Analisa Materi PBL Modul 3 SKI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA LPTK INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO Jl. Sultan Amai No. 1 Desa Pone Kec. Limboto Barat Kab. GorontaloTelp. (0435) 880251-822725-882398 Fax. (0435) 882398-822725 TEMPLATE UNTUK PROBLEM BASED LEARNING Nama Mahasiswa : Junaidin Mohi, S.Pd.I Kelompok Mapel : PAI 3.4 Judul Modul



: Sejarah Kebudayaan Islam



Judul Masalah



: Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia



NO 1.



KOMPONEN



DESKRIPSI



Identifikasi Masalah (berbasis



1. Tingkat pengetahuan siswa yang sedikit



masalah yang ditemukan di



memahami implementasi konsep konsep



lapangan)



Peran dalam Penyebaran Islam Di Indonesia di kehidupan sehari-hari sebagai upaya pembentukan Akhlak Terpuji dalam Berdakwa dan Mengajar



2.



Penyebab Masalah



1. Pelajaran yang didapatkan oleh siswa sebatas



(dianalisis apa yang menjadi



Materi secara konseptual tanpa



akar masalah yang menjadi



ditindaklanjuti dengan pengamatan secara



pilihan masalah)



berkala dan terus menerus.



3.



Solusi 1. Dikaitkan dengan teori/dalil yang relevan 2. Sesuaikan dengan langkah



1. Q.S. Yunus ayat 62-63 diatas adalah dalil yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan yaitu tentang Kisah Wali Songo. 2. langkah-langkah yang sesuai dengan masalah



langkah/prosedur yang sesuai



yang



dengan masalah yang akan



menggunakan model pembelajaran Problem



dipecahkan



Basic Learning (PBL) yaitu : 



akan



dipecahkan



adalah



dengan



Memulai pembelajaran dengan menyajikan satu masalah.







Membentuk kelompok, dan memberikan masalah setiap kelompok untuk dipecahkan.







Membimbing



setiap



kelompok



untuk



menyelesaikan tugas yang diberikan.  Mengembangkan dan menganalisa hasil kerja kelompok peserta didik.  Mengevaluasi hasil peserta didik.



MENELADANI AKHLAK TERPUJI KISAH PERAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA SEBAGAI CERMIN KEIMANAN TERHADAP PERILAKU BERDAKWA DAN MENGAJAR



Nama Maha Siswa



: Junaidin Mohi, S.Pd.I



Rombel



: PAI 3.4



Mapel



: Pendidikan Agama Islam



Nama Sekolah



: SDN 6 Bulango Selatan



Alamat Sekolah



: Jalan Irigasi Lomaya, Desa Huntu Barat, Kec. Bulango Selatan



Tahun



: 2022



KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO TAHUN 2022



KATA PENGANTAR Puji Syukur atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izinNya lah tugas pembelajaran ini dapat terselesaikan tepat waktu. Tak lupa pula penulis kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulisan PBL ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam yang berjudul “Peran dalam Penyebaran Islam Di Indonesia”. Dalam penyelesaian tugas ini, penulis mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis haturkan terima kasih kepada: -



Dr. H. Adnan, M.Ag selaku dosen mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam.



-



Orang tua dan Istri./ yang banyak memberikan dukungan baik moril mau pun materil.



-



Semua pihak yang tidak dapat dirinci satu per satu yang telah membantu. Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa materi pembahasan



ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan di masa mendatang. Harapannya semoga tugas PBL ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.



Bulango Selatan, 05 Oktober 2022



Junaidin Mohi, S.Pd.I



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... PENDAHULUAN ............................................................................................. a. Deskripsi Pokok Materi .......................................................................... b. Relevansi Pokok Materi ......................................................................... c. Petunjuk Belajar ..................................................................................... KEGIATAN BELAJAR ..................................................................................... a. Capaian Pembelajaran (KI, KD dalam K13) .......................................... b. Sub Capaian Pembelajaran (IPK dalam K13) ........................................ c. Uraian Materi dan Sub Materi ................................................................ d. Forum Diskusi ........................................................................................ e. Tugas (Remedial, Pengayaan, Refleksi, Tindak Lanjut) ........................ PENUTUP .......................................................................................................... a. Rangkuman ............................................................................................ b. Tes Formatif ........................................................................................... Daftar Pustaka ........................................................................................



1



PENDAHULUAN



a.



Deskripsi Pokok Materi Materi ajar ini disusun dari hasil analisis materi ajar yang sebelumnya sudah



dibaca dan dipelajari oleh penulis, dan penulis menemukan masalah sebagai berikut : 1.



Penerapan Perilaku rendah hati



yang



masih kurang dalam



pembentukan akhlak terpuji di kehidupan sehari-hari. b.



Relevansi 1. Peserta didik mampu menunjukkan perilaku perduli dan rendah hati sebagai implementasi dari pemahaman kisah Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia 2. Peserta didik mampu memahami kisah Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia 3. Peserta didik mampu menceritan kisah Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia



Berikut Gambaran Wali Songo Materi Diatas :



2



c.



Petunjuk Belajar Ikutilah petunjuk – petunjuk dibawah ini agar bisa memperoleh dan bisa memiliki kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran kegiatan belajar pada materi ajar Pai ini.Petunjuk – petunjuk belajar tersebut antara lain : a.



Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda paham betul tentang apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.



b.



Bacalah sekilas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan catatlah kata-kata sulit yang anda temukan didalam materi. Pelajarilah kata-kata tersebut dan mencari pengertiannya pada kamus anda.



c.



Jika belum menguasai materi sesuai yang diharapkan, bacalah kembali materi ajar untuk meningkatkan pemahaman anda. Selesaikan permasalahan pada forum diskusi serta analisislah berbagai kasus yang ada pada modul dengan materi ada didalamnya.



3



BAB II KEGIATAN BELAJAR a.



Capaian Pembelajaran



Capaian Pembelajaran bersadarkan Kompetensi Inti (KI) adalah : KI-3



Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.



Capaian Pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) adalah : 1. KD 3.21 Memahami kisah Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia b. Sub Capaian Sub capaian yang dimaksud adalah IPK dalam K13 yaitu : 3.21.1 Menyebutkan sifat terpuji dari kisah Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia 3.21.2 Memberi contoh perilaku perduli dan rendah hati sebagai implementasi



dari



pemahaman



kisah



Peran Walisongo Dalam



Penyebaran Islam Di Indonesia



c. d.



Uraian Materi Forum Diskusi



1. Pembahasan



A. Sejarah Tentang Walisongo



Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai tingkat “Wali”, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan



4



lubang



dalam



diri



manusia),



sehingga



memiliki



peringkat



wali.1 Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun satu sama lain memiliki keterkaitan yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. 2Ahli-ahli sejarah tampaknya sependapat bahwa penyebaran Islam di Jawa adalah para Walisongo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik. Bahkan, seringkali seorang raja seakan-akan baru sah sebagai raja kalau sudah diakui dan diberkahi oleh Walisongo. Islam telah tersebar di pulau Jawa, paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Maulana Ishak yang bergelar Syaikh Awal Al-Islam diutus sebagai juru dakwah oleh Raja Samudera, Sultan Zainal Abidin Bahiyah Syah (1349-1406) ke Gresik. Dalam percaturan politik,



Islam



mulai



memosisikan



diri



ketika



melemahnya



kekuasaan Majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah pimpinan Sunan Ampel, Walisongo bersepakat



untuk



mengangkat



Raden



Patah



sebagai



raja



pertama kerajaan Islam Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Di samping kekuatan politik Islam yang memberi kontribusi besar



terhadap



perkembangannya,



Islam



juga



hidup



di



masyarakat dapat memberi dorongan kepada penguasa nonmuslim untuk memeluknya. Agama Islam di Jawa pada masa kerajaan Islam telah menjadi agama rakyat.3



1



Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 21- 22. 2



Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta: GRAHA Pustaka, 2009), h. 16. 3 Dedi Dupriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 196-197.



5



Adapun



penjelasan



tokoh-tokoh



Walisongo



adalah



sebagai



berikut:



1.    Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)



WaliSongo Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Nama Tokoh : Maulana Malik Ibrahim Lahir : Paruh awal abad ke 14 Nama Ayah : Jamaluddin Akbar al-Husaini Nama Ibu :– Meninggal : 1419 Masehi



Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, dia adalah seorang ahli tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. Jauh sebelum



6



beliau datang, islam sudah ada walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah binti Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082.4 Dikalangan



rakyat



jelata



Sunan



Gresik



atau



sering



dipanggil Kakek Bantal sangat terkenal terutama di kalangan kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya orang yang beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya disisi Allah. Dia mendirikan pesantren yang merupakan perguruan islam, tempat mendidik dan menggenbleng para santri sebagai calon mubaligh. Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah



dan



ladang. Syekh



Maulana



Malik



Ibrahim



seorang



walisongo yang dianggap sebagai ayah dari walisongo. Beliau wafat di gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.5



2.    Sunan Ampel (Raden Rahmat)



4



Abu Su’ud, Islamologi (Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia),(Jakarta: PT  Rineka Cipta, 2003), h. 125. 5 Abu Su’ud, Islamologi (Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusi) , (Jakarta: PT  Rineka Cipta, 2003), h. 194.



7



Walisongo Sunan Ampel (Raden Rahmat) Nama Tokoh : Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat) Lahir : Tahun 1401 Masehi Nama Ayah : Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) Nama Ibu : Dewi Chandrawulan Meninggal : Tahun 1478 Masehi



Raden



Rahmat



adalah



putra Syekh



Maulana



Malik



Ibrahim dari istrinya bernama Dewi Candrawulan. Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat dengan Surabaya. Di antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak. Menurut Babad



Diponegoro, Sunan



Ampel



sangat



berpengaruh di kalangan istana Manjapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana Raden Fatah, putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel. Sunan Ampel tercatat sebagai perancang Kerajaan Islam di pulau Jawa. Dialah yang



8



mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479 bersama wali-wali lain. Pada



awal



menginginkan



islamisasi



Pulau



Jawa,



Sunan



agar masyarakat menganut keyakinan



Ampel yang



murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan masyarakat seperti kenduri, selamatan, sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk sementara semua kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat sulit meninggalkannya secara serentak. Akhirnya, Sunan



Ampel



menghargainya.



Hal



tersebut



terlihat  dari



persetujuannya ketika Sunan Kalijaga dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam. Beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid Ampel.6



3.Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) 6



Ibid, h.195.



9



Walisongo Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) Nama Tokoh : Syekh Maulana Makdum Ibrahim (Raden Makdum Ibrahim) Lahir : Tahun 1465 Masehi Nama Ayah : Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) Nama Ibu : Nyai Ageng Manila (Dewi Condrowati) Meninggal : Tahun 1525 Masehi Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid.Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren. Santrisantri yang menjadi muridnya berdatangan dari berbagai daerah. Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya kini dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain. 10



Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.7



4.Sunan Giri (Raden Paku)



Walisongo Sunan Giri (Raden Paku / Muhammad Ainul Yakin) Nama Tokoh : Raden ‘Ainul Yaqin ( Raden Paku) Lahir : Blambangan, 1442 Masehi Nama Ayah : Maulana Ishaq Nama Ibu : Dewi Sekardadu Meninggal :– Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan Walisongo. Nama Sunana Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan  ke Majapahit sebagai penasihat militer.8 7



Fatah syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 196. 8 Ridin Sofwan, dkk, Islamisasi Islam di Jawa Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 65.



11



Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa sunyi selama 40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan yang dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto sampailah Raden Paku di daerah perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri. Tidak berselang lama hanya daam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi seluruh Nusantara. Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara



baik



dilakukannya



sendiri



waktu



muda



melalui



berdagang tau bersama muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain.9  



5.Sunan Drajat (Raden Qasim)



Walisongo Sunan Drajat (Raden Qosim/Raden Syaifudin) 9



Fatah syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 198.



12



Nama Tokoh Lahir Nama Ayah Nama Ibu Meninggal



: Raden Qasim (Raden Syarifudin) : Tahun 1470 Masehi : Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) : Nyi Ageng Manila (Dewi Candrawati) : Tahun 1522 Masehi



Sunan



Drajat



adalah



anak



bungsu



Sunan



Ampel



dengan  Dewi Condrowati atau yang sering disebut sebagai Nyi Ageng Manila. Beliau lahir pada tahun 1450. Nama lain dari Sunan Drajat yang terkenal adalah Raden Qasim. Di desa Jelak, Raden Qasim mendirikan surau dan pesantren.Banyak orang yang datang untuk berguru agama Islam kepadanya sehingga Jelak semakin ramai dan berkembang menjadi kampung besar. Oleh



karena



itu



nama



Jelak



kemudian



dirubah



menjadi



Banjaranyar. Beliau memperkenalkan Islam melalui konsep dakwah  bil-hikam, dengan cara-cara bijak dan tanpa memaksa. Dalam penyampaiannya beliau menempuh lima cara. Pertama lewat pengajian secara langsung dimasjid atau di langgar.Kedua melalui pendidikan di pesantren.Ketiga memberi fatwa atau petuah



dalam



menyelesaikan



masalah.



Keempat



melalui



kesenian tradisional dan yang kelima menyampaikan ajaran agama



melalui



ritual



adat



tradisional



sepanjang



tidak



bertentangan dengan agama islam. Sunan



Drajat



juga



berdakwah



dengan



menggunakan



kesenian Jawa yang pada waktu itu sudah mendarah daging dikalangan



masyarakat.Salah



satu



tembang



ciptaan



beliau



adalah tembang Mijil. Sunan Drajat juga terkenal dengan ajaran yang mengatakan paring teken marang kang kalunyon lan wuto, paring pangan marang kang kaliren, paring sandhang marang kang kudanan (memberi tongkat kepada orang buta, memberi makan kepada orang yang kelaparan, memberi pakaian kepada yang tidak punya pakaian dan memberi payung kepada orang yang kehujanan). Ini memang inti ajaran sosial di dalam Islam yang akan tetap relevan sampai kapanpun. Pada masa akhir Majapahit terjadi krisis sosial, ekonomi,



13



politik.Sunan Drajat menjadi juru bicara yang membela rakyat tertindas.Beliau mengecam tindakan elit politik yang waktu itu hanya mengejar kekuasaan demi kenikmatan pribadi. Dalam bidang sastra budaya beliau menciptakan: 1)   Berpartisipasi dalam pembangunan masjid Demak 2)   Membantu Raden Patah 3)   Tembang Pangkur.10



6.    Sunan Kalijaga (Raden Sahid)



Walisongo Sunan Kalijaga (Raden Said) Nama Tokoh : Raden Said ( Raden Abdurrahman/Syekh Malaya) Lahir : Tahun 1450 Masehi Nama Ayah : Tumenggung Wilatikta (Adipati Tuban) Nama Ibu : Dewi Sukati Meninggal :–



10



Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 232-234.



14



Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari gudang



kadipaten



dan



dibagikan



kpeada



rakyatnya.



Tapi



ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir. Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan Bonang. Lalau Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan Kalijaga. Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah



meminta



para



penonton



untuk



mengikutinya



mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam.11            7.    Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)



11



Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 308.



15



Walisongo Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) Nama Tokoh : Raden Ja’far Shodiq Lahir : Sekitar 1500 Masehi Nama Ayah : H. Raden Usman (Sunan Ngudung, kawasan utara Blora) Nama Ibu : Syarifah (Adik Sunan Bonang) Meninggal : 1550 Masehi Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara. Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar



di



Baitul



memberantas



Maqdis,



penyakit



Palestina,



yang



menelan



dan



pernah



banyak



berjasa



korban



di



Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestiana ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549, masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitanya diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di Palestina,



al-Quds.



Dalam



melaksanakan



dakwah



dengan



pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita



16



keagamaan.



Yang



paling



terkenal



adalah Gending



Makumambang dan Mijil.12 Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut: a.    Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan 1.    Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah 2.    Menghindarkan



konfrontasi



secara



langsung



dalam



menyiarkan agama islam 3.    Tut Wuri Handayani 4.    Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah. b. Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat. c.    Merangkul masyarakat Budha Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat wudlu denga pancuran yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha “ Jalan berlipat delapan atau asta sunghika marga”. d.   Selamatan Mitoni Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus.



Di



pintu



makan



Kanjeng



Sunan



Kudus



terukir



kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M.13



8.    Sunan Muria (Raden Umar Said)



12



Tatang Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, Madrasah Tsanawiyah Untuk Kelas IX Semester 1 dan 2, (Bandung,: CV ARMICO, 2009)h. 33. 13 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta: GRAHA Pustaka, 2009), h. 130.



17



Walisongo Sunan Muria (Raden Umar Said) Nama Tokoh : Raden Umar Said Lahir :– Nama Ayah : (Sunan Kalijaga) Nama Ibu : Dewi Saroh Meninggal : Sunan Muria adalah putera pertama Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak. Nama asli beliau adalah Raden Umar Said, sedang nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Dalam berdakwah, Sunan Muria meniru cara yang telah dilakukan dengan sukses oleh ayahandanya, yaitu menggunakan alat musik Jawa (gamelan). Sasaran yang digarap oleh Sunan Muria adalah masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan, jauh dari pusat pemerintahan maupun kota. Oleh karena itu, Sunan Muria membangun pesantren di lereng gunung Muria, dan karena itulah gelar Sunan Muria diberikan oleh masyarakat.14 Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti



ayahnya



menganbil



ikan



yaitu tidak



menggunakan sampai



keruh



cara



halus,



ibarat



airnya.



Muria



dalam



menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang 14



Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, (Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press, 2003), h. 258.



18



sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya. Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada



kaum



bangsawan.



Cara



dakwah



inilah



yang



menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa



ngeli yaitu



menghanyutkan



diri



dalam



masyarakat.15 9.    Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)



Walisongo Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Nama Tokoh : Syekh Syarif Hidayatullah (Syekh Maulana Jati) Lahir : Tahun 1448 Masehi Nama Ayah : Syarief Abdullah Nama Ibu : Nyai Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi) Meninggal : Tahun 1568 Masehi Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah, beliau lahir di Makkah. Banyak versi yang menceritakan tentang keberadaan Sunan 15



Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta: GRAHA Pustaka, 2009), h. 137-138.



19



Gunungjati ini, tetapi cerita yang termasyhur adalah menikahnya Sunan Gunungjati dengan seorang puteri Cina bernama Ong Tien, yang kemudian namanya diganti dengan Nyai Ratu Rara Semanding. Sunan Gunung Jati memang mempunyai hubungan baik dengan kaisar Cina. Dalam rangka menjalin hubungan baik tersebut, pada tahun 1479 beliau berkunjung ke Cina dan bertemu dengan kaisar Hong Gie, serta berkenalan dengan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan, Jendral Ceng Ho, dan Fei Hsin. Ketiga tokoh itu telah memeluk agama Islam.Disini Sunan Gunungjati



membuka



praktek



masyarakat



Cina



berobat



yang



pengobatan,dan



banyak



kepadanya.Kesempatan



ini



digunakan sebaik-baiknya oleh beliau untuk berdakwah. Setelah selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama  ibunya disambut  gembira oleh pangeran Cakra Buana.



Syarifah  Mudain



minta



agar



diizinkan



tinggal



dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren



untuk



meneruskan



usahanya



Syeh



Datuk



Latif  gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerahdaerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Sunan Gunungjati membangun masjid pada tahun 1480 yang diberi nama Masjid Agung Sang Ciptarasa. Pembangunan



20



masjid ini mendapat bantuan penuh dari Sultan Demak dan Walisongo. Bahkan juga diceritakan bahwa Sunan Kalijogo ikut menyumbangkan sebuah tiang tatal. Masjid ini juga sering dijadikan pusat pertemuan Walisongo untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi pada saat itu.16



B. Peran



Walisongo



dalam



Penyebaran



dan



Perkembangan Islam di Indonesia



Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah Jawa. Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas.Dengan didukung penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh sebagian



besar



manyarakat



Jawa,



mulai



dari



perkotaan,



pedesaan, dan pegunungan.Islam benar-benar menjadi agama yang mengakar.17 Para wali ini



mendirikan



masjid,



baik



sebagai



tempat



ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan agama. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis. Pada masa



awal



perkembangan



Islam,



sistem



seperti



ini



disebut ”gurukula”, yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya, sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar. Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri. Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan da’wah atau dewan mubaligh. Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera diganti oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam 16



Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa,  (Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press, 2003), h. 252. 17 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa,.. h. 5



21



budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam



di



Jawa,



juga



pengaruhnya



terhadap



kebudayaan



masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.18 Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam penyebaran agama Islam antara lain: 1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing. 2.  Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam di masa hidupnya. 3.    Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam. 4.    Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih. 5.    Sebagai



pemimpin



agama



Islam



di



daerah



penyebarannya masing-masing, yang mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam. 6.    Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para muridnya. 7.    Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas. 8.    Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya. Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke 18



Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia (Sistem Sosial), (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 128-129.



22



seluruh daerah di Nusantara.19



Tugas



e.



Ramedial Peserta didik yang belum menguasai materi, guru menjelaskan kembali



materi tentang “kisah keteladanan wali songo” dan melakukan penilaian kembali dengan soal yang sejenis. Remidial dilaksanakan di waktu tertentu dan di hari yang sudah disesuaikan. i.



Pengayaan Peserta didik yang sudah menguasai materi pembelajaran, selanjutnya dapat mengerjakan materi tambahan berupa : -



Menuliskan dalil-dalil naqli yang terkait dengan materi kisah peran wali songo dalam penyebaran islam di indonesia



ii.



Refleksi



-



Dengan adanya mataeri tentang peran wali songo dalam penyebaran islam di



Indonesia Kita dapat meneladani cara kepemimpinan para wali songo. iii.



Tindak Lanjut Untuk meningkatkan kemampuan analisis peserta didik, maka peserta didik dapat melakukan beberapa aktifitas tindak lanjut dari pembelajaran ini yaitu bisa menyimak video pembelajaran terkait dengan materi yang disampaikan.



19



“Peranan Walisongo dalam penyebaran agama islam”, http://id.shvoong.com/humanities/history/2183822-peranan-walisongo-dalampenyebaran agama/#ixzz2Qgi7upKQ, (diakses pada 30 Mei 2014).



23



BAB III PENUTUP



A.



Rangkuman Setelah walisongo datang ke Jawa, Islam menjadi semakin diminati sebagai agama masyarakat sekitar.Seperti contohnya yaitu ajaran yang di ajarkan oleh Sunan Gresik bahwa dalam Islam tidak mengenal kasta. Ini menunjukkan bahwa semua manusia itu sama derajatnya dimata manusia, hanya saja akan berbeda derajat tersebut dihadapan Allah bagi orangorang yang beriman dan paling bertaqwa. Dengan statement seperti itu, ternyata masyarakat sekitar yang pada awalnya menduduki kasta Sudra, akhirnnya memilih Islam sebagai agama mereka yang tidak mengenal pengkastaan.Kemudian Sunan Kalijogo dengan kekhasannya dalam mendakwahkan Islam melalui kesenian wayang yang digemari masyarakat pada waktu itu, ternyata juga mengundang minat masyarakat untuk memasuki agama Islam sebagai agama ketauhidan yang mengenal Allah sebagai Tuhan mereka. Dan otomatis masyarakat



dengan



sendirinya



meninggalkan



ajaran



animisme dan dinamisme oleh nenek moyang mereka. Dan masih banyak lagi peran Sunan-sunan yang dengan triktriknya mendakwahkan Islam di Jawa melalui pesantren, pembangunan masjid, tembang Jawa, gamelan, serta halhal  lain yang mengundang minat masyarakat pada waktu itu sehingga Islam meluas di Jawa sampai dewasa ini.



24



B.



Tes Formatif



1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dikenal juga dengan nama Maulana Magribi ( Syeh Magribi ) yang berasal dari magribi yang berada di negara : a. Palestina b. Afrika Selatan c. Irak d. Afrika Utara e. Iran 2. Sunan Giri mendidik anak – anak melalui permainan yang bernafaskan keagamaan. Dibawah ini yang tidak termasuk ciptaan Sunan Giri adalah : a. Jamuran b. Ilir – ilir c. Jelungan d. Cublak – cublak suweng e. Tembang sinom 3. Sunan Kalijaga adalah seorang bangsawan, yakni putra bupati…… a. Demak b. Pajang c. Tuban d. Mataram e. Cirebon 4. Berasal dari suku manakah Sunan Kalijaga.. a. Suku Sunda b. Suku Jawa c. Suku Batak d. Suku Asmat e. Suku Demak



5. Dimanakah Sunan Giri ditugaskan menyiarkan agama islam oleh Sunan Ampel a. Blambangan b. Aceh



25



c. Sumatera d. Jawa Barat e. Jawa Tengah



6. Siapakah yang menciptakan aneka cerita wayang yang bernafaskan islam a. Sunan Bonang b. Sunan Giri c. Sunan Muria d. Sunan Kalijaga e. Sunan Kudus 7. Sunan Giri adalah putra dari….. a. Maulana Malik b. Maulana Ishak c. Maulana Magribi d. Maulana Makhdum e. Maulana Qosim 8. Dalam strategi dakwahnya, Sunan Drajat menciptakan tembang sebagai salah satu medianya. Tembang yang dimaksud adalah… a. Sinom b. Kinanti c. Pangkur d. Dunma e. Dandang Gula 9. Sunan Ampel wafat pada tahun 1948 dan dimakamkan di… a. Tuban b. Gresik c. Demak d. Bukit Muria, Jepara e. Masjid Ampel, Surabaya 10. Siapa pendiri dinasti kesultanan Banten. a. Sunan Ampel b. Sunan Giri c. Sunan Bonang d. Sunan Drajat e. Sunan Gunung Jati



26



DAFTAR PUSTAKA



Dupriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.



Ibrahim,



Tatang, Sejarah



Kebudayaan



Islam,



Madrasah



Tsanawiyah Untuk Kelas IX Semester 1 dan 2, Bandung: CV ARMICO, 2009.



Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010.



PaeEni,



Mukhlis, Sejarah



Kebudayaan Indonesia



(Religi



dan



Filsafat), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.



Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 232-234.



“Peranan Indonesia”,



Walisongo



dalam



penyebaran



agama



islam



di



http://id.shvoong.com/humanities/history/2183822-



peranan-walisongo dalampenyebaran agama/#ixzz2Qgi7upKQ, (diakses pada 30 Mei 2014).



Qurtuby, Sumanto Al, Arus Cina-Islam-Jawa, Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya Press, 2003.



Saifullah, Sejarah



dan



Kebudayaan



Islam



Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.



27



di



Asia



Simon, Hasanu, Misteri Syekh Siti Jenar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.



Sofwan, Ridin, dkk, Islamisasi Islam di Jawa Walisongo, Penyebar Islam



di



Jawa,



Menurut



Penuturan



Babad, Yogyakarta:



Pustaka Pelajar, 2004.



Sutrisno, Budiono Hadi, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, Yogyakarta: GRAHA Pustaka, 2009.



28