Analisis Lakon Ben Go Tun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Naskah Lakon BEN GO TUN oleh Yana S. Atmawiharja Dalam setiap pementasan drama, sekurang-kurangnya ada empat unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu pertama, lakon atau cerita yang ditampilkan, bisa berwujud sebuah naskah atau skenario tertulis, skenario tak tertulis (dalam teater kerakyatan). Kedua, pemain adalah orang yang membawakan lakon tersebut. Ketiga, sutradara sebagai penata pertunjukan di panggung. Keempat, penonton adalah sekelompok orang yang menyerahkan sebagian dari kemerdekaan pikir untuk menjadi bagian dari tokoh yang tampil dalam suatu lakon. Naskah lakon atau biasa disebut skenario adalah hal pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan sutradara dan para pemeran. Meskipun sebuah naskah lakon bisa ditulis sekehendak penulis, tetapi tetap harus memperhitungkan atau berpegang pada asas kesatuan (unity), yaitu asas kesatuan waktu, tempat, dan lakon. Dalam kesempatan ini, penulis sebagai sutradara pentas Ben Go Tun akan memaparkan hasil pembedahan naskah Ben Go Tun karya Saini KM. 1. Tema Tema merupakan keseluruhan pernyataan dalam sebuah permainan yang merupakan yang mengandung muatan intelektual pengarang. Maka wajar jika tema menjadi sebuah premis atau rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah tujuan cerita. Dengan kata lain, tema merupakan ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita. Tema yang diangkat dalam naskah lakon Ben Go Tun yaitu tema sosial. Dalam naskah ini, tampak sekali ‘pemberontakan’ jiwa Saini KM terhadap satiris realita sosial yang ‘sakit’. Saini KM berusaha memperlihatkan gambar-gambar



‘bermasalah’ tentang kehidupan masyarakat, dengan harapan untuk segera ditanggapi secara benar. Dalam Ben Go Tun, Saini KM membicarakan situasi masyarakat yang tergoda oleh rayuan subjektivitas untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keinginan untuk populer, dan mendapatkan kekayaan dengan menghalalkan cara-cara tak benar. 2. Plot/ Alur Plot dalam naskah drama mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini berhubungan dengan pola pengadeganan dalam permainan teater, dan merupakan dasar struktur irama keseluruhan permainan. Plot merupakan jalinan peristiwa di dalam cerita untuk mencapai efek-efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Secara sederhana plot dapat dibagi menjadi dua yaitu simpel plot (plot yang sederhana) dan multi plot (plot yang lebih dari satu). Plot dalam Ben Go Tun merupakan multi plot karena memiliki satu alur utama dengan beberapa sub plot yang saling bersambungan. Plot utama dimulai ketika pakaian jendral dicuri dari tukang jahit sampai diketahui bahwa tokoh orang gila lah yang mencuri tersebut. Plot utama tersebut dibumbui kemunculan sub plot yang diwujudkan oleh tokoh Johan Budiman yang mengaku-ngaku sebagai pahlawan kemerdekaan. 3. Latar Pertanyaan untuk setting atau latar cerita adalah kapan dan dimana persitiwa terjadi. Pertanyaan tidak dapat dijawab secara global tetapi harus lebih mendetil untuk mengetahui secara pasti waktu dan tempat kejadiannya. Berikut penulis ulas secara sederhana mengenai latar yang terdapat dalam naskah lakon Ben Go Tun. a. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam lakon ini adalah di sebuah persimpangan jalan, warung Amat, halaman rumah Johan Budiman. b. Latar Waktu



Naskah Ben Go Tun ini merupakan naskah drama satu babak yang terdiri dari beberapa adegan sehingga latar waktu yang digunakan pun hanya berkisar antara pagi hari sampai menjelang siang. 4. Penokohan Penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut. Berikut penulis rinci tokoh dan penokohan yang terdapat dalam naskah Ben Go Tun. a. Protagonis Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran protagonis adalah untuk mengatasi persoalanpersoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita atau sering pula dikatakan sebagai tokoh baik. Peran ini juga menentukan jalannya cerita. Dalam naskah ini, dilihat dari plot utama, tokoh yang tergolong protagonis adalah tokoh orang gila/ jendral dan tukang jahit. b. Antagonis Antagonis adalah peran lawan, karena dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis. Dalam naskah ini, dilihat dari plot utama, tokoh yang tergolong antagonis adalah tokoh wartawan, seniman/ buntut kuda, Johan Budiman, dukun, dan mahasiswa/ pemuda. c. Deutragonis Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protagonis.



Dalam naskah ini, dilihat dari plot utama, tokoh yang tergolong deutragonis adalah tokoh para Hansip dan Amat.



d. Tritagonis Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis. Dalam naskah ini, dilihat dari plot utama sebenarnya tidak ada tokoh yang tergolong tokoh tritagonis. Konflik yang timbul selesai dengan sendirinya. e. Foil Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Dalam naskah ini, dilihat dari plot utama, tokoh yang tergolong foil adalah tokoh para perawat. f. Utility Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Dalam naskah ini, dilihat dari plot utama, tokoh yang tergolong utility adalah tokoh Banen. 5. Struktur Dramatik Struktur dramatik sebetulnya merupakan bagian dari plot karena di dalamnya merupakan satu kesatuan peristiwa yang terdiri dari bagian-bagian yang memuat unsur-unsur plot. Rangkaian ini memiliki atau membentuk struktur dan saling bersinambung dari awal cerita sampai akhir. Fungsi dari struktur dramatik ini adalah sebagai perangkat untuk lebih dapat mengungkapkan pikiran pengarang dan melibatkan pikiran serta perasaan penonton ke dalam laku cerita. Jika mengacu pada struktur dramatik yang dikemukakan Gustav Freytag (1863), struktur dramatik naskah Ben Go Tun adalah sebagai berikut.



Gambar 1. Piramida Freytag a. Exposition Eksposisi adalah Penggambaran awal dari sebuah lakon. Berisi tentang perkenalan karakter, masalah yang akan digulirkan. Penonton diberi informasi atas masalah yang dialami atau konflik yang terjadi dalam karakter yang ada dalam naskah lakon. Eksposisi dalam naskah Ben Go Tun adalah ketika muncul tokoh tukang jahit yang mencari pakaian jendral yang hilang dari rumahnya. b. Complication ( rising Action) Mulai terjadi kerumitan atau komplikasi yang diwujudkan menjadi jalinan peristiwa. Komplikasi dalam naskah Ben Go Tun muncul ketika tokoh Johan Budiman mengaku-ngaku sebagai tokoh pahlawan kemerdekaan sehingga menimbulkan niat jahat dari tokoh wartawan, seniman, dukun, dan mahasiswa untuk memanfaatkan penipuan tersebut. c. Climax Klimak adalah puncak dari laku lakon dan titik kulminasi mencapai titik. Pada titik ini semua permasalahan akan terurai dan mendapatkan penjelasan melalui laku karakter maupun lewat dialog yang disampaikan



oleh



peran.



Pada



titik



inilah



semua



terbongkar,



permasalahan-



permasalahan yang menjadi konflik dari keseluruhan lakon. Klimaks dalam naskah Ben Go Tun terjadi ketika tokoh orang gila muncul dan menuntut para tokoh antagonis mengakui segala perbuatan tipu-tipu mereka. d. Reversal (falling action ) Reversal adalah penurunan emosi lakon. Penurunan ini tidak saja berlaku bagi emosi lakon tapi juga untuk menurunkan emosi penonton. Dari awal emosi penonton sudah diajak naik dan dipermainkan. Falling Action ini juga berfungsi untuk memberi persiapan waktu pada penonton untuk merenungkan apa yang telah ditonton. Reversal dalam naskah Ben Go Tun dimunculkan oleh kedatangan tokoh para perawat Rumah Sakit Jiwa. e. Denouement Denoument adalah penyelesaian dari lakon tersebut, baik berakhir dengan bahagia maupun menderita. Tahap ini muncul dalam naskah Ben Go Tun ketika diketahui bahwa jenderal yang menyebabkan para tokoh antagonis mengakui perbuatannya adalah orang gila. 6. Tipe Lakon Tipe lakon dalam naskah Ben Go Tun adalah komedi. Komedi dalam naskah ini merupakan tiruan dari tingkah laku manusia biasa. Tingkah laku yang lebih merupakan perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan kehidupan sehingga mampu menumbuhkan tertawaan dan cemoohan. Naskah ini mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya. Lebih dalam, tipe lakon dalam naskah ini tergolong topical comedy (komedi topik) sebab lakon komedi ini mengandalkan pada berita utama dan skandalskandal yang terpenting dan terpilih. Dalam segi penyampaian pesan, komedi dalam naskah ini tergolong wit atau word play (komedi intelektual) yaitu penyampaian pesan yang berdasar pada kepintaran, kecerdasan, dan seringkali memanipulasi kehalusan bahasa sebagai bahan leluconnya.



7. Pesan/ Amanat Menurut hemat penulis, ada beberapa amanat yang ingin disampaikan Saini KM dalam naskah ini, antara lain: a. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh saling menghina satu sama lain seperti hinaan tokoh seniman terhadap tokoh bencong. Dia menyebut tokoh bencong sebagai seniman gaun (lima perak/ rupiah). b. Tidak boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan seperti yang dilakukan Johan Budiman dengan mengaku-ngaku pahlawan kemerdekaan untuk mencapai ketenaran. c. Kita harus menjadi pribadi yang jujur. d. Kita harus melakukan suatu pekerjaan dengan jujur dan ikhlas, sesuai dengan tugas dan perannya.