7 0 506 KB
ANALISA JURNAL The Effects of auditory hallucinations symptom management programme for people with schizophrenia: a quasi-experimental design
Disusun Oleh:
1.
Chanifah Elmawati 1820206011
2.
Arini Siska Wardani 1820206013
3.
Ahmad Riyatno
4.
Renaldy Ardiansyah 18202060
18202060
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2019
ANALISA JURNAL The Effects of auditory hallucinations symptom management programme for people with schizophrenia: a quasi-experimental design
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh:
1. Chanifah Elmawati 1820206011 2. Arini Siska Wardani 1820206013 3. Ahmad Riyatno
18202060
4. Renaldy Ardiansyah 18202060
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2019
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut undang-undang No. 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut: Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan
jiwa
mempunyai
sifat-sifat
yang
harmonis
(serasi)
dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial di Indonesia dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan seseorang baik fisik, internal dan emosional untuk tercapainya kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain dan masyarakat. Menurut Stuart (2006), ketika manusia tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, maka akan terjadi gangguan kesehatan yaitu kesehatan jiwa atau mental. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization adalah suatu keadaan bahagia yang dirasakan individu dalam mencapai kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi stres dalam hidupnya dengan baik, dapat bekerja secara produktif sehingga menjadi sukses, dan sanggup membuat konstribusi untuk masyarakat (Chandra & Minkovitz, 2007). Kesehatan jiwa akan diperoleh seseorang manakala dalam diri seseorang tertanam nilai-nilai konsistensi dan realitas dalam kehidupannya dalam menghadapi stressor yang ada (Nasir & Muhit, 2011). Stressor yang terdapat dalam setiap kehidupan manusia dapat teratasi jika individu memiliki koping untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.Individu yang memliki koping adaptif dapat menyelesaikan masalahnya dan terhidar dari resiko terkena gangguan jiwa. Namun
1
sebaliknya, apabila individu tersebut tidak mampu melakukan koping adaptif, maka
individu
tersebut
akan
beresiko
mengalami
gangguan
jiwa
(Kusumawati & Hartono, 2010). Salah satu gangguan jiwa yang umum terjadi adalah skizoprenia. Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini merupakan angka yang cukup besar serta perlu penanganan yang serius (Suliswati, 2009). Gangguan jiwa biasanya terjadi pada usia dewasa muda antara usia 1821 tahun (WHO, 2009). Gangguan jiwa tersebar hampir merata di seluruh dunia, termasuk di wilayah Asia Tenggara, sedangkan Menurut National Institute of Mental Health America (2011) gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara.Selain bunuh diri dan agresi, halusinasi pendengaran dapat menyebabkan pasien menunjukkan perilaku aneh, penarikan sosial, atau interaksi sosial yang berkurang (Delespaul et al. 2002). Para profesional psikiatris harus mengembangkan strategi untuk mengurangi efek negatif dari gejala pada pasien yang menjalani pengobatan rutin tetapi yang masih terganggu oleh halusinasi audiensi. Berbagai strategi intervensi, seperti terapi perilaku kognitif (McLeod et al. 2007) dan strategi perilaku lainnya (Buccheri et al. 2007), telah digunakan untuk meningkatkan kualitas
hidup
pasien
dengan
halusinasi
pendengaran
di
seluruh
dunia. Meskipun Tsai dan Chen (2006) menyelidiki perawatan diri strategi manajemen gejala untuk halusinasi pendengaran dan strategi yang diadopsi oleh pasien untuk mengatasi gejala terkait, strategi antar campur untuk meringankan
gejala
halusinasi
pendengaran telah tidak telah diusulkan di Taiwan.
2
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013) terdapat 14,3% penderita gangguan jiwa di Indonesia dengan penderita terbanyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan. Selanjutnya prevalensi gangguan mental emosional di atas umur 15 tahun rata-rata 6,0%. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan
prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi terdapat di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu, sekitar 3 dari setiap 1000 penduduk. Pergeseran penderita gangguan jiwa saat ini lebih meningkat di pedesaan sebesar 18,2% sedangkan di perkotaan hanya 10,7% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan pengamatan kami selama praktik di wisma Arjuna Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan salah satu rumah sakit yang merawat klien dengan gangguan jiwa, terdapat 5 pasien yang mengalami ganguan jiwa memiliki risiko halusinasi pendengaran. Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan Halusinas. Upaya yang dilakukan ini dapat berupa terapi bagi individu, kelompok maupun terapi modalitas gabungan yang bertujuan untuk membantu klien mengendalikan halusinasi. Berbagai penelitian sudah menunjukkan efektivitas dari berbagai macam terapi yang diberikan. Hal inilah yang membuat kami tertarik menganalisa jurnal yang berjudul “Efek dari
program
manajemen
gejala
pendengaran
mhalusinasi untuk orang dengan skizofrenia: a quasi-eksperimental design”. B. Latar Belakang Jurnal Dalam beberapa tahun terakhir, psikiatri biologis telah menjadi tren utama dalam perawatan kesehatan mental. Obat-obatan psikotropika atipikal telah banyak digunakan oleh psikiater, memungkinkan stabilisasi gejala pada pasien
dengan
skizofrenia
yang
obat
psikotropik
tipenya
tidak
efektif. Namun, 50-60% pasien dengan skizofrenia kronis yang sedang minum obat tidak merespons obat dengan baik (Ballon & Lieberman 2010). Akibatnya, pasien tertentu masih terganggu oleh halusinasi
3
pendengaran, yang mempengaruhi keadaan emosional mereka (Lung et al. 2009). Efek berbahaya dari halusinasi pendengaran termasuk perilaku agresif
(Cut-
Pada salah satu Sekolah Profesi Keperawatan dan Kesehatan di University of California, San Francisco (UCSF) mulai mengembangkan strategi manajemen gejala untuk membantu pasien individu mengatasi gejala mereka dan menggabungkan strategi manajemen gejala ini dengan strategi perilaku dalam pengaturan kelompok ( Buccheri et al. 2010). Dodd et al. (2009) menggambarkan manajemen gejala sebagai proses yang dinamis di mana strategi manajemen secara konstan dimodifikasi sesuai dengan faktor-faktor
seperti
hasil,
orang,
lingkungan ,
kesehatan
dan
penyakit. Dodd et al. (2009) membagi manajemen gejala menjadi tiga komponen: pengalaman gejala, strategi manajemen gejala dan hasil gejala. Setelah 'mengidentifikasi gejala mereka, pasien mengukur keparahan gejala mereka dan efek dari gejala mereka pada kehidupan sehari-hari mereka untuk menentukan lebih lanjut apakah respons dan manajemen aktif diperlukan. Setelah mereka memutuskan untuk mengelola gejala mereka, pasien kemudian menentukan strategi manajemen apa yang digunakan dan bagaimana, kapan, di mana, dalam kondisi apa dan sejauh mana strategi manajemen ini harus digunakan. Setelah mengobati gejala mereka melalui strategi manajemen ini, pasien akhirnya mengevaluasi efektivitas strategi manajemen dengan mempertimbangkan fungsi fisiologis mereka, perawatan diri, manfaat ekonomi, kualitas hidup dan keadaan emosi. Tingkat fatalitas juga
dipertimbangkan. Tiga
komponen pengalaman
gejala,
strategi
manajemen gejala dan hasil gejala terus-menerus saling mempengaruhi karena efek dari faktor-faktor seperti orang, lingkungan, kesehatan dan penyakit, akhirnya mencapai keseimbangan yang dinamis .
.
4
BAB II JURNAL “The Effects of auditory hallucinations symptom management
programme for people with schizophrenia: a quasi-experimental design ”
Terlampir.
5
BAB III RESUME JURNAL A. Nama Peneliti “ The Effects of auditory hallucination symptom management programme for people with schizophrenia: a quasi-experimental design“ B. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat
: Penelitian ini dilakukan di bangsal rehabilitasi rawat inap
psikiatris di Taiwan utara Waktu
: Maret 2013-Mei 2013.
C. Tujuan Penelitian -
Untuk memeriksa efektivitas program manajemen gejala halusinasi pendengaran pada pasien dengan skizofrenia kronis, - untuk membandingkan tingkat halusinasi pendengaran peserta , gejala kecemasan dan gejala depresi sebelum dan setelah menerima perawatan rutin dan berpartisipasi dalam program AHSM . C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan rancangan pretest-posttest design with control group D. Hasil Penelitian Kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan gejala kecemasan yang tidak
signifikan
dari
waktu
ke
waktu. Persamaan
estimasi
umum
mengungkapkan bahwa kelompok eksperimen mencapai penurunan yang lebih besar dalam skor Karakteristik Auditori Halusinasi Auditory daripada kontrol pada tiga dan 6 bulan pasca intervensi. Skor Beck Depressive Inventory II pada kelompok eksperimen ( n = 29) telah meningkat secara signifikan dalam 3 bulan.
6
BAB IV ANALISA JURNAL E. Analisa Penelitian PICO (1) Patient/ clinical problem Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 pasien dengan halusinasi pendengaran yang dibagi menjadi 29 orang sebagai kelompok eksperimen dan 29 orang sebagai kelompok kontrol. (2) Intervention Kelompok
eksperimen
menerima
halusinasi
pendengaran. Program
program manajemen
manajemen gejala
gejala
halusinasi
pendengaran melibatkan pertemuan 60 menit sekali seminggu, dengan total 10 pertemuan. . (3) Compare Penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan rancangan pretest-posttest design with control group. Kelompok eksperimen
menerima
program
manajemen
gejala
halusinasi
pendengaran. Program manajemen gejala halusinasi pendengaran melibatkan pertemuan 60 menit sekali seminggu, dengan total 10 pertemuan. Kelompok kontrol menerima perawatan rutin, termasuk rekreasi gratis selama 40 menit dan berjalan selama 20 menit. (4) Outcome Program manajemen gejala halusinasi pendengaran tampaknya efektif dalam meningkatkan gejala halusinasi pendengaran dan gejala depresi pada pasien dengan skizofrenia G. Critical Appraisal KOMPONEN YANG
YA/TIDAK
PENJELASAN
DINILAI Judul dan abstract: 1. Apakah judul sesuai dengan isi?
1. Judul Ya
jurnal
mendeskripsikan
sudah isi
secara
singkat, yaitu mengenai “The Effects of auditory hallucination
1
symptom
management
programme
for
schizophrenia:
people a
with quasi-
experimental design”.
2. Apakah tujuan penelitian
Ya
-
disebutkan? Apa?
Tujuan Untuk mengetahui Untuk memeriksa
efektivitas
program
manajemen
gejala
halusinasi
pendengaran pada pasien dengan skizofrenia kronis, -
untuk
membandingkan tingkat
halusinasi
pendengaran peserta ,
gejala kecemasan dan gejala depresi sebelum
dan
setelah
menerima
perawatan rutin dan berpartisipasi dalam program AHSM .
3. Apakah abstrak
Ya
Pada abstrak sudah terdapat
tujuan,
memberikan informasi
metode, hasil dalam penelitian ini tidak
yang lengkap: latar
disimpulkan secara keseluruhan, namun
belakang, tujuan, metode,
belum memberikan informasi mengenai
hasil?
latar belakang
Justifikasi, Metodologi, Desain: 1. Apakah dijelaskan alasan melakukan penelitian (di
Ya
1. Alasan peneliti melakukan penelitian sudah dijelaskan di latar belakang
latar belakang dan tinjauan pustaka)?
2
2. Apakah tinjauan
Ya
pustakanya
2. Tinjauan pustaka sudah lengkap yaitu > 20 referensi
lengkap/cukup?
3. Apakah menggunakan referensi terbaru?
Tidak
(maksimal 5 tahun)
4. Apakah hipotesisnya
Tidak
4. Dalam penelitian ini penulis tidak menyebutkan hipotesi penelitiannya
Ya
5. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa seluruh responden sejumlah 58 responden, dimana 29 responden diberikan intervensi dan 29 responden lain tidak diberikan intervensi.
disebutkan?
5. Jika eksperimen, apakah kelompok intervensi dan control dijelaskan?
6. Apakah kelompok
3. Dari 32 referensi yang digunakan, ada 13 referensi merupakan referensi terbaru (5 tahun), dengan tahun referensi terlama adalah tahun 2001 dan referensi terbaru tahun 2013. Penelitian dalam jurnal ini dilakukan pada tahun 2013.
Ya
intervensi dan control
6. Kelompok intervensi perlakuan sedangkan kontrol tidak.
diberikan kelompok
dimatchingkan atau tidak?
Sampling: 1. Bagaimana populasi
Ya
Para peserta yang direkrut dalam
3
penelitian ini adalah: (a) didiagnosis dengan skizofrenia dan gejala halusinasi pendengaran menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental , Edisi Keempat (DSMIV); (B) tanpa cacat intelektual atau sindrom otak organik; (c) minum obat antipsikotik rutin selama lebih dari 3 bulan; (D) bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian dan menandatangani dokumen informed consent; dan (e) dapat membaca huruf dan tanpa masalah komunikasi verbal.Para peserta direkrut dari pusat psikiatris di Taiwan utara menggunakan convenience sampling
dipilih?
2. Menggunakan probability
Ya
sampling atau non-
2. Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling..
probability sampling?
3. Apakah kriteria inklusi
Tidak
dan eksklusi disebutkan?
3. Dalam penelitian ini dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi
Apa ?
4. Apakah ukuran sample cukup?
Ya
4. Menurut Sugiyono (2010) ukuran sampel yang layak untuk penelitian antara 30-500 responden. Jadi sampel dalam penelitian ini sudah layak untuk dilakukan penelitian atau dapat diakatakan dalam kategori cukup.
Pengumpulan data:
4
1. Bagaimana cara
Ya
1. Cara pengumpulan data pada
pengumpulan datanya?
penelitian ini menggunakan
(kuesioner atau yang
kuesioner
lain)?
2. Siapa yang
Tidak
mengumpulkan data?
2. Penelitian ini tidak menjelaskan pengumpul data dilakukan oleh siapa.
3. Apakah instrument
Ya
pengumpulan data
3. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner.
dijelaskan?
4. Apakah instrument diuji
Ya
dulu?
5. Apakah confounding
4. Instrument pada penelitian di jelaskan dan sudah baku.
Tidak
factors diidentifikasi?
5. Dalam jurnal penelitian ini tidak terdapat faktor pengganggu. Karena peneliti tidak menuliskan counfouding factors.
6. Apakah ada penjelasan
Tidak
6. Dalam jurnal ini tidak dijelaskan
validitas dan reliabillitas
validitas dan reliabilitas pada
instrument?
instrument.
Petimbangan etik: 1. Apakah penelitian
Tidak
1. Dalam jurnal ini tidak dijelaskan
menggunakan ethical
adanya ethical approval dalam
approval dari komite
peneitian
5
etik? 2. Apakah ada informed
Ya
consent dalam penelitian?
2. Dalam jurnal ini dijelaskan adanya informed consent dalam penelitian ini.
Analisis data dan hasil: 1. Apakah hasil disampaikan
Ya
dengan jelas?
1. Dalam penelitian ini hasil dijelaskan dengan lengkap dalam penelitian dengan menggunakan table.
2. Apakah hasilnya
Ya
significant?
2. Dalam jurnal menyampaikan bahwa Kelompok
eksperimen
menunjukkan peningkatan
gejala
kecemasan yang tidak signifikan dari waktu ke waktu. Persamaan estimasi umum kelompok
mengungkapkan eksperimen
bahwa mencapai
penurunan yang lebih besar dalam skor
Karakteristik
Auditori
Halusinasi Auditory.
3. Apa kesimpulan penelitian ini?
Ya
a) hasil penelitian, didapatkan bahwa responden berjumalh 58 dengan 29 kelompok eksperimen, 29 kelompok control b) responden
rata-rata
berusia
dewasa (31-65 tahun) dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki c) Indikator hasil termasuk skor
6
CAHQ, gejala kecemasan dan gejala depresi. d) Kelompok
eksperimen
menunjukkan peningkatan
yang
lebih besar daripada kelompok kontrol sehubungan dengan skor CAHQ
dan
BDI
(kecuali
untuk hasil BAI ),
yang
menunjukkan bahwa partisipasi dalam program AHSM adalah strategi yang efektif untuk pasien individu
yang
menggunakan
pengobatan rutin tetapi masih menderita
gangguan
pendengaran. e) Program
AHSM
mungkin
memiliki manfaat potensial bagi pasien dengan skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran ketika diterapkan di pusat rehabilitasi psikiatri. f) Penelitian
ini,
bagaimanapun,
menggunakan desain penelitian non-acak
dan
ukuran
sampel
kecil; penelitian
lebih
lanjut
menggunakan uji coba terkontrol secara
acak
(RCT)
desain
dan sebuah besar sampel ukuran a kan menjadi menguntungkan
7
Hasil dan keterbatasan penelitian: 1. Apakah hasil bisa
1. Hasil penelitian ini dapat Ya
digeneralisasikan?
2. Apakah keterbatasan
digeneralisasikan, dan sudah tertulis dalam jurnal pada bagian kesimpulan
Ya
penelitian disebutkan?
2. Dalam
jurnal
ini
disebutkan
keterbatasan pada penelitian yaitu Pertama, ukuran sampel kecil. Studi tambahan perlu dilakukan, dengan sampel yang lebih besar dan lebih representatif. Kedua, desain kuasieksperimental digunakan, di mana kelompok eksperimen dan kontrol tidak ditugaskan
secara
acak; ini mungkin mempengaruhi pa ra interpretasi dari para hasilnya
3. Apakah ada saran untuk penelitian selanjutnya?
ya
3. Dalam jurnal ini peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya menggunakan sample data yang lebih besar
H. Hubungan Hasil Penelitian Dengan Kondisi Riil Di Klinis Atau Di Lapangan Banyaknya masalah tentang gangguan jiwa menuntut tenaga kesehatan seperti perawat untuk melakukan kerja ekstra untuk menanggulangi masalah ini. Perawat dituntut untuk melakukan asuhan keperawatan jiwa yang maksimal dengan selalu memperhatikan bio-psiko-spiritual klien (Yosep, 2013). Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan spesialistik,
8
namun tetap dilakukan secara holistik pada saat melakukan asuhan keperatan pada klien.Berbagai terapi keperawatan yang dikembangkan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. Sebagian besar pasien yang dirawat di wisma Arjuna, memiliki diagnosa Halusinasi. Salah satunya adalah Tn. D
memiliki
gangguan
halusinasi.
I.
Perbandingan Isi Jurnal (1) Aplikasi Pada Kasus Presentasi Jurnal ini dapat diaplikasikan pada pasien HAlusinasi pendengaran yang dirawat di RSJ Grhasia Prov DIY Selain itu perawat juga diharapkan dapat selalu memberikan motivasi dan mengevaluasi kemampuan psikoreligi yang telah dipelajari dan dimiliki oleh klien sehingga latihan yang diberikan dapat membudaya agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
J.
Kelebihan dan kekurangan jurnal (1) Kelebihan Jurnal a) Terapi ini
dapat di kombinasikan dengan teknik tingkah laku
lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi b) Penelitian ini telah di buktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental. c) Penelitian ini telah menyampaikan hasil dari penelitian secara jelas. (2) Kekurangan Jurnal Jumlah sampelnya sedikit K. Perbandingan Dengan Teori Yang Sudah Ada di Teksbook terkait dengan Kasus
9
Berbagai
terapi
dalam
mengatasi
masalah
halusinasi
telah
banyak
dikembangkan. Bagi petugas kesehatan sebaiknya tmencoba menggunakan program manajemen halusinasi pendengaran yaitu: (a) pemantauan sendiri; (B) mengalihkan diri dari suara-suara dengan melakukan hal-hal lain; (c) berbicara dengan
seseorang; (d)
membaca; (e)
mendengarkan
musik; (f)
menonton televisi; (g) menggunakan penutup telinga atau menutupi seseorang telinga; dan(h) melakukan
latihan
relaksasi
seperti menarik napas dalam-dalam, mengendurkan otot atau mendengarkan musik yang menenangkan. Setelah kursus, kami melakukan tindak lanjut terhadap para peserta setiap 3 bulan selama 6 bulan untuk menilai indikator hasil.
10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Program manajemen gejala halusinasi pendengaran tampaknya efektif dalam menurunkan gejala halusinasi pendengaran dan gejala depresi pada pasien dengan skizofrenia B. Saran Program manajemen halusinasi pendengaran diharapkan bisa di terapkan secara maksimal di RSJ Grhasia Prov DIY untuk memberikan hasil yang lebih baik terutama pada pasien dengan perilaku kekerasan. (1) Bagi perawat di Rumah Sakit Diharapakan perawat selalu memotivasi klien dan mengevaluasi kemampuan–kemampuan yang telah dipelajari dan dimiliki klien sehinggan latihan yang diberikan dapat membudaya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12