Ampicilin Sus (Pensi Kering [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Penyusun mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah Formulasi Ampisilin Suspensi tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan hasil dari materi yang sedang dipelajari di mata kuliah Teknologi Sediaan Semi Solid dan Liquid. Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, Msi, Apt. selaku dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Solid dan Liquid sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak, demikian isi sebuah peribahasa Indonesia. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini, baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Penyusun masih membuka pintu kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki makalah di masa yang akan datang. Penyusun amat berharap kepada pembaca makalah ini agar makalah ini bermanfaat bagi Penyusun khususnya dan Pembaca pada umumnya.



Jakarta, November 2016



Penyusun



i



DAFTAR ISI Kata pengantar .......................................................................................................................i Daftar Isi ................................................................................................................................ii BAB.I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................1 1.3 Tujuan ..............................................................................................................................1 BAB.II Tinjauan Pustaka 2.1 Suspensi ...........................................................................................................................2 2.2 PraFormulasi ....................................................................................................................9 2.3 Evaluasi Sediaan ..............................................................................................................15 BAB.III Pembahasan 3.1 formulasi ..........................................................................................................................18 BAB.IV Penutup 4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................22 4.2 Saran ................................................................................................................................22 Daftar Pustaka ........................................................................................................................23



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Antibiotik merupakan salah satu jenis obat yang tergolong sebagai obat keras, yang dalam penggunaannya harus menggunakan resep dokter. Manfaat antibiotik ini adalah untuk menekan dan menghentikan perkembangan perkembangan bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang berada dalam tubuh. Manfaat antibiotik yang paling sering digunakan adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka.Ampisilin merupakan salah satu derivat penisilin semi sintetik yang bersifat bakterisida yang bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri. Biasanya digunakan untuk mengobati penyakit yang terinfeksi bakteri gram positif dan negatif pada saluran nafas, saluran cerna, dan saluran kemih. Ampisilin dapat dibuat dalam bentuk sediaan oral berupa tablet dan sirup kering. Namun absorbsi ampisilin pada pemberian oral umumnya berlangsung selama 2 jam, dengan jumlah ampisilin yang diabsorbsi bervariasiantara 20-70%. Absorbsi ampisilin yang tidak sempurna ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya. Absorpsi diperlambat dengan adanya makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak sempurna dan sangat bervariasi, maka perlu diteliti bioavailabilitasnya. Ampisilin terdapat dua bentuk,yaitu ampisilin anhidrate dan ampsilin Trihidrate, secara bentuk dan kelarutannya,ampisilin dalam bentuk anhydrate atau bentuk garam umumnya digunakan untuk sediaan injeksi karena dapat larut dalam air, sedangkan ampisiline dalam bentuk trihidrate digunakan untuk sediaan suspensi kering. Ampisilin tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air. Sehingga ampisilin akan dibuat dengan bentuk sediaan suspensi kering atau sirup kering. Produk kering yang dibuat secara komerisal guna mengandung obat-obat antibiotik, dengan bahan tambahan pewarna, pemanis, aroma, penstabil, dan pensuspensi, atau zat pengawet yang mungkin diinginkan untuk meningkatkan stabilitas dari serbuk kering atau campuran granul atau dasar suspensi cair.



1.2



Rumusan Masalah   



1.3



Ampicillin sukar larut dalam air? Bagaimana metode pembuatan suspense kering ? Bagaimana evaluasi suspense kering?



Tujuan



Untuk mengetahui bagaimana merancang/ memformulasi sediaan suspense kering dan bagaimana cara mengevaluasinya 1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suspensi 2.1.1. Definisi Suspensi Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hal : 17). Berdasarkan Farmakope Edisi III, Suspensi adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32). Pengertian suspensi berdasarkan Formularium Nasional adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan (formularium nasional hal : 3). Suspensi dapat di bagi dalam dua jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umunya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan. Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat digunkan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk disperse yang homogeny maka suspensi kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa atau aroma, buffer dan zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotic) sehingga lebih sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan digunakan. Biasanya suspensi kering hanya digunakan untuk pemakaian selama satu minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak terlalu lama. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal (FI IV hal : 18). Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat anti-mikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan jamur seperti yang tertera pada emulse dengan beberapa pertimbangan penggunaan pengawet antimikroba juga berlaku untuk suspensi. Sesuai dengan sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat dengan mudah mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan sehingga sulit 2



terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk mengatasi masalh tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. Macam-macam sediaan suspensi, adalah sebagai berikut: 1. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oarl. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. 2. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padata yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan obat pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam kategori ini. 3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. 5. Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai. (lmu Resep Syamsuni hal 125). Suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. kriteria dari suatu sediaan suspensi yang baik adalah: 1. Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat dipertahankan dengan pengocokan sediaan. 2. Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera terdispersi kembali apabila suspensi dikocok. 3. Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah. 4. Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah dapat dituang dari wadahnya. 5. Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik. Kriteria suatu sediaan suspensi kering yang baik adalah: 1. Kadar air serbuk tidak boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan serbuk harus stabil secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil secara kimia seperti tidak terjadi perubahan kadar zat dan tidak terjadi perubahan pH yang drastis. 2. Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata di seluruh cairan pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan atau pengadukan. 3



3. Bila suspensi kering telah dibuat suspensi makan suspensi kering dapat diterima bila memiliki criteria suspensi. Syarat Suspensi 1) Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal. 2) Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba. 3) Suspensi harus dikocok sebelum digunakan. 4) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. 5) Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap 6) Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali. 7) Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense. 8) Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.. 9) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan. 10) Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda. 2.1.2. Stabilitas suspensi Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang dapat terbagi rata kembali bila dikocok, karena hal ini merupakan suatu persyaratan dari suatu suspensi. Pengendapan itu sendiri disebabkan adanya tegangan antar permukaan zat padat dengan zat cairnya, bila tegangan antar permukaan zat padat ini lebih besar dari tegangan permukaan zat cairnya, maka zat padat tersebut akan mengendap dan sebaliknya bila tegangan antar permukaan zat padat lebih kecil maka zat padat tersebut akan ditekan ke atas sehingga pengendapan tidak akan terjadi. Untuk memperkecil tegangan antar permukaan maka diperlukan zat pensuspensi yang bekerja menurunkan tegangan permukaan. Selain tegangan permukaan zat yang memiliki energy bebas yang besar tidak stabil dalam bentuk suspensi. Untuk mendapatkan suspensi yang stabil maka energy bebas tersebut harus diturunkan. Hubungan energi bebas, tegangan permukaan dan luas permukaan dalam suatu suspensi dijelaskan dalam rumus sebagai berikut: W = ᵞ . ∆A Dimana harga: W = kenaikan energy bebas permukaan (erg), ᵞ = tegangan antar muka (dyne/cm), ∆A = penambahan luas permukaan (cm2). Persamaan si atas menunjukkan bahwa untuk menstabilkan suatu suspensi maka ukuran partikel harus diperkecil sehingga energy bebasnya juga menjadi kecil. Selain dari persamaan di atas Hukum Stokes juga perlu dipertimbangkan yaitu:



4



Dimana V = kecepatan sedimentasi, d = jari-jari pertikel terdispersi, ρ1 = massa jenis fase dalam, ρ2 = massa jenis fase luar, g = percepatan gravitasi, η = viskositas fase luar. Dari rumus diatas terlihat bahwa: 1. Semakin kecil ukuran partikel laju pengendapan suspensi akan semakin lambat. 2. Semakin tinggi viskositas maka kecepatan pengendapan akan semakin berkurang. 3. Selisih massa jenis yang semakin kecil menyebabkan kecepatan pengendapan juga semakin lambat. 2.1.3. Komponen Sediaan Suspensi 1. Bahan Aktif Zat aktif adalah bahan yang memberikan efek pada tubuh. Contohnya: Ampisilin 2. Bahan Tambahan a. Suspending agent Dalam formulasi suatu sediaan suspensi perlu adanya bahan tertentu untuk menunjang terbentuknya suatu sediaan suspensi yang diinginkan. Bahan-bahan pensuspensi tersebut berfungsi memperlambat, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Bahan pensuspensi bekerja dengan cara meningkatkan viskositas. Bahan pensuspensi dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu: 1) Golongan polisakarida a) Gom arab, tragakan dan akasia. b) Dari sumber alam seperti agar-agar, alganat dan pectin. c) Selulosa sintetik seperti CMC dan tilosa. 2) Golongan silikat seperti bentonit, veegum dan aluminium magnesium silikat. 3) Golongan protein seperti gelatine 4) Polimer-polimer organic seperti karbol 934 b. Bahan pembasah Sering kali sulit untuk mendispersikan serbuk yang mengandung udara yang teradopsi atau yang mengandung sedikit lemak atau kontaminan lain. Serbuk tersebut tidak dapat dibasahi dengan segera dan walaupun memiliki kerapatan yang tinggi, ia akan mengambang di permukaan cairan tersebut. Daya membasahi dari suatu serbuk ditentukan dengan mengamati sudut kontak yang dibuat oleh serbuk dengan permukaan cairan. Sudut kontak ini 90o jika partikel mengambang di permukaan cairan. Serbuk yang tidak mudah dibasahi dengan air menunjukkan sudut kontak yang besar. Serbuk yang dapat dibasahi segera oleh air dari kontaminan yang teradsorpsi disebut hidrofilik. Surfaktan sangat berguna dalam mengurangi tegangan antarmuka antarpartkelpartikel zat padat dan suatu pembawa dalam pembuatan suatu suspensi. Sebagai akibat dari tegangan permukaan yang menjadi rendah, perpanjangan sudut kontak diperendah, 5



udara digantikan permukaan partikel, dan akan terjadi pembasahan. Contoh: Gliserin, propilen glikol. c. Bahan Pemanis Untuk memperbaiki rasa sediaan. Contoh: Sorbitol, sukrosa, laktosa. d. Bahan Pewarna dan Pewangi Untuk menambah estetika sediaan. Contoh: FD&C Yellow, Metilen Blue. e. Bahan Pengawet Untuk mengawetkan dan menjaga stabilitas sediaan. Contoh: Propil paraben, metal paraben, asam benzoat. f. Bahan Pendapar Untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan kekerutan. Contoh: dapar posfat, dapar sitrat, dapar asetat. g. Acidifler Memiliki fungsi yang sama dengan bahan pendapar. h. Floculating Agent Dengan memberikan lapisan mekanik pada suatu zat terdipsersi maka agregasi dari suatu partikel dapat dicegah. Formulator cenderung membuat suspensi yang terflokulasi karena partikel terflokulasi terikat lemah, mengendap dengan cepat, tidak membentuk suatu lempengan dan dengan mudah dapat disuspensikan kembali, sedangkan pada suspensi yang mengalami deflokulasi pengendapan terjadi perlahan-lahan dan membentuk endapan yang partikelnya beragregasi membentuk suatu lempengan yang keras dan sulit disuspensikan kembali. Contoh: Tween 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofil), NaCl (untuk elektrolit). 2.1.4. Keuntungan sediaan suspensi 1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak. 2. Homogenitas tinggi 3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). 4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya) 5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. 6. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll) 7. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. 8. Aliran menyebabkan sukar dituang 9. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan 10. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi -deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. 6



11. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan. 2.1.5. Kerugian sediaan suspensi 1. Rasa obat dalam larutan lebih jelas 2. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul. 3. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator. 2.1.6. Macam-Macam Metode Pembuatan Suspensi Menurut Patel dkk (1994), ada beberapa metode dalam pembuatan suspensi, yaitu: 1. Metode pengendapan a. Pengendapan Dengan Pelarut Organik Obat–obatan yang tidak larut dalam air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelarut organik yang bercmpur dengan air dan kemudian menambah fase organik ke air murni dibawah kondisi standar. b. Pengendapan yang dipengaruhi oleh perubahan pH dan medium Metode ini dapat lebih membantu dan tidak menimbulkan yang serupa dengan endapan organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan keobat – obat yang seharusnya tergantung pada pH. c. Penguraian rangkap Metode ini meliputi kimia sederhana, meskipun beberapa faktor fisis juga ikut berperan Menurut Anief (2007) dalam pembuatan suspensi stabil secara fisis yang biasa dipakai sebagai pegangan pedekatan adalah:  Penggunaan pembawa tersusun untuk partikel deflokulasi dalam suspensi. Pembawa tersusun pseudoplastis dan plastis. Pembawa tersusun bekerja dengan cara penjeratan (calmpiping) partikel–partikel (umumnya deflokulasi) sedemikian, hingga secara deal tidak terjadi pengendapan.  Penggunaan prinsip – prinsip untuk membentuk flok, mskipun terjadi cepat mengenap, tetapi dengan pengocokkan dengan mudah tersuspensi kembali. Stabilitas fisis yang optimum dan bentuk rupanya yang baik akan terjadi bila suspensi diformulasikan dengan patikl–partikel flokulasi dengan pembawa tersusun dari tipe koloid hidrofil (flokulasi terkontrol). Menurut Hinds, untuk membentuk flokulasi dalam suspensi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer. 2. Metode Dispersing Bahan tersebut dilarutkan dahulu dengan air sebelum dicampur dengan dengan bahan – bahan yang akan disuspensikan. Surfaktan dapat digunakan untuk menjamin pembasahan zat 7



padat pada hidrofobik engan seragam. Penggunaan zat pensuspensi bisa iusulkan tergantung pada penggunaan spesifik. Metode sebenernya dari pendispersi zat padat merupakan salah satu pertimbangan yang ebih pentin, karena pengurangan ukuran prtikel mungkin dihasilkan atau mungkin tidak dihasilkan dari proses dispersi. 3. Sistem Flokulasi dan Deflokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah cepat mengenap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada sisitem deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengenap perlahan – lahan dan akhirnya membentuk sedimen dan terjadi agregrasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Pada sistem flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh– sungguh tergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya pada suatu waktu sisitem flokulasi klihatan kasar akibat terjadinya flokul. Dalam sistem deflokulasi, partikel terdispersi baik dn mengenap senderian, tapi lebih lamat dari pada sistem flokulasi tapi partikel delokulasi berkehendak membentuk sedimen atau cake yang sukar terdispersi kembali. Sifat–sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi dalam susupensi menurut Anief (2007) No Deflokulasi Flokulasi 1 Partikel tersuspensi dalam keadaan Partikel merupakan agregat yang bebas terpisah satu dengan lainnya 2 Sedimentasi lambat,masing – masing Sedimentasi cepat, partikel mengenap partikel mengenap terpish dan sebagai flok yaitu kumpulan partikel ukuranya minimal 3 Sedimentasi terjadi lambat Sedimentasi terjadi cepat 4 Akhirnya sedimentasi akan membentuk Sedimentasi terbungkus bebas membentuk cake (agregat) yang sukar terdispersi cake yang keras dan padat dan mudah kembali terdispersi kembali seperti semula 5 Wujud suspensi menyenangkan karena Wujud susupensi kurang menyenangkan zat tetap tersuspensi dalam waktu sebab sedimentasi terjadi cepat dan relative lama, meskipun ada endapan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih cairan atau tetap berkabut 4. Metode praesipitasi Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran organik tersebut adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.



8



2.2. PraForrmulasi a. Zat Aktif 1. Ampisilin Zat Aktif: Zat Aktif yang digunakan dalam formulasi kali ini adalah ampisilin. Ampisilin (Farmakope Indonesia Ed.IV hal.103, DI halm.227 Rumus Molekul



: C16H19N3OS4.3H2O



BM bentuk trihidrat



: 403,45



Pemerian



: Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau.



Kelarutan



: Sangat sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform



Wadah dan penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat.



Khasiat



: Antibiotik terhadap bakteri Gram-positif dan Gram negatif



Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, dipakai secara per oral dan parenteral, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif dengan spektrum antibakteri. Absorpsi ampisislin pada pemberian per oral umumnya berlangsung selama kira-kira 2 jam, tetapi jumlah ampisilin yang diabsorpsi bervariasi antara 20 - 70%. Absorpsi ampisilin yang tidak sempurna ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya. Absorpsi diperlambat dengan adanya makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak sempurna dan sangat bervariasi, maka perlu diteliti bioavailabilitasnya. 1. Farmakologi Ampisilin adalah derivat penisilin semi sintetik yang bersifat bakterisida yang bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri. Ampisilin aktif terhadap bakteri Gram-positif (Streptococcus faecalis, Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus 9



haemolyticus) dan bakteri Gram-negatif (Haemophilus influenzae, Salmonella sp., Neisseria gonorrhoeae, Proteus mirabillis). 2. Farmakodinamik Ampisilin termasuk golongan penisilin semisintetik yang berasal dari inti penisilin yang berasal dari inti penisilin yaitu asam-6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik luas yang bersifat bakterial. Secara klinis efektif terhadap kuman gam-positif yang peka terhadap macam-macam kuman gram-negatif, diantaranya: a) Bakteri gram positif seperti S.pneumoniae, enterokokus dan staphylococcus yang tidak menghasilkan penisilinase. b) Bakteri gram negatif seperti gonococcus, H. Influenzae, jenis E.coli, Shigella, Salmonella dan P.mirabilis. 3. Farmakokinetik a) Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan setengah jam sampai 1 jam sebelum makan. b) Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50ml, kocok sampai serbuk homogeny. Setelahrekonstitusi, suspensi ersebut harus digunakan dalam jangka waktu 7 hari. c) Pemakaian parenteral baik secara i.m ataupun i.v dianjurkan bagi penerita yang tidak memungkinkan untuk pemakaian secara oral. 4. Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan/atau Gram-negatif yang peka terhadap ampisilin: a) Infeksi saluran nafas, bronkopneumonia, otitis media. b) Infeksi saluran kemih seperti pielonefritis akut dan kronik, sistitis. c) Gonore yang tidak berkomplikasi. d) Infeksi alat kelamin wanita, pelvis kecil seperti : aborsi septis, adneksitis, endometritis, parametritis, pelviperitonitis, demam puerperal. e) Infeksi saluran pencernaan seperti shigellosis dan salmonelosis. f) Ampisilin injeksi untuk meningitis. 5. Kontra Indikasi a) Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin dan turunannya. b) Pada infeksi yang disebabkan oleh kuman penghasil enzim penisilinase. 6. Interaksi Obat a) Penggunaan bersama dengan allopurinol akan meningkatkan kemungkinan reaksi hipersensitivitas. b) Penggunaan dengan kontrasepsi oral akan menurunkan efektivitas dari kontrasepsi oral.



10



c) Penggunaan dengan probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang kadar ampisilin dalam darah. b. Zat Tambahan 1. Natrium Alginat Natrium alginat sudah biasa digunakan sebagai bahan pensuspensi sirup kering ampisilin. (Ofner et al., 1989). Natrium alginat merupakan suatu polisakarida yang diekstraksi dari ganggang coklat marga Sargassum dan Turbinaria menggunakan larutan basa encer. Natrium alginat mempunyai gugus karboksilat yang dapat terion menjadi bermuatan negatif. Secara fisik natrium alginat berupa serbuk berwarna putih kekuningan hingga coklat, tidak berbau dan tidak berasa. Natrium alginat merupakan garam natrium dari asam alginat, polimer glukuronan linier yang terdiri dari asam β-(1→4)-Dmanosiluronat dan residu asam α-(1→4)-L-gulosiluronat. Natrium alginat larut dalam air membentuk koloid kental dan tidak larut dalam medium dengan pH kurang dari 3, etanol, dan pelarut organik lainnya. Larutan natrium alginat stabil pada pH 4 sampai 10. Viskositasnya dapat bervariasi, tergantung pada konsentrasi, pH, temperature, atau adanya ion logam. Viskositas larutan akan menurun pada pH larutan di atas 10. Derajat disolusi untuk monomer asam mannuronat dan guluronat adalah sekitar 3.38 dan 3.65. Dalam bidang farmasi, natrium alginat digunakan pada berbagai formulasi oral dan topikal. Pada formulasi tablet, natrium alginat dapat digunakan sebagai pengikat dan disintegran. Selain digunakan dalam sediaan oral lepas terkendali karena dapat menghambat pelepasan obat dalam tablet dan suspensi dalam air. Pada formulasi topikal, natrium alginat banyak digunakan sebagai pengental dan pensuspensi pada berbagai sediaan pasta, krim, dan gel, dan juga sebagai penstabil pada sistem emulsi minyak dalam air. Beberapa tahun terkahir, natrium alginate bahkan digunakan untuk mikroenkapsulasi obat. Selain dalam bidang farmasi, natrium alginate juga digunakan dalam bidang kosmetik dan industri makanan. 2. Pregel Pati Singkong Posfat Dalam penelitian ini digunakan ampisilin sebagai model obat dan pregel pati singkong fosfat sebagai bahan pensuspensi. Pregel pati singkong fosfat adalah hasil modifikasi fisika dan kimia pati singkong. Modifikasi fisik pati singkong menghasilkan pati pregel yang dibuat melalui pemanasan dengan penambahan air. Setelah diperoleh pati singkong pregelatinasi, maka dibuat pati pregel singkong fosfat dengan cara mereaksikan pati pregel singkong masing masing dengan POCl3 dan Na2HPO4 (Lim et al. 1994, Kasemsuwan dan Jane, 1994). Hasil reaksi menggunakan POCl3 akan menghasilkan senyawa cross-linking pati pregel singkong fosfat di-ester (CPSF), sedangkan hasil reaksi menggunakan pereaksi



11



Na2HPO4 menghasilkan senyawa substitusi pati pregel singkong fosfat mono-ester (SPSF). Kedua bentuk senyawa pati pregel singkong fosfat tersebut diatas digunakan sebagai bahan pensuspensi sirup kering ampisilin. Pati singkong tidak dapat digunakan sebagai bahan pensuspensi karena dalam air tidak dapat mengembang dan meningkatkan viskositas, sedangkan pati pregel singkong walaupun dalam air dapat mengembang dan meningkatkan viskositas tetapi mudah teretrogradasi sehingga sistem suspensi rusak yang mengakibatkan rusaknya homogenitas cairan. Senyawa pati fosfat baik berbentuk sustitusi mono-ester maupun crosslingking di-ester keduanya dapat menghindari retrogradasi yang merusak suspensi secara fisik. 3. CMC Na/ Natrium Carboxy Metil Cellulose (Handbook of Excipients Ed.VI hal.78) Pemerian Kelarutan



Berat Jenis pH Kegunaan Konsentrasi Stabilitas OTT



Wadah dan Penyimpanan



: Serbuk berwarna putih, tidak berasa, bergranul. : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. : 0,52 g/ml : antara 6,5 dan 8,5 : Suspending agent : 0,1 – 1,0 % : Stabil dan higroskopis, dibawah kondisi Kelembapan tinggi dapat mengabsorpsi (>50%) air. : Tidak bercampur dengan larutan asam berkonsentrasi tinggi dan larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium, merkuri, dan zink. : Dalam wadah tertutup rapat.



4. Sorbitol (Handbook of Pharmaceutical of Excipient hal. 679) Rumus Molekul Berat Molekul Pemerian Kelarutan Berat Jenis pH Kegunaan Konsentrasi Stabilitas



: C6H14O6 : 182,17 : Serbuk, butiran atau kepingan, putih, rasa manis, higroskopis. : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat. : 1,49 g/ml : 4,5-7,0 : Bahan pembasah : 70% : Relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar bahan tambahan; stabil di udara.



12



OTT



: Tidak bercampur dengan larutan asam berkonsentrasi tinggi dan larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium, merkuri, dan zink. Wadah & penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. 5. Lactosum/Laktosa/Saccharum lactis Rumus molekul Pemerian Kelarutan



: C12H22O11.H2O : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis. : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat dan penggunaan: Zat tambahan 6. PVP / Povidone (Handbook of Excipients Ed.VI hal.581) Rumus Pemerian Kelarutan



: (C3H4O2)n : Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopis. : Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%, metanol dan asam asetat. Berat Jenis : 0,29-0,39 g/ml pH : 3,0 – 7,0 Kegunaan : bahan pengikat Konsentrasi : 0,5 - 5% Stabilitas : Stabil pada pemanasan 110 – 1800C OTT : Tidak bercampur dalam larutan garam anorganik, resin alam dan sintetis, sulfatiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenobarbital;, tannin Wadah dan Penyimpanan: Di wadah yang tertutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk dan kering. 7. Nipagin/metil paraben Rumus molekul Pemerian



: C8H8O3 :Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air mendidih, mudah larut dalam etanol dan aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam gliserol panas dan minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Khasiat dan kegunaan : Zat tambahan; zat pengawet.



13



8. Natrium Benzoat



(FI IV Hal. 584, Handbook of Excipient Hal. 627)



Rumus Molekul Berat Molekul Pemerian



: C7H5NaO2 : 144,11 : Granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Berat Jenis : 1,497-1,527 g/ml pH : 8,0 Kegunaan : pengawet Konsentrasi : 0,02 – 0,5% Stabilitas : Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf dan filtrasi. OTT : Incompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam feri, garam kalsium. Aktifitas pengawet biasanya berkurang karena interaksi dengan kaolin atau surfaktan nonionik. Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik dan di tempat sejuk dan kering. 9. Aerosil (Handbook of Excipients halm.185 dan Ed.IV halm.424) Rumus Moleku Pemerian



:SiO2 :Serbuk koloid silikon dioksida dengan ukuran partikel sekitar 15 nm, ringan, warna putih-kebiruan, tidak berbau, tidak berasa, dan serbuk amorf. Amorf, berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam organik solven, air dan asam kecuali hydrofluoric acid, larut dalam larutan alkali hydroxide panas membentuk dispersi koloidal dengan air Berat Jenis : 0,029-0,042 g/ml pH : 3,5 – 4,0 Stabilitas : bersifat higroskopis dan mengadsorbsi sebagian besar air tanpa mencair. OTT : inkompatibel dengan diethylstilbestrol preparations. Wadah dan Penyimpanan: wadah yang tertutup rapat Kegunaan : memperbaiki sifat alir, glidant, suspending agent, peningkat viskositas, absorben Konsentrasi : Glidant 0,1 – 0,5% Suspending dan thickening agent 2,0 – 10,0% 10. Etanol (Farmakope Indonesia Ed.IV hal.63)



14



Pemerian



:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tak berasap.



Kelarutan



:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eterP : Pembentuk massa granul yang kompak : 0,8119 - 0,8139 g/cm3 : Dengan aluminium :Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api



Kegunaan Bobot jenis OTT Wadah dan penyimpanan



11. Sunset Yellow ( Handbook of Pharmaceutical of Excipient edisi VI halm.193 ) Rumus Molekul Pemerian Kelarutan Kegunaan OTT Wadah dan Penyimpanan



: C H N Na O S : Serbuk kuning kemerahan, didalam larutan memberikan warna orange terang : Mudah larut di gliserin dan air, agak sukar larut dalam aseton dan propilen glikol, sukar larut dalam etanol 75% : Pewarna : Asam askorbat, gelatin, dan glukosa : Dalam wadah yang tertutup rapat, dan tempat yang sejuk dan kering



12. Essence Orange ( Martindale halm.680 ) Pemerian Kelarutan Kegunaan Wadah dan Penyimpanan



: Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yang diproses secara mekanik dan terkandung kurang lebih 90% lemon : Mudah larut dalam alkohol 90% : pewarna dan pewangi : Dalam wadah yang tertutup dan tempat yang sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya matahari



2.3. Evaluasi Sediaan Hasil Prosedur Evaluasi  Organoleptis Diamati dari bentuk,rasa dan bau atau aroma  Uji pH Alat : pH meter Metode : 1. Ambil beberapa ml sediaan suspense dalam beaker glass 15



2. masukkan elektroda pH yang sudah di kalibrasi dengan dapar standar 3. amati pH nya,catat dan bandingkan dengan pH yang seharusnya  Uji berat jenis Alat : piknometer Metode : 1. Menimbang piknometer yang bersih dan kering. 2. Mengisi piknometer dengan air ad penuh lalu rendam dengan air es suhunya ± 2° C di bawah suhu percobaan. 3. Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu dibiarkan naik sampai suhu percobaan, lalu piknometer ditutup 4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar, air yang menempel diusap lalu timbang dengan seksama. 5. Lihat dalam tabel kerapatan air ada suhu percobaan untuk menghitung volume air = piknometer.  Uji viskositas Alat : VT-03E Metode : 1. Memasukkan sampel ke dalam cup, jika kental gunakan cukup kecil, jika encer maka gunakan cup besar. 2. Pegang viskotester di satu tangan, gunakan level ukuran atau meteran pada unit untuk memastikan unit kira-kira telah horizontal. 3. Letakkan rotor pada pusat cup. 4. Pindahkan apitan jarum meter hingga melawan arah. 5. Nyalakan power switch pada posisi ON. 6. Ketika rotor mulai berputar, jarum indicator viskositas secara berkala bergerak ke kanan dan seimbangkan pada posisi yang menghubungkan viskositas dengan sampel cairan. 7. Baca nilai viskositas dari skala untuk rotor yang sedang digunakan catat nilainy. 8. Ketika pengukuran berjalan sempurna, atur power switch pada posisi OFF. 9. Setelah jarum dikembalikan pada posisi awal, amankan dengan memindahkan kepitan jarum meter sesuai dengan petunjuk arah.  Uji kecepatan sedimentasi Alat : gelas ukur dan penggaris Metode : 1. Sejumlah volume tertentu suspensi dimasukkan dalam gelas ukur yang sudah diberi skala tertentu. 2. Mendimkan larutan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan 3. Mengukur volume endapan, setelah itu dihitung volume sedimentasinya. 16



F= Vu Vo Dengan : F= Volume sedimentasi Vu= Volume endapan yang terbentuk Vo= Volume awal suspense sebelum ada endapan  Derajat flokulasi Alat : gelas ukur dan penggaris Metode : Terjadi bila pada system suspensi mengandung flokulasi dan deflokulasi β = flokulasi (V sediaan) deflokulasi (V sediaan)  Uji penetapan kadar Alat : spektrofotometer uv vis Metode : 1. Buat larutan standard ampicilin dengan konsentrasi 200,300,360,400 ppm. 2. lalu buat kurva baku dari serapan yang di dapat sehingga terbentuk persamaan kurva baku 3. timbang beberapa sampel sehingga mengandung 25 mg ampicilin,masukkan labu ukur 100 ml tambah 25 ml aquades 4. ultrasonic lalu tambah dengan aquadest ad tanda 5. saring dengan kertas saring,saringan pertama di buang sedangkan saringan kedua di tamping 6. periksa konsentrasi sampel dengan spektrofotometer uv vis pada panjang gelombang 272 nm. 7. hitung kadar ampicilin menggunakan persamaan baku yang di dapat sebelumnya.



17



BAB III PEMBAHASAN 3.1. Formulasi



KOMPONEN BAHAN



Zat Aktif



NAMA BAHAN



Karakteristik dan Fungsi Bahan F1



F2



F3



F4



Ampisilin Trihidrat



2.5



2.5



2.5



2.5



CPSF



0.1



-



-



-



SPSF



Suspending Agent



FORMULA (%b/v)



CMC Na



Natrium Alginat



-



-



-



0.1



-



-



-



1.5



-



Sebagai antibiotik terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Sangat sukar larut dalam air dan dalam methanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Berfungsi untuk menjaga kestabilan suspensi. Berwarna putih kecoklatan, hasil reaksi antara pati singkong fosfat dengan POCl3.



-



Berfungsi untuk menjaga kestabilan suspensi. Berwarna putih kecoklatan, hasil reaksi antara pati singkong fosfat dengan Na2HPO4.



-



Berfungsi meningkatkan viskositas dan menjaga kestabilan suspensi. Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. Larutan dalam air stabil pada rentang pH 2 – 10; dibawah pH 2 dapat terjadi presipitasi sedangkan diatas pH 10 mengurangi kekentalan dan stabilitas, maksimum pada pH 7 – 9.



1.5



Berfungsi menjaga kestabilan suspensi dan meningkatkan viskositas. Larut dalam air membentuk koloid kental dan tidak larut dalam medium dengan pH 10. 18



Sukrosa



10



10



-



-



Zat Pemanis Sorbitol



5



5



5



5



Laktosa



25



25



-



2,5



Nipagin



0.18



0.18



-



0.18



Zat Pengawet Natrium benzoat



-



-



0.1



-



Zat Pewarna



Sunset Yellow



-



-



0.025



0.025



Zat Penambah aroma



Orange Essens



-



-



0.025



0.025



PVP



-



-



1



-



Untuk memperbaiki rasa sediaan dengan memberikan rasa manis. Keasaman lambung mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa selama proses pencernaan dalam tubuh. Untuk memperbaiki rasa sediaan dan weting agent. Sangat mudah larut dalam air. Sorbitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5-0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa. Untuk memperbaiki rasa sediaan. Padatan putih, mudah larut dalam air, rasa agak manis. Antimikroba, mencegah pertumbuhan jamur. Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, Sukar larut dalam air, larut dalam air mendidih, mudah larut dalam etanol dan aseton Antimikroba. serbuk hablur putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, stabil di udara. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Untuk menambah estetika sediaan agar lebih menarik. Serbuk kuning kemerahan, didalam larutan memberikan warna orange terang Mudah larut di gliserin dan air, agak sukar larut dalam aseton dan propilen glikol, sukar larut dalam etanol 75% Untuk memperbaiki aroma sediaan., pewarna dan pewangi. Mudah larut dalam alkohol 90% Berfungsi sebagai bahan pengikat. Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopis. Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%, metanol dan asam 19



asetat. Ethanol



-



-



qs



-



Berfungsi untuk membentuk massa granul yang kompak. Mudah menguap, mudah larut dalam air.



Alasan pemilihan Formulasi Pada formula, kami memilih natrium alginat yang sudah biasa digunakan sebagai suspending agent untuk suspensi ampisilin selain itu juga mampu menjaga kestabilan suspensi. Adapun tujuan dari penambahan suspending agent ini pada setiap formula dalam pembuatan sediaan suspense adalah untuk meningkatkan viscositas larutan, memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak Sebagai zat tambahan dipilih sorbitol sebagai zat pemanis dan sebagai zat pembasah atau wetting agent. Adanya penambahan air sebagai pelarut dan pembawa juga penggunaan dosis berulang memungkinkan terjadinya pertumbuhan mikroba pada sediaan sehingga ditambahakan bahan pengawet yaitu nipagin. Kami merancang formula suspensi ampisilin terutama khusus untuk anak anak. Sehingga ditambahkan sunset yellow sebagai zat pewarna dan orange essens sebagai penambah aroma. Fungsi penambahan zat tersebut adalah untuk memperbaiki warna agar lebih menarik dan bau ampisilin yang kurang menyenangkan bagi anak-anak. Metode Pembuatan Formula 1 dan 2: 1. Granulat dibuat sesuai dengan metode pembuatan tablet dengan proses granulasi basah. 2. Masing-masing bahan pensuspensi untuk formula 1 CPSF, formula 2 SPSF dikembangkan dengan air. 3. Setelah massa mengembang, dicampur dengan bahan lainnya hingga diperoleh massa yang homogen. 4. Selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50º C. 5. Kemudian massa dijadikan serbuk. 6. Evaluasi dilakukan terhadap granulat sirup kering dan suspensi. Formula 3 dan 4: 1. Alat dan bahan disiapkan 2. Bahan-bahan obat yang diperlukan ditimbang , botol 60 ml dikalibrasi 3. Ampisilin Trihidrat dimasukkan kedalam lumpang digerus ad halus 4. Ditambahkan CMC Na untuk formula 3 dan Na Alginat untuk formula 4, digerus ad homogen 20



5. Ditambahkan bahan lainnya satu persatu, digerus ad homogen 6. Ditimbang granul yang didapat 7. Dihitung dan dipisahkan granul yang akan dimasukkan kedalam botol 60 ml 8. Ditambahkan aquadest hingga tanda kalibrasi jika ingin digunakan 9. Evaluasi dilakukan terhadap granulat sirup kering dan suspensi. Metode Evaluasi Ampisilin Suspensi 1. Evaluasi terhadap sirup kering, meliputi: Penentuan ukuran partikel dan laju alir 2. Evaluasi yang dilakukan pada suspensi cair: penentuan volume sedimentasi, penentuan pH, volume sedimentasi, redispersi, pengukuran kadar ampisilin, viskositas, uji efektivitas mikrobiologi.



21



BAB IV PENUTUP 4.1



Kesimpulan



Sediaan ini dibuat dalam bentuk suspense kering dikareakan bahan aktif (ampicillin ) memiliki sifat tidak larut dlam air. Rancangan formula ampisilin suspensi yang kami buat sebelumnya dibuat dalam bentuk sirup kering menggunakan metode granulasi basah dengan komponen zat aktif ampisilin trihidrat dan zat tambahan seperti natrium alginat sebagai suspending agent, sorbitol sebagai zat pemanis dan zat pembasah, nipagin sebagai zat pengawet serta sunset yellow dan orange essens sebagai penambah aroma dan warna agar tampilan lebih menarik. 4.2



Saran



Dalam pembuatan formulasi obat dengan sediaan suspensi kita harus mengetahui sifat fisika kimia dan farmakologi dari zat aktif dan zat tambahan yang digunakan. Juga harus diperhatikan syarat khusus dalam evaluasi obat suspensi. Sehingga dapat dibuat formula obat dengan efek yang maksimal dan stabil dalam penyimpanan.



22



DAFTAR PUSTAKA 



 



Effionora Anwar, Antokalina Sv, Harianto. Jurnal Pati Pregel Pati Singkong Fosfat Sebagai Bahan Pensuspensi Sirup Kering Ampisilin. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 3, Desember 2006, 117 – 126. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Diakses Tanggal 14 November 2016 Pukul 10.13. Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceuticals Excipients. London-United Kingdom: Pharmaceutical Press Anief, M., 2008, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, 149



23