Analis Kurikulum 1984 Sampai Dengan Kurikulum 1994 Kurikulum 75 Yang Disempurnakan Sampai Dengan Suplemen Kurikulum 1999 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Nindy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Dalam



pembahasan



makalah



ini,



penulis



bermaksud



memaparkan



perkembangan kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan) dan juga kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah: 1.



Apakah pengertian kurikulum?



2.



Bagaimana analisis kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan)?



3.



Bagaimana analisis kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999? Demikian rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini yang dapat penulis



tuangkan dalam bab pendahuluan.



1



BAB II PEMBAHASAN ANALIS KURIKULUM 1984 SAMPAI DENGAN KURIKULUM 1994 (Kurikulum 75 Yang Disempurnakan Sampai Dengan Suplemen Kurikulum 1999) A. Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum minimal dapat meramalkan hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai untuk sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah-ubah. Menurut Sudjana (1993: 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni: 1.



Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa.



2.



Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran.



3.



Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.



4.



Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.



2



5.



Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum. M. Arifin (1991) memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang



harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. S. Nasution (1994) menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya: Pertama, kurikulum sebagai produk (hasil pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan Ketiga, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa. Hamalik (2001) memberikan beberapa tafsiran kurilulum dalm tiga hal, yaitu: 1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. 2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa 3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam hal ini kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatankegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. B. Analisis Kurikulum 1984 (Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan) Kurikulum 1984 adalah pergantian dari kurikulum 1975 yang didasarkan pada surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari 3



kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena sudah dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. 2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik. 3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah. 4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang. 5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah. 6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. CBSA merupakan sustu proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dipandang dari segi peserta didik, maka CBSA adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka belajar. Jika dipandang dari sudut guru sebagai fasilitator, maka CBSA merupakan suatu strategi belajar yang direncanakan sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan menuntut aktifitas dari peserta didik yang dilakukannya secara aktif.



4



Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Dalam Kurikulum 1984 ini, terdapat memiliki ciri-ciri yang sangat menonjol. Diantaranya yaitu sebagai berikut: 1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. 2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. 3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan. 4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya. 5) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks. 6) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan



belajar-mengajar



yang



memberi



tekanan



kepada



proses



pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan



5



perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. Dalam penyusunan Kurikulum 1984 (kurikulum 1975 yang disempurnakan) terdapat kebijakan-kebijakan yang harus di ikuti. Adapun kebijakan tersebut adalah: 1.



Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki enam belas mata pelajaran inti.



2.



Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.



3.



Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari: 1) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika 2) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi 3) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi 4) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya. 5) B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.



4.



Pentahapan waktu pelaksanaan, kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut ke tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah



yang diujicobakan, namun mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sanasini ada tempelan gambar yang menyolok, dan guru tak lagi mengajar dengan model berceramah. Penolakan CBSA akhirnya banyak bermunculan. Adapun beberapa kelemahan dari CBSA menurut Oemar Hamalik, yaitu : Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Jadi, kelemahan dari CBSA yakni siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.



6



Adapun kelebihan dari CBSA yaitu : Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui kebenaran memberikan pendapat. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan- kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan. C. Analisis Kurikulum 1994 Dan Suplemen Kurikulum 1999 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut. Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya berada ditangan pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu terlibat, kemudian tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya dianggap sebagai siswa yang harus menerima semua materi dan tanpa mem[praktekannya. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan ketrampilan



7



hanya dikembangkan melalui latihan soal. Mulyasa (Muhammad Joko, 2007 : 102104). Dalam ranah pendidikan dasar, isi kurikulum sekurang-kurangnya wajib memuat bahan kajian dan pelajaran: pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika, pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, bahasa Inggris. (PP. No. 28 tahun 1990. Pasal 14:2). Sementara materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Dalam kurikulum pendidikan kelas dasar (SD/MI/SMP/MTS), pengantar Sains dan Tekhnologi menempati peran penting untuk dipelajari anak didik meskipun tidak mengabaikan aspek yang lain. Hal ini dimungkinkan sebagai upaya mempersiapkan anak didik memasuki era industrialisasi abad ke-21 dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Sementara berkaitan dengan isi kurikulum tingkat pendidikan menengah, maka setidaknya wajib memuat tiga aspek kajian dan pelajaran yaitu; Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Disamping itu, kurikulum sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambahkan mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas sekolah menengah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional (Pasal 15:5) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.



8



Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut: 1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Diharapkan agar siswa memperoleh materi yang cukup banyak. 2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). 3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. 4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. 5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah siswa. 6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. 7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut: 1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.



9



2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum dengan diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu : 1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat. 2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. 3) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. 4) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran. 5) Penyempurnaan



kurikulum



tidak



mempersulit



guru



dalam



mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah. 6) Penyempurnaan



kurikulum



1994



di



pendidikan



dasar



dan



menengah



dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.



10



BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP Berdasarkan makalah yang telah di bahas, maka dapat penulis simpulkan bahwa: 1.



Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum minimal dapat meramalkan hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.



2.



Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Kurikulum ini sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai



subjek



belajar.



Dari



mengamati



sesuatu,



mengelompokkan,



mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kelemahan dari CBSA yakni siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan. Adapun kelebihan dari CBSA yaitu : Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui kebenaran memberikan pendapat. 3.



Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Demikian yang dapat penulis simpulan dalam pembahasan makalah ini. Mohon



maaf jika banyak terjadi kesalahan, baik dalam pemaparan materi maupun dalam teknik penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Sekian dan terimakasih.



11



DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik



Indonesia



Nomor



20



tahun



2003



tentang



Sistem



Pendidikan



Nasional.Jakarta: Depdiknas. Hamalik,



Oemar.



1990.



Pengembangan



Kurikulum,



Dasar-dasar



dan



Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas Arifin, HM, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) Nasution, S., Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), Cet.I http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/24/makalah-konsep-kurikulumpendidikan-islam-pengembangan-kurikulum-dari-berbagai-aspek-prinsip-dasarpenyusunan-kurikulum-pendidikan-islam-ciri-dan-dasar-kurikulum-pendidikanislam-dan-pengertian-kur/ http://ktspsmartsystem.blogspot.com/2012/06/sejarah-perkembangan-kurikulumhttp://yudisupriadisangpengabdi.blogspot.com/2013/05/sejarah-perkembangankurikulum-di.html http://wizardh6lic.blogspot.com/2010/04/pengembangan-kurikulum.html



12