Analisis Pengendalian Biaya Produksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI



Dosen Pembimbing Dr. Maimun Sholeh, M.S.I



Oleh



Desi Wahyuni



(18208011006)



Intan Ayu



(18208011006)



Syamsul khaidir



(18208011007)



PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada umumnya suatu perusahaan didirikan oleh para pemiliknya dengan tujuan untuk memperoleh laba yang maksimum, menjaga kelangsungan hidup, dan kesinambungan operasi perusahaan. sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh.1 Suatu perusahaan tentunya menginginkan suatu tingkat pertumbuhan yang baik, yang tercermin dalam pencapaian tingkat laba yang maksimal dan untuk bisa mencapai laba yang maksimal perusahaan mempunyai cara yang tepat dengan cara mengendalikan biaya – biaya untuk keperluan produksi sehingga dapat dicapai efisiensi. Hal ini kembali mengingatkan tentang penerapan prinsip ekonomi yaitu “pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya”. Manusia sebagai makhluk ekonomi khususnya perusahaan tentu memiliki motif ekonomi yang didorong oleh motivasi-motivasi tertentu agar perusahaan dapat berjalan secara continue. Ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat merealisasikan hal tersebut, beberapa diantaranya adalah penekanan biaya produksi, penggunaan tenaga kerja yang terampil, pemakaian bahan baku dan penolong secara efisien. Biaya merupakan pengorbanan yang harus dibuat dalam setiap transaksi pendapatan dan biaya diukur dengan pengeluaran-pengeluaran barang dan jasa yang dipertemukan dengan penghasilan untuk menentukan laba yang diperoleh dalam periode tertentu. Pengendalian biaya merupakan suatu tindakan dalam membandingkan antara anggaran biaya dengan realisasi biaya dan apabila terjadi penyimpangan harus dilakukan analisis untuk mengetahui apa penyebabnya dan kemudian dilakukan seperlunya, pengendalian biaya sendiri merupakan bagian dari akuntansi pertanggungjawaban. Dalam pengendalian biaya, manajemen berperan sebagai pengawas terhadap biaya yang terjadi dalam perusahaan. Dalam pengawasan terhadap biaya produksi, sistem akuntansi sangat penting bagi manajemen. Adapun mada makalah ini akan membahas mengenai biaya produksi, unsur-unsur biaya, harga pokok produksi, dan perhitungannya, pengendalian laba, dan penentuan laba. 1



Ricky W Griffin, Ronald J Ebert, Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.4



BAB II PEMBAHASAN



A. DEFINISI BIAYA PRODUKSI Biaya (cost) didefinisikan sebagai “suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat”.2 Pengertian biaya menurut Mulyadi adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.3 Adapun definisi biaya secara oprasional adalah beraneka ragam dan penggunaannya sesuai dengan tujuan yang kita inginkan, seperti biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), biaya utama (primer cost), biaya konversi (convertion cost), biaya tetap (fixed cost), biaya variable (variable cost), biaya produk (product cost), biaya periode (period cost), biaya aktual (actual cost), biaya yang dianggarkan (budgeted cost), biaya standar (standar cost), biaya bersama (joint cost), biaya tertanam (sunk cost). 4 Sedangkan pengertian biaya produksi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat.5 Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa dalam kegiatan produksi barang.6 Biaya produksi mempunyai pengertian yang lebih luas, dimana biaya dari input diartikan sebagai balas jasa dari input tersebut pada pemaikaian terbaiknya. Biaya ini tercermin dari biaya korbanan (opportunity cost). Biaya korbanan terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan dari kas perusahaan yang biasanya dicatat secara akuntansi untuk membeli input dari pemasok, untuk membayar listrik, untuk membayar bunga, membayar asuransi dan lain-lain. biaya implisit lebih sulit mengukurnya.biaya tersebut merupakan refleksi dari kenyataan bahwa suatu input dapat digunakan di tempat lain atau untuuk memproduksi output ditempat lain.7 Sebagai gambaran ukuran biaya dari tenaga kerja adalah biaya upahnya (biaya eksplisit), sedangkan ukuran biaya secara ekonomi adalah nilai marginal produt dari 2



Carter, Akuntansi Biaya, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 25



3 4



Kautsar Riza Salman, Akuntansi Biaya: Pendekatan Product Costing, (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 20 5 Sugiarto, Teddy Herlambang, Brastoro, Dkk., Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017), h. 248 6 Ciumag Anca, Ciumag Marin, “Analysis Of The Relationship Between Cost, Price And Profit In Lignite Extraction”, Munich Personal RePEc Archive (MPRA) Paper No. 30969, (2010): 1-8 7 Sugiarto, Teddy Herlambang, Brastoro, Dkk., Ekonomi Mikro..., h. 249



pekerja. Untuk ukuran biaya kapital adalah depresiasi, sedangkan secara ekonomi adalah opportunity cost (hal ini karena modal adalah barang langka).8 Berdasarkan definisi biaya diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. B. UNSUR-UNSUR



BIAYA,



HARGA



POKOK



PRODUKSI,



DAN



PERHITUNGANNYA Manajemen perusahaan yang profesional harus memilii data biaya yang akurat dan lengkap. Data tersebut akan digunakan sebagai alat analisis, pemerikasaan serta sebagai alat pengambilan keputusan. Data biaya historis akan digunakan untuk keperluan analisis serta peramalan (forecast) yang bertujuan sebagai acuan kinerja serta perbandingan. Sedangkan data sekarang digunakan untuk keperluan pemerikasaan, yang berarti bahwa inerja sekarang harus dibandingkan dengan kinerja telah disusun sebelumnya (budget) dan data sekrang juga diperlukan sebagai alat pengendalian. Data masa depan digunakan ntuk pengambilan keputusan, dimana data tersebut merupakan hasil ramalan (proyeksi) dari data historis dan data sekarang.9 Disamping itu, data biaya juga digunakan untuk: 1) Perencanaan laba melalui penganggaran10 2) Pengawasan biaya melalui akuntansi pertanggung jawaban 3) Prosedur melalui sistem 4) Menetapkan harga jual 5) Pembuatan keputusan melaui biaya relevan.11 Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.12 Biaya produksi ini disebut juga biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan.



8



Ibid...., h. 249 Arief Sugiono, Ishak The S.E , Akuntansi: Informasi dalam Mengambil Keputusan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2015), h. 18-19. 10 Justine T. Sirait, Anggaran Sebagai Alat Bantu Manajemen, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h.178 11 Arief Sugiono, Ishak The S.E , Akuntansi: Informasi dalam Mengambil Keputusan...., h. 18-19. 12 Bastian Bustami, Nurlela, Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan aplikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 78 9



1. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeuarkan untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Biya bahan baku juga dikenal dengan nama biaya bahan utama dan bisa ditelusuri kepada produknya.13 Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri.14 Misalnya biaya pembelian kayu, biaya pembelian tepung, dan biaya-biaya yang lain yang termasuk kedalam bahan baku. Kayu dalah bahan utama untuk kursi, lemari, atau yang lain. kayu dikelompokkan menjadi bahan baku dan bisa ditelusuri produknya. Pada perusahaan roti, yang menjadi bahan utama adalah tepung. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang telah mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Dinamakan biaya tenaga kerja langsung karena biaya tenaga kerja ini terlibat langsung dalam proses produksi.15 Contohnya, biaya tukang kayu untuk perusahaan mebel, dan biaya tukang jahit untuk proses konveksi. Pada setiap perusahaan tentu ada biaya yang dikeluarkan untuk keperluan buruh / tenaga kerja. Tenaga kerja, merupakan salah satu faktor produksi yang utama dan yang selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan tersebut sudah digunakan mesin-mesin.16 Mesin yang bekerja dalam perusahaan tentu saja perlu ditangani oleh tenaga manusia, meskipun mesin-mesin zaman sekarang sudah banyak yang bersifat otomatis. Tenaga Kerja yang bekerja di pabrik dikelompokkan menjadi dua yakni: tenaga kerja langsung dan, tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.17 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tetapi diluar bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.18 Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah:



13



Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS, (Yogyakarta:CV ANDI Offset, 2016), h. 367 14 Bastian Bustami, Nurlela, Akuntansi Biaya: Teori dan aplikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 335 15 Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi ..., h. 367 16 Blocher min, Cokins Lin, Cost Management, (Jakarta: Salemba Empat, 2015), h.105 17 Ibid., h.105 18 Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi ..., h. 368



a) Biaya Bahan Penolong Biaya bahan penolong, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan diuar bahan baku.19 Dinamakan bahan penolong karena biaya bahan ini bukan bahan utama dan sifatnya hanya sebagai pelengkap.20 Misalnya paku dan cat adalah merupakan bahan penolong untuk perusahaan mabel. Pada perusahaan roti maka susu akan menjadi bahan penolong. b) Biaya Reparasi Biaya reparasi dan pemeliharan berupa biaya suku cadang (sparepart) dan biaya bahan habis pakai (factory supplies) atau persediaan yang lain serta pembelian jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharanaan, bangunan pabrik, mesin-mesin, kendaraan peralatan laboratorium dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.21 c) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi tetapi tidak terlibat langsung dalam proses produksi, misalnya mandor.22 Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan. Berdasarkan biaya produksi tersebut secara tidak langsung menyebabkan terjadinya proses atau aliran biaya. Aliran biaya dimulai dari pembelian bahan baku, penyediaan tenaga kerja, dan biaya overhead. Ketiga elemen biaya tersebut akhirnya akan dilebur menjadi satu dalam proses produksi dan menjadi biaya produk jadi. Sehingga sebelum barang terjual diperlukan perhitungan harga pokok produksi. Harga pokok produk yang diproduksi/ harga pokok produksi (cost of goods manufactured) menurut Blocher dkk adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode berjalan.23 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Raiborn dan Kiney dalam bukunya Akuntansi Biaya, bahwa Total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam



19



Rudianto, Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Kepuusan Manajemen, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), h.18 20 Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi ..., h. 368 21 Wahyudi Kumorotomo, Erwan Agus Purwanto, Anggaran berbasis kinerja: konsep dan aplikasinya, (Yogyakarta: Diterbitkan oleh Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia, 2005), h.164 22 Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi ..., h. 368 23 Edward J Blocher et al, Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Strategik, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 90.



persediaan barang jadi selama satu periode.24 Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi.25 Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa didalam harga pokok produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mulai pada saat pengadaan bahan baku tersebut sampai dengan proses akhir produk, yang siap untuk digunakan atau dijual. Biaya-biaya yang dimaksud ini, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Selain itu dari definisi tersebut adalah dapat diketahui bahwa harga pokok produksi adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan proses produksi berdasarkan nilai ganti pada saat pertukaran. Manfaat harga pokok produksi adalah sebagai berikut;26 1.



Menentukan harga jual produksi Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan, disamping data biaya lain serta data non biaya.



2.



Memantau realisasi biaya produksi Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilakukan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut, oleh karena itu akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang dipertimbangkan sebelumnya.



3.



Menghitung laba atau rugi periode tertentu Manajemen memerlukan informasi biaya produki yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periodik, diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.



4.



Menetukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.



24



Cecily A Riborn dan Michael R Kiney, Akuntansi Biaya: Dasar dan Perkembangan Buku 1 edisi 7, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 56. 25 Don R Hansen dan Maryane M Mowen, Managerial Accounting: Akuntansi Manajerial, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 60. 26 Mulyadi, Akuntansi Manajerial, (Yogyakarta: Aditya Medika, 1999), h. 71.



Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggung jawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba. Didalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi, dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode. Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi. harga pokok produksi dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu dengan menggunakan metode full costing, variable costing, dan activity based costing.27 Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memasukan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu : 1) Full Costing Full Costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi. Yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, serta biaya overhead pabrik yang berperilaku tetap maupun variabel. 2) Variable Costing Variable Costing merupakan metode untuk menentukan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang berperilaku variabel saja. 3) Activity Based Costing Activity based costing pada dasarnya merupakan metode penentuan harga pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi cost produk secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. C. PENGENDALIAN BIAYA Pengendalian biaya berarti serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya. Pengendlian biaya adalah



27



Mulyadi, Sistem Akuntansi ..., h. 344.



salah satu faktor utama untuk keberhasilan usaha. Pengelolaan biaya produksi dan biaya overhead akan menetukan laba atau rugi.28 Pengendalian pada prinsipnya dapat memperhatikan suatu kegiatan dan selalu mengawasi aktivitas sehari-hari, maka pengendalian biaya harus merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota dari perusahaan itu. Baik dari pemegang saham, pihak managemen, staf kantor, para operator, dan karyawan tingkat bawah.29 Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya adalah proses atau usaha yang sistimatis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, system informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan menentukan dan mengatur penyimpangan-penyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien dalam penggunaan biaya. Untuk melakukan pengendalian biaya di dalam perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut, dan telah berkembang melalui lima tahapan30, yaitu: 1.



Pengendalian biaya dengan pengawasan fisik Dalam perusahaan kecil biasanya pimpinan sekaligus pemilik perusahaan, perencanaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan memiliki kemampuan yang memadai untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya.



2.



Pengendalian biaya dengan menggunakan catatan akuntansi historis Jika perusahaan berkembang, maka pimpinan perusahaan tidak lagi dapat mengamati secara fisik, tetapi memerlukan catatan historis untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya dari periode ke periode. Untuk tingkat perkembangan tertentu pimpinan perusahaan cukup melakukan



pernecanaan



dan pengendalian



dengan membandingkan catatan historis dari tahun ke tahun. 3.



Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran statis dan biaya standar Jika perusahaan semakin berkembang, pimpinan perusahaan tidak lagi menghadapi masalah bagaimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan apa yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya, tetapi bagaimana pelaksanaan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan yang seharusnya dilaksanakan pada tahun tersebut. Pada tingkat perkembangan ini, 28



Albertus Ong, Menguasai MYOB Accounting Plus Powerful, Flexible, Multi-user, Multy-currency Accounting Software, (Jakarta: Alex Media Komputindo, 2015), h. 2 29 Firdaus A Dunia,Wasila Abdullah, Akuntansi Biaya, (Jakarta:Salemba Empat,2009), h.5 30 Mulyadi, Sistem Akuntansi ..., h. 501



pimpinan memerlukan anggaran dan standar sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya. Pimpinan perusahaan mulai memperbaiki sistem perencanaan dan pengendalian kegiatannya dengan membuat anggaran statis dan biaya yang sederhana. 4.



Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran fleksibel dengan biaya standar Dalam kenyataannya kapasitas yang direalisasikan seringkali menyimpang dari kapasitas yang direncanakan. Maka, cara perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan kemudian diperbaiki dengan mengembangkan anggaran fleksibel dengan biaya standar. Anggaran fleksibel disusun untuk berbagai tingkat kapasitas yang direncanakan, sehingga anggaran ini menyediakan tolok ukur prestasi yang mendekati kapasitas sesungguhnya yang dicapai.



5.



Pengendalian biaya dengan pembuatan pusat-pusat pertanggungjawaban dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban Dalam perusahaan besar, kegiatannya telah dibagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban.



Perencanaan



dan



pengendalian



kegiatan



perusahaan



dilaksanakan dengan mengembangkan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban. Manajer pusat pertanggungjawaban dinilai prestasinya dengan cara membandingkan anggaran



yang



disusun



dengan



realisasinya.



Setiap



manajer



pusat



pertanggungjawaban hanya dinilai berdasarkan hal-hal yang mereka kendalikan. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya adalah dengan menentukan biaya standar. Biaya standar memberikan pedoman kepada perusahaan tentang berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk melaksanakan suatu proses produksi dalam satu periode sehingga efisiensi biaya produksi dapat tercapai. Adapun biaya yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan adalah sebgaai berikut: a.



Biaya terkendali (Controllable cost) Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan/jabatan pemimpin tertentu dalam jangka waktu tertentu



b.



Biaya tak terkendali (Uncontrollable cost) Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin/jabatan tertentu berdasarkan wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam waktu tertentu.



Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses dan setelah proses yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur manajemen dilakukan secara efektif dan efisien. Tujuan dari pengendalian adalah sebagai berikut : a.



Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dari rencana.



b.



Melakukan tindakan jika terdapat penyimpangan



c.



Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.31 Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah sebagai



berikut: 1) Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian. 2) Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai. 3) Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada. 4) Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana. Jadi, pengendalian biaya adalah tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan aktivitas agar tidak menyimpang dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendalian biaya ini dapat dilakukan melalui anggaran biaya yang secara kontinu diadakan pengawasan secara analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penyimpangan atas selisih tersebut kemudian dilakukan tindak lanjut agar kerugian yang terjadi, relatif kecil. Tanggungjawab atas pengendalian biaya harus ditetapkan kepada orang yang membuat anggaran untuk biaya yang dikendalikannya. Tanggungjawab ini terbatas hanya pada biaya-biaya yang dapat dikendalikan, dan pelaksanaan kerja tiap individu harus diukur dengan membandingkan biaya sebenarnya dengan biaya yang dianggarkan.



D. PENENTUAN LABA Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan biaya tersebut. 31 Thontowi, Yeni, dan Syamsu Rizal, “Analisis Efektivitas Pengendali Biaya Produksi Pada Pt. Daur Ulang Sejahtera (Dsa) Di Bandar Lampung”, JURNAL Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, (2012): 219-232



Laba merupakan kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi.32 laba bersih atau keuntungan bersih yakni: (net income atau net profit) merupakan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi.33 Dari definisi diatas dapat disimpulkan jika laba adalah hasil lebih yang diperoleh dari selisih beban dan pendapatan suatu perusahaan dari aktivitas produksi perusahaan. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss).34 Adapun definisi dari elemen-elemen laba tersebut sebagai berikut: 1.



Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha pertama yang sedang dilakukan entitas tersebut.



2.



Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha pertama yang sedang dilakukan entitas tersebut.35



3.



Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas atau (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi. Kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.



4.



Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi. Kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. Umumnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu



yaitu



memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.



32



Sofyan S Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,(Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2009),



h.56 33



Carl S Warren., James M Reeve., and Philip E Fess, Pengantar Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 25 34 Earl K Stice, James D Stice, and K Fred Skousen, Intermediate Accounting (Akuntansi Intermediate), (Jakarta: Salemba Empat, 2004), h.76 35 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 14



Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi. Biaya bila dikaitkan dengan penentuan laba terdiri dari : 1.



Biaya Full (Full Costing) Biaya penuh adalah semua elemen biaya produksi diperhitungkan sebagai harga pokok produksi. Dalam biaya penuh terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya langsung (Direct cost) dan biaya tidak langsung (Indirect cost).36 Metode full costing Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan Absortion atau Conventional Costing. Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada : 1. Perhitungan harga pokok produksi dan 2. Penyajian laporan laba-rugi. Harga Pokok Produksi : Biaya bahan baku



Rp. xxx.xxx



Biaya tenaga kerja langsung



Rp. xxx.xxx



Biaya overhead pabrik tetap



Rp. xxx.xxx



Biaya overhead pabrik variabel



Rp. xxx.xxx



Harga Pokok Produk



Rp. xxx.xxx



Dengan menggunakan Metode Full Costing: a.



Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.



b.



Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi. Catatan : Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi. Pembebanan BOP kurang (underapplied factory



36



Edward J Blocher et al, Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Strategik,..., h. 546



overhead), terjadi jika jumlah BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi. c.



Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi)



d.



Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual.



2.



Biaya Variabel (Variable Costing) Merupakan penentuan harga pokok produk yang hanya dihitung biaya produksi variabelnya saja, sedangkan biaya tetap diakui sebagai biaya periode. Dikenal juga dengan istilah : direct costing. Harga Pokok Produksi : Biaya bahan baku



Rp. xxx.xxx



Biaya tenaga kerja langsung



Rp. xxx.xxx



Biaya overhead pabrik variabel



Rp. xxx.xxx



Harga Pokok Produk



Rp. Xxx



Dengan menggunakan Metode Variable Costing, a. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. b. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. c. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang. Laporan keuangan yang disusun berdasar metode Variable Costing bermanfaat bagi manajemen untuk : 1) Perencanaan laba jangka pendek Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen 2) Pengendalian Biaya



Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yakni : discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan



manajemen.



Dalam



jangka



pendek



biaya



ini



dapat



dikendalikan oleh manajemen. Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. 3) Pengambilan Keputusan Pihak manajemen dengan menggunakan metode variable costing dapat menentukan pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laba diantaranya : a) Biaya Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan harga jual mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. b) Harga Jual Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besar volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan. c) Volume Penjualan dan Produksi Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi. Dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output, perusahaan tidak hanya menentukan output apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari output tersebut yang merupakan biaya produksi dari output. Produksi menunjuk pada jumlah input yang dipakai dan jual fisik output yang dihasilkan, biaya produksi menunjuk pada biaya perolehan input tersebut.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Biaya produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sehingga dalam harga pokok produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mulai pada saat penggadaan bahan baku tersebut sampai dengan proses akhir produk, yang siap untuk digunakan atau dijual. Selain itu dapat diketahui bahwa harga pokok produksi adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan proses produksi berdasarkan nilai ganti pada saat pertukaran. Dalam biaya produksi, pengendalian biaya adalah tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan aktivitas agar tidak menyimpang dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendalian biaya ini dapat dilakukan melalui anggaran biaya yang secara kontinu diadakan pengawasan secara analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penyimpangan atas selisih tersebut kemudian dilakukan tindak lanjut agar kerugian yang terjadi, relatif kecil. Untuk melakukan pengendalian biaya di dalam perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut, dan telah berkembang melalui lima tahapan, yaitu: Pengendalian biaya dengan pengawasan fisik, Pengendalian biaya dengan menggunakan catatan akuntansi historis, Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran statis dan biaya standar, Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran fleksibel dengan biaya standar, dan Pengendalian biaya dengan pembuatan pusat-pusat pertanggungjawaban dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Umumnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu



yaitu



memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus. laba adalah hasil lebih yang diperoleh dari selisih beban dan pendapatan suatu perusahaan dari aktivitas produksi perusahaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laba diantaranya : biaya, harga jual, dan volume penjualan dan produksi.



DAFTAR PUSTAKA



Albertus Ong, Menguasai MYOB Accounting Plus Powerful, Flexible, Multi-user, Multycurrency Accounting Software, Jakarta: Alex Media Komputindo, 2015. Arief Sugiono, Ishak The S.E , Akuntansi: Informasi dalam Mengambil Keputusan, Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2015. Bastian Bustami, Nurlela, Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan aplikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Bastian Bustami, Nurlela, Akuntansi Biaya: Teori dan aplikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Blocher min, Cokins Lin, Cost Management, Jakarta: Salemba Empat, 2015. Carl S Warren., James M Reeve., and Philip E Fess, Pengantar Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Carter, Akuntansi Biaya, Jakarta: Salemba Empat, 2009. Cecily A Riborn dan Michael R Kiney, Akuntansi Biaya: Dasar dan Perkembangan Buku 1 edisi 7, Jakarta: Salemba Empat, 2011. Ciumag Anca, Ciumag Marin, “Analysis Of The Relationship Between Cost, Price And Profit In Lignite Extraction”, Munich Personal RePEc Archive (MPRA) Paper No. 30969, (2010): 1-8. Earl K Stice, James D Stice, and K Fred Skousen, Intermediate Accounting (Akuntansi Intermediate), Jakarta: Salemba Empat, 2004. Edward J Blocher et al, Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Strategik,(Jakarta: Salemba Empat, 2000. Firdaus A Dunia,Wasila Abdullah, Akuntansi Biaya, (Jakarta:Salemba Empat,2009), h.5 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Justine T. Sirait, Anggaran Sebagai Alat Bantu Manajemen, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006. Kautsar Riza Salman, Akuntansi Biaya: Pendekatan Product Costing, Jakarta: Akademia Permata, 2013. Maryane M Mowen, Managerial Accounting: Akuntansi Manajerial, Jakarta: Salemba Empat, 2009. Ricky W Griffin, Ronald J Ebert, Bisnis, Jakarta: Erlangga, 2006. Rudianto, Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Kepuusan Manajemen, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.



Sofyan S Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2009. Sugiarto, Teddy Herlambang, Brastoro, Dkk., Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017. Syaiful Bahri, Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS, Yogyakarta:CV ANDI Offset, 2016. Thontowi, Yeni, dan Syamsu Rizal, “Analisis Efektivitas Pengendali Biaya Produksi Pada Pt. Daur Ulang Sejahtera (Dsa) Di Bandar Lampung”, JURNAL Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, (2012): 219-23 Wahyudi Kumorotomo, Erwan Agus Purwanto, Anggaran berbasis kinerja: konsep dan aplikasinya, Yogyakarta: Diterbitkan oleh Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia, 2005.