Analgetika Dan Hubungan Dosis Respon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analgetika dan hubungan dosis respon



Tujuan • Mampu mengobsrvasi dan menyimpulkan perubahan respon akibat pemberian berbagai dosis berbagai obat analgetik pada tikus yang diberi rangsangan nyeri. • Mampu membuat kurva dosis respon • Mampu melakukan pengujian efek analgetik narkotik dan non narkotika menggunakan metoda hot plate dan tail flick



Teori • Analgetika diperlukan untuk mengurangi nyeri secara simtomatis. • Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan berbagai mediator kimiawi. • Prostaglandin menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Dan menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata.



PARASETAMOL (asetaminofen) {N-asetil- p.aminofenol} [C8H9NO2]



• Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja menghambat biosintesis prostaglandin terutama di lingkungan yang rendah kadar peroksid yaitu di hipotalamus. • Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain.



Bahan dan Alat • • • •



Mencit Alat suntik Obat – obat analgetik Stopwatch



Metode Geliat Mencit diberi obat analgetik (dosis lazim x faktor konversi) Untuk 1 ekor = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg



Suntik dengan Asam asetat glasial 0,75 % secara intraperitoneal 10 ml/kg BB Misal = BB mencit 20 gr => 10 ml x 20/1000 = 0,2 ml asam asetat



Amati jumlah geliat setiap 5 menit selama 2 jam



Perhitungan • Untuk 1 ekor = 500 x 0,0026 = 1,3 mg • Berat 1 tablet 650 mg ditimbang = 650/500 x 1,3 = 1,69 mg/1ml Untuk 20 ml, maka ditimbang = 1,69 x 20 = 33,8 mg • Suspensi NaCMC 0,1% = 0,1 gr/100 ml x 20 = 0,02 gr ~ 20 mg NaCMC



DATA Kelompok



Jumlah geliat mencit 5’



10’



15’



20’



25’



30’



35’



40’



45’



50’



55’



60’



TOTAL



Kontrol



15



12



11



9



8



10



9



14



8



10



11



6



123



Parasetamol



3



8



9



2



1



3



2



3



2



1



0



37



3



Perhitungan •



% proteksi



= 100% - (jumlah geliatan perlakuan obat x 100%) Jumlah geliatan kontrol



• • • • • • • • • • • •



% proteksi menit ke 5 % proteksi menit ke 10 % proteksi menit ke 15 % proteksi menit ke 20 % proteksi menit ke 25 % proteksi menit ke 30 % proteksi menit ke 35 % proteksi menit ke 40 % proteksi menit ke 45 % proteksi menit ke 50 % proteksi menit ke 55 % proteksi menit ke 60



= 100% - [(3/15) x 100%] = 80 % = 100% - [(8/12) x 100%] = 33,33 % = 100% - [(9/11) x 100%] = 18,18 % = 100% - [( 2/9) x 100%] = 77,77 % = 100% - [( 1/8) x 100%] = 87,5 % = 100% - [( 3/10) x 100%] = 70 % = 100% - [( 3/9) x 100%] = 66,67 % = 100% - [( 2/14) x 100%] = 85,71 % = 100% - [( 3/8) x 100%] = 62,5 % = 100% - [( 2/10) x 100%] = 80 % = 100% - [( 1/11) x 100%] = 90,90 % = 100% - [( 0/6) x 100%] = 100 %



Data



Proteksi



Waktu



80%



33%



18.18%



77.77%



87.50%



70%



66.67%



86%



62.50%



80%



90.90%



100%



5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit 35 menit 40 menit 45 menit 50 menit 55 menit 60 menit



Kurva



Perhitungan Total %P = [(JGU / JGK) x 100%] Keterangan : • %P = daya proteksi dinyatakan dalam persen proteksi • JGu = jumlah geliat kelompok uji • JGk = jumlah geliat kelompok control Daya Proteksi Parasetamol - Geliat Parasetamol : 37 - Geliat Kontrol : 123 % P total = 100 - [(JGU / JGK) x 100 %] = 100 – [(37 / 123) x 100 %] = 100 – 30,08 = 69,92 %



Pembahasan • Bahan yang digunakan sebagai perangsang kimia adalah larutan steril Asam Asetat glasial yang diberikan secara intra peritonial. Pada praktikum pemberian larutan steril Asam Asetat glasial diberikan 30 menit setelah pemberian obat hal ini diharapkan agar obat yang diberikan belum bekerja sehingga Asam Asetat langsung berefek dan juga untuk mempermudah pengamatan onset dari obat itu.



• Kontrol yang digunakan pada percobaan ini adalah NaCMC, sehingga hewan percobaan hanya diberikan NaCMC pada awal percobaan dan penginduksi asam asetat pada 30 menit setelah NaCMC tanpa pemberian sedian analgesik. • Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan percobaan akan menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini bekerja. Pemberian sediaan asam asetat pada peritonial atau selaput gastrointestinal hewan memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh dan cepat memberikan efek.



• Pada praktikum kali ini obat-obat analgetik yang diperbandingkan adalah obat-obat analgetik golongan non narkotik/perifer yaitu Parasetamol. • Dari hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa jumlah geliat mencit kontrol lebih banyak daripada mencit yang diberikan obat. Hal ini disebabkan karena mencit kontrol tidak memiliki perlindungan terhadap nyeri yang disebabkan karena pemberian asam asetat sebagai penyebab terjadinya nyeri.



• Sedangkan mencit yang diberi paracetamol oral memiliki jumlah geliat lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Karena mekanisme kerja paracetamol menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat cedera. • Prostaglandin berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi dan menyebabkan sensitivitas reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi dengan pelepasan zat aktif seperti brandikinin, prostaglandin dan histamin. Prostaglandin dan Brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri.



Kesimpulan • Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis. • Daya proteksi total dari paracetamol adalah 69,92 % • Mencit yang diberi paracetamol oral memiliki jumlah geliat lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Karena mekanisme kerja paracetamol menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP.



TERIMA KASIH