Analisa Jurnal Tof Bagus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN ANAK



DISUSUN OLEH: BAGUS DIAN SAPUTRA 21220010



Dosen Pembimbing : Yuniza, M.Kep INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2020-2021



BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis Infundibulum ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan Overriding aorta, Ibrahim E, dkk (2008). Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut : a. Defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel. b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan



klep



pembuluh



darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan. d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel akibat dari stenosis pulmonal. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. 2. Etiologi Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain adalah: a. Faktor endogen yaitu berbagai jenis penyakit genetik (kelainan kromosom); anak yang lahir sebelumnya menderita penyakt jantung bawaan; adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes



2



melitus, hipertensi, penyakit jantung dan kelainan bawaan b. Faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu : sebelum ikut program KB



oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter,



(thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit infeksi (rubella); pajanan terhadap sinar-X. Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan



lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.



Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. 3. Manifestasi Klinik Menurut Wong, dkk (2009), tanda dan gejala TOF antara lain adalah sebagai berikut : a. Murmur Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari. b. Sianosis Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif. c. Dispneu Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anakanak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih



satu



blok,



sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi.



3



Secara khas anak-anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit. d. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”) Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas. Seranganserangan demikian paling sering terjadi pada pagi hari. e. Pertumbuhan dan Perkembangan Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normal dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat. f. Biasanya Denyut Pembuluh Darah Normal Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4. g. Bising Sistolik Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral



4



bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap. 4. Komplikasi Menurut Wong (2009), komplikasi yang mungkin muncul pada anak dengan TOF adalah sebagai berikut : a. Trombosis Serebri



Biasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus duralis, dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering



ditemukan



pada



polisitemia



hebat. juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi. trombosis lebih sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada penderita ini paling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batas normal. b. Abses Otak



Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering berlangsung tersembunyi disertai demam berderajat rendah. mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada kranium, dan laju endap darah merah serta hitung jenis leukosit dapat meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti epilepsi, tandatanda neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan ukuran abses tersebut. c. Endokarditis Bakterialis



Terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan, tetapi lebih sering ditemukan pada anak dengan prosedur pembuatan pintasan selama masa bayi. d. Gagal Jantung Kongestif



Dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan aliran darah kolateral yang besar. keadaan ini, hampir tanpa pengecualian, akan mengalami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang menurun. e. Hipoksia



Keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis pulmonal 5



sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru menurun. 5. Penatalaksanaan Menurut Haws dan Paulette S (2007), pada serangan sianotik akut, lakukan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu : 1) letakkan pasien dalam knee-chest position; 2) berikan O2 masker 5-8 L/menit; 3) morfin sulfat 0, 1- 0,2 mg/kg subkutan atau intramuskular; 4) berikan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB intravena untuk koreksi asidosis; 5) berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali pemberian 5 ml/kgBB; 6) berikan propranolol 0,1 mg/kgBB bolus intravena. Jangan berikan digoksin saat pasien dalam serangan sianotik karena akan memperburuk keadaan. Bila tidak segera dilakukan operasi dapat diberikan propranolol rumat 1 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis. Bila pasien mengalami serangan sianotik disertai anemia relatif, diperlukan preparat Fe untuk meningkatkan kadar Hb. Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya endokarditis infektif atau abses otak. Cegah dehidrasi, khususnya pada infeksi interkuren. Terapi pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan korektif. Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B – T (Blalock – Taussig) Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan arteri subklavia dengan pulmonalis yang ipsilateral. Umumnya bedah paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia arteri pulmonalis dan pasien yang sering mengalami serangan sianotik. Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total dilakukan pada pasien tetralogi fallot di bawah usia 2 tahun. Di negara maju yang telah berpengalaman operasi sudah dilakukan sebelum umur 1 tahun. 6. Patofisiologi dan Patway Menurut Ilmu Kesehatan Anak (2015), patofisologi dari penderita TOF pada anak adalah sebagai berikut, yaitu :



6



Gambar 2.1 Pathway Tetralogy Of Fallot Redington AN, dkk (2009) Sirkulasi darah penderita TOF berbeda dibanding anak normal. Kelainan yang memegang peranan penting adalah stenesis pulmonal dan VSD. Tekanan antara ventrikel kiri dan kanan pada pasien TOF adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini menyebabkan darah bebas mengalir bolak balik melalui celah ini. Tingkat keparahan hambatan pada jalan keluar darah di ventrikel kanan akan menentukan arah aliran darah pasien TOF. Aliran darah ke paru akan menurun akibat adanya hambatan pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan; hambatan yang tinggi di sini akan menyebabkan makin banyak darah bergerak dari ventrikel kanan ke kiri. Hal ini berarti makin banyak darah miskin oksigen yang akan ikut masuk ke dalam aorta sehingga akan menurunkan saturasi oksigen darah yang beredar ke seluruh tubuh, dapat menyebabkan sianosis. Jika terjadi hambatan parah, tubuh akan bergantung pada duktus arteriosus dan cabang-cabang arteri pulmonalis untuk mendapatkan suplai darah yang mengandung oksigen. Onset gejala, tingkat keparahan sianosis yang terjadi



7



sangat tergantung pada tingkat keparahan hambatan yang terjadi pada jalan keluar aliran darah di ventrikel kanan, Redington AN, dkk (2009). 7. Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan pasien TOF pada anak menurut Wong, dkk (2009), adalah sebagai berikut antara lan : a. Pengkajian -



Riwayat kehamilan ibu Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).



-



Riwayat pertumbuhan Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.



-



-



Riwayat psikososial / perkembangan a)



Kemungkinan mengalami masalah perkembangan



b)



Mekanisme koping anak / keluarga



c)



Pengalaman hospitalisasi sebelumnya



Pemeriksaan fisik a)



Pada awal bayi baru lahir biasanya belum



ditemukan



sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh. b)



Clubbing finger (jari tabuh) tampak setelah usia 6 bulan.



c)



Serang



sianotik



mendadak



(blue



spells/cyanotic



spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam ,lemas, kejang, sinkop (kehilangan kesadaran) bahkan sampai koma dan kematian. d)



Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.



e)



Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.



8



f)



Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.



g)



Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.



h) -



Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.



Pengetahuan anak dan keluarga a)



Pemahaman tentang diagnosis



b)



Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis



c)



Regimen pengobatan



d)



Rencana perawatan ke depan



e)



Kesiapan dan kemauan untuk belajar



b. Diagnosis Keperawatan Menurut Nanda NIC-NOC (2015), setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan. 1)



Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal.



2)



Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung.



3)



Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis, serangan sianotik akut).



4)



Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.



5)



Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.



6)



Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.



9



BAB II PEMBAHASAN 1. KASUS Batita perempuan usia 2 tahun dirawat diruang anak dengan keluhan kebiruan pada saat menangis lama. Anak didiagnosis tetralogy of fallot (TOF). Saat ini anak belum diperbolehkan pulang. Ibu pasien bertanya apakah yang dilakukan jika anak mengalami kebiruan. Anak perempuan usia 2 tahun 10 bulan dengan berat badan 12 Kg, datang dengan keluhan sesak, batuk dan pilek lama, bengkak seluruh tubuh, demam 1 minggu, disertai sianosis. Lahir cukup bulan, sianosis (+). Hasil echocardiografi menunjukkan RA, RV dilatasi; TR ringan, PS sedang; tampak vegetasi di katup pulmonal UK 0.6x0.04; dan septum ventrikel VSD defek IVS 1.17 L to R shunt. Kesimpulan hasil echocardiografi TOF + vegetasi katup pulmonal + PS sedang+ TR ringan. Disarankan untuk dilakukan operasi BT shunt. Pemeriksaan fisik didapatkan jalan nafas bebas, frekuensi nafas 28 kali/menit, tidak ada ronkhi dan wheezing, SpO2 65%, perfusi hangat sianotikdengan tekanan darah 90/50 mmHg,Nadi 128 kali/menit. Pasien sadar tampaklemah. didapatkan abdomen sedikit distensi dan ada asites. Ekstremitas dijumpai pitting edema, clubbing finger, dan sianotik. Pemeriksaan foto ronsen thorak didapatkan jantung tidak dapat dievaluasi, efusi pleura kiri masif. Konfirmasi dengan USG thorak didapatkan efusi pleura kiri. Dilakukan echocardiografi ulang, didapatkan hasil multiple thrombus LV 1,89 X 2,05 cm, thrombus di RA 2,75 X 3,4 cm, MPA 0,89 X 1,01 cm, di RVOT 0,7 X 0,7 cm. Hasil pemeriksaan MSCT Cardiac: kardiomegali terutama pembesaran dari RA dan LV disertai thrombus pada LV ukuran terbesar 3.8 x 2 x 1.2 cm, pada PA ukuran 4.3 x 2.6 x 2.9 cm, dan multiple pada RV ukuran terbesar 0.3 x 0.4 x 0.5 cm; Brachiocephalic vein tampak prominen dengan thrombus yang luas pada dindingnya; VSD sepanjang 1.74 cm lokasi dekat dengan aortic knob; efusi perikardium minimal dan efusi pleura kiri; dan hepatomegali. Pasien kemudian didiagnosis dengan TOF + Endokarditis + Dilated Cardiomyophaty + Multiple Trombus + Heart failure. Hasil laboratorium dalam batas normal, dengan analisa gas darah sedikit asidosis metabolik dengan pH 7,33.



10



2. PERTANYAAN KLINIS Bagaimana penatalaksanaan anestesi pada Pasien Labiognatopalatoschizis dengan Tetralogy of Fallot? 3. PICO P



: usia 8 bulan



I



: penatalaksanaan anestesi



C



: menggunakan metode consecutive sampling



O



: Pasien Labiognatopalatoschizis dengan Tetralogy of Fallot



4. SEARCHING LITERATURE ( JOURNAL ) Setelah dilakukan Searching Literature ( Journal ) di google scholar, didapatkan 89 journal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul “Penatalaksanaan Anestesi Pada Pasien Labiognatopalatoschizis Dengan Tetralogy Of Fallot “ Dengan alasan : a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus b. Jurnal tersebut up to date 5. VIA Validity: a) Desain : deskriptif b) Sampel : 1 c) Kriteria inklusi dan ekslusi: Kriteria inklusi: pasien dengan tetralogy of fallot Randomisasi : metode consecutive sampling



11



1) Importance dalam hasil a. Karakteristik subjek: Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan status gizi. b. Beda proporsi



:



Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan Usia responden 8 Bulan, jenis kelamin laki-laki dan status gizi berkesan cukup. c. Beda mean : d. Nilai p value : 2) Applicability a. Dalam diskusi : TOF ditandai dengan adanya 4 kelainan pada jantung, yaitu : stenosis arteri pulmonal / obstruksi RVOT, Ventricular Septal Defect (VSD), Overriding Aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan. Tanda dan gejala dari setiap pasien dengan TOF berbeda-beda tergantung dari tingkat keparahan dari obstruksi RVOT. Pada pasien dengan obstruksi RVOT berat akan terjadi sianosis yang berat karena peningkatan shunt dari kanan ke kiri melalui VSD, sedangkan pada pasien dengan obstruksi RVOT ringan tidak terjadi sianosis dengan saturasi oksigen dalam batas normal, hal ini disebut sebagai pink tets. Murmur sistolik yang terdengar berasal dari aliran turbulensi yang melewati RVOT dan hal tersebut menandakan tingkat keparahan dari obstruksi RVOT. Menjamin oksigenasi yang adekuat, saat dilakukan manajemen anestesi dengan ETT saturasi pasien bisa mencapai 98-99 %. Respon nyeri dan cemas pasien sangat minimal sehingga tidak meningkatkan kontraktilitas jantung yang memungkinkan



terjadinya



shunting



menyebabkan hipoksia. Manajemen durante operatif Pengawasan durante operatif



12



kanan



ke



kiri



yang



dapat



Anak-anak dengan penyakit jantung kongenital dalam hal ini TOF yang menjalani prosedur pembedahan non-cardiac yang mengalami kehilangan darah yang banyak dan translokasi cairan yang tidak terantisipasi harus dimonitor dengan cara yang sama dengan pasien pediatri lain yang menjalani prosedur yang sama. Ini termasuk stetoskop prekordial dan esofageal, EKG untuk memonitor denyut jantung dan mendeteksi disritmia, monitor tekanan darah non-invasif, monitor temperatur, monitor kadar O2 inspirasi, pulse oximetry kontinu, pengukuran CO2 tidal akhir. Pada pasien ini dipasang stetoskop prekordial, EKG, monitor kadar O2 (pulse oximetry). Pada pasien ini tidak terpasang monitor tekanan darah non-invasif dan monitor temperatur. Pengawasan saturasi O2 arteri dengan pulse oximetry penting pada anak dengan penyakit jantung kongenital sianotik seperti TOF karena kemungkinan bahwa manipulasi anestesi dan pembedahan mungkin akan lebih menurunkan aliran darah pulmonal dan memperberat hipoksemia (Stoelting & Dierdorf, 2002). Pemilihan Obat Anestesi Pemilihan obat-obatan anestesi untuk anak-anak dengan penyakit jantung kongenital tergantung pada tipe operasi yang akan dilakukan, perkiraan lama operasi, dan status kardiovaskular pasien. Meskipun tidak ada teknik anestesi yang telah terbukti paling baik untuk anomali tertentu, klasifikasi lesi sesuai dengan gangguan pada aliran darah dan penampakan klinis menyarankan tujuan- tujuan hemodinamik yang akan meningkatkan atau mempertahankan sirkulasi anak (Raafat & Susan, 2001). Manajemen post operatif Rencana manajemen postoperatif tergantung dari status jantung anak dan besarnya intervensi bedah. Anak-anak dengan penyakit jantung kongenital memerlukan rawat inap untuk memastikan hidrasi intravena yang adekuat. Pencegahan dan atau penanganan mual dan muntah setelah operasi penting untuk memastikan asupan oral yang adekuat dan hidrasi yang baik. Pasien yang telah menjalani pembedahan yang besar dan



13



status kardiaknya tidak terkompensasi mungkin memerlukan perawatan intensif setelah operasi (Raafat & Susan, 2001). b. Karakteristik klien : responden berusia 8 bulan, berjenis kelamin lakilaki dan berstatus gizi cukup c. Fasilitas biaya



:Tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan



1. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus) Berdasarkan jurnal yang berjudul “Penatalaksanaan Anestesi Pada Pasien Labiognatopalatoschizis Dengan Tetralogy Of Fallot “. Dalam penelitian



ini



didapatkan



pasien



pediatri



dengan



diagnosis



labiognatopalatoschizis dengan TOF pada anak umur 8 bulan. Operasi berjalan selama 1 jam dengan pemberian premedikasi sulfas atropin 0,1 mg, midazolam 0,5 mg. Preemptive analgesia diberikan Fentanyl 15 mcg, induksi dengan ketamin 15 mg, pemeliharaan durante operasi menggunakan O2 60 %, Sevoflurane 2-2,5 vol %, fentanyl 4 mcg/jam/sp. Teknik anestesi dengan General Anesthesia Intubasi, ETT ID no. 3 mm. Target manajemen anestesi pada TOF untuk mencegah shunt dari kanan ke kiri yang dipengaruhi oleh, 1. Penurunan resistensi vaskuler sistemik, 2. peningkatan vaskuler paru, 3. peningkatan kontraktilitas jantung, dapat tercapai sehingga selama operasi hemodinamik stabil. Postoperasi pasien tampak tenang dan tidak kesakitan. Selama 1 Jam di ruang pulih (recovery room) dengan hemodinamik stabil dan saturasi 97-99 %. Pasien kemudian dipulangkan kembali ke bangsal.



14



BAB III KESIMPULAN Telah dilaporkan sebuah kasus general anestesi dengan teknik GA intubasi



pada



operasi



labioplasty



pasien



pediatri



dengan



diagnosis



labiognatopalatoschizis dengan TOF pada anak umur 8 bulan. Operasi berjalan selama 1 jam dengan pemberian premedikasi sulfas atropin 0,1 mg, midazolam 0,5 mg. Preemptive analgesia diberikan Fentanyl 15 mcg, induksi dengan ketamin 15 mg, pemeliharaan durante operasi menggunakan O2 60 %, Sevoflurane 2-2,5 vol %, fentanyl 4 mcg/jam/sp. Teknik anestesi dengan General Anesthesia Intubasi, ETT ID no. 3 mm. Target manajemen anestesi pada TOF untuk mencegah shunt dari kanan ke kiri yang dipengaruhi oleh, 1. Penurunan resistensi vaskuler sistemik, 2. peningkatan vaskuler paru, 3. peningkatan kontraktilitas jantung, dapat tercapai sehingga selama operasi hemodinamik stabil. Postoperasi pasien tampak tenang dan tidak kesakitan. Selama 1 Jam di ruang pulih (recovery room) dengan hemodinamik stabil dan saturasi 97-99 %. Pasien kemudian dipulangkan kembali ke bangsal.



15



DAFTAR PUSTAKA



1.



Geva T. Repaired Tetralogy of Fallot : the roles of cardiovascular magnetic resonance in evaluating pathophysiology and for pulmonary valve replacement decision support. J Cardiovasc Magn Reson . 2011; 13:9.



2.



Butterworth, JF. 2013. Morgan and Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Chicago : McGrawHill.



3.



Hines, RL. 2009. Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease. Phladelphia : Saunders.



4.



Raafat S. Hannallah and Susan T. Verghese. 2001. Pediatric Noncardiac Anesthesi. Cardiac Anesthesia “Principles and Clinical Practice”. Lippincott Williams & Wilkins. p 932-936.



5.



Reid R W, Burrow F A, Hickey P R. 2001. Anesthesia for Children undergoing Heart Surgery. A Practice of Anesthesia for Infants and Children. Third Ed. Philadelphia : W B Saunders Co, p 391 – 413.



16