4 0 111 KB
Terapi Non Farmakologi a. Maternal Movements and Positional changes (Ricci, 2009; Ward & Hisley, 2009) 1. Berdiri, berjalan : gaya gravitasi membantu dalam menurunkan janin ke jalan lahir mengurangi rasa nyeri dan kontraksi 2. Berdiri dan condong ke tempat tidur atau birth ball : mengurangu rasa sakit mempermudah untuk melakukan massage punggung 3. Slow dancing /; berfungsi untuk membantu meredakan sakit punggung fan bersantai serta memberikan rasa nyaman 4. Sitting uprught : duduk dengan posisi punggung 90 derajat di kursi, betujuan untuk meningkatkan rasa nyaman memiliki gaya gravitasi yang lebih besar dibandingkan pada posisi berbaring 5. Side lying : merupakan posisi yang sangat baik untuk beristirahat karena memberikan
rasa
nyaman,
menurunkan
tekanan
darah
tinggi
dan
memfasilitasi relaksasi ketika kontraksi. 6. Dapat dilakukan dengan menggunakan squatting bar atau dengan melakukan posisi jongkok di tempat tidur. Tujuan dari posisi tersebut yaitu untuk membuka jalan keluar pada panggul sehingga membantu ketika janin keluar (Ricci, 2009; Ward & Hisley, 2009). Peran perawat dalam melakukan pergerakkan dan perubahan posisi wanita hamil yaitu membantu dan memastikan posisi yang diberikan sesuai dan tidak menyebabkan cidera pad wanita hamil dan dapat mengganggu proses kelahiran. b.
Aromatherapi Merupakan penggunaan minyak esensial yang berasal dari bunga atau tumbuhan lain yang aromanya memiliki efek terapi dalam mengobati penyakit dan meningkatkanlain yang aromanya memiliki efek terapi dalam mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan contoh dari aromaterapi seperti aroma
mawar, lavender, dan minyak bergamot yang diyakini dapat meningkatkan kenyamanan, relaksasi, dan mengurangi rasa sakit yang. penggunaan aromatherapi dapat dilakukan dengan memberikan beberapa tetes ke bak mandi hangat, kompres tubuh, lotion, pijat atau diakmar untuk menambahkan aroma di lingkungan kamar (War & Hislry, 2009). Dapat pula digunakan jenis aromatherapi yang berda sesuai dengan tingkat kelahiran, contohnya sseperti pda kali 1 dapat digunakan aroma yang menenangkan dan pada kala II dapat digunakan aroma peppermint yang dapat meningkatkan kekuatan dari wanita hamil untuk dapat melakukan proses kelahiran (Datta, 2006). c. Acupressure merupakan pengaplikasian tekanan, panas, atau dingin pada titiktitik akupuntur untuk mengurangi sensasi rasa nyeri. Proses acupressure dapat mengurangi rasa nyeri berkaitan dengan peningkatan pelepsan hormon endorfin yang berfungsi untuk menekan rasa sakit. Titik – titik yang digunakan ketika proses kelahiran disebut titik Hegu yang terletak diantara tulang metacarpal pertama dan kedua, terletak di antara inner anklebone dan tendon Achilles ( Ward & Hisley, 2009). Sama halnya dengan acupressure, prinsip kerja dari acupuncture juga menyebabkan peningkatan pelepasan hormon endorfin untuk menekan rasa sakit ketika proses melahirkan. Namun, acupuncture dilakukan dengan menusukkan jarum halus yang steril di titik – titik akupuntur sehingga pelaksaan akupuntur harus dilakukan oleh prifesional agar tidak menyebabkan terjadinya kesalahan ataupun infeksi di are penusukan (Datta, 2006). Peran perawat dalam penggunaan acupressure d an acupuncture dalam mengurangi nyeri selama kelahiran yaitu memberikan informasi kepada klien terkait proses dari acupressure dan acupuncture, serta berkolaborasi dengan profesional sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan. d. Touch and Massage Effleurage : diambil dari kata perancis yang berati “ sentuhan ringan” yang merupakan teknik sentuhan dengan memberikan belaian lembut seirama dengan
kontraksi yang terjadi pada wanita hamil. Klien, perawat, atau pendamping klien dapat melakukan pijat perut dengan gerakan melingkar yang ringan, selain itu juga dapat dilakukan pijat tangan, kaki, dan punggung. Hal tersebut dapat mengalihkan klien dari kontraksi yang dirasakannya, mengurangi ketengangan dan meningkatkan kenyamanan klien ( Ward & Hisleey, 2009). Counter Pressure : merupakajn teknik membantu wanita hamil dalam mengurangi ketidaknyamanan dari tekanan internal atau ketika kepala janin berada dalam posisi posterior pada area punggung bawah. Dilakukan dengan melakukan tekanan di area sakrum. Kontraindikasi dari counter pressure yaitu area sakrum mengalami ruam kulit, varises, memar atau infeksi (Ricci, 2009). Therapeutic touch : didasarkan pada penggunaan “Prana” atau medan energi tubuh yang diyakini berkurang pada individu yang sedang mengalami nyeri. Dilakukan dengan memposisikan tangan telungkup dari pemberi prana di area yang mengalami rasa sakit sehingga harus dilakukan oleh orang yang sudah terlatih (Ricci, 2009). e. Transcutaneous Electical nerve stimulation TENS tidak efektif pada fase aktif saat kontrkasi makin kuat, sering dan lama. Cara kerja: elektroda ditempelkan dipunggung dan dihubungkan dengan kabel stimulator bertenaga baterai kecil. TENS bekerja merangsang tubuh untuk memproduksi endhorpinn dan mengurangi jumlah sinyal rasa nyeri yang dikrim oleh saraf tulang belakang ke otak (Laksana, 2011). Selain itu TENS bekerja mengalihkan rasa nyeri, karena TENS merangsang reseptor getar dan suhu, meningkatkan nilai ambang potensial elektrik saraf penghantar nyeri saat persalinan akibat spasme oto (Gondo, 2011). f.
Application Heat and Cold Penggunaaan air panas dan dingin berguna untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu yang akan menjalani proses bersalin. Selimut hangat, kompres hangat, dan mandi air hangat dapat meningkatkan relaksasi dan mengurangi rasa sakit
selama persalinan. Efek panas dapat mengurangi iskmia otot dan menignkatkan aliran darah ke area nyeri. Aplikasi panas sangat efektif untuk mengatasi nyeri punggung yang disebabkan karena kelelahan. Selain itu penggunaan air dingin juga efektid dalam meningkatkan kenyamanan pada wanita selama masa persalinan. Penggunaan kain yang diberikan air dingin dapat diterapkan pada punggung, dada, atau wajah. Efek dari rasa dingn tersebut dapat mengurangi rasa sakit dengan mengurangi suhu otot dan menghilanhgkan kejang oto ( Creehan, 2008 dalam Ward, 2009). Penggunaan air panas dan dingin dapat digunakan secara bergantian agar efek yang diberikan bisa lebih besar. g. Intradermal Water Block Intradermal water block melibatkan injeksi dengan air yang steril (misalnya 0,050,1 mL) dan menggunakan jarum suntik berukuran 25 G. Cara kerjanya yaitu dengan membagi menjadi empat lokasi di punggung bagian bawah untuk meringkan rasa nyeri bahwa terapi ini cukup efektif. IWB melobatkan mekanisme gate-control (Ward, 2009). Penjelasan lain mengenai efektivitas terapi IWB adalah adanya mekanisme irittasi counter ( mengurangi rasa sakit lokal di satu daerah dan terjadi iritasi kulit di daerah terdekat) atau peningkatan tingkat opiod endogen (endorfin) yang dihasilkan oleh suntikan. Sensasi menyengat akan terjadi sekitar 20-30 detik setelah dilakukannya injeksi dan rasa nyeri punggung akan hilang dalam rentang waktu 45 menit sampai 2 jam. Walaupun sensasi yang dirasakan membiat ibu hamil tidak nyaman akan tetapi terapi ini dapat dilakukan
kemabli
jika
memang
rasa
nyeri
karena
persalinan
sangat
mengganggu (Crejehan, 2008 dalam Ward 2009). h. Water Therapy (Hydrotherapy) Hydroterapi jet atau mandi whirpool bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan rileks kepada ibu ssat bersalin. Perasaan rileks akan didapat saat mandi dengan air hangat baik memakai pompa jet atau tidak. Selaama melakukan metode ini , tanda-tanda vital ibu harus berada pada batas norma;. Apabila suhu
tubuh, atau denyut jantungnya meningkat maka air harus dibuat lebih dingin atau meminta ibu untuk keluar dari bak mandi. Air dalam bak harus dipertahankan pada suhu 35,6- 36,7 derajat celcius dan bak mandi harus dijaga supaya tetap bersih i.
Citra dan Visualisasi Salah satu teknik yang menstimulasi sensorik. Teknik ini dilakukan dengan membayangkan hal-hal yang menyejukkan seperti berjalan melalui taman yang tenang, menarik nafas yang penuh ketenangan, energi kemudian membuang udara nafas yang penuh akan kegelisahan dan ketengangan. Citra dan visualisasi dapat digunakan untuk menghasilkan rasa kesejahteraan sealama kehamilan. Membantu pelebaran serviks dan mengurangi pengalaman rasa sakit dan ketengangan selama persalinan (Cashion, 2014).
j.
Teknik Relaksasi Teknik untuk menurunkan tegangan tubuh (Gondo, 2011). Teknik relaksasi merupakan salah satu jenis teknik yang menstimulasi sistem sensori. Relaksasi membantu snag nibu untuk menurunkan tegangan tubuhnya. Peran perawat dalam teknik ini ialah perawat dapat menyediakan lingkungan yang tenang, santai menawarkan hal-hal yang dibutuhkan dan mengenali tanda-tanda ketengangan. Penyedia lingkungan yang tenang untuik melahirkan dapat dibuat dengan mengontol rangsangan sensorik seperti cahaya kebisingan, hingga suhu kamar. Pada saat melakukan ini perawat harus tetap tenang dan tidak tergesagesa. Teknik relaksasi dapat dikombinasikan dengan aktivitas lain seperti berjalan, berdansa pelan dan perubahan posisi yang dapat mebantu bayi untuk memutar
di
panggul
kombinasi
gerakan
ritmik
ini
dapat
merangsang
mekanoreseptor di otak untuk menurunkan perserp nyeri (Cashion, 2014). Hipnotis Bentuk relaksasi yang mendalam dan mirip dengan meditasi. Selama dalam terapi hipnotis, seseorang perempuan berada dalam konsentrasi terfokus dan
pikiran alam bawah sadarnya lebih mudah diakses. Teknik hipnosis digunakan untuk persalinan dan kelahiran untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi rasa takut, kecemasan, serta persepsi nyeri. Terapi hipnotis
dilakukan oleh
tenaga ahli terlatih dan tidak boleh diberikan pada ibu dengan riwayat psikosis dan epilepsy (Gondo, 2012). Musik Dapat memberikan sebuah distrkasi yang memicu relaksasi dan semangat selama proses melahirkan dengan menurunkan level stress, ansuetas dan persepsi nyeri (Cashion, 2014). Musik dapat digunakan pada proses kelahiran di awal. Musik dapat menciptakan kondisi yang lebih santai di ruang melahirkan. Hal yang harus diperhatikan ialah jenis musik yang disukai sang ibu dan membawa peralatan musik. Sang ibu diharapkan memilih jenis musik yang berhubungan dengan memori indah, yang dapat memicu citra dan visualisasi (Cahion, 2014). Musik disediakan disamping tempat tidur dengan dukungan orang dapat membantu dalam transmisi energi yang mengurangi ketengangan dan menigkatkan suasana hati ( Ward & Hisley, 2009). Mengubah tempo musik bertepatan
dengan
tingkat
dan
irama
setiap
teknik
pernafasan
dapat
memfasilitasi pacu yang tepat. Biofeedback menggunakan prinsip bahwa apabila seseorang mengenali sinyal fisik, maka peristiwa fisiologis internal tertentu dapat diubah (Cashion, 2014). Prosedur teknik iniialah selama periode prenatal, ibu hamil diajarkan untuk mengenali tentang sinyal-sinyal tubuh dan cara bersantai. Selain itu, ibu hamil harus belajar bagaimana menggunakan pemikiran dan kekuatan mental. Biofeedback dapat dilakukan bersaman dengan pasangan. Jika seorang wanita merespon rasa sakit selama kontraksi dengan penegangan otot, mngerutkan kening, mengerang, dan menahan nafas, pasangannya menggunakan verbal dan sentuhan atau umpan balik untuk membantunya rileks.
Non
farmakologis
yaitu
terapi
selain
pemberian
obat-obatan
dan
tidak
menimbulkan efek yang membahayakan (Faridah, B. D., Yefrida, Y., & Masmura,
2017).
Penatalaksanaan
non
farmakologis
dapat
dilakukan
melalui teknik nafas dalam, terapi es dan panas/kompres panas dan dingin, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur, dan masase (Masrvia, E.,
Sulistiyani,
E.,
&
Manhidayanti,
2018).
Salah
satu
metode
nonfarmakologis yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat ini yaitu teknik distraksi. Distraksi merupakan pengalihan perhatian pada hal lain, sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
a. Analgesia dengan Metode non Farmakologi 1. Terapi Massase Penelitian yang dilakukan oleh Fatmala & Astuti (2017) mendapatkan hasil rata rata intensitas nyeri persalinan dengan diberikan pijat punggung mengalami penurunan dari 6,13sebelum dilakukan intervensi dan 4,56sesudah diberikan intervensi. Selain pijat punggung, Dehcheshmeh & Rafiei(2015) menggunakan Hokupointice massage selama 20 menit juga dapatmenurunkan nyeri dengan hasil rerata skala nyeri pada kelompok perlakuansaat pembukaan 4, 6, dan 8 cm sebesar 4,70; 6,23; 7,25 dan pada kelompok kontrol saat pembukaan 4, 6, dan 8 sebesar 6,48; 8,16;8,53. Hasil serupa ditemukan oleh Halimatussakdiah (2017) dalam penelitiannya yang menemukan adanya perubahan rerata skala nyeri dan tekanan darah menggunakan Efflurage Massage (BEM) dari skala nyeri 9,26 menjadi 0,69, tekanan sistole 131,33 menjadi 124,33, dan tekanan diastole 84,30 menjadi 82,66. Pratiwi, Wagiyo, & Nurulita (2015) juga menemukann adanya
perubahan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan counter pressure dengan delta mean skala nyeri sebesar 1,83. Pijat merangsang tubuh untuk melepaskan endorfin, yang merupakan bahan penghilang rasa sakit alami dan merangsang produksi hormon oksitosin, menurunkan hormon stres, dan rangsangan neurologis (Chauhan, Rani, & Bansal, 2016). Terapi pijat mempengaruhi permukaan kulit, jaringan lunak, otot, tendon, ligamen, dan fasia secara manual. Pelepasan endorphin, mengendalikan nerve gate dan menstimulasi saraf simpatis, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang, pengurangan intensitas nyeri, dan relaksasi otot (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines, Brocklehurst, 2008).
2. Terapi Musik Hasil penelitian dari Astuti, Rahayu, & Mulyani (2016) didapatkan adanya penurunan ratarata intensitas nyeri numerikdari 7,13 menjadi 4,88 dan penurunan rata-rata intensitas perilaku nyeri dari 6,72 menjadi 2,66 setelah dilakukan terapi musik instrumentalia. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatmala & Astuti (2017) yang menjelaskan rata-rata intensitas nyeri persalinan sebelum dilakukan intervensi sebesar 6,63 mengalami penurunan menjadi 5,47setelah diberikan terapi musik klasik. Penelitian Surucu, Ozturk, Vurgec, Alan, & Akbas (2018) juga menyebutkanrata-rata intensitas nyeri pada kelompok intervensi dari 4,32menjadi 4,60 mengalami penurunan dan pada kelompok kontrol 3,72 menjadi 7,40 tidak mengalami penurunan setelah pemberian musik Acemasiran selama 30 menit. Sejalan dengan penelitian Dehcheshmeh & Rafiei (2015) dengan memberikan musik piano selama 30 menit menghasilkan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan musik pada pembukaan 4, 6, dan 8 cm sebesar
4,43; 6,16; 7,31 dan pada kelompok yang tidak diberikan intervensi pada pembukaan 4, 6, dan 8 sebesar 6,48; 8,16; 8,53. Murotal menjadi salah satu jenis musik yang juga diteliti dapat menurunkan intensitas nyeri. Azis, Nooryanto, & Andarini (2015) dalam penelitiannya melaporkan adanya perbedaan yang bermakna pada nilai p intensitas nyeri dari 0,074 sebelum menjadi 0,139 sesudah dan kadar β- Endrorphin dari 0,596 sebelum menjadi 0,217 sesudah diberikan murotal Al-Qur‟an surat Ar-Rahman selama 25 menit. Yana & Utami (2016) juga menemukan perubahan mean intensitas nyeri pada kelompok eksperimen dari 7,47 menjadi 6,40 (p = 0,000) dan pada kelompok kontrol dari 7,07 menjadi 7,40 (p = 0,055) setelah pemberian terapi murotal Al-Qur‟an melalui headset selama 15 menit. Pada saat seseorang mendengarkan musik ketika nyeri, maka otak akan menerima dua persepsi. Impuls musikakan dipersepsikan terlebih dahulu oleh otak daripada impuls nyeri, sehingga musik dapat memberikan distraksi atau pengalihan atau pengurangan konsentrasi terhadap nyeri (Kimber, McNabb, Mc Court, Haines, Brocklehurst, 2008). Teori gate control merupakan teori yang mendasari mendengarkan musik dapat menurunkan nyeri. Musik mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat pengatur emosi. Sinyal yang diterima oleh korteks limbik melalui pendengaran kemudian dilanjutkan ke hipokampus dan hipotalamus. Di hipotalamus yang merupakan pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin seperti aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf tersebut mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ, sehingga
melalui persarafan tersebut musik dapat memberikan ketenangan (Tamsuri, 2007; Pedak, 2009; Ranggakayo, 2012).
Ritme musik dapat memberikan efek relaksasi pada tubuh karena tubuh akan bernafas lebih dalam dan lambat mengikuti irama musik, sehingga berpengaruh pada
aliran
darah,
denyut
jantung
lebih
stabil,
dan
timbul
rasa
tenang.Mendengarkan musik dengan pilihan irama yang tepat memberikan efek tenang bagi tubuh, sehingga merangsang endorphine dalam mengurangi nyeri (Bassano, 2009).Terapi musik tidak dapat sepenuhnya menghilangkan nyeri, tetapi
dapat
menurunkan
nyeri
dan
mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan (Yuliatun, 2008).
Murotal sebagai bacaan AL-Qur‟an yang dilantunkan dengan tempo lambat, lembut, dan penuh penghayatan mengandung aspek spiritualitas yang
dapat
membantu
seseorang
mengingat
Tuhan,
sehingga
menimbulkan rasa keimanan, kecintaan, dan kedekatan seseorang dengan Tuhan. Perasaantersebut dapat membangkitkan semangat dalam mengembangkan koping yang positif dalam menghadapi nyeri (Qadri, 2003).
Koping
diperlukan
sebagai
antisipasi
dalam
menghadapi
kecemasan dan stress akibat nyeri.
3.Aromatherapi Penelitian
Yazdkhasti
pemberian
aromaterapi
&
Pirak
lavender
(2016)
menyebutkan
selama
30
menit
bahwa rata-rata
intensitas nyeri persalinan pada
pembukaan 5-6 cm mengalami
penurunan dari 8 menjadi 6, pada pembukaan 7-8 cm menetap dari
8
menjadi8,
penurunan
dari
dan 9
pada
menjadi
pembukaan 7.
9-10cm
Didukung
mengalami
dengan
penelitian
Hamdamian, Nazarpour, Simbar, Hajian, Mojab, & Talebi (2018) menghasilkan rata-rata intensitas nyeri setelah diakukan pemberian aromaterapi
Rosa
damascena
mengalami
penurunan
dengan rata-rata 3,25 pada responden dengan pembukaan 4-5 cm, 5,11 pada pembukaan 6-7, dan 6,69 pada pembukaan 8-10 cm dibandingkan dengan yang diberikan normal saline dengan ratarata intensitas nyeri pada pembukaan 4-5 cm sebesar 6,36, pada pembukaan 6-7 cm sebesar 8,42, dan pada pembukaan 8-10cm sebesar 9,78. Molekul-molekul aromaterapi yang telah dihirup dapat diserap dengan cepat melalui sistem pernapasan yang kemudian masuk ke aliran darah.
Aroma untuk
yang
keluar
melepaskan
mengurangi
tersebut
neurokimia
rasa
sakit
merangsang
otak,
dan
sehingga
sistim dapat
menimbulkan
limbik
membantu
efek
tenang.
Aromaterapi lavender memberikan efek tenang, bersifat antiseptik serta
analgetik
karena
kandungan
lavender
yang
utama
adalah
linalool dan linalyl acetate. Kandungan linalool dan linalyl acetate inilah yang merangsang parasimpatik dan memiliki efek narkotik dan
linalool
Khaleghi,
dan
bertindak Gorji,
sebagai 2013).
obat Oleh
penenang karena
efek
(Koulivand, tersebut,
penggunaan dosis dibatasi dan dipantau kestabilan hemodinamika setelah
pemberian
aromaterapi
lavender.
Selain
menggunakan
lavender, aromaterapi menggunakan Rosa damascena juga dapat menurunkan
nyeri
karena
adanya
kandungan
2-feniletil
alkohol
yang dapat menghambat impuls nyeri dan menghalangi reseptor nyeri sehingga dapat menurunkan nyeri persalinan (Boskabady, Shafei, Saberi & Amini, 2011).
4. Kompres hangat Penelitian
Wulandari,
mengatakan
intensitas
Kustriyani, nyeri
ibu
& bersalin
Chasanah setelah
(2017) pemberian
kompres hangat selama 20 menit mengalami penurunan sebanyak 46,7%
menjadi
nyeri
hangat
mampu
kompres
ringan,
sehingga
menurunkan
disimpulkan
intensitas
nyeri
bahwa
persalinan
pada kala I fase aktif (p value 0,000). Senada dengan Pratiwi, Wagiyo, & Nurulita (2015) dalam penelitiannya melaporkan adanya penurunan rentang skala nyeri dari 6,2% tak tertahankan dan 93,8% berat menjadi 3,1% tak tertahankan, 56,2% berat, dan 40,6% sedang setelah diberikan kompres hangat. Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, & Ghavi (2016) juga melakukan penelitian menggunakan terapi panas (heat therapy) berupa kompres hangat (450C) selama 30 menit pada area sakral dan perineum ibu bersalin kala I dan menemukan hasil yang sama, yaitu terapi panas dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I kelompok intervensi. Selain itu, penelitan Henrique, Gabrielloni, Rodney, &
Barbieri
(2018)
mengatakan
hydrotherapy mampu
pemberian
mempengaruhi
warm
intensitas nyeri
shower
ibu
bersalin
dari rata-rata 7,55 menjadi 8,38. Efektifitas terapi kompres hangat ini berkaitan dengan mekanisme panas yang dapat merangsang pelepasan
hormon
endorphin,
sehingga
timbul
respon
perasaan
nyaman dan penurunan rasa nyeri. Selain itu, kompres hangat mampu
menurunkan
nyeri
yangdapatmemvasodilatasi aliran
darah,
mencegah
sehingga
terjadinya
karena
pembuluh
otot,
fisiologisnya
dan
meningkatkan
darah
memperlancar
spasme
efek
sirkulasi
membuat
otot
oksigenisasi rileks,
dan
menurunkan rasa nyeri (Potter, dkk, 2010; Berman, 2009). Efek hangat yang ditimbulkanjuga dapat merangsang serat saraf yang akan menutup penyebab nyeri, sehingga impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak akan dihambat (Potter & Perry, 2010). Kompres hangat
pada
ibu
bersalin
bekerja
untuk
mempertahankan
komponen pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi, sehingga sirkulasi
darah
ke
otot
panggul
mengalami
homeostasis,
maka
nyeri akan berkurang dan ibu merasa nyaman (Manurung, 2011).
Warm shower hydrotherapy pada ibu bersalin mampu mempengaruhi
intensitas
nyeri
karena
sifatnya
yang
panas
sehingga mampu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran pembuluh darah terutama ke area nyeri (Smeltzer & Bare,2013). Selain itu, efeknya dapat meredakan iskemik dengan cara menurunkan kontraksi uterus pada ibu bersalin serta melancarkan pembuluh darah maka ibu
hamil merasakan rileks dan meredakan vasokongestipelvis (Bobak,et al, 2012).
5. Latihan Nafas (BreathingExercise) Peneliti
Yuksel,
latihan
pernafasan
bahwa
kelompok
rendah
Cayir,
Kosan,
pada
ibu
intervensi
dibandingkan
dan
bersalin
memiliki
dengan
Tastan kala
(2017)
II
dan
intensitas
nyeri
kelompok
menguji
menemukan yang
kontrol.
lebih
Intervensi
diberikan dengan cara (a) Tarik nafas lalu isi bagian rongga perut dan paru-paru; (b) Rasakan adanya ekspansi dari rongga perut; (c) Pada
saat
mengeluarkan
nafas
pastikan
otot-otot
perut
sampai
dengan lutut dalam keadaan rileks; (d) Pada saat terasa nyeri, lakukan latihan nafas perut yang dalam dan tahan nafas selama mungkin; (e) Cobalah mendorong bayi ke bawah; (f) Hal tersebut dapat dilakukan saat menahan nafas atau saat mengeluarkan nafas dengan perlahan melalui mulut; (g) Point penting pada tahap ini adalah
jangan
lakukan
gerakan
Teruskan
dan
mengisi
rongga
mendorong lanjutkan
ke
perut bawah
gerakan
dengan agar
udara
bayi
mendorong
lahir;
sampai
dan (h) nyeri
menghilang. Nyeri pada kala II persalinan terlokalisai pada abdomen bagian
bawah
dan
dapat
dikontrol
dengan
baik
menggunakan
teknik pernafasan yang tepat. Pelaksanaan teknik bernafas yang tepat
saat
persalinan
kala
II
akan
memfasilitasi
kontrol
nyeri
sebagai
metode
mendesak
pada
yang
efektif
perineum
untuk
mengurangi
tekanan
yang
sekaligus
mengurangi
keinginan
ibu
untuk mengejan sebelum waktunya. Ketika Ibu melakukan teknik nafas yang tepat akan memicu pergerakan janin. Selanjutnya kepala janin akan mendorong dan melebarkan otot-otot uterus sehingga timbul kontraksi yang kuat. Pada saat kontraksi tersebut ibu melakukan nafas dalam dan gerakan mendorong (mengejan). Pada kondisi ini otot uterus juga akan berkontraksi sehingga terbentuk mekanisme pengalihan untuk mengurangi nyeri persalinan yang dirasakan ibu. Sejalan dengan mekanisme tersebut, Yuksel, Cayir, Kosan, & Tastan (2017) juga menyatakan bahwa teknik pernafasan yang tepat pada saat persalinan sangat efektif memfasilitasi pergerakan turun janin sehingga dapat mengurangi durasi kala II persalinan.
6. Latihan Birthball Penelitian
Kurniawati,
Dasuki,
&
Kartini
(2016)
melaporkan bahwa dari 38 sampel dalam penelitian ini, rata-rata tingkat nyeri ibu bersalin kala I fase aktif pada kelompok yang mendapat latihan birthball lebih rendah daripada rata-rata tingkat nyeri
pada
birthball.
kelompok
kontrol
Demikian
Abdolahian,
&
juga
Ghavi
yang
tidak
penelitian
(2016)
yang
mendapat
Taavoni,
menyatakan
latihan
Sheikhan,
latihan
Birthball
pada 30 ibu bersalin fase aktif dapat menurunkan respon nyeri persalinan
dibandingkan
mendapatkan
latihan
30
ibu
birthball.
bersalin Selain
fase
itu,
aktif
Penelitian
yang
tidak
Henrique,
Gabrielloni,
Rodney,
exercisewith
a
persalinan sehingga
&
ball
dengan dapat
berpengaruh
Barbieri
(2018)
berpengaruh
rata-rata
terhadap
terhadap
skala
disimpulkan
nyeri
perineum
nyeri
melaporkan
intensitas
nyeri
menjadi
8,02,
7,56
exercise
persalinan.
perineum
with
a
Sedangkan
ball pada
penelitian Astuti & Yamin (2017) melaporkan rata-rata intensitas nyeri
persalinan
ibu
primigravida
pada
kelompok
intervensi
upright 1,94 (SD 0,619) dan pada kelompok kontrol 3,34 (SD 0,545) dengan nilai uji bivariat p = 0,000 yang berarti terdapat perbedaan
rata-rata
intensitas
nyeri
persalinan
dilakukan
selama
antara
kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Latihan
birthball
30
menit dengan
frekuensi 2 kali atau total selama 60 menit, pertama-tama ibu diminta
duduk
di
bola.
Setelah
posisi
lengan
tangan
“rested
extending to their sides”, ibu diminta memulai “rock their hips back and forth” atau melingkar dalam suatu lingkaran (Taavoni, Sheikhan, &Kartini, berjalan, nyeri
Abdolahian, 2016).
awal
Ghavi,
Latihan
berjongkok)
pada
&
birthball
sangat fase
2016; posisi
membantu
persalinan.
ibu
Posisi
Kurniawati,
Dasuki,
upright untuk seperti
(berdiri,
mengurangi ini
akan
mengurangi respon nyeri pada area lumbar dengan berkurangnya tekanan pada saraf di sendi iliosakral dan sekitarnya. Maka dari itu,
ibu
bersalin
dengan
posisi
ini
pada
umumnya
hanya
memerlukan sedikit narkose atau analgesik epidural dibandingkan posisi supine saat bersalin (Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, dan
Ghavi,
2016).
mempengaruhi kecemasan
dan
Namun, penurunan dukungan
Dasuki, & Kartini, 2016
terdapat intensitas
faktor nyeri
suami/keluarga
lain
yang
persalinan, terdekat
dapat yaitu
(Kurniawati,