ ‫‪ke-40‬‬ ‫‪ke-50‬‬ ‫‪ke-60‬‬



‫ِ‬ ‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ الْعِ ْش ُرْو َن‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫ِ‬ ‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ الث َََّلثُ ْو َن‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫ِ‬ ‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ ْاْلَْربَعُ ْو َن‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫ِ‬ ‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الْ َخ ْم ُس ْو َن‬ ‫ِ‬ ‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ ال ِّست ُّْو َن‬ ‫الطَّال ُ‬



‫‪ Bilangan di antara Puluhan‬‬ ‫‪I’rab:‬‬ ‫‪Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb‬‬ ‫‪Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab‬‬ ‫‪Tarkîb Washfî.‬‬ ‫‪Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf‬‬ ‫‪‘Adad bag. 1: beri-I’rab mengikuti Ma’dûd,‬‬ ‫‪sebagai sifah.‬‬ ‫‪Harf Wawu: mabni Fathah‬‬ ‫‪‘Adad bag. 2: ber-I’rab mengikuti I’rab ‘Adad‬‬ ‫‪bag. 1, sebagai Ma’thûf‬‬



‫الطَّالِبةُ الت ِ‬ ‫السْب عُ ْو َن > َعلَى الطَّالِبَ ِة‬ ‫َّاس َعةُ َو َّ‬ ‫َ‬ ‫الت ِ‬ ‫السْبعِْي َن‬ ‫َّاس َع ِة َو َّ‬



‫‪ke-21‬‬



‫‪ke-32‬‬



‫‪ke-58‬‬



‫‪ke-79‬‬



‫‪ke-88‬‬



‫ِ‬ ‫ب الْ َح ِاد ْي َوالْعِ ْش ُرْو َن‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ الْ َح ِاديَةُ َوالْعِ ْش ُرْو َن‬ ‫ِ‬ ‫ب الثَّانِ ْي َوالث َََّلثُ ْو َن‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫الطَّالِبَةُ الثَّانِيَةُ َوالث َََّلثُ ْو َن‬ ‫الطَّالِب الث ِ‬ ‫َّام ُن َوالْ َخ ْم ُس ْو َن‬ ‫ُ‬ ‫الطَّالِبةُ الث ِ‬ ‫َّامنَةُ َوالْ َخ ْم ُس ْو َن‬ ‫َ‬ ‫الطَّالِب الت ِ‬ ‫السْب عُ ْو َن‬ ‫َّاس ُع َو َّ‬ ‫ُ‬ ‫الطَّالِبةُ الت ِ‬ ‫السْب عُ ْو َن‬ ‫َّاس َعةُ َو َّ‬ ‫َ‬ ‫الطَّالِب الث ِ‬ ‫َّام ُن َوالث ََّمانُ ْو َن‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫الطَّالِبَةُ الثَّامنَةُ َوالثَّ َمانُ ْو َن‬



‫‪ Bilangan 100, 1.000, 1.000.000‬‬



‫‪137‬‬



ِ ُ‫ الطَّالِبَةُ الْ ِمائَة‬/ ‫ب‬ ُ ‫الطَّال‬ ِ ‫ الطَالِبَةُ الْ ِمائَتَا ِن‬/ ‫ب‬ ُ ‫الطَّال‬ ‫َو َخ ْم َسة‬ ِ ‫ الطَالِبَةُ الث َََّلثُ ِمائَِة‬/ ‫ب‬ ُ ‫الطَّال‬ ‫َو َخ ْم ُس ْو َن‬ ِ ِ ‫ف‬ ُ ْ‫ الطَّالبَةُ اْلَل‬/ ‫ب‬ ُ ‫الطَّال‬ ِ ‫ الطَّالِبَةُ الْ ِم ْليُ ْو ُن‬/ ‫ب‬ ُ ‫الطَّال‬







ke-100 ke-205



ke-350 ke-1.000 ke- 1.000 .000



Cara meng-I’rab



I’rab: ‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Washfî. Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushuf ‘Adad: mengikuti i'rab Ma’dûd, sebagai shifah ُ



‫ َعلَى الطَّالِبَ ِة الْ ِمائَِة‬/ ُ‫الطَّالِبَةُ الْ ِمائَة‬



ِ ‫جاء طَالِب و‬ ‫احد‬ َ ََ



- Thâlib[un] - Wâhid[un]



: Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Thâlib[un], bertanda Dhammah



- Tsalâtsat[u]



: Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah. Dan ia adalah Mudhaf : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayh, bertanda Kasrah



- Thullâb[in] - Bi- ‘Asyr[i]



‫َجاءَ ثَََلثَةُ طََُّلب‬



‫ت بِ َع ْش ِر طَالِبَات‬ ُ ‫َمَرْر‬



- Thâlibât[in]



: Mabni Kasrah, karena ia Harf : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi-), bertanda Kasrah. Dan ia adalah Mudhaf : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayh, bertanda Kasrah



-



: Mabni Kasrah, karena ia Harf : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi-), bertanda Kasrah : Mabni Fathah, karena kekhususan tertentu : Mabni Fathah, karena kekhususan tertentu



BiAl-thâlib[i] Al-Sâbi’a ‘Asyara



- Al-Shafhat[a] - Al-Tâsi’at[a] - Wa - Al-Sab’îna



ِ ِ‫ت بِالطَّال‬ ‫السابِ َع َع َشَر‬ َّ ‫ب‬ ُ ‫َمَرْر‬



ِ ‫الص ْفحةَ الت‬ ‫السْبعِْي َن‬ َّ ‫َّاس َعةَ َو‬ ُ ‫فَتَ ْح‬ َ َّ ‫ت‬



: Manshub, karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah : Manshub, karena sebagai Shifat bagi Al-Shafhat[a], bertanda Fathah : Mabni Fathah, karena ia Harf : Manshub, karena sebagai Ma’thuf, bertanda Yâ’ karena diikutkan I’rab Jamak Mudzakkar Salim



138



‫‪LATIHAN VIII‬‬ ‫!‪1. Jelaskan I’rab setiap kata yang bergaris bawah berikut ini‬‬



‫ِ ‪15‬‬



‫الَ ُْك ُِلُ َُوالشُُْر ُ‬ ‫ب‬ ‫ُأَ َُدبُُ ُْ‬



‫ب‬ ‫اْل ََد ُ‬ ‫اْلَ ْكل ‪hal makan‬‬ ‫ُ‬ ‫ب ‪hal minum‬‬ ‫الش ُّْر ُ‬ ‫الْغُ ََل ُم ‪anak kecil‬‬ ‫الصغِْي ر ‪kecil‬‬ ‫َّ ُ‬ ‫ج ‪suami, pasangan‬‬ ‫َّ‬ ‫الزْو ُ‬ ‫ج ‪menikahi‬‬ ‫تَ َزَّو َج‪-‬يَتَ َزَّو ُ‬ ‫الْ َوفَاةُ ‪wafat, kematian‬‬ ‫ِ‬ ‫جر ‪pangkuan‬‬ ‫الْح ْ ُ‬ ‫كل ‪makan‬‬ ‫أَ َك َل‪-‬يَأْ ُ ُ‬ ‫‪adab‬‬



‫صغِْي ًرا ‪َ ،‬وَكا َن َم َع أُِّم ِه أُِّم َسلَ َمةَ‬ ‫َكا َن عُ َم ُر بْ ُن أَبِ ْي َسلَ َمةَ غُ ََل ًما َ‬ ‫‹ َر ِض َي اللهُ َعْن َها › ‪َ ،‬وَكانَ ْ‬ ‫صلَّى اللهُ‬ ‫ت أُُّم َسلَ َمةَ َزْو َج النَّبِ ِّي ‹ َ‬ ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم › تَ َزَّو َج َها بَ ْع َد َوفَاةِ أَبِ ْي َسلَ َمةَ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْنهُ › ‪،‬‬ ‫ِ ِ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ›‪.‬‬ ‫فَ َكا َن عُ َم ُر في ح ْج ِر النَّبِ ِّي ‹ َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم › َك َما يَأْ ُك ُل‬ ‫َوَكا َن عُ َم ُر يَأْ ُك ُل َم َع النَّبِ ِّي ‹ َ‬ ‫ِ‬ ‫الْولَ ُد َّ ِ‬ ‫ك‪.‬‬ ‫ك َوأُِّم َ‬ ‫ت َم َع أَبِْي َ‬ ‫الصغْي ُر َم َع أَبِْيه ‪َ ،‬وَك َما تَأْ ُك ُل أَنْ َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫صغِْي ر ‪ ،‬فَ َكا َن النَّبِ ُّي ‹‬ ‫َوَكا َن عُ َم ُر غُ ََل ًما يَتْي ًما َم َ‬ ‫ات أَبُ ْوهُ َوُه َو َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب‪.‬‬ ‫َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › يُحبُّهُ َويُ َعلِّ ُمهُ ْاْلَ َد َ‬



‫ِ‬ ‫ت‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › ‪ ،‬فَ َكانَ ْ‬ ‫فَ َكا َن يَأْ ُك ُل َمَّرًة َم َع النَّبِ ِّي ‹ َ‬ ‫الص ْح َف ِة َوَكا َن يَأْ ُك ُل ِم ْن ُهنَا َوُهنَا َك َما يَأْ ُك ُل‬ ‫يَ ُدهُ تَ ُد ْوُر فِي َّ‬ ‫َكثِْي ر ِم َن ْاْلَْوََل ِد ‪.‬‬



‫ِ‬ ‫"س ِّم اللهَ َوُك ْل‬ ‫فَ َعلَّ َمهُ النَّبِ ُّي ‹ َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › َوقَ َال لَهُ َ‬ ‫ِ‬ ‫ك"‪.‬‬ ‫ِم َّما يَلْي َ‬ ‫َو ٰه َك َذا يَْنبَغِ ْي أَ ْن يَأْ ُك َل الْ ُم ْسلِ ُم ‪ ،‬فَيُ َس ِّمي اللهَ َويَأْ ُك ُل بِيَ ِمْينِ ِه‬ ‫َويَأْ ُك ُل ِم َّما يَلِْي ِه ‪.‬‬



‫ِ‬ ‫ب ْاْلَ ْك ِل‬ ‫َو ٰه َك َذا َعلَّ َم النَّبِ ُّي ‹ َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › أَُّمتَهُ أَ َد َ‬ ‫و ُّ ِ‬ ‫ب ُك ِّل َش ْيء ‪َ ،‬ك َما َعلَّ َم عُ َمَر بْ َن أَبِي َسلَ َمةَ‬ ‫الش ْرب َوأَ َد َ‬ ‫َ‬ ‫‪ 15‬من كتاب القراءة الراشدة للشيخ أبي حسن الندوي (بتصرف)‬



‫‪139‬‬



‫الْيَتِْي ُم‬ ‫ب ‪menyukai‬‬ ‫ب‪-‬يُ ِح ُّ‬ ‫َح َّ‬ ‫أَ‬ ‫َعلَّم‪-‬يُ َعلِّم ‪mengajari‬‬ ‫َ ُ‬ ‫الْ َم َّرةُ ‪sekali‬‬ ‫الْيَ ُد ‪tangan‬‬ ‫َد َار‪-‬يَ ُد ْوُر ‪berputar, berkeliling‬‬ ‫ح َفةُ ‪piring besar‬‬ ‫الص ْ‬ ‫َ‬ ‫اْل َْوََل ُد ‪anak-anak‬‬ ‫س ِّم ‪sebutlah nama‬‬ ‫َ‬ ‫ل ‪makanlah‬‬ ‫ُك ْ‬ ‫َولَى‪-‬يَلِي ‪amat dekat‬‬ ‫ك َذا ‪demikianlah‬‬ ‫ٰه َ‬ ‫يَْنبَغِي ‪seyogyanya‬‬ ‫‪yatim‬‬



‫ث‬ ‫ث‪-‬يَْب َع ُ‬ ‫بَ َع َ‬ ‫الْ ُم َعلِّم ‪pengajar‬‬ ‫ُ‬



‫‪menutus‬‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ت‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › إِنَّ َما بُعثْ ُ‬ ‫الصغْي َر ‪َ .‬وقَ َال النَّبِ ُّي ‹ َ‬ ‫ُم َعلِّ ًما ‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ب ُك ِّل‬ ‫ب اللهُ النَّبِ َّي ‹ َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › َو َعلَّ َمهُ أَ َد َ‬ ‫قَ ْد أَ َّد َ‬ ‫َش ْيء فَ َق َال "أَ َّدبَنِ ْي َربِّ ْي فَأَ ْح َس َن تَأْ ِديْبِ ْي"‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫صلَّى‬ ‫اب َر ُس ْو ُل الله ‹ َ‬ ‫َوقَ َال أَبُ ْو ُهَريْ َرَة ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › َما َع َ‬ ‫اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّم › طَ َع ًاما قَ ُّ‬ ‫ط ‪ ،‬إِ ْن ا ْشتَ َهاهُ أَ َكلَهُ َوإِ ْن َك ِرَههُ تَ َرَكهُ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫الله ‹ صلَّى الله علَي ِه وسلَّم › أَجلِس َكما يجلِ‬ ‫وقَ َال رسو ُل ِ‬ ‫س‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫الْ َعْب ُد َوآ ُك ُل َك َما يَأْ ُك ُل الْ َعْب ُد ‪َ ،‬وقَ َال َ"َل آ ُك ُل ُمتَّ ِكاًا" ‪.‬‬ ‫ب ب ِن مالِك ‹ ر ِضي الله عْنه › قَ َال رأَيت رسوَل ِ‬ ‫الله‬ ‫َ َ َُُ‬ ‫َو َع ْن َك ْع ِ ْ َ‬ ‫َ ْ ُ َ ُْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫غ لَعِ َق َها‬ ‫صابِ َع ‪َ ،‬وإِ َذا فَ َر َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › يَأْ ُك ُل بِثَ ََلثَة أَ َ‬ ‫‹ َ‬ ‫‪.‬‬



‫ب‬ ‫ب‪-‬يُ َؤِّد ُ‬ ‫أ ََّد َ‬ ‫َح َس َن‪-‬يُ ْح ِس ُن‬ ‫أْ‬



‫‪mendidik‬‬ ‫‪menjadikan baik,‬‬



‫‪mempercantik‬‬



‫ِ‬ ‫ب‬ ‫التَّأْديْ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ب ‪mencela‬‬ ‫َع َ‬ ‫اب‪-‬يَعْي ُ‬ ‫قَ ُّ‬ ‫ط ‪sama sekali‬‬ ‫ِ‬ ‫شتَ ِهي ‪menyukai‬‬ ‫ا ْشتَ َهى‪-‬يَ ْ‬ ‫ك ِرَه‪-‬يَكْرهُ ‪membenci‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫تَرَك‪-‬يَْت رُك ‪meninggalkan‬‬ ‫َ ُ‬ ‫الْ َعْب ُد ‪hamba, budak‬‬ ‫كل ‪aku makan‬‬ ‫آُ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ئ ‪yang bersandar‬‬ ‫الْ ُمتَّك ُ‬ ‫صبِ ِع ‪jari‬‬ ‫َصابِ ُع جمن ا ِإل ْ‬ ‫ْاْل َ‬ ‫غ‪-‬يَ ْفرغُ ‪kosong, selesai‬‬ ‫فَ َر َ َ‬ ‫لَعِ َق‪-‬يَلْ َع ُق ‪menjilat‬‬ ‫‪pendidikan‬‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫صلَّى اللهُ‬ ‫َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › قَ َال َكا َن َر ُس ْو ُل الله ‹ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ث ‪َ ،‬وقَ َال "إِذَا‬ ‫صابِ َعهُ الثَََّل َ‬ ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم › إِذَا أَ َك َل طَ َع ًاما لَع َق أَ َ‬ ‫ت لُْق َمةُ أَ َح ِد ُك ْم فَ ْليَأْ ُخ ْذ َها َولْيُ ِم ْط َعْن َها ْاْلَ َذى َولْيَأْ ُك ْل َها‬ ‫َس َقطَ ْ‬ ‫ِ‬ ‫لشيطَ ِ‬ ‫ان ‪...‬‬ ‫‪َ ،‬وََل يَ َد ْع َها ل َّ ْ‬



‫ط‬ ‫ط‪-‬يَ ْس ُق ُ‬ ‫َس َق َ‬ ‫اللُّ ْق َمةُ ‪sesuap makanan‬‬ ‫خ ُذ ‪mengambil‬‬ ‫َخ َذ‪-‬يَأْ ُ‬ ‫أَ‬ ‫ط ‪menghilangkan‬‬ ‫أ ََما َط‪-‬يُ ِمْي ُ‬ ‫اْلَذَى ‪bahaya‬‬ ‫ع ‪meninggalkan‬‬ ‫ع‪-‬يَ َد ُ‬ ‫َوَد َ‬ ‫تَنَ فَّس‪-‬يَتَ نَ فَّس ‪bernafas‬‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫اب ‪minuman‬‬ ‫الشََّر ُ‬



‫ِ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه‬ ‫َو َعن ابْ ِن َعبَّاس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › أَ َّن النَّبِ َّي ‹ َ‬ ‫َو َسلَّم › نَ َهى أَ ْن يُتَ نَ َّفس فِي ِْ‬ ‫اإلنَ ِاء أَْو يُْن َف َخ فِْي ِه ‪.‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬



‫ِ‬ ‫ْاإلنَاءُ‬ ‫نَ َف َخ‪-‬يَْن ُف ُخ‬



‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه‬ ‫َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › أَ َّن َر ُس ْوَل الله ‹ َ‬ ‫وسلَّم › َكا َن ي ت ن َّف ِ‬ ‫الشر ِ‬ ‫اب ثَََلثًا ‪.‬‬ ‫س في َّ َ‬ ‫ََ َ‬ ‫ََ َ ُ‬



‫‪140‬‬



‫‪jatuh‬‬



‫‪bejana‬‬ ‫‪meniup‬‬



‫ِ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَ ِيه َو َسلَّ َم‪-‬‬ ‫َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › َع ِن النَّبِ ِّي ‪َ -‬‬ ‫ِ‬ ‫الشر ِ‬ ‫ب قَائِ ًما ‪ .‬فَأ َّ‬ ‫َحد‬ ‫َك َد الن َّْه َي قَائ ًَل ََل يَ ْشَربَ َّن أ َ‬ ‫نَ َهى َع ِن ُّ ْ‬ ‫ِمْن ُك ْم قَائِ ًما ‪ ،‬فَ َم ْن نَ ِس َي فَ ْليَ ْستَ ِق ْئ ‪.‬‬



‫َو َع ْن ُح َذيْ َفةَ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْنهُ › قَ َال إِ َّن النَّبِ َّي ‪-‬صلى الله عليه‬ ‫الشر ِ‬ ‫الذ َه ِ‬ ‫ب فِي آنِيَ ِة َّ‬ ‫ب‬ ‫وسلم‪ -‬نَ َهانَا َع ِن الْ َح ِريْ ِر َو ِّ‬ ‫الديْبَ ِ‬ ‫اج َو ُّ ْ‬ ‫ض ِة ‪َ ،‬وقَ َال " ِه َي لَ ُه ْم فِي ُّ‬ ‫الدنْيَا َوِه َي لَ ُك ْم فِي ْاْل ِخَرةِ"‪.‬‬ ‫َوالْ ِف َّ‬



‫أ َّ‬ ‫َك َد‪-‬يُ َؤِّكد‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫استَ َقاءَ‪-‬يَ ْستَق ْيءُ‬



‫‪mempertegas‬‬ ‫‪memuntahkan‬‬



‫الْ َح ِريْ ُر‬ ‫الديباج ‪sutra tebal‬‬ ‫اْلنِيَةُ جمن ِْ‬ ‫اإلنَاءُ ‪bejana‬‬ ‫‪kain sutra‬‬



‫!‪2. Harokati teks berikut ini‬‬



‫أهمُالعبادات‬ ‫ّ‬



‫‪16‬‬



‫اْل ََه ُّم‬ ‫الْعِبادات جمن الْعِبادةِ‬ ‫ََ‬ ‫ََ ُ‬



‫‪paling/lebih penting‬‬



‫من أهم العبادات الصَلة والصوم والزكاة والحج‪.‬‬ ‫الصَلة‬



‫ْاْلَقْ َو ُال جمن الْ َق ْوِل‬ ‫صةُ ‪khusus, dikhususkan‬‬ ‫ص ْو َ‬ ‫الْ َم ْخ ُ‬ ‫الْم ْفتَتَح ‪dibuka‬‬ ‫ُ ُ‬ ‫ختَتَم ‪diakhiri‬‬ ‫الْ ُم ْ ُ‬ ‫التَّسلِْيم ‪membaca salam‬‬ ‫ْ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ض ‪mewajibkan‬‬ ‫ض‪-‬يَ ْفر ُ‬ ‫فَ َر َ‬ ‫ِ‬ ‫شرْون ‪dua puluh‬‬ ‫الْع ْ ُ‬ ‫‪perkataan‬‬



‫الصَلة لغة الدعاء ‪ ،‬واصطَلحا هي اْلقوال واْلفعال‬ ‫المخصوصة المفتتحة بالتكبير والمختتمة بالتسليم‪.‬‬ ‫وفرضت الصَلة بمكة ليلة اإلسراء ‪ ،‬وهي ليلة السابع‬ ‫والعشرين من شهر رجب ‪ ،‬قبل الهجرة بسنة ‪.‬‬ ‫والصَلة ثابتة بالكتاب والسنة واإلجماع ‪ .‬قال الله‬ ‫تعالى َوأَقِْي ُموا الصَلة وآتُوا الزكاة ‪ ،‬وروى البخاري ومسلم‬ ‫عن ابن عمر رضي الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى‬ ‫الله عليه وسلم يقول بني اإلسَلم على خمس شهادة أن‬ ‫َل إله إَل الله وأن محمدا رسول الله ‪ ،‬وإقام الصَلة ‪ ،‬وإيتاء‬ ‫الزكاة ‪ ،‬وحج البيت ‪ ،‬وصوم رمضان ‪.‬‬ ‫فمن جحد الصَلة كفر لثبوتها بدليل قطعي ‪ .‬وقد روى‬ ‫الطبراني عن أنس رضي الله عنه ‪ ،‬أن النبي صلى الله عليه‬ ‫وسلم قال من ترك الصَلة متعمدا فقد كفر جهارا ‪ .‬فالصَلة‬ ‫‪16‬من كتاب المطالعة للدكتور شاكر سيقيريچ ومحمد پاشيچ ومحمد خانجيچ (بتصرف)‬ ‫‪141‬‬



‫ت‬ ‫الثَّابِ ُ‬ ‫آتُوا ‪berikanlah‬‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫بَنَى‪-‬يَْبني ‪membangun‬‬ ‫ْ‬ ‫‪tetap, kukuh‬‬



‫َج َح َد‪-‬يَ ْج َح ُد‬



‫‪mengingkari,‬‬



‫‪mendustakan‬‬



‫ت‬ ‫الثُّبُ ْو ُ‬ ‫الْ َقطْعِ ُّي‬



‫‪hal tetap/kokoh‬‬ ‫‪bersifat pasti‬‬



‫فرض على كل مسلم بالغ عاقل ‪ ،‬سواء كان ذكرا أم أُنْثًى حرا‬ ‫أم عبدا ‪ ،‬في كل يوم وليلة خمس صلوات ‪.‬‬



‫صَلةُالجمعة‬ ‫ض َعْين ثبت بالكتاب والسنة‬ ‫صَلة الجمعة فَ ْر ُ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫لص ََلةِ‬ ‫ي لِ َّ‬ ‫واإلجماع ‪ .‬قال تعالى يَا أَيُّ َها الذيْ َن َآمنُ ْوا إذَا نُ ْود َ‬ ‫ِمن ي وِم الْجمع ِة فَاسعوا إِلَى ِذ ْك ِر ِ‬ ‫الله َوذَ ُروا الْبَ ْي َع ‪ ،‬ذَلِ ُك ْم َخْي ر‬ ‫ْ َْ ُ ُ َ ْ َْ‬ ‫ضي ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫الص ََلةُ فَانْتَ ِش ُرْوا فِي‬ ‫ت َّ‬ ‫لَ ُك ْم إ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن ‪ ،‬فَإ َذا قُ َ‬ ‫ض ِل ِ‬ ‫ْاْلَْر ِ‬ ‫الله َواذْ ُك ُروا اللهَ َكثِْيراً لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن‪.‬‬ ‫ض َوابْتَ غُ ْوا ِم ْن فَ ْ‬



‫وصَلة الجمعة ركعتان فرضا وهي صَلة مستقلة فليست‬ ‫ظهرا مقصورة ‪ ،‬ولها سنة مؤكدة أربع ركعات قبل الفرض وأربع‬ ‫بعده بتسليمة واحدة ‪.‬‬ ‫وروى أبو داود والحاكم أن النبي صلى الله عليه وسلم‬ ‫قال الجمعة حق واجب على كل مسلم في جماعة إَل أربعة‬ ‫عبد مملوك أو امرأة أو صبي أو مريض ‪.‬‬ ‫صَلةُالجماعة‬



‫الْ ُمتَ َع ِّم ُد‬ ‫ِ‬ ‫ج َهار ‪hal terang-terangan‬‬ ‫الْ ُ‬ ‫َّ‬ ‫كر ‪laki-laki‬‬ ‫الذ َ ُ‬ ‫ْاْلُنْثَى ‪wanita‬‬ ‫ح ُّر ‪yang merdeka‬‬ ‫الْ ُ‬ ‫الص ََلةِ‬ ‫ات جمن َّ‬ ‫َّ‬ ‫الصلَ َو ُ‬ ‫ِ‬ ‫ادى ‪dikumandangkan‬‬ ‫ي‪-‬يُنَ َ‬ ‫نُ ْود َ‬ ‫ِ‬ ‫ع ‪berusaha‬‬ ‫َس َعى‪-‬يَ ْس َعى‪-‬ا ْس َ‬ ‫ذَ ْر ‪tinggalkanlah‬‬ ‫ِ‬ ‫ضى ‪dilaksanakan,‬‬ ‫قُض َي‪-‬يُ ْق َ‬



‫‪orang yang menyengaja‬‬



‫‪ditetapkan‬‬



‫انْتَ َشَر‪-‬يَنْتَ ِشُر‪-‬انْتَ ِش ْر‬



‫‪menyebar,‬‬



‫‪bertebaran‬‬



‫ابْتَ غَى‪-‬يَْبتَغِي‪-‬ابْتَ ِغ‬ ‫ضل ‪karunia‬‬ ‫الْ َف ْ َ‬ ‫كر ‪mengingat, berdzikir‬‬ ‫ذَ َكَر‪-‬يَ ْذ ُكُر‪-‬اذْ ُ ْ‬ ‫أَفْ لَح‪-‬يُ ْفلِح ‪beruntung‬‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ل ‪yang berdiri sendiri‬‬ ‫الْ ُم ْستَق ُّ‬ ‫صور ‪yang di-qashar‬‬ ‫الْ َم ْق ُ ْ ُ‬ ‫‪mencari‬‬



‫الْ َح ُّق‬



‫‪kebenaran, perkara yang‬‬



‫‪diputuskan, hak‬‬



‫الْ َعْب ُد الْ َم ْملُ ْو ُك‬ ‫ي ‪bayi, anak kecil‬‬ ‫َّ‬ ‫الصبِ ُّ‬ ‫ض ‪orang sakit‬‬ ‫الْ َم ِريْ ُ‬



‫‪hamba sahaya‬‬



‫ِّ‬ ‫الص َّحةُ‬ ‫ال ‪dikatakan‬‬ ‫قِْي َل‪-‬يُ َق ُ‬ ‫الْعِْي ُد ‪hari raya ‘ied‬‬ ‫ضل ‪melebihi, mengungguli‬‬ ‫فَ َ‬ ‫ض َل‪-‬يَ ْف ُ ُ‬ ‫الْ َف ُّذ ‪yang tunggal, sendiri‬‬ ‫‪keabsahan‬‬



‫الجماعة سنة مؤكدة للرجال في الصلوات الخمس ‪.‬‬ ‫وقيل هي واجبة ‪ .‬والجماعة شرط في صحة صَلة الجمعة‬ ‫والعيدين ‪ .‬وقد روى البخاري عن عبد الله بن عمر رضي الله‬



‫‪142‬‬



‫عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‬ ‫الجماعة تفضل صَلة الفذ بسبع وعشرين درجة ‪.‬‬



‫صَلة‬



‫الصوم ُ‬ ‫وصوم رمضان فرض عين قد ثبت بالكتاب والسنة‬ ‫واإلجماع ‪ .‬وقد فرض في شهر شعبان من السنة الثانية للهجرة‬ ‫ِ‬ ‫الصيَ ُام َك َما‬ ‫ب َعلَْي ُك ُم ِّ‬ ‫‪ .‬قال تعالى يَا أَيُّ َها الذين آمنوا ُكت َ‬ ‫ِ‬ ‫ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُق ْو َن ‪ .‬وقال تعالى‬ ‫ُكت َ‬ ‫شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من‬ ‫الهدى والفرقان ‪ ،‬فمن شهد منكم الشهر فليصمه ‪ ،‬ومن كان‬ ‫مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر ‪ .‬يريد الله بكم اليسر‬ ‫وَل يريد بكم العسر ‪ .‬ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما‬ ‫هداكم ولعلكم تشكرون ‪.‬‬ ‫الزكاة ُ‬



‫ب َعلَى‬ ‫ب‪-‬يَكْتُ ُ‬ ‫َكتَ َ‬



‫‪mentakdirkan,‬‬



‫‪mewajibkan‬‬



‫ص ْوُم‬ ‫ص َام‪-‬يَ ُ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫الْع َّدةُ ‪(se) jumlah‬‬ ‫ُخر ‪yang lain‬‬ ‫أ َُ‬ ‫الْيُسر ‪kemudahan‬‬ ‫ُْ‬ ‫الْ ُعسر ‪kesulitan‬‬ ‫ُْ‬ ‫ِ‬ ‫كمل‪-‬يُكْمل ‪menyempurnakan‬‬ ‫ُ‬ ‫أَ ْ َ َ‬ ‫‪berpuasa‬‬



‫آتَى‪-‬ي ؤتِي‪ِ -‬‬ ‫آت‬ ‫ُْ‬ ‫خ ْذ ‪mengambil‬‬ ‫َخ َذ‪-‬يَأْ ُخ ُذ‪ُ -‬‬ ‫أَ‬ ‫طَ َّهر‪-‬يُطَ ِّهر ‪membersihkan,‬‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫‪memberikan‬‬



‫اعلم أن الزكاة فرض عين كالصَلة ‪ .‬وفرضت في شوال‬ ‫في السنة الثانية من الهجرة ‪ .‬واْلصل في وجوبها قول الله‬ ‫الص ََلَة وآتُوا َّ‬ ‫الزَكا َة ‪ .‬وقوله تعالى ُخ ْذ ِم ْن‬ ‫تعالى َوأَقِْي ُموا َّ‬ ‫أَْم َوالِهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها ‪ .‬وقد روى البخاري عن‬ ‫ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم‬ ‫بعث معاذا إلى اليمن فقال ادعهم إلى شهادة أن َل إله إَل‬ ‫الله وأني رسول الله ‪ ،‬فإذا هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله‬ ‫افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة ‪ .‬فإن هم‬ ‫أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في‬ ‫أموالهم تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم ‪.‬‬



‫‪mensucikan‬‬



‫َزَّكى‪-‬يَُزِّكي‬ ‫عو‪-‬اُ ْدعُ ‪memanggil, menyeru‬‬ ‫َد َعا‪-‬يَ ْد ُ‬ ‫َعلَم‪-‬يُ ْعلِم ‪memberi tahu‬‬ ‫أْ َ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ض ‪mewajibkan‬‬ ‫ض‪-‬يَ ْفتَ ِر ُ‬ ‫افْ تَ َر َ‬ ‫ِ‬ ‫خ ُذ ‪diambil‬‬ ‫أُخ َذ‪-‬يُ ْؤ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ي ‪orang kaya‬‬ ‫اْلَ ْغنيَاءُ جمن الْغَن ِّ‬ ‫رَّد‪-‬يَرُّد ‪mengembalikan,‬‬ ‫َ ُ‬ ‫‪mensucikan‬‬



‫‪memantulkan, menolak‬‬



‫الْ ُع ْمُر‬ ‫التَّطَُّوعُ ‪sunnah‬‬ ‫ِ‬ ‫اع‪-‬يَ ْستَ ِطْي ُع‬ ‫ا ْستَطَ َ‬



‫الحجُ ُ‬ ‫ّ‬



‫‪umur/usia‬‬



‫‪143‬‬



‫‪bisa, mampu‬‬



‫اعلم أن الحج فرض عين في العمر مرة واحدة لما رواه‬ ‫أحمد والنسائي من قوله صلى الله عليه وسلم الحج مرة‬ ‫واحدة ‪ ،‬فمن زاد فهو تطوع ‪ .‬وثبت بالكتاب والسنة‬ ‫واإلجماع ‪ .‬قال الله تعالى ولله على الناس حج البيت من‬ ‫استطاع إليه سبيَل ‪.‬‬ ‫وَل يجب إَل على الحر البالغ العاقل القادر على الزاد‬ ‫والراحلة بشرط أن يزيد ذلك عما يلزم لمسكنه وما يلزمه في‬ ‫نفقة الذهاب واإلياب وما يلزم لعياله إلى حين عودته من‬ ‫الحج ‪.‬‬ ‫ُ‬



‫والحجاج يزورون المدينة المنورة ومسجد رسول الله‬ ‫صلى الله عليه وسلم وقبره الشريف ‪ .‬وهذه الزيارة ليست‬ ‫واجبة ‪ ،‬لكنها من أفضل القرب وأحسن المستحبات ‪ُ .‬‬



‫السبِْي َل‬ ‫َّ‬



‫‪jalan‬‬



‫الْبَالِ ُغ‬ ‫ِ‬ ‫ادر ‪yang mampu‬‬ ‫الْ َق ُ‬ ‫اد ‪bekal‬‬ ‫َّ‬ ‫الز ُ‬ ‫الر ِ‬ ‫احلَةُ ‪tunggangan‬‬ ‫َّ‬ ‫ن ‪melebihi‬‬ ‫َز َاد‪-‬يَِزيْ ُد َع ْ‬ ‫لَ ِزَم‪-‬يَ ْل َزُم‪-‬الَْزْم ‪harus‬‬ ‫كن ‪tempat tinggal‬‬ ‫الْ َم ْس َ ُ‬ ‫ِّ‬ ‫اب ‪pergi‬‬ ‫الذ َه ُ‬ ‫اب ‪kembali‬‬ ‫ا ِإليَ ُ‬ ‫ال ‪keluarga‬‬ ‫العِيَ ُ‬ ‫الْ َعو َدةُ ‪kembali‬‬ ‫ْ‬ ‫َزار‪-‬يَُزْور ‪mengunjungi‬‬ ‫َ ُ‬ ‫الْ َقْب ر ‪makam‬‬ ‫ُ‬ ‫ب ‪ibadah‬‬ ‫الْ ُقَر ُ‬ ‫ات جمن الْ ُم ْستَ َحب‬ ‫الْ ُم ْستَ َحبَّ ُ‬ ‫‪yang baligh‬‬



‫‪yang‬‬



‫‪disukai, sunnah‬‬



‫!‪3. Harokati dan Terjemahkan teks berikut‬‬



‫‪ .4‬وفاةُأمهُوحضانته‬



‫‪17‬‬



‫‪ )1‬توفيت أمه صلى الله عليه وسلم وهو في السادسة من عمره ‪ ،‬وهي راجعة من المدينة‪.‬‬ ‫‪ )2‬وقد ذهبت إلى المدينة لزيارة قبر أبيه ومعها جده عبد المطلب‪.‬‬ ‫‪ )3‬وقد دفنت باْلبواء وهي قرية بين مكة والمدينة‪.‬‬ ‫‪ 17‬من كتاب خَلصة نور اليقين في سيرة سيد المرسلين للشيخ عمر عبدالجبار‬



‫‪144‬‬



‫‪ )4‬فحضنته أم أيمن خادمة أبيه عبد الله‬ ‫الخَلصة توفيت أمه وعمره بت سنوات ‪ ،‬ودفنت باْلبواء وحضنته أم أيمن خادمة أبيه‪.‬‬ ‫‪ .5‬تربتهُووفاةُج ُّده‬ ‫‪ )1‬قام بتربيته بعد وفاة أمه جده عبد المطلب ‪ ،‬وكان يحبه أكثر من حبه ْلوَلده‪.‬‬ ‫‪ )2‬ولما بلغ عمره صلى الله عليه وسلم ثماني سنوات مات جده ‪ ،‬بعد أن كفله سنتين‪.‬‬ ‫‪ )3‬وبعد وفاة جده كفله عمه أبو طالب ‪ ،‬وكان فقيرا ‪ ،‬فوسع الله رزقه‪.‬‬ ‫‪ )4‬وكان صلى الله عليه وسلم في مدة كفالة عمه قائما بما قسمه الله ويسره له‪.‬‬ ‫الخَلصة رباه بعد أمه جده عبد المطلب ‪ ،‬وتوفي جده وعمره ثماني سنوات ‪ ،‬فكفله عمه أبو‬ ‫طالب‪.‬‬ ‫وسفرتهُالولىُإلىُالشام‬ ‫‪َُ .6‬ر ُْعيُهُُاُلْ ُغَُنَ َُمُ َُ‬ ‫‪ )1‬كان صلى الله عليه وسلم يرعى الغنم ْلهل مكة بأجرة يعيش منها‪.‬‬ ‫‪ )2‬ولما بلغ التاسعة من عمره سافر إلى الشام مع عمه أبي طالب بتجارة‪.‬‬ ‫صَرى ) رآه الراهب بَ ِحْي َرى ‪ ،‬فأخبر عمه بأنه سيكون آخر اْلنبياء ‪ ،‬وطلب منه‬ ‫‪ )3‬ولما قرب من ( بُ ْ‬ ‫أن يرجع به خوفا عليه من عدو يترقبه‪.‬‬ ‫‪ )4‬وقد استدل على نبوته بعَلماته التي في كتب أهل الكتاب‪.‬‬ ‫الخَلصة كان في صغره يرعى الغنم ْلهل مكة ‪ ،‬وسافر إلى الشام مع عمه وهو ابن تسع أو‬ ‫ابن ثَلث عشرة ‪ ،‬ورآه الراهب بحيرى وعرف فيه عَلمات النبوة‪.‬‬



‫‪145‬‬



‫‪ .7‬سفرتهُالثانيةُإلىُالشام‬ ‫‪ )1‬في الخامسة والعشرين من عمره صلى الله عليه وسلم سافر إلى الشام مرة ثانية في تجارة للسيدة‬ ‫خديجة‪.‬‬ ‫‪ )2‬وكان ذات شرف ومال ‪ ،‬تستأجر الرجال في مالها‪.‬‬ ‫‪ )3‬وقد اختارته لهذا العمل ْلنها سمعت بصدقه وأمانته وأخَلقه الشريفة‪.‬‬ ‫‪ )4‬وكان معه خادمها ميسرة ‪ ،‬فباعا وابتاعا ورجعا بربح عظيم‪.‬‬ ‫الخَلصة وسافر إلى الشام مرة ثانية وعمره خمس وعشرون سنة ‪ ،‬في تجارة للسيدة خديجة‪.‬‬ ‫وهي سيدة ذات ِغنًى وشرف ‪ ،‬وكان معه غَلمها ميسرة‪.‬‬ ‫‪ .8‬زواجهُبالسيدةُخديجةُ‬ ‫‪ )1‬بعد رجوعه بشهرين من سفرته الثانية ‪ ،‬تزوج بالسيدة خديجة (وهي التي خطبته)‪.‬‬ ‫‪ )2‬وكان عمرها أربعين سنة وعمره صلى الله عليه وسلم خمسا وعشرين سنة‪.‬‬ ‫‪ )3‬وكانت قبله متزوجة بأبي هالة ‪ ،‬وقد مات وله ولد منها اسمه هالة‪.‬‬ ‫‪ )4‬وقد أقامت مع الرسول خمسا وعشرين سنة ‪ ،‬ولم يتزوج غيرها حتى توفيت‪.‬‬ ‫الخَلصة بعد رجوعه بشهرين تزوج بالسيدة خديجة وكان عمرها أربعين سنة‪ ،‬بعد زوجها أبي‬ ‫هالة ‪ ،‬ولبثت معه خمسا وعشرين سنة‪.‬‬



‫‪146‬‬



DIAGRAM MATERI



DIAGRAM MATERI



Metode Amin Level 2



1



LANGKAH



SUSUNAN KATA DALAM BAHASA ARAB



Ismiyyah (Mubtada` + Khabarul Mubtada`)



KALIMAT



Fi’liyyah (Fi’il + Fâ’il/Nâ`ibul Fâ’il)



َ َْ ‫اض‬ ِ ‫زيد ح‬ َ َ ‫َح‬ ‫َض َزيْد‬



Syarthiyyah (Adatusy Syarth + Jumlatusy Syarth + Jawabusy Syarth)



َّ َ ‫َم ْن َجد َو َجد‬



SUSUNAN KATA



Jârr wa Majrûr (Harf Jarr + Isim Majrûr)



ْ َ ْ ‫ِف‬ ‫ت‬ ِ ‫اْلي‬ ِ



Tarkîb Idhâfî (Mudhâf + Mudhâf Ilayhi)



َْ ُ َْ ‫ال‬ ِ ‫بيت الم‬



NON-KALIMAT



Tarkîb Washfî (Maushûf +Shifat)



َّ ‫الْ ِعلْ ُم‬ ‫انلا ِف ُع‬



Tarkîb ‘Athfî (Ma’thûf ‘Alayhi + Harf ‘Athf + Ma’thûf ْ )



Tawâbi’



ْ ْ ُ ‫ال ِعل ُم َوال َع َمل‬



Tarkîb Badalî (Mubdal Minhu + Badal)



َ ُْ َ َ َ ‫ك َ ي‬ ‫َع‬ ِ ‫جاء ص ِديق‬



Tarkîb Taukîdî (Mu`akkad + Mu`akkid)



َّ ُّ َ َ َ ُّ ُ ‫الطَّل ُب ك ُه ْم‬ ‫حَض‬



Metode Amin Level 2



2



3



SUSUNAN KATA ISMIYYAH



KALIMAT



+NAWASIKH



َ َْ ِّ َ َ ُ ‫َ ْ َ ي‬ ‫ي‬ Mubtada` + Khabarul Mubtada` ( ‫ ;) زيد ذ ِك‬+ Khabarul Mubtada` ( ‫) زيد ذ ِك متأدب‬ ‫) َزيْد َذ ِ ي‬ Isim Mufrad ( ‫ك‬ ‫) ُز َه ْْي َو َ َُل ُه َذ ِ ي‬ Ismiyyah ( ‫ك‬ Jumlah َ ْ َ ْ ُ ُ ْ‫) ُز َه ْْي ََي‬ Ragam Khabarul Fi’liyyah ( ‫َض المج ِلس‬ Mubtada` ْ َْ َْ Jarr wa Majrur ( ‫) زيد ِِف المج ِل ِس‬ Syibhul Jumlah ْ َْ َ ْ َْ Zharf ( ‫عند المج ِل ِس‬ ِ ‫) زيد‬ ْ َْ َْ Jarr wa Majrur ( ‫) ِِف المج ِل ِس زيد‬ Khabarul Mubtada` Syibhul Jumlah ْ َْ َ ْ َْ yang Dimajukan Zharf ( ‫عند المج ِل ِس زيد‬ ِ ) ًّ ‫) ََك َن َزيْد َذ‬ Kâna dan Kerabatnya: Kâna + Isim Kâna + Khabar Kâna ( ‫كيا‬ ِ ‫) إِ َّن َزيْ ًدا َذ ِ ي‬ Inna dan Kerabatnya: Inna + Isim Inna + Khabar Inna ( ‫ك‬ Khabar Kâna dan Khabar Inna bisa berupa jumlah dan syibhul jumlah, dan bisa dimajukan



َْ َ َ



Fi’il + Fâ’il ( ‫) قام زيد‬ FI’LIYYAH



ًّ َ ُ َ َ



ًُْ ْ َ َْ َ َ َ



َْ



َّ َ



Fi’il + Fâ’il + Maf’ûl Bihi ( ‫ ;)نَص زيد مظلوما‬+ Maf’ûl Bihi ( ‫)سَّم زيد َوَله ع ِليا‬



ُ ُْ ْ َْ َ ُ



ًّ َ ُ َ َ ْ



ِّ ُ



َ ‫)س‬ Fi’il + Nâ`ibul Fâ’il ( ‫َص المظلوم‬ ِ ‫ ;) ن‬Fi’il + Nâ`ibul Fâ’il + Maf’ûl Bihi ( ‫ِّم الوَل ع ِليا‬ SYARTHIYAH



َ َ َْ



ْ َ َْ ْ ََْ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ Adatusy Syart tidak ber-’Amal: ‫ لول‬، ‫ لو‬، ‫ أما‬، ‫ ِإذا‬: ( ‫ِخ أذهب معه‬ ِ ‫) ِإذا ذهب أ‬ َ َ



ْ َ



ْ



Adatusy Syarth ber-’Amal Jazm: ‫ أينما‬، ‫ مَت‬، ‫ من‬، ‫ ِإن‬: ( ‫) ِإن َتت ِهد تنجح‬



Metode Amin Level 2



3



LANGKAH



HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB ISIM DAN FI’IL



4



Sebagai Mubtada`



HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB



Sebagai Khabarul Mubtada` Sebagai Isim Kâna dan Kerabatnya



Jika tidak didahului oleh ‘Âmil



RAFA’



FI’IL



ISIM



RAFA’



Sebagai Khabar Inna dan Kerabatnya Sebagai Fâ’il Sebagai Nâ`ibul Fâ’il Sebagai Khabar Kâna dan Kerabatnya Sebagai Isim Inna dan Kerabatnya Sebagai Mafâ’îl Sebagai Hâl



Jika didahului ‘Âmil Nashab



NASHAB



NASHAB



Sebagai Tamyîz Sebagai Mustatsnâ Sebagai Isim Lâ Nâfiyah Lil Jins Sebagai Munâdâ Setelah Harf Jarr



Jika didahului ‘Âmil Jazm



JARR



JAZM



Sebagai Mudhâf Ilayhi



Metode Amin Level 2



4



HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB ISIM َ َْ



‫) زيد ذ ِ ي‬ Sebagai Mubtada` ( ‫ك‬



َ َْ



‫) زيد ذ ي‬ Sebagai Khabarul Mubtada` ( ‫ك‬



ًّ َ



RAFA’



َْ َ َ



Sebagai Isim Kâna dan Kerabatnya ( ‫كيا‬ ِ ‫) َكن زيد ذ‬



َ ً ْ َ َّ



‫) إِن زيدا ذ ِ ي‬ Sebagai Khabar Inna dan Kerabatnya ( ‫ك‬ َ َ



َْ َ َ



Sebagai Fâ’il ( ‫كتاب‬ ِ ‫) ق َرأ زيد ال‬



ُ َ ْ َ ُ



Sebagai Nâ`ibul Fâ’il ( ‫كتاب‬ ِ ‫) ق ِرئ ال‬



HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB ISIM



ًّ َ



َْ َ َ



Sebagai Khabar Kâna dan Kerabatnya ( ‫كيا‬ ِ ‫) َكن زيد ذ‬



َ ً ْ َ َّ



‫) إِن زيدا ذ ِ ي‬ Sebagai Isim Inna dan Kerabatnya ( ‫ك‬ Sebagai Mafâ’îl



NASHAB



JARR



ْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ



Maf’ûl Bihi ( ‫آن‬ ِ ‫) تعلم زيد لغة القر‬



ً َ ْ َ َ َّ َ َ



Maf’ûl Fîhi ( ‫) تعلم زيد َلَّْل‬



ِّ َ



ً َ َ ْ َ َ َّ َ َ



َ



َََ َ َ َ ْ َ ً Sebagai Hâl ( ‫كتاب جالِسا‬ ِ ‫) قرأ زيد ال‬ ًُ ُ َْ َ ُ َ Sebagai Tamyîz ( ‫) حسن زيد خلقا‬ ً ْ َ َّ ُ ْ َ ْ َ َ َ Sebagai Mustatsnâ ( ‫) حَض القوم إل زيدا‬ َ ْ ْ َّ َ َّ َ Sebagai Isim Lâ Nâfiyah Lil Jins ( ِ‫السَّلم‬ ِ ِِ ‫) ل ِعزة ِإل‬



Maf’ûl li-Ajlihi ( ‫) تعلم زيد طلبا ل ِ ِرَض رب ِه‬



Sebagai Munâdâ



Nakirah Ghayr Maqshûdah ( ‫اج ًرا اصدق‬ ِ ‫) يا ت‬



ْ ْ ‫)ِف ال ْ َم‬ Setelah Harf Jarr ( ‫ج ِد ِم َراب‬ ‫س‬ ِ ِ ْ ْ َ َْ َْ Sebagai Mudhâf Ilayhi ( ‫ج ِد ِمنب‬ ِ ‫اب المس‬ ِ ‫) ِِف ِمر‬ Metode Amin Level 2



ً ْ َ َُ َ



َ



َ



Maf’ûl Muthlaq ( ‫حك الوَل ضحك‬ ِ ‫)ض‬



ْ َْ



ْ ْ َ



َ َ



Mudhâf ( ‫) يا طا ِلب ال ِعل ِم ِاجهد‬



ْ ُ ْ



َ َ



5



HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB FI’IL



RAFA’



َ



HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB FI’IL



NASHAB



َ ‫اْل‬ ُ ْ‫َت ْفتَ ُح ْاْلن‬ َْ ‫ت‬ ‫اب‬ ِ



Jika tidak didahului oleh ‘Âmil Apapun



َْ



ْ َ



َّ َ



َْ



Jika didahului ‘Âmil Nashab: ْ‫ ك‬، ‫ ِإذن‬، ‫ لن‬، ) ‫ حَت‬، ‫أن ( ِلـ‬



َ ‫اْل‬ ُ ْ‫َكْ َت ْفتَ َح ْاْلن‬ َْ ‫ت‬ ‫اب‬ ِ



َ َْْ ُ َ َُ َ ‫اْل‬ ُ ْ‫َل ْفتَ ْح ْاْلن‬ َْ ‫ت‬ ‫اب‬ ِ ِ َ َ َْ َ َ ْ َ ْ Menjazmkan 2 Fi’il Mudhâri’ : ‫ أينما‬، ‫ مَت‬، ‫ من‬، ‫ِإن‬ ْ َْ ْ ‫َم ْن يَ ْز َرع َي ُصد‬ َّ َ ْ َ



َّ ‫ل‬ Menjazmkan 1 Fi’il Mudhâri’: ‫ لما‬، ‫ لم‬، ‫ لم الم ِر‬، ‫هية‬ ِ ‫انلا‬ JAZM



Jika didahului ‘Âmil Jazm



Metode Amin Level 2



6



TANDA I’RAB PADA ISIM DAN FI’IL



Rafa’



Dasar Cabang



Pada Isim



Nashab



Dasar Cabang



Jarr



Dasar Cabang



LANGKAH



Dhammah Huruf Alif, Huruf Wâwu



Fathah Huruf Yâ`, Kasrah, Huruf Alif



Kasrah Huruf Yâ`, Fathah



TANDA I’RAB Rafa’



Dasar Cabang



Pada Fi’il



Nashab



Dasar



Dhammah Adanya Huruf Nûn



Fathah



Cabang Jazm



Dasar Cabang



Metode Amin Level 2



Hilangnya Huruf Nûn



Sukûn Hilangnya Huruf ‘Illat, Hilangnya Huruf Nûn



7



5



TANDA I’RAB (DASAR DAN CABANG) PADA ISIM ََْ



ََ



RAFA’



Dasar



Dhammah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad ( ‫) قلم‬, Jamak Taksîr ( ‫) أقَّلم‬, Jamak Mu`annats Sâlim ( ْ ُّ َ ُْ َ ) ْ ِ ‫الر‬ ‫ ;)م ِسنات‬b) Muqaddarah: Isim Maqshûr ( ‫اَلنيَا‬ ), Isim Manqûsh ( ‫اع‬



َ َ



Cabang



TANDA I’RAB ISIM



NASHAB



Dasar



Huruf Alif: Isim Mutsannâ ( ‫ان‬ ِ ‫) ال‬ ِ ِ‫كتا‬



َ َ ُْ ْ ُْ ْ َ ْ ُ Huruf Wâwu: Jamak Mudzakkar Sâlim ( ‫سنون‬ ِ ‫) المح‬, al-Asmâ` al-Khamsah ( ‫) أِو زيد‬ َ َ ْ َّ



َ ُ ُ ْ َّ



Fathah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad ( ‫كتاب‬ ِ ‫) ِإن ال‬, Jamak Taksîr ( ‫) ِإن الكتب‬, Isim Manqûsh ( ُّ ‫) إ َّن‬ َّ ‫ ;) إ َّن‬b) Muqaddarah: Isim Maqshûr ( ‫اَل ْنيَا‬ َ‫الر ِاع‬ ِ ِ



ْ َ َ ْ َّ



َْ



ْ ُ ْ َّ



Huruf Yâ`: Isim Mutsannâ ( ‫ي‬ ِ ‫) ِإن ال‬, Jamak Mudzakkar Sâlim ( ‫) ِإن المح ِس ِني‬ ِ ِ‫كتا‬ Cabang



َ ْ ُ ْ َّ



Kasrah: Jamak Mu`annats Sâlim ( ‫ات‬ ِ ‫) ِإن المس ِلم‬



ْ َ ََ ّ



Huruf Alif: al-Asmâ` al-Khamsah ( ... ‫) إن أِا زيد‬



َ ْ



JARR



Dasar



ُُ



Kasrah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad Yansharif ( ‫اب‬ ِ ‫) ِِف ال‬, Jamak Taksîr Yansharif ( ‫ب‬ ِ ‫كت‬ ِ ‫) ِِف الكت‬, ََ ْ َ ُ Jamak Mu`annats Sâlim ( ‫ات‬ ِ ‫ ;) لَع المس ِلم‬b) Muqaddarah: Isim Maqshûr Yansharif ( ‫ِِف‬ َّ َ ُ ْ َّ ‫) َعن‬ ْ ِ ‫الر‬ ‫)المصّل‬, Isim Manqûsh Yansharif ( ‫اع‬



َْ َ ْ



َْ



ْ ُْ ََ



Huruf Yâ`: Isim Mutsannâ (‫ي‬ ِ ‫) ِِف ال‬, Jamak Mudzakkar Sâlim ( ‫) لَع المح ِس ِني‬, al-Asmâ` ِ ِ‫كتا‬ َ



ْ َ



Cabang



ْ َ



al-Khamsah ( ‫) عن أ ِب س ِعيد‬



َ َْ َ ََ



Fathah: Isim Lâ Yansharif ( ‫) لَع أْحد‬



Metode Amin Level 2



8



ISIM LÂ YANSHARIF (isim yang tidak menerima tanwin dan kasrah)



Dengan 1 alasan



َْ َ



ْ ُ



َُ



ْ َ



Karena berakhiran Alif Ta`nîts Maqshûrah



: ‫ سلوى‬، ‫عظ ََّم‬



Karena berakhiran Alif Ta`nîts Mamdûdah



ُ ‫ فق َر‬، ‫اء‬ ُ ‫صح َر‬ : ‫اء‬



Karena berupa Shîghah Muntahâl Jumû’



: ‫هيم‬ ِ ‫ مفا‬، ‫اجد‬ ِ ‫مس‬



+ karena ‘ajam (non-Arab) Isim Lâ Yansharif Karena Isim ‘Alam



Karena Isim Sifat



ُ



َ َ



ُ ُُْ ُْ



ْ



: ‫ يوسف‬، ‫هيم‬ ِ ‫ِإِ َرا‬



+ karena mu’annats/bertanda mu’annats



ُ َ َ ُ ُ ََْ : ‫ أسامة‬، ‫زينب‬



+ karena berakhiran alif-nûn



: ‫ عثمان‬، ‫سليمان‬



+ karena ber-wazan fi’il



: ‫ أْحد‬، ‫ي ِزيد‬



َُُ



Dengan 2 alasan



ََ



ُْ



ُ ََْ ُ



ُ َُْ



َُْ َ ُْ َ َُُ



َ ُ



+ karena ber-wazan ‫فعل‬



: ‫ هبل‬، ‫عم ُر‬



ُ َْ + karena ber-wazan/pola ‫أف َعل‬



: ‫ أبيض‬، ‫أكب‬



+ karena berakhiran alif-nûn



: ‫ جوَعن‬، ‫عطشان‬



ُ ُ + karena ber-wazan/pola ‫ف َعل‬



: ‫أخ ُر‬



Metode Amin Level 2



ُ ََْ َُْ َ



ُ َْ َ



ُ َ ْ َ



َ ُ



9



TANDA I’RAB (DASAR DAN CABANG) PADA FI’IL



RAFA’



Dasar Cabang



TANDA I’RAB FI’IL



NASHAB



Dasar Cabang



JAZM



Dasar



Dhammah: a) Zhâhirah: Fi’il Tak Berakhiran Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul َ ْ ْ ُ َْ Mukhâthabah/Nûnun Niswah ( ‫ ;) َي ِلس‬b) Muqaddarah: Fi’il Mu’tall Akhîr ( ‫) َي ِري‬



َ ُْ ََْ



Adanya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ‫) يفهمون‬



Fathah Zhâhirah: Fi’il Tak Berakhiranَ Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul ْ َْ َْ َْ َ َ Mukhâthabah/Nûnun Niswah ( ‫) أن َت ِلس‬, Fi’il Mu’tall Akhîr ( ‫) أن َي ِري‬



ُْ ََْ َ



Hilangnya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ‫) كْ يفهموا‬



Sukûn: Fi’il Takَ Berakhiran Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul Mukhâthabah/Nûnun ْ َْ ْ Niswah ( ‫) لم أج ِلس‬



َْ َْ



Cabang



Hilangnya Huruf ‘Illat: Fi’il Mu’tall Akhîr ( ‫) لم َي ِر‬



ُْ ََْ َْ



Hilangnya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ‫) لم يفهموا‬



Metode Amin Level 2



10



TANDA I’RAB PADA ISIM DAN FI’IL Jenis Kata Isim Mufrad (Yansharif)



Isim Jamak Taksîr (Yansharif)



Tanda Rafa’



Tanda Nashab



Tanda Jarr



Dhammah



Fathah



ََ ‫القل ُم ِل‬



َ َ ْ َّ ‫إن القل َم ِل‬



Kasrah



Dhammah



Fathah



Kasrah



ََْْ ‫القَّل ُم ِل‬



Huruf Alif



Isim Mutsannâ



Isim Jamak Mudzakkar Sâlim



Isim Jamak Mu`annats Sâlim



al-Asmâ` al-Khamsah



Fi’il Mudhari’ yang tak berakhiran Alif Itsnayn, Wâwu Jamâ’ah, Yâ` Mukhâthabah, dan Nûn Niswah



al-Af’âl al-Khamsah (Fi’il Mudhari’ yang berakhiran Alif Itsnayn, Wâwu Jamâ’ah, Yâ` Mukhâthabah)



َ ْ َ ْ َّ ‫إِن القَّل َم ِل‬ Huruf Ya`



َْ َ ْ ‫ي‬ ِ ‫ِِف ال‬ ِ ِ‫كتا‬







ْ ُْ ََ َ ْ ‫حسن‬ ‫ي‬ ِ ِ ‫لَع الم‬











َ َ ْ ْ ‫ال ُمح ِسنُ ْون ِِف َس َعادة‬



َ ْ ُ ْ َّ َ ْ ‫حسن‬ ‫ي ِِف َس َعادة‬ ِ ِ ‫ِإن الم‬



Dhammah



َ ُ َ ْ ْ ‫ال ُمح ِسنات ِِف َس َعادة‬



َ َ ْ ُ ْ َّ ‫ات ِِف َس َعادة‬ ِ ‫إِن المح ِسن‬



َ ْ ُْ ََ ‫ات‬ ِ ‫لَع المح ِسن‬



Huruf Wawu



Huruf Alif



Huruf Ya`



َ ‫أُِ ْو َزيْد َم ِريْض‬



Kasrah



َ َّ ‫ِإن أَِا َزيْد َم ِريْض‬



َ ‫ِم ْن أ ِب َزيْد‬



ُ ْ‫إ َّن فَاط َم َة ِن‬ َّ ‫ت‬ ‫الر ُس ْو ِل‬ ِ ِ ِ



Dhammah



Fathah



َْ ‫َي ِل ُس َزيْد‬



َْ َ ‫كْ َي ِل َس َزيْد‬



Adanya Huruf Nun



Hilangnya Huruf Nun



َْ ُ ْ ‫اْل َصان‬ ِ ‫َي ِري‬







Fathah



ُ ْ‫فَاط َم ُة ِن‬ َّ ‫ت‬ ‫الر ُس ْو ِل‬ ِ ِ



َ َْ َ ُ ‫ان‬ ِ ‫هما َي ِلس‬











Huruf Wawu



Huruf Ya`



Tanda Jazm



ََْْ ِ‫ِِالقَّلم‬



ْ َ َ ْ َّ ‫ي ِل‬ ِ ‫ِإن ال‬ ِ ِ‫كتا‬



Dhammah Muqaddarah Fi’il Mu’tallul Akhir (Berakhiran Huruf ‘Illat)



َ َْ ‫ِِالقل ِم‬



َ َ ‫ال‬ ‫ان ِل‬ ِ ِ ِ‫كتا‬



Dhammah



Isim Lâ Yansharif



11



َ‫ُه َما يُريْ َدان أَ ْن ََيْلسا‬ ِ ِ ِ



ْ ََ َ ْ َ َّ ‫ت‬ ‫الر ُس ْو ِل‬ ِ ‫عن ف‬ ِ ‫اطمة ِِن‬



Sukun







َْ َ ‫ل ْم َي ِل ْس َزيْد‬ Hilangnya Huruf Nun







Fathah Zhahirah



ُ ْ َ َْ َْ ‫اْل َصان‬ ِ ‫ك َي ِري‬







َْ َ ُ ‫ه َما ل ْم َي ِل َسا‬



Hilangnya Huruf ‘Illat –



ُ ْ َْ َْ ‫اْل َصان‬ ِ ‫لم َي ِر‬