Analisis SUSHI GO [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS SUSHI GO! PIK AVENUE Elisia Veronica1, Janette Catherine2, Kris Renaldo3 Jurusan Desain Interior, Universitas Tarumanagara Jakarta Jurusan Desain Interior, Universitas Tarumanagara Jakarta



1



Email : [email protected] 2



Jurusan Desain Interior, Universitas Tarumanagara Jakarta Email : [email protected]



3



Jurusan Desain Interior, Universitas Tarumanagara Jakarta Email : [email protected]



Abstrak – Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makan dan minum. Sedangkan pengertian dari restoran Jepang adalah tempat untuk memperdagangkan jenis masakan tradisional Jepang yang didukung dengan cara pelayanan, sajian suasana, yang diwarnai dengan kebudayaan Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan rancangan interior restoran Sushi Go! telah menerapkan seluruh aspek psikologis serta elemen – elemen arsitektur. Objek penelitian yang dipilih yaitu restoran Sushi Go! dikarenakan merupakan tempat yang strategis dan mudah ditemukan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data secara observasi, wawancara, dokumentasi, dan literatur. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ruang personal pada Sushi Go! Pik Avenue termasuk dalam kategori jarak intim, kepadatan pada restoran pada saat Weekday berbeda dengan saat Weekend, keamanan privasi dalam restoran masih kurang, dan elemen arsitektur yang sudah menerapkan tema Jepang. Kata kunci: restoran, restoran Jepang, rancangan interior, jarak intim, kepadatan, privasi, elemen.



Abstrak - Gaya hidup ada berdasarkan fenomena yang terjadi pada pribadi manusia ketika memenuhi nilai lebih dari sekedar kebutuhan. Pola gaya hidup manusia secara global lebih mudah terlihat bila direpresentasikan dalam bentuk desain pada ruang publik, salah satunya di dalam restoran. Restoran merupakan fasilitas ruang publik yang bersifat memberikan suasana santai, ramah, dan berguna sebagai sarana yang menyediakan kebutuhan makan. Arti makan sendiri kini bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup utama saja, tetapi lebih kepada sebuah alat aktualisasi diri. Berdasarkan hal tersebut, maka interior restoran menjadi salah satu area publik yang berperan dalam merepresentasikan suatu budaya atau gaya hidup, karena aktivitas di dalam restoran yang kini telah bergeser sebagai wadah penangkap citra diri melalui berbagai kegiatan yang dilakukan selain makan. Salah satu studi kasus yang akan dibahas yaitu restoran Jepang. Saat ini restoran tersebut telah berhasil menciptakan tren di kalangan masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya pengaruh budaya Jepang pada interior restoran. Topik ini dibahas menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan observasi, wawancara, survey, dan juga studi literatur. Dengan adanya penelitian tersebut, desainer interior diharapkan dapat memanfaatkan budaya masyarakat sebagai faktor penting yang mempengaruhi bentukan elemen interior sebuah restoran Jepang. Kata kunci: gaya hidup, konsumsi, interior, restoran Jepang.



Abstract – Resturant is a place or a building that comercially organized which provides a good service to all customers either is a food or beverage. While the true meaning of Japanese restaurant is place where people trade for traditional Japanese cuisine and provided by some service, atmosphere, which colored by Japanese culture. The intention of this study was to prove interior design of “Sushi Go!” restaurant whether it has applied all psychological aspect and architecture elements. The chosen object of this study is “Sushi Go!” restarutant, it’s because “Sushi Go!” have a strategic and easy to spot. By using qualitative methods, which collecting data by observation, interviews, documentation and literature techniques. The findings of this study indicated that personal space on “Sushi Go!” PIK Avenue was included in the intimate distance category, the density of this restaurant was variant in weekday and weekend, the privacy in this restaurant is still lacking, and architecture element was already adopted Japanese theme. Keywords: restaurant, Japanese restaurant, interior design, intimate distance, density, privacy, element.



Abstract – Lifestyle is happend it’s because phenomenon that occurs in people privacy when fullfiling more than needs. People lifestyle globally is easily to spot when represented in a form of design in publice space, one of them is inside restaurant. Restaurant is a public space facilties that provides relaxing, friendly and useful atmosphere as a media to provides dining needs. The true meaning of eating nowdays it isn’t just about to fullfil primary needs, instead rather to be a self actualization. Based on this thing, the interior design of restaurant becomes one of public areas that plays a role to representing a culture or lifestyle, it is because the activities on the restaurant now shifted, as a media to contain self-images through various activities beside eating. On of the case studies that will be discuss is a Japanese Restaurnt. In this day, restaurant has succeed become trendsetter among community. This study was intended to identify whether there is Japanese culture that impact to interior. This topic was discussed using qualitative methods with observation, interviews, surveys, and also study of literature approach. With this research, interior designers are expected to be able utilize the culture in comunnity as a significant factor that affecting the form of interior elements in Japanese restaurant. Keywords: lifestyle, consumtion, interior, Japanese restaurant.



I. PENDAHULUAN



Semua unsur serba berbidang polos, dapat



I.1 Latar Belakang



dikatakan tanpa hiasan apapun. Satu-satunya



Rumah makan di Indonesia disebut



“hiasan” hanyalah permainan garis-garis lurus



juga sebagai restoran. Restoran merupakan



dan bidang-bidang murni. Ditambah dengan



kata resapan yang berasal dari bahasa



adanya



Perancis yang diadaptasi oleh bahasa inggris;



goresan yaitu kaligrafi.



"restaurant" yang berasal dari kata "restaurer" yang berarti "memulihkan". Menurut UU RI No. 34 Tahun 2000, restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tata boga atau catering. Pengertian restoran menurut Marsum (1994), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan



pelayanan



yang



baik



kepada semua tamunya baik berupa makan dan minum. Sedangkan pengertian dari restoran



Jepang



adalah



tempat



untuk



memperdagangkan jenis masakan tradisional Jepang yang didukung dengan cara pelayanan, sajian



suasana,



yang



diwarnai



dengan



kebudayaan Jepang.



Jepang



sentuhan



pada



Terdapat



hekmat



aspek



yang



di dalam ruang, antara lain: personal space, privasi, dan kepadatan. Selain itu terdapat aspek arsitektural yang mencakup fungsional, teknikal, dan estetika. Aspek tersebut erat kaitannya dengan perancangan interior pada ruang yang dapat berpengaruh psikologis seseorang. Hal tersebut yang merupakan, peneliti ingin meneliti perancangan salah satu restoran Jepang yang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Utara dalam aspek psikologis dan aspek arsitektur. I.2 Rumusan Masalah 1. Apakah rancangan interior pada Sushi



Tradisional desain



memberikan



restoran



psikologis? 2. Apakah penggunaan elemen - elemen arsitektur



penggunaan dinding-dinding tipis, nyaris tidak



rancangan



bermateri (kertas pun masih dipakai untuk



Avenue?



dinding-dinding ruangan). Tampak desain yang meninggalkan



beberapa



sangat



mempengaruhi psikologis kinerja setiap orang



yaitu



modernisasi



bergaya



Go! sudah memenuhi seluruh aspek



Adapun interior dan pemilihan bahan rumah



gambar



dengan



kontemporer,



kekhasan



pribadi



tanpa



pribumi.



sudah interior



diterapkan Sushi



dalam



Go!



PIK



I.3 Tujuan Penelitian



rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya



1. Untuk membuktikan rancangan interior



aroma semerbak dari dapur dan pelayanan



pada Sushi Go! PIK Avenue sudah



dari pramusaji, berdenting nya bunyi-



memenuhi seluruh aspek piskologis.



bunyian kecil karena persentuhan gelas-



2. Untuk membuktikan rancangan interior



gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana



Sushi Go! PIK Avenue telah menerapkan



hidup didalamnya.



elemen – elemen arsitektur.



Menurut



Hunt



dan



William



Dudley,



restoran adalah sebuah bangunan, atau I.4 Manfaat Penelitian



ruangan didalam sebuah bangunan yang



1. Membuktikan rancangan interior pada



menyajikan



makanan



dan



minuman.



Sushi Go! PIK Avenue sudah memenuhi



Bangunan untuk sebuah restoran biasanya



seluruh aspek piskologis.



dibuat sebagai banunan individual yang



2. Membuktikan rancangan interior Sushi



berdiri sendiri atau dapat juga merupakan



Go! PIK Avenue telah menerapkan



bagian dari bangunan lain yang bukan



elemen – elemen arsitektur.



bangunan restoran. Menurut Lawson dan Fred, restoran adalah



I.5 Batasan Masalah Kelompok



suatu tempat makan dimana makanan dan kami



restoran



minuman dapat diperoleh di dalamnya.



Jepang yaitu “Sushi Go!”, dengan luas



Restoran mempunyai ruang lingkup yang



lingkup pembahasan pada aspek-aspek



sangat luas dan berhubungan dengan nilai



psikologi,



komersial, karena bertujuan untuk mencari



yaitu:



meneliti



personal



space,



kepadatan, dan privasi, serta penggunaan



keuntungan.



aspek arsitektural, yaitu: pencahayaan, warna, lantai, plafon, partisi, temperatur, furnitur,



penataan



furnitur,



dan



pertimbangan akustik.



Klasifikasi Restoran 1. Table Service (makanan disajikan oleh waiter dan waitress) 2. Counter



I.6 Kajian Literatur



Service



(mengambil



di



counter)



Restoran



3. Self Service (prasmanan)



Menurut Sugiarto, Endar dan Sulartinigrum,



4. Buffet Service (mengambil dari meja



restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran meja-meja yang tersusun



buffet) 5. Carry – Out Service / Take - Away



Ruang Personal (Personal Space) Robert



Sommer



(Halim,



Kepadatan (Density) 2005)



Menurut



Hotahan



(1982),



kepadatan



mengemukakan bahwa Personal space itu



(density) adalah sejumlah individu pada



seperti gelembung atau bulatan yang tak



setiap ruang atau wilayah. Attman (1975)



terlihat, mengelilingi dan dibawa-bawa



membagi kepadatan menjadi kepadatan



oleh suatu organisme dan ada di antara



dalam dan kepadatan luar. Kepadatan



dirinya dan orang lain, yaitu bufer zone atau



dalam berarti jumlah manusia dalam suatu



jarak individu dengan yang lain yang tidak



ruangan sedangkan kepadatan luar berarti



terbagi. Personal space individu bersifat



jumlah orang atau pemukiman di suatu



dinamis dan dimensi dapat berubah,



wilayah.



Dalam



apabila ruang tersebut dimasuki oleh orang



kondisi



psikologis



lain maka akan menimbulkan stress dan



kiranya apa yang dikatakan oleh Attman



kegelisahan. Terdapat 3 kategori personal



dan definisi kepadatan dalam setiap unit



space, yaitu:



rumah dihuni oleh sejumlah orang. Apalagi



1. Jarak Intim (Intimate Distance)



dalam



hubungannya



dengan



penghunian



rumah,



masyarakat



indonesia



sering



a. Tingkat Dekat (± 0 – 15 cm)



dijumpai adanya rumah yang dihuni oleh



b. Tingkat Jauh (± 15 – 45 cm)



jumlah anggota keluarga yang relatif besar,



2. Jarak Personal (Personal Distance)



yaitu selain keluarga inti yang terdiri ayah,



a. Tingkat Dekat (± 45 – 75 cm)



ibu, dan anak, terkadang masih ditambah



b. Tingkat Jauh (± 75 – 120 cm)



dengan sanak keluarga sedarah lainnya.



3. Jarak Sosial (Social Distance) a. Tingkat Dekat (± 1,2 m – 2,0 m)



Terdapat



2



jenis



kepadatan,



yaitu



kepadatan fisik dan kepadatan sosial.



b. Tingkat Jauh (± 2 m – 3,5 m) 4. Jarak Publik (Public Distance)



Privasi



a. Tingkat Dekat (± 3,5 m – 7,0 m)



Hartono



b. Tingkat Jauh (± 7,0 m atau lebih)



merupakan



(Prabowo, tingkatan



1998), interaksi



privasi atau



keterbukaan yang dikehendaki seseorang Terdapat 3 fungsi utama ruang personal,



pada suatu kondisi atau situasi tertentu.



yaitu : a. Fungsi Kenyamanan



Lantai



b. Fungsi Proteksi Diri



Menurut Mangunwijaya (1980), selain



Fungsi Komunikasi



berfungsi sebagai penutup ruang bagian



c.



bawah, lantai berfungsi sebagai pendukung



atas



beban



ada



berfungsi sebagai pelindung (penutup)



diatasnya seperti perabot, manusia sebagai



lantai atau atap dan sekaligus sebagai



civitas ruang, dengan demikian dituntut



pembentuk ruang dengan bidang yang ada



agar selalu memikul beban mati atau beban



dibawahnya.



hidup berlalu lalang di atasnya serta hal-hal



berbagai



lain yang ditumpahkan di atasnya. Dalam



dibandingkan



kelangsungan kegiatan, pemilihan jenis



pembentuk ruang (space) yang lain seperti



pelapis lantai akan ditinjau dari macam



dinding atau lantai.



dan



benda-benda



yang



garis



pandang



normal



Fungsi



kegunaan



manusia,



ceiling yang



memiliki



lebih



dengan



besar



unsur-unsur



atau jenis kegiatannya. Elemen horizontal bawah juga dapat divariasikan. Semakin



II. METODE



banyak beda ketinggian elemen horizontal



II.1 Jenis Metode Penelitian



bawah



dengan



sekitarnya,



rasa



keterpisahan ruangnya semakin kuat.



Jenis



metode



penelitian



yang



digunakan adalah jenis metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang



Dinding Menurut



bersifat subjektif dengan memberikan Mangunwijaya,



1980:



339,



gambaran



secara



jelas



suatu



Dinding memiliki fungsi antara lain, Fungsi



permasalahan sesuai dengan fakta di



pembatas



pembatasan



lapangan, metode penelitian yang bersifat



menyangkut penglihatan, sehingga manusia



deskriptif, menggunakan analisis, mengacu



terlindung



pada data non - numerik.



biasanya



ruangan, dari



pandangan



langsung,



berhubungan



kepentingan-kepentingan



pribadi



dengan atau



khusus.



II.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Restoran Sushi Go



Plafon



Mal PIK Avenue yang terletak di Jl. Pantai



Pengertian istilah plafon atau langit-langit,



Indah Kapuk No.6, RT.6/RW.2, Kamal



berasal dari kata “ceiling”, yang berarti



Muara, Kec. Penjaringan, Kota Jkt Utara,



melindungi dengan suatu bidang penyekat



Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14470.



sehingga terbentuk suatu ruang. Secara



Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu



umum dapat dikatakan ceiling adalah



bulan September – November 2019.



sebuah bidang permukaan yang terletak di



b. Wawancara (Interview) Wawancara



(Interview)



adalah



metode komunikasi langsung yang berupa tanya jawab secara lisan. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pengunjung pada restoran Sushi Go! PIK Avenue. c. Dokumentasi



Gambar 2.1 Site Plan Mal PIK Avenue https://www.google.com/maps/place/PIK+A



Dokumentasi adalah sebuah cara yang



venue@-



dilakukan



peneliti



dengan



6.1091234,106.7395701,859m/data=!3m1!



menyediakan dokumen, bukti yang



1e3!4m5!3m4!



akurat dari pencatatan sumber-sumber



1s0x2e6a1d3b08d73ce5:0xa57ef5bb9b6859



informasi dari pengamatan langsung di



27!8m2!3d-6.1091234!4d106.7404151 Alasan



peneliti



memilih



lokasi.



lokasi



penelitian di Sushi Go! Pik Avenue karena



III. HASIL DAN PEMBAHASAN



lokasinya yang strategis dan mudah III.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Masalah



ditemukan.



Aspek Psikologis Personal Space



II.3 Metode Pengumpulan Data Ada 3 macam teknik pengumpulan data dalam proses penelitian, yaitu:



Avenue berdasarkan aspek psikologis personal space masuk ke dalam kategori jarak intim



a. Pengamatan (Observasi) Pengamatan



Rancangan interior pada Sushi Go! PIK



yaitu 40 cm dari kursi ke kursi.



(observasi)



adalah



salah satu metode pengumpulan data yang



dilakukan



peneliti



dengan



meninjau langsung di lokasi penelitian, mengamati lapangan.



langsung



kegiatan



di Gambar 3.1 Jarak Personal Space Sushi Go! PIK Avenue (Dokumen Pribadi, 2019)



Aspek Psikologis Kepadatan Rancangan interior pada Sushi Go! PIK Avenue



berdasarkan



aspek



psikologis



kepadatan berbeda antara weekday dengan weekend. Pada weekday restoran tidak terlalu ramai sehingga pengunjung lebih leluasa saat menggunakan fasilitas restoran. Sedangkan



Gambar 3.3 Pencahayaan tray / sushi train Sushi Go! PIK Avenue



pada weekend tingkat kepadatan lebih tinggi.



(Dokumen Pribadi, 2019)



Elemen Arsitektur Warna Warna



pada



Sushi-Go



didominasi



dengan warna kuning lemon (Yellow Lemon) mengikuti ciri khas daripada logo Sushi-Go itu Gambar 3.2 Kepadatan Sushi Go! PIK Avenue pada weekday



sendiri, sebagai warna pelengkap lainnya terdapat warna abu-abu dan warna Natural Oak Wood yang merupakan ciri khas gaya



(Dokumen Pribadi, 2019)



daripada Jepang itu sendiri.



Aspek Psikologis Privasi Privasi antar individu kurang baik dikarenakan jarak yang cukup dekat satu sama lain.



Gambar 3.4 Penggunaan warna kuning lemon dan



Elemen Arsitektur Pencahayaan Penerangan pada area makan ± 150 lux, dengan menggunakan pencahayaan dominan berwarna dengan



Warm jarak



White



(Sekitar



pemasangan



antar



abu - abu pada restoran Sushi Go! PIK Avenue (Dokumen Pribadi, 2019)



3000K) lampu



downlight (diameter 10 cm) dan sekitar 60 cm



Gambar 3.5 Penggunaan warna natural oak wood



antar lampu ke lampu. Kemudian, sebagai



pada restoran Sushi Go! PIK Avenue



Accent Lighting terdapat lampu LED Strip



(Dokumen Pribadi, 2019)



10W/m terletak pada bagian bawah Tray / Sushi Train dan di diffuse dengan Diffuser LED berbahan acrylic berwarna putih.



Elemen Arsitektur Lantai Material pada lantai seragam, secara keseluruhan menggunakan material berbahan



keramik berwarna abu-abu, disusun dengan



penggunaan AC Central di dalam ruangan.



motif brick horizontal, ashlar vertical.



Sedangkan pada siang hari, suhu didalam ruang sekitar 26 - 28 C karena terkena paparan sinar matahari dari luar, melalui kaca. Elemen Arsitektur Furnitur dan Penataan Furniture



Gambar 3.6 Lantai restoran Sushi Go! PIK Avenue (Dokumen Pribadi, 2019)



Material pada plafond menggunakan Gypsum



dengan



didominasi material kayu dengan finishing HPL berwarna oak (built-in table). Karena letaknya



Elemen Arsitektur Plafond material



Penggunaan Furniture didalam ruang



finishing



cat



berwarna abu - abu sebagai warna utamanya.



ada pada mall terbuka, disaat Weekdays tingkat kebisingan cenderung lebih rendah dibanding akhir pekan (Weekend), karena di dalam



Sushi-Go



sendiri



tidak



terdapat



peredam suara, baik antara dapur dengan ruang makan, maupun ruang makan dengan keseluruhan mall, sehingga aktivitas di dalam Gambar 3.7 Plafond restoran Sushi Go! PIK Avenue



dapur cenderung menjadi bising pada area



(Dokumen Pribadi, 2019)



makan, di area makan bising terdapat pada



Elemen Arsitektur Dinding Ruang



pada



Sushi-Go



aktivitas. cenderung



terbuka, tidak memiliki pembatas antar ruang. Pemisah area makan dengan dapur dipisahkan oleh partisi kaca Sun Blast. Gambar 3.9 Furnitur kursi restoran Sushi Go! PIK Avenue (Dokumen Pribadi, 2019)



Gambar 3.8 Plafond restoran Sushi Go! PIK Avenue (Dokumen Pribadi, 2019)



Elemen Arsitektur Temperatur Suhu didalam ruang terdapat sekitar 24 C pada malam hari, didukung karena adanya



ruang makan dengan keseluruhan mall, sehingga aktivitas di dalam dapur cenderung menjadi bising pada area makan, di area makan bising terdapat pada aktivitas. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan Gambar 3.10 Furnitur meja makan restoran Sushi Go! PIK Avenue



beberapa



pengunjung



dan



mendapatkan informasi berupa apa saja yang dilakukan di restoran Sushi Go! PIK Avenue?



(Dokumen Pribadi, 2019)



Lalu peneliti juga bertanya tentang aspek aspek



psikologis



seperti



apakah



sudah



mendapatkan ruang pribadi dan privasi, apa yang dirasakan saat makan apakah terasa padat? Selain aspek – aspek psikologis kami Gambar 3.11 Furnitur restoran Sushi Go! PIK



juga menanyakan elemen – elemen arsitektur



Avenue



yang mendukung rancangan interior Sushi Go!



(Dokumen Pribadi, 2019)



PIK Avenue seperti pencahayaan, warna, lantai,



plafond,



furniture



dinding,



dan penataan



temperature,



furniture, serta



akustik. Berikut



jawaban



dari



beberapa



pertanyakan yang peneliti utarakan kepada Gambar 3.12 Sushi train restoran Sushi Go! PIK



pengunjung restoran: Aktivitas yang dilakukan



Avenue



pada restoran tersebut adalah untuk makan



(Dokumen Pribadi, 2019)



dan



Elemen Arsitektur Akustik Karena



letaknya



ada



pada



mall



terbuka, disaat Weekdays tingkat kebisingan cenderung lebih rendah dibanding akhir pekan (Weekend), karena di dalam Sushi-Go sendiri tidak terdapat peredam suara, baik antara dapur dengan ruang makan, maupun



minum



narasumber



saja.



Menurut



yang



peneliti



salah



satu



wawancara



mengatakan bahwa secara keseluruhan sudah cukup baik, tetapi hal mengenai aspek psikologis yaitu personal space dikatakan bahwa masih kurang baik karena jarak antar kursi tidak cukup luas khususnya pada hari weekend yang pastinya akan ramai sehingga



akan sedikit berdesak-desakan, selain itu



4. Penggunaan elemen arsitektur pada area



privasi yang ada masih kurang dikarenakan



makan ± 150 lux, dengan menggunakan



jarak antar individu yang cukup dekat.



pencahayaan dominan berwarna Warm



Menurut narasumber lainnya, pencahayaan



White (Sekitar 3000K) Kemudian, sebagai



dan penghawaan pada restoran Sushi Go!



Accent Lighting terdapat lampu LED Strip



sudah cukup memadai untuk melakukan



10W/m terletak pada bagian bawah Tray /



aktivitas



Sushi Train dan di diffuse dengan Diffuser



makan



dan



minum.



Tingkat



kebisingan pada restoran tersebut kurang baik dikarenakan



tidak



adanya



penggunaan



LED berbahan akrilik berwarna putih. 5. Elemen



arsitektur



warna



didominasi



material akustik pada dinding maupun plafon,



dengan warna kuning lemon (Yellow



sehingga suara bising dari luar restoran dapat



Lemon), sebagai warna pelengkap lainnya



menganggu aktivitas didalam restoran.



terdapat warna abu-abu dan warna Natural Oak Wood yang merupakan ciri



IV. SIMPULAN



khas gaya daripada Jepang itu sendiri.



IV.1 Kesimpulan Berdasarkan disampaikan



dapat



hasil



penelitian



disimpulkan



yang



sebagai



berikut: 1. Aspek psikologis personal space pada rancangan interior Sushi Go! PIK Avenue masuk ke dalam kategori jarak intim yaitu 40 cm dari kursi ke kursi. 2. Aspek Psikologis Kepadatan rancangan interior pada Sushi Go! PIK Avenue berbeda antara weekday dengan weekend. Pada weekday restoran terasa lebih luas dan bebas daripada weekend. 3. Aspek psikologis privasi pada rancangan interior Sushi Go! PIK Avenue antar individu kurang baik dikarenakan jarak yang cukup dekat satu sama lain.



6. Penggunaan elemen arsitektur lantai pada rancangan interior Sushi Go! PIK Avenue seragam,



secara



keseluruhan



menggunakan material berbahan keramik berwarna abu-abu, disusun dengan motif brick horizontal, ashlar vertical. 7. Elemen arsitektur plafond pada rancangan interior



Sushi



Go!



PIK



Avenue



menggunakan material Gypsum dengan finishing cat berwarna abu - abu sebagai warna utamanya. 8. Elemen arsitektur dinding pada rancangan interior Sushi Go! PIK Avenue cenderung terbuka, tidak memiliki pembatas antar ruang. Pemisah area makan dengan dapur dipisahkan oleh partisi kaca Sun Blast. 9. Elemen Arsitektur Temperatur didalam ruang terdapat sekitar 24 oC pada malam



hari, didukung karena adanya penggunaan



makan, di area makan bising terdapat



AC Central di dalam ruangan. Sedangkan



pada aktivitas.



pada siang hari, suhu didalam ruang



Berikut hasil wawancara langsung dengan



sekitar 26 - 28 oC karena terkena paparan



beberapa



sinar matahari dari luar, melalui kaca.



mendapatkan informasi berupa:



pengunjung,



peneliti



10. Penggunaan elemen arsitektur furnitur



 Aktivitas yang dilakukan pada restoran



dan penataan furniture didalam ruang



tersebut adalah untuk makan dan



didominasi material kayu dengan finishing



minum saja.



HPL berwarna oak (built-in table). Karena



 Secara keseluruhan sudah cukup baik,



letaknya ada pada mall terbuka, disaat



tetapi hal mengenai aspek psikologis



Weekdays tingkat kebisingan cenderung



yaitu personal space dikatakan bahwa



lebih rendah dibanding akhir pekan



masih kurang baik karena jarak antar



(Weekend), karena di dalam Sushi-Go



kursi tidak cukup luas khususnya pada



sendiri tidak terdapat peredam suara, baik



hari weekend yang pastinya akan ramai



antara



sehingga



dapur



dengan



ruang



makan,



akan



sedikit



berdesak-



maupun ruang makan dengan keseluruhan



desakan, selain itu privasi yang ada



mall, sehingga aktivitas di dalam dapur



masih kurang dikarenakan jarak antar



cenderung menjadi bising pada area



individu yang cukup dekat.



makan, di area makan bising terdapat



 Pencahayaan dan penghawaan pada



pada aktivitas.



restoran



Sushi



Go!



sudah



cukup



11. Elemen arsitektur akustik pada rancangan



memadai untuk melakukan aktivitas



interior Sushi Go! PIK Avenue, karena



makan dan minum. Tingkat kebisingan



letaknya ada pada mal terbuka, disaat



pada restoran tersebut kurang baik



weekdays tingkat kebisingan cenderung



dikarenakan tidak adanya penggunaan



lebih rendah dibanding akhir pekan



material akustik pada dinding maupun



(weekend), karena di dalam Sushi-Go



plafon, sehingga suara bising dari luar



sendiri tidak terdapat peredam suara, baik



restoran dapat menganggu aktivitas



antara



didalam restoran.



dapur



dengan



ruang



makan,



maupun ruang makan dengan keseluruhan



IV. 2 Saran



mal, sehingga aktivitas di dalam dapur cenderung menjadi bising pada area



Untuk pengembangan lebih lanjut maka



penulis



memberikan



saran



yang



mungkin dapat bermanfaat bagi Sushi Go,



yaitu sebaiknya adanya penggunaan material



evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk



kedap suara sehingga aktivitas dalam restoran



kedepannya.



tidak terganggu oleh bisingnya suara dari luar restoran.



DAFTAR PUSTAKA Bell, Paul A. 1996. at al. Environmental



V. UCAPAN TERIMA KASIH



Psychology. 4th. Edition. Fort Worth: Harcout Brae College Publishers.



Puji syukur kepada tuhan yme atas



Lawson, Fred. 1994. Restaurant, Clubs and



segala rahmat-nya sehingga laporan penelitian



Bars – second Edition. (Planning,



“Sushi Go!” Mal pik avenue dapat tersusun



Design and Investment for Food



hingga



selesai.



mengucapkan



Tidak



lupa



banyak



kami



juga



Service



terimakasih



atas



Architectural Press.



Facilities).



London:



The



bantuan dari pihak yang telah berkontribusi



Mangunwijaya, Y. B. 1980. Pasal pasal



dengan memberikan sumbangan baik materi



Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta:



maupun pendapat pribadi.



PT. Gramedia Pustaka Utama.



Adapun maksud dan tujuan kami menyusun



laporan



memenuhi



tugas



penelitian mata



ini



kuliah



untuk



psikologi



interior. Kami juga berterima kasih kepada ibu harsiti selaku pembimbing dan dosen utama pada mata kuliah ini yang telah membantu dan memberi evaluasi. Harapan kami adalah laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kami



menyadari



masih



banyak



kekurangan yang terjadi dalam laporan ini yang



dikarenakan



oleh



keterbatasan



pengetahuan maupun pengalaman kami, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada berbagai pihak untuk kami jadikan sebagai bahan



Prabowo,



Hendro.



Lingkungan. Depok:



(1998). Psikologi Universitas



Gunadarma. Sri. 2003. Pengantar Akomodasi dan Restoran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.