AMPUTASI [PDF]

  • Author / Uploaded
  • lutfi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Topik Adaptasi Terhadap Amputasi B. Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkah laku hewan 2. Untuk mengetahui tingkah laku hewan akibat adanya amputasi pada organ-organ tertentu C. Dasar Teori Tingkah laku hewan merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya, dan pada banyak kasus merupakan hasil dari seleksi alam, misalnya terbentuknya struktur fisik. Setiap hewan memiliki kemampuan untuk melakukan adaptasi atau penyesuaian terhadap kondisi lingkungan tertentu dengan cara mengembangkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan kondisi lingkungannya (Chaig, 1981). Tingkah laku demikian merupakan tingkah laku adaptasi. Misalnya adaptasi yang dilakukan oleh hewan ketika terjadi amputasi pada bagian tubuh tertentu. Menurut Barnet (1981) dalam Susilowati dan Rahayu, 2007), adaptasi terhadap amputasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku hewan terhadap kondisi tubuh yang kurang menguntungkan. Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut biasanya muncul dalam bentuk gerakan untuk menanggapi rangsang yang mengenai dirinya (Dharmawan, dkk, 2005). Rangsangan itu dapat berasal dari lingkungan luar dan dari lingkungan dalam tubuhnya sendiri. Hal tersebut dicontohkan ketika kecoa dikenai stimulus berupa sentuhan pada suatu bagian tubuh, misalnya kepala, maka dengan cepat kecoa akan merespon stimulus tersebut dengan bergerak cepat melarikan diri menjauh dari tempat dimana kecoa mendapatkan stimulus tersebut. Sedangkan perubahan tingkah laku atau gerakan dicontohkan pada kecoa yang mengalami amputasi pada beberapa bagian tubuh. Namun, perubahan tingkah laku tidak dapat terjadi dalam waktu yang singkat seperti respon terhadap stimulus berupa sentuhan. Kecoa termasuk serangga pengembara dengan lima ruas tarsi dan tidak satu pun tungkai yang mengalami modifikasi untuk menggali. Kecoa memiliki kemampuan berlari yang sangat cepat. Tubuh kecoa berbentuk bulat telur dan gepeng, kepala tersembunyi dari atas oleh pronotum. Timpana dan organ-organ yang menghasilkan suara (biasanya) tidak ada. Pada beberapa spesies kecoa ditemukan sayap yang menyusut, ukuran sayap individu betina biasanya berukuran lebih kecil daripada sayap pada individu jantan. Sersi memiliki ruas cukup banyak dan biasanya berukuran panjang. Antena atau sungut berukuran panjang dan berbentuk seperti filament. Serangga ini merupakan jenis serangga pemakan segala. Telur-telur kecoa



dibungkus dalam kapsula atau ooteka yang dibawa oleh individu betina di bagian abdomen atau dibagian dalam uterus (Barror, 1992). Pada kecoa diketahui bahwa antena merupakan bagian penting dalam gerakan. Selain itu antena dapat pula berfungsi sebagai pembersih tubuhnya (Bannet, 1981 dalam Susilowati & Rahayu, 2007). Selain sepasang antena, juga terdapat organ lain yang bisa digunakan dalam membersihkan tubuh, yaitu 2 pasang palpus dan sepasang kaki depan (Susilowati, dkk., 1999). Apabila kecoa kehilangan antena dalam proses pembersihan tubuhnya maka kecoa akan menggunakan alat lain, yaitu palpus atau kaki depan. Gejala ini muncul sebagai akibat dari adanya situasi baru (Susilowati & Rahayu, 2007). Antena kecoa berbentuk benang bertipe filiformis dan tersusun atas segmen-segmen. Antena berukuran panjang dan sangat motil (Kastawi, 2000). Sedangkan menurut Peter (1971) dalam Chaig (1981), menyatakan bahwa pada antena kecoa terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai indera pembau yang selalu menjaga kelembapannya dengan cara mengeluarkan sekret dari suatu kelenjar khusus. Menurut Sastrodiharjo (1979), pada kedua antena insekta terdapat organ kardatonal yang digunakan sebagai alat penangkap getaran suara. Organ ini terletak pada bagian persendian dan segmen antena. Menurut Peter (1971) dalam Chaig (1981), menyebutkan bahwa mekanisme berjalan kecoa terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: a)



Kaki depan dan tengah kiri diangkat, kemudian kedua pasang kaki yang lain bertumpu ditanah (bagian tarsus)



b) Kaki belakang kanan dan tengah kiri diangkat, kemudian kedua pasang kaki yang lain diam atau tidak bergerak sampai semua kaki bertumpu ditanah c)



Kaki depan kiri dan kaki tengah kanan diangkat, sedangkan kaki lainnya diam atau tidak bergerak



d) Kaki belakang kiri dan kaki tengah kanan diangkat, sedangkan kaki lainnya diam atau tidak bergerak e)



Mengangkat kaki belakang kiri saja dan terus berganti dengan kaki depan kanan diangkat.



D. Alat dan Bahan Alat : 1. Gunting 2. Botol 3. Terarium Bahan :



1. Kecoa 5 ekor 2. Kain kassa E. Cara Kerja F. Data Pengamatan G. Analisis Data H. Pembahasan Pada praktikum kali ini terdapat tiga perlakuan yaitu perlakuan kecoa setelah dipotong antena sebelah kanan, perlakuan setelah kecoa dipotong antena sebelah kiri dan perlakuan setelah kecoa dipotong kaki bagian depan. Hasil yang diperoleh saat pengamatan setelah 5 hari perlakuan yaitu kecoa yang dilakukan pemotongan antena kanan etogramnya berbeda dengan sebelum perlakuan dimana kecoa yang sebelumnya menggerak-gerakkan antena kanan, kemudian membersihkan antena kanan dengan mulut dari pangkal ke ujung dan kecoa bergerak aktif. Tetapi setelah dilakuakan pemotongan, kecoa menggantikan dengan antena sebelah kiri, menggerak-gerakkan antena kiri, membersihkan antena kiri dari pangkal ke ujung dan pergerakan kecoa cenderung kurang aktif. Hal ini menunjukkan bahwa ada adaptasi tingkah laku yang dilakukan kecoa. Kecoa melakuakn belajar terhadap situasi yang berbeda yang dialami sebelumnya. Menurut Dharmawan., dkk, (2005), adaptasi tingkah laku adalah responrespon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut biasanya muncul dalam gerakan untuk menanggapi rangsang. Rangsangan dapat berasal dari ligkungan luar maupun lingkungan dalam tubuhnya. Apabila kecoa kehilangan salah satu antena kemudian menggunkan alat lain hal ini berarti terjadi akibat adanya situasi baru (Susilowati & Rahayu, 2007). Pada kecoa antena merupakan bagian penting dalam gerakan. Selain itu, antena juga berfungsi sebagai pembersih tubuhnya. Pada antena insekta terdapat organ kardatonal yang digunakan sebagai alat penangkap getran suara (Sastrodiharjo, 1979). Sehingga, apabila terjadi amputasi pada salah satu bagian antena, getaran suara yang berasal dari lingkungan sekitar kurang dapat direspon dan tingkah laku kecoa berubah dari yang awal sebelum amputasi gerakan aktif menjadi lambat setelah terjadi amputasi. Begitupun dengan perlakuan pada pemotongan antena kiri, dimana perilaku kecoa berbeda sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Tetapi hanya saja kecoa lebih bergerak aktif dibanding kecoa yang diberi perlakuan dengan pemotongan antena kanan. Hal tersebut dikarenakan pada setiap individu kecoa memliki metabolisme dan kemampuan adaptasi yang berbeda-beda. Kemampuan setiap indivisu untuk melakuakan adaptasi berbeda-beda



tergantung pada kemampuan hewan untuk merespon keadaan lingkungan eksternal maupun lingkungan internal (Dharmawan., dkk, 2005). Jadi, ketika individu hewan mampu merespon keadaan dan perubahan lingkungan maupun kondisi tubuhnya dengan cepat, maka kemungkinan besar tingkat adaptasinya tinggi. Namun sebaliknya, apabila daya tangkap dan daya tanggap individu rendah maka tingkat adaptasinya rendah dan lama. Pada perlakuan ketiga yaitu pemotongan kaki depan, hasil pengamatan perilaku kecoa berbeda dengan perilaku sebelum diberi perlakuan. Dimana kaki depan yang sebelumnya menjadi tumpuan kemudian kecoa mengganti dengan kaki tengah, dalam berjalan kaki tengah yang maju terlebih dahulu diawali dengan bagian kanan dan di dorong dengan kaki belakang, dan pergerakan kecoa cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut sama dengan perlakuan pemotongan antena, dimana kecoa melakuakan adaptasi. Menurut Chaig (1981) tingkah laku hewan merupakan kondisi peneyesuaian hewan terhadap lingkungannya dan biasanya merupakan hasil dari seleksi alam misalnya struktur fisik. Hilangnya beberapa bagian tubuh kecoa, memaksa kecoa untuk mengembangkan suatu pola gerakan baru dengan car menggunakan anggota badan yang lain untuk menggantikan fungsi organ yang hilang. Jadi, semua mekanisme perubahan tingkah laku laku baik membersihkan badan maupun berjalan yang mengalami amputasi, menunjukkan bahwa pada kecoa terjadi mekanisme adaptasi tingkah laku untuk merespon suatu kondisi yang kurang menguntungkan. Gejala terjadinya perubahan sebagai akibat dari adanya situasi baru (Susilo & Rahayu, 2007).



I.



Disuksi



J.



Kesimpulan Daftar Rujukan



Barror, I. J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Chaig, J. V. 1981. Domestic Animal Behaviour. New Jersey: Prentige Hall, Inc Dharmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM PRESS Kastawi, Yusuf, dkk. 2000. Zoologi Avertebrata. Malang: FMIPA UM Sastrodiharjo. 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung: ITB Bandung Susilowati, dkk. 1999. Petunjuk Praktikum Tingkah Laku Hewan. Malang: FMIPA UM Susilowati, dan Rahayu Sofia Ery. 2007. Petunjuk Kegiatan Praktikum Tingkah Laku Hewan. Malang: FMIPA UM