Analisis Jurnal Selulitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Semester Dosen Pengampu Tugas Kelompok No . 1



Kriteria P (Patient/Clinic a l Problem)



: Evanly Yubelina Sapulete (2019030073) Faustina Naben (2019030076) : 5 : Eliza Zhini Z., S.Kep., Ns, M.Kep : Analisis Jurnal Tentang Selulitis Jawa b Ya



Pembenaran & Critical thinking 







 2



I (Intervention)



Ya















Masalah klinik dari jurnal ini adalah untuk melaporkan temuan ilmiah terbaru tentang peran kandungan serai dalam mengatasi selulitis. Jurnal ini untuk mengetahui efektivitas penerapan model konservasi Levine dalam asuhan keperawatan pasien selulitis di ruang gawat darurat. Untuk mengevaluasi gambaran umum serta beberapa faktor prediktif kondisi keparahan penyakit erisipelas dan selulitis. Pasien dengan infeksi kulit dan jaringan lunak purulen seperti abses harus mengambil sampel melalui insisi dan drainase. Sampel digunakan untuk biakan bakteri dan pertimbangan pemberian antibiotik pada pasien dengan tanda infeksi sistemik. Infeksi kulit dan jaringan lunak non-purulen umumnya memerlukan pengobatan dengan antimikroba sistemik. Pedoman penanganan pasien dengan selulitis yang digunakan untuk menurunkan keterlambatan dalam diagnosis, menurunkan biaya perawatan dan administrasi pengobatan yang tidak tepat, serta meningkatkan manajemen selulitis membutuhkan pendekatan multidisiplin, salah satunya harus mencakup perawat. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional perlu mempertimbangkan penyakit selulitis sebagai isu multidisiplin yang memerlukan lebih dari sekedar pengobatan infeksi. Pengkajian holistik untuk mengelola perawatan pasien secara efektif membutuhkan pengetahuan perawat yang baik tentang perawatan pasien. Penelitian retrospektif ini dilakukan untuk



3



C (Comparasion)



Ya



 







4



O (Outcome)



Ya







mengevaluasi gambaran umum pasien erisipelas dan selulitis serta beberapa faktor prediktif kondisi keparahan penyakit erisipelas dan selulitis yang digambarkan dengan lamanya masa perawatan di rumah sakit dikaitkan dengan usia pasien dan laju endap darah (LED). Hasil evaluasi penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien dan mencegah terjadinya infeksi rekuren maupun komplikasi erisipelas dan selulitis serta meningkatkan mutu pelayanan pasien erisipelas dan selulitis. Metode yang digunakan adalah literature searching. Mini riset ini menggunakan metode single case design, dimana studi kasus yang hanya dilakukan pada satu unit kasus (Munhall, 2001, dalam Yona, 2006). Penelitian dilakukan secara retrospektif dari rekam medik pasien erisipelas dan selulitis yang dirawat di IRNA Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari 2012 – Desember 2014. Menurut beberapa penelitian yang didapatkan, kandungan pada Serai dapat bermanfaat terhadap selulitis, diantaranya memiliki berbagai aktivitas farmakologi seperti antimikroba, antiinflamasi, antifungal, dan antioksidan (Shah, Richa, Vivek et al., 2011). Perannya sebagai antimikroba yaitu memiliki menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif seperti diantaranya yaitu Staphylococcus aureus dan Candida albicans yang memiliki nilai hambat sebesar 0,06% (Hammer et al., 1999. Adapun menurut penelitian Silva et al., daya hambat dan bakterisidal minyak Serai berpengaruh terhadap bakteri Salmonella enterica, Proteus mirabilis, Citrobacter freundii, Aeromonas hydrophila sebesar 0,016 hingga 0,5% (Silva et al., 2017). Sementara pada penelitian Naik et al., mengungkapkan bahwa minyak Serai justru efektif terhadap bakteri gram positif dibandingkan gram negatif. Pada studi yang dilakukannya, Pseudomonas aeruginosa











memiliki resistensi yang tinggi, sementara pada S. aures dan B. cereus didapatkan sangat sensitif dan Serai memiliki daya hambat sebesar 0,03% dan 0,6% pada keduanya. Pada bakteri B. Subtilis dan E. Coli dapat dihambat pada konsentrasi sebesar 0,06% dan 0,12% (Naik et al., 2010). Penelitian memberikan bukti aplikasi model ini dapat diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Konsep model stres, interaksi, intervensi Levine untuk meningkatkan adaptasi dan mempertahankan keutuhan. Interaksi ini didasarkan pada bukti ilmiah. Konservasi berfokus mencapai keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi (Schaefer,2014). Salah satu fokus asuhankeperawatan Levine adalah masalah proses inflamasi dan respon holistik. Respon inflamasi merupakan salah satu tahap penyembuhan (Schaefer, 2014). Wingfield (2012) menyebutkan bahwa selulitis disebut sebagai penyebaran infeksi bakteri akut dan inflamasi pada jaringan ikat,dermis dan lapisan subkutan kulit. Respon inflamasi berdampak pada penggunaan energi untuk menyingkirkan iritan dan patogen yang tidak diinginkan, dan respon (Schaefer, 2014). Oleh karena itu, model ini dapat digunakan sebagai panduan dalam asuhan keperawatan pasien dengan selulitis. Didapatkan kasus selulitis sebanyak 29 kasus (67,4%) dan erisipelas sebanyak 14 kasus (32,6%). Kasus selulitis cenderung menurun dari tahun 2012, berbeda dengan erisipelas dengan jumlah kasus yang cenderung stabil. Jumlah pasien perempuan lebih banyak dibanding laki-laki dengan rasio 3,6:1 pada kasus erisipelas, sedangkan pada selulitis jumlah pasien perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki dengan rasio 1:1,2. Kelompok usia terbanyak adalah usia 45-64 tahun sebanyak 6 orang (42,9%) dari total 14 kasus erisipelas. Distribusi penyebarannya cukup merata dengan kelompok usia termuda yang terkena adalah 1-4 tahun dan hampir pada semua kelompok usia bisa menderita erisipelas. Kasus selulitis kelompok usia terbanyak adalah pada umur 45-64 tahun sebanyak 14 orang (48,3%) dari total 29



kasus selulitis. Keluhan utama terbanyak pada erisipelas berupa bengkak dan kemerahan yaitu sebanyak 7 pasien (50%). Berdasarkan lamanya keluhan utama, yang terbanyak adalah selama 8-14 hari sebanyak 6 pasien (42,9%). Gejala prodromal yang paling sering adalah demam yaitu sebanyak 3 pasien (21,4%). Keluhan utama terbanyak pada selulitis adalah kemerahan, bengkak, dan panas yaitu sebanyak 17 pasien (58,6%). Berdasarkan lama keluhan utama, yang terbanyak adalah selama 15-30 hari sebanyak 13 pasien (44,8%). Gejala prodromal yang paling sering adalah demam yaitu sebanyak 8 pasien (27,6%). Port de entry pada pasien erisipelas, yang paling banyak didapatkan adalah karena garukan sebanyak 5 pasien (35,7%) seperti tampak pada Tabel 2. Port de entry paling banyak didapatkan pada selulitis adalah karena luka tusuk sebanyak 12 pasien (41,4%). Penyakit penyerta erisipelas yang terbanyak adalah diabetes melitus (DM) sebanyak 3 kasus (21,4%) dan kandida interdigitalis 2 kasus (14,3%), sedangkan penyakit penyerta selulitis yang terbanyak adalah DM sebanyak 7 kasus (24%) dan ulkus pedis sebanyak 3 kasus (10,3%).