Analisis Pendahuluan Kimia Analitik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERCOBAAN 01 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR ANALISIS PENDAHULUAN



OLEH: KELOMPOK 3 Fella Yusmia Nida



(180331616073)



Murniati Lawah



(180331616056)



Wahyu Ade Dwi A



(180331616010)



JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEPTEMBER 2019



1.1. Tujuan Praktikum a. Melakukan analisis kualitatif pendahuluan secara sifat organoleptik terhadap sampel yang mengandung senyawa organik. b. Menganalisis data yang diperoleh untuk menentukan sifat fisika kelarutan sampel dan uji nyala/uji mutu. 1.2. Dasar Teori Analisis dalam bidang kimia analitik dibagi menjadi dua yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis adalah suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat atau komponen-komponen dari sampel yang dianalisis. Tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis yang menggunakan indera manusia sebagai alat utamanya. Pengamatan secara organoleptik merupakan langkah awal dalam analisis pendahuluan yang meliputi: a) Bentuk dan Warna Zat Diamati bentuk dan wujud zat, dilihat zat berada dalam bentuk larutan atau padat. Diamati warna zat karena beberapa ion dalam larutan akan memberikan warna yang khas. b) Bau Zat Bau sering memberi petunjuk yang benar. Misalnya bau amonia menunjukkan suatu sampel mengandung garam – garam NH 4+. Cara membau yang tepat adalah dengan dikipas – kipaskan ke hidung tidak dibau secara langsung karena bisa jadi zat yang dianalisis adalah zat yang berbahaya. c) Sifat Higroskopis atau tidak Beberapa garam-garam seperti CaCl2, MgCl2, dan FeCl3 bersifat higroskopis. Sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering yakni tanpa melarutkan. Seperti dalam pemanasan, suatu zat ditaruh dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola) yang dibuat dari pipa kaca lunak dan dipanasi dalam sebuah nyala bunsen. Dapat terjadi sublimasi, atau pelelehan atau penguraian yang disertai perubahan warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang dapat dikenali dari sifat-sifat khas tertentu. Tahap selanjutnya adalah uji kelarutan. Uji kelarutan merupakan uji analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel dapat larut pada suatu pelarut tertentu. Uji kelarutan pada percobaan ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat kimia larut dalam air atau tidak, dimana jika



terdapat zat yang tidak dapat larut dalam air, maka dapat dilarutkan dengan mengubah keadaan atau dengan pelarut lain. Jika suatu zat sukar larut, maka: 1. Zat tersebut bukan garam-garam dari unsur Na, K, atau NH4. 2. Zat tersebut bukan garam-garam dari persenyawaan Nitrat, kecuali Sb, Bi, Stano, dan Merkuro dimana unsur tersebut sebagian terhidrolisis oleh air. 3. Zat tersebut merupakan logam atau oksida logam, kecuali oksida dari Na, K, Ba, Sr, dan Ca. Dimana, faktor yang memengaruhi kelarutan adalah: 1. Sifat pelarut dan terlarut Terlarut yang polar akan larut dalam pelarut polar, sedangkan terlarut nonpolar akan larut pada pelarut nonpolar juga. 2. Kelarutan Zat yang dapat larut dalam air, diantaranya: a. Semua garam klorida, kecuali AgCl, PbCl2, dan Hg2Cl2. b. Semua garam nitrat, kecuali nitart basa. c. Semua garam sulfat, kecuali BaSO4, PbSO4, dan CaSO4. Zat yang tidak dapat larut di dalam air, diantaranya: a. Semua garam karbonat, kecuali K2CO3 dan Na2CO3. b. Semua oksida dan hidroksida, kecuali KOH, NaOH, BaO, dan Ba(OH)2. c. Semua garam fosfat, kecuali K3PO4 dan Na3PO3. 3. Temperatur Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan atau disebut endoterm. Namun, ada beberapa zat padat yang tidak dapat larut dalam suhu tinggi karena bersifat eksoterm (pada proses kelarutannya menghasilkan panas). 4. Ukuran partikel Semakin halus dan kecil ukuran partikel, semakin luas permukaan terlarut yang berkontak dengan pelarut, sehingga terlarut mudah larut. Uji terhadap ion amonium dilakukan dengan sedikit zat yang dicampur dengan air, hasilnya dapat diamati dengan kertas lakmus. Larutan yang bersifat asam akan mengubah warna lakmus biru menjadi merah. Dan larutan yang bersifat basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru. Uji nyala merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengetahui warna nyala dari suatu senyawa melalui pembakaran kawat dengan suatu alat yang disebut Bunsen. Untuk melakukan uji nyala, digunakan nyala Bunsen bagian dasar yaitu zona api pada tempertur terendah yang dapat dimanfaatkan untuk menguji senyawa zat-zat atsiri untuk mengetahui apakah suatu senyawa memberikan warna tertentu pada nyala Bunsen.



Senyawa logam-logam tertentu yang dipanaskan pada Bunsen dapat memberikan beberapa karakteristik warna nyala. Klorida merupakan senyawa yang sangat mudah menguap dengan mencampurnya dengan sedikit asam klorida (HCl) pekat sebelum melakukan uji nyala. Misalnya, Natrium yang memberikan warna nyala kuning-keemasan, Kalium yang memberi warna nyala ungu, dan Barium yang memberi warna nyala kuning-kehijauan. 1.3. Alat dan Bahan Alat: tabung reaksi, rak, gelas arloji, gelas kimia, pipet tetes, mikroskop, pengaduk gelas, cawan penguapan, spatula, lampu spiritus, kaki tiga dan kassa, kertas lakmus merah dan biru, kertas saring. Bahan: AgNO3 (Perak Nitrat), Pb(NO3)2 (Timbal (II) Nitrat), CuSO4.5H2O (Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat), Cd(NO3)2 (Kadmium Nitrat), FeCl3 (Besi (III) Klorida), Cr(NO3)2 (Kromium (III) Nitrat), CoCl3.6H2O (Kobalt (II) Klorida Heksahidrat), NiSO4.xH2O (Nikel (II) Sulfat), Ba(NO3)2 (Barium Nitrat), NH4(NO3)2 (Amonium Nitrat), KCl (Kalium Klorida), KNO 3 (Kalium Nitrat), NaCl (Natrium Klorida), Fe(NO3)3.9H2O (Besi (III) Nitrat Nonahidrat). 1.4. Langkah Kerja 1) Uji Organoleptis



Bahan/sampel/garam yang telah disediakan Diamati warna dari tiap garam yang tersedia (bahan tetap dalam wadahnya Dicatat dalam data pengamatan Diamati bentuk beberapa garam dengan menggunakan mata telanjang dan mikroskop Diambil dalam jumlah secukupnya (sepucuk spatula) Ditempatkan pada gelas arloji Dilakukan pengamatan bentuk dengan mata telanjang Dibandingkan dengan menggunakan mikroskop untuk beberapa senyawa (garam dari perak, tembaga, kadmium, besi(III), kromium, kobat, dan nikel). Hasil



2) Uji Pemanasan



Garam CuSO4.5H2O, CoCl2. 6H2O, NiSO4.xH2O Ditempatkan sepucuk kecil sendok CuSO4.5H2O dalam cawan penguapan



spatula



garam



Dilakukan pemanasan Diamati warna sebelum dan sesudah pemanasan Diulangi prosedur tersebut untuk masing-masing garam CoCl2. 6H2O, NiSO4.xH2O Dicatat data pengamatan Hasil



3) Uji Kelarutan



Bahan/sampel/garam yang telah disediakan Diambil sedikit garam (seujung sendok spatula) Dimasukkan kedalam tabung reaksi Dilakukan uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang sesuai, dengan urutan pelarut: air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja dengan keadaan dingin terlebih dahulu kemudian jika tidak larut dilanjutkan dengan kondisi panas (+ 3 mL) kemudian dikocok Dihentikan pelarutan jika sampel sudah dapat larut Dicatat data pengamatan Diulangi langkah diatas untuk garam lainnya Hasil



4) Uji terhadap Ion Amonium



Bahan/sampel/garam yang telah disediakan Diambil sedikit garam (seujung sendok spatula) Dimasukkan kedalam tabung reaksi Dilakukan uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang sesuai, dengan urutan pelarut: air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja dengan keadaan dingin terlebih dahulu kemudian jika tidak larut dilanjutkan dengan kondisi panas (+ 3 mL) kemudian dikocok Dihentikan pelarutan jika sampel sudah dapat larut Dicatat data pengamatan Diulangi langkah diatas untuk garam lainnya Hasil 5) Uji Nyala Kawat Pt Dicelupkan kawat Pt kedalam HCl Dicelupkan lagi pada sampel Dipanaskan pada nyala bunsen atau lampu spiritus (warna nyala lampu spiritus yang digunakan harus yang biru Diamatu warna nyala yang terjadi Hasil 1.5. Data Pengamatan 1) Uji Organoleptis a.



No. 1 2 3



4



5



Sampel AgNO3( Perak Nitrat ) KCl (Kalium Klorida) Pb(NO3)2 (Timbal (II) Nitrat) CuSO4. 5 H2O ( Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) Cd(NO3)2(Kadmium



6



Nitrat) NaCl (Natrium Klorida)



7



FeCl3 (Besi (III) Klorida)



8 9 10 11 12 13



Cr(NO3)2(Kromium (III) Nitrat) CoCl2 . 6 H2O (Kobalt (II) Klorida Heksahidrat) NiSO4. x H2O (Nikel (II) Sulfat) Ba(NO3)2 (Barium Nitrat) KNO3 (Kalium Nitrat) NH4NO3(Amonium Nitrat)



Bentuk Kristal Kristal



Warna Putih Putih



Sifat Lain Tidak berbau Tidak berbau



Serbuk



Putih



Tidak berbau



Serbuk



Biru



Tidak berbau



Kristal



Tidak



Tidak berbau



Kristal



berwarna Putih



Kristal



Kuning



menyengat



Hijau



seperti karat Bau



kehitaman



menyengat



Kristal



Merah karmin



Tidak berbau



Kristal



Hijau



Serbuk



Putih



Tidak berbau



Serbuk



Putih Tidak



Tidak berbau



Kristal



Kristal



berwarna



Tidak berbau Bau



Berbau tidak menyengat



Tidak berbau



b. No. 1 2 3 4 5



Sampel Ba(NO3)2 (Barium Nitrat) CuSO4. 5 H2O ( Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) Cd(NO3)2 (Kadmium Nitrat) Fe(NO3)3 (Besi (III) Nitrat Nonahidrat) Cr(NO3)2 (Kromium (III)



Bentuk Mata Telanjang Serbuk, putih Serbuk, biru Kristal, tidak berwarna



Mikroskop Kristal, putih Kristal, biru Kristal, tidak



Kristal, kuning



berwarna Kristal, kuning



keemasan Cair, biru kehitaman



keemasan Kristal, ungu



6 7



Nitrat) CoCl2 . 6 H2O (Kobalt (II) Klorida Heksahidrat) NiSO4. x H2O (Nikel (II) Sulfat)



Kristal, merah



Serbuk, merah karmin



karmin



Kristal, hijau



Kristal, hijau



2) Uji Pemanasan Warna No. 1 2 3



Sampel CuSO4. 5 H2O ( Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) CoCl2 . 6 H2O (Kobalt (II) Klorida Heksahidrat) NiSO4. x H2O (Nikel (II) Sulfat)



Sebelum



Setelah



Pemanasan



Pemanasan



Biru



Putih



Merah Karmin



Biru



Hijau



Putih



3) Uji Kelarutan No.



Sampel



1 2 3



KNO3 NaCl Pb(NO3)2 CuSO4.5



4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



H2O Cd(NO3)2 Bi(NO3)3 FeCl3 Cr(NO3)2 CoCl2 . 6 H2O NiSO4. x H2O Ba(NO3)2 Ca(NO3)2 NH4NO3



Air



Berbagai Jenis Pelarut Anorganik Air HCl HCl HNO3 HNO3 Air



Dingin Panas Encer Pekat Encer √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



Pekat



Raja



NH4 OH



4) Uji terhadap Ion Amonium No. 1



Sampel



Kertas Lakmus Merah Biru



NH4NO3 (Amonium



2



Nitrat) CuSO4.5H2O



Biru



Biru



Merah



Biru



5) Uji Nyala No. 1 2 3



Sampel KCl NaCl Ba(NO3)2



Warna Nyala Ungu Kuning keemasan Kuning kehijauan



1.6. Pembahasan/Analisis Data a) Uji Organolepsis Kegiatan pertama dalam percobaan analisis kualitatif adalah dengan uji organoleptis yaitu dengan menggunakan panca indera sebagai alat utama dengan mengamati bentuk, warna, serta bau dari sampel yang akan diuji. Pengamatan bentuk serta warna dilakukan dengan dua tahapan, yaitu dengan pengamatan mata telanjang dan pengamatan menggunakan mikroskop. Garam atau sampel uji serta hasil pengamatan oleh mata telanjang adalah: a.



AgNO3 (Perak Nitrat) berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau.



b.



Pb(NO3)2 (Timbal (II) Nitrat) berbentuk serbuk berwarna putih, tidak berbau.



c.



CuSO4.5H2O (Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) berbentuk serbuk berwarna biru, higroskopis dan tidak berbau.



d.



Cd(NO3)2 (Kadmium Nitrat) berbentuk kristal tidak berwarna, tidak berbau.



e.



FeCl3 (Besi (III) Klorida) berbentuk kristal berwarna kuning, dan bebbau menyengat seperti bau karat.



f.



Cr(NO3)2 (Kromium (III) Nitrat) berbentuk kristal berwarna hijau kehitaman dan berbau menyengat.



g.



CoCl3.6H2O (Kobalt (II) Klorida Heksahidrat) berbentuk kristal berwarna merah karmin, higroskopis dan tidak berbau.



h.



NiSO4.xH2O (Nikel (II) Sulfat) berbentuk kristal berwarna hijau, dan berbau tidak menyengat.



i.



Ba(NO3)2 (Barium Nitrat) berbentuk serbuk berwarna putih, tidak berbau.



j.



NH4(NO3)2 (Amonium Nitrat) berbentuk kristal tidak berwarna dan tidak berbau.



k.



KCl (Kalium Klorida) berbentuk Kristal berwarna putih, tidak berbau.



l.



KNO3 (Kalium Nitrat) berbentuk sebuk berwarna putih, tidak berbau.



m. NaCl (Natrium Klorida) berbentuk Kristal berwarna putih, tidak berbau. Pengamatan menggunakan mikroskop dilakukan dengan mengambil sedikit sekali sampel dan ditempatkan pada kaca preparat selajutnya diletakkan di bawah mikroskop dan diamati. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut: a.



CuSO4.5H2O (Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat) berbentuk kristal berwarna biru.



b.



Cd(NO3)2 (Kadmium Nitrat) berbentuk kristal tidak berwarna.



c.



Fe(NO3)3.9H2O (Besi (III) Nitrat Nonahidrat) berbentuk kristal berwarna kuning keemasan.



d.



Cr(NO3)2 (Kromium (III) Nitrat) berbentuk kristal berwarna ungu.



e.



CoCl3.6H2O (Kobalt (II) Klorida Heksahidrat) berbentuk kristal berwarna merah karmin.



f.



NiSO4.xH2O (Nikel (II) Sulfat) berbentuk kristal berwarna hijau.



g.



Ba(NO3)2 (Barium Nitrat) berbentuk kristal berwarna putih. Pengamatan secara mata telanjang maupun menggunakan mikroskop



pada dasarnya adaah sama, yang membedakan ialah dengan melakukan pengamatan menggunakan mikroskop hasil yang diperoleh lebih akurat karena sampel akan tampak lebih jelas dari segi warna dan bentuknya. b) Uji Pemanasan Dalam uji pemanasan dilakukan pemanasan tiga senyawa garam terhidrat yaitu CuSO4.5H2O, CoCl2.6H2O, dan



NiSO4.xH2O. Garam terhidrat



memiliki warna khas sebelum dilakukan uji pemanasan. Pada saat dipanaskan, molekul air pada garam hidrat tersebut akan lepas sebab sebenarnya molekul air pada senyawa garam hidrat tidak terikat secara kimia tetapi hanya terikat secara fisika. Molekul air hanya mengisi kisikisi pada senyawa garam tersebut. Garam hidrat akan mengalami perubahan warna setelah dilakukan pemanasan. Secara teoritis zat kimia yang dipanaskan akan mengalami peruraian yang menyebabkan terjadinya perubahan warna. a. Pada percobaan pemanasan CuSO4.5H2O dengan rekasi : CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s)+ 5H2O(g) Garam yang semula berwarna biru setelah pemanasan berubah warna b.



menjadi putih. Pada percobaan pemanasan CoCl2.6H2O dengan reaksi : CoCl2.6H2O(s) CoCl2(s)+ 6H2O(g) Garam yang semula berwarna merah karmin setelah pemanasan



c.



berubah warna menjadi biru. Pada percobaan pemanasan NiSO4.xH2O dengan reaksi : NiSO4.xH2O(s) NiSO4(s) + xH2O(g) Garam yang semula berwarna hijau setelah pemanasan berubah warna menjadi putih. Perubahan warna tersebut menunjukkan garam tersebut terurai



menghasilkan molekul- molekul penyusunnya. Pemanasan garam tersebut mengakibatkan lepasnya molekul air yang terkandung dalam garam hidrat sehingga menjadi garam anhidrat. Reaksi pemanasan tersebut



berlangsung



bolak-balik.



Dengan



pemanasan tersebut molekul air akan terlepas. Namun, jika dibiarkan di udara terbuka maka akan menyerap molekul air dari udara sampai molekul air terikat sempurna dan membentuk senyawa hidrat kembali. Garamgaram tersebut garam tersebut dapat menyerap molekul air di udara karena bersifat higroskopis.



c) Uji Kelarutan



Kelarutan atau solubilitas dalam kuantitatif merupakan konsentrasi zat terlarut (solute) dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif merupakan interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekuler homogen. Uji kelarutan pada analisis pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu senyawa kimia larut dalam pelarut air atau tidak. Digunakannya air sebagai pelarut utama karena air memiliki tetapan dielektrik yang tinggi, rentangan suhu fasa cair yang lebar, stabil, dan dapat melarutkan berbagai senyawa kimia. Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. (Martin, 1993). Zat pelarut harus bersifat polar, karena harus bersaing untuk mendapatkan tempat dalam struktur pelarut apabila ikatan dalam molekul pelarut tersebut telah berasosiasi. Pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Sedangkan, pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut ini juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik (tidak menerima dan tidak memberi proton/netral) dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Dalam percobaaan ini, sampel yang diamati dan pelarut yang dapat melarutkan sampel-sampel tersebut adalah: Pb(NO3)2 larut dalam air dingin Cd(NO3)2 larut dalam air dingin Bi(NO3)3 larut dalam air dingin Cr(NO3)2 larut dalam air dingin Ba(NO3)2 larut dalam air dingin Ca(NO3)2 larut dalam air dingin NH4NO3 larut dalam air dingin



KNO3 larut dalam air dingin Percobaan ini sesuai dengan syarat kelarutan garam nitrat dalam air. CuSO4.5H2O larut dalam air dingin NiSO4.xH2O larut dalam air dingin Percobaan ini sesuai dengan syarat kelarutan garam sulfat dalam air. FeCl3 larut dalam air dingin CoCl2.6H2O larut dalam air dingin NaCl larut dalam air dingin Percobaan ini sesuai dengan syarat kelarutan garam dalam air. Hal ini membuktikan bahwa sampel yang dilarutkan dalam air di atas merupakan sampel yang memenuhi persyaratan sebagai terlarut polar yang dapat larut dalam pelarut polar yaitu air dan dalam suhu dingin atau tanpa kenaikan temperatur. Ukuran partikel yang kecil dan penggunaan zat kimia yang sangat sedikit memudahkan pelarutan sampel dalam air dingin, sehingga apabila dilakukan pengocokan akan menjadi larutan yang homogen. d) Uji terhadap Ion Amonium Uji terhadap ion amonium bertujuan untuk mengetahui adanya ion amonium dalam sampel. Dalam percobaan ini digunakan dua sampel, yaitu NH4NO3 dan CuSO4.5H2O. Penggunaan dua sampel tersebut agar praktikan mengetahui sampel yang melepas gas amonium dengan menggunakan kertas lakmus. Sampel tersebut sebelum pemanasan ditambahkan larutan NaOH. Pada percobaan garam NH4NO3 dan NaOHdengan persamaan reaksi : NH4NO3(aq)+ NaOH(aq)



NaNO3(aq) + NH3(g) + H2O(l)



Setelah pemanasan campuran larutan tersebut terbukti mengandung gas amonia. Hal ini dibuktikan dengan berubahnya warna kertas lakmus merah menjadi biru dan kertas lakmus biru tidak berubah. Sedangkan untuk sampel garam CuSO4.5H2O setelah dicampur dengan larutan NaOH kemudian dipanaskan menunjukkan bahwa sampel ini tidak melepas gas amonia. Hal ini dibuktikan dengan tidak berubahnya kertas lakmus merah ataupun biru. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :



CuSO4.5H2O(s) + 2NaOH(aq)



Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) + 5H2O(g)



Dari persamaan reaksi tersebut gas yang dilepas adalah uap air. Dimana uap air bersifat netral sehingga tidak merubah kertas lakmus merah atau biru. e) Uji Nyala Uji nyala adalah suatu proses pembakaran dengan menggunakan kawat Pt yang dipanaskan pada Bunsen untuk mengetahui warna nyala pada suatu sampel senyawa yang diamati. Bunsen yang digunakan merupakan Bunsen tak-terang yang terdiri dari tiga bagian: (i) kerucut biru dalam, ADB yang terdiri sebagian besar dari gas yang tidak terbakar; (ii) ujung terang, D hanya tampak saat lubang udara sedikit ditutup; dan (iii) selubung luar, ACBD dimana terjadinya pembakaran sempurna.



Dalam proses uji nyala, bagian api yang digunakan untuk pembakaran kawat adalah zona a yaitu api yang berwarna biru, karena zona a merupakan zona yang mempunyai temperatur terendah pada dasar nyala Bunsen dan digunakan untuk mengetahui apakah suatu sampel yang diuji memiliki



karakteristik



nyala



tertentu.



Pada



percobaan



analisis



pendahuluan, sampel yang digunakan untuk uji nyala adalah KCl, NaCl, dan Ba(NO3)2. Sebelum melakukan uji nyala sesuai prosedur percobaan, kawat Pt yang akan digunakan untuk mencelupkan pada sampel harus lebih dahulu dicelupkan pada HCl pekat. Hal ini dikarenakan HCl dapat melarutkan pengotor atau zat pengganggu yang mungkin menempel pada kawat, sehingga pengotor tersebut akan mudah menguap. Selain itu, pada pembakaran HCl tidak memeberikan warna, sehingga tidak memengaruhi warna nyala sampel yang akan diamati. HCl juga membuat sampel



menjadi kental, sehingga mudah menempel pada kawat (Afifah Sjahbandi: 2013). Pada percobaan, hasil pengamatan yang diperoleh diantaranya adalah KCl yang memberikan warna nyala ungu, NaCl memerikan warna nyala kuning, dan Ba(NO3)2 memberikan warna kuning-kehijauan.



Pada



dasarnya, apabila suatu senyawa kimia dipanaskan maka akan terurai menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas atau uap. Kemudian ataom-atom dan unsur logam tersebut mampu menyerap sejumlah energy tinggi (keadaan tereksitasi). Pada keadaan energy tinggi, atom logam tersebut sifatnya tidak stabil sehingga mudah kembali ke keadaan semula (berenergi rendah) dengan cara memancarkan energy yang diserapnya dalam bentuk cahaya. Besarnya energy yang diserap atau dipancarkan oleh setiap atom unsur logam bersifat khas. Hal ini ditunjukkan dari warna nyala atom logam yang mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Pada uji nyala, senyawa yang mengandung logam golongan A, B, dan transisi jika diuapkan dengan oksidasi, akan memberikan warna pada nyala tertentu. Golongan IA memiliki titik leleh terendah. Sifat ini karena atom-atom alkali hanya memiliki satu elektron terluar yang terlibat dalam ikatan logam, sehingga energi kohesi antar atom dalam kristal sangatlah kecil. Logam logam alkali akan memperlihatkan warna spektrum emisi yang khas jika dibakar pada nyala api Bunsen diantaranya Na berwarna kuning dan K berwarna ungu. Kalium adalah logam putih-perak yang lunak, tidak berubah dalam udara kering, namun cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru, menguraikan air dengan dahsyat sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala lembayung atau ungu. Oleh karena itu, KCl yang memiliki kation K+ memberikan warna nyala ungu saat dibakar. Natrium juga memiliki sifat yang hampir sama dengan Kalium yaitu mudah teroksidasi dalam udara lembab, namun natrium sebagai kation Na+, garam-garamnya membentuk larutan tidak berwarna. Nyala Bunsen yang tak-cemerlang akan diwarnai kuning kuat oleh uap garam natrium seperti pada hasil percobaan. Namun, pada kenyataannya nyala natrium



menutupi nyala unsur-unsur lainnya, misalnya kalium. Sehingga warna kuning yang ditimbulkan natrium akan tertutupi atau terserap dan warna lain yang akan terbentuk adalah kuning-kemerahan seperti darah. Pada percobaan terdapat kesalahan warna nyala natrium adalah kuning, karena kurangnya ketelitian dalam memahami prosedur bahwa warna nyala akan terlihat lebih jelas apabila dipandang menggunakan kaca kobalt rangkap. Logam-logam golongan IIA memiliki jari-jari yang lebih kecil daripada golongan IA, memiliki kerapatan serta energi ionisasi yang lebih tinggi. Hal ini karena logam-logam alkali memiliki dua elektron luar sehingga ikatan antar atom lebih kuat. Garam-garam alkali tanah jika dibakar pada nyala bunsen akan menimbulkan spektrum emisi antara lain Ba berwarna kuning-kehijauan 1.7. Kesimpulan Uji organoleptik lebih menekankan aspek indra manusia. Hasil pengamatan secara organoleptik dengan mata telanjang dan mikroskop sejatinya adalah sama. Yang membedakan pengamatan menggunakan mikroskop diperoleh hasil yang lebih akurat bila dibandingkan dengan mata telanjang. Uji pemanasan dilakukan untuk membuktikan adanya perubahan warna pada garam terhidrat sebelum dan sesudah pemanasan. Garam hidrat akan mengalami perubahan warna setelah dilakukan pemanasan. Berdasarkan percobaan uji kelarutan dapat disimpulkan bahwa percobaan pada Semua garam nitrat larut dalam air dingin, semua garam sulfat juga larut pada air dingin, kecuali untuk SrSO4, BaSO4, PbSO4, Hg2SO4, CaSO4, dan Ag2SO4, Semua garam klorida larut dalam air dingin. Sebagian besar garam yang mengandung anion Cl– biasanya akan larut dalam air kecuali AgCl, Hg2Cl2, dan PbCl2. Berdasarkan hasil percobaan uji terhadap ion amonium dapat disimpulkan bahwa pada sampel NH4NO3 terbukti mengandung amonium karena dihasilkan gas NH3 yang menyebabkan perubahan kertas lakmus merah menjadi biru. Sedangkan pada sampel CuSO4 tidak mengandung ion amonium karena tidak dihasilkannya gas NH3 yang bersifat basa. Berdasarkan hasil percobaan uji nyala dapat disimplkan bahwa hasil uji nyala pada KCl menghasilkan warna nyala yang sesuai dengan teori yaitu



berwarna ungu, pada NaCl menghasilkan warna nyala kuning dan tidak sesuai dengan teori yang seharusnya berwarna kuning kemerahan, dan pada Ba(NO3)2 menghasilkan warna nyala kuning kehijauan dan sesuai dengan teori. Adanya perbedaan hasil percobaan dengan teori ini disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikan dan tidak menggunakan kaca kobalt rangkap untuk melihat warna nyala api.



1.8. Daftar Rujukan Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Erlangga Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik Edisi Ketiga 1. Jakara: UI Press Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka Rizki, Eva (2012, Maret 21). Kelarutan (Farmasi Fisika). Dipetik September 2, 2019, dari slideshare: slideshare.net/EvaMuslimahFarmasi/bab-iikelarutan-12102649 Sjahbandi, Afifah (2013, Januari 4). Kimia Analitik. Dipetik September 2, 2019, dari slideshare: https://www.slideshare.net/AfifahSjahbandi/kimiaanalitik-i