Analisis Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Ahsp Dan Metode Aktual [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN METODE AHSP DAN METODE AKTUAL (Studi Kasus : Pekerjaan Beton Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan)



TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara



M. FAJAR NIM: 14 0404 071



DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019



Universitas Sumatera Utara



ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN METODE AHSP DAN METODE AKTUAL (Studi Kasus : Pekerjaan Beton Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan)



TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara



Disusun Oleh :



M. FAJAR 14 0404 071 Dosen Pembimbing : Ir. Syahrizal, M.T. NIP 19611231 198811 1 001



Dosen Co – Pembimbing : Rezky Ariessa Dewi, S.T., M.T. NIP 19860405 201706 2 001



BIDANG MANAJEMEN & REKAYASA KONTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019



Universitas Sumatera Utara



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasullah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktivitas kami sehari-hari, karena sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini. Penulisan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN METODE AHSP DAN METODE AKTUAL (Studi Kasus : Pekerjaan Beton Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan)” ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana (S1) di Bidang Manajemen & Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini hingga dapat terselesaikan tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang berperan yaitu: 1.



Kedua orang tua penulis Ayahanda Sinar Irwansyah Panggabean, S.T., M.T. dan Ibunda Eni Veri, Adik penulis Utari Noor Afifah Panggabean, yang tak pernah berhenti memberikan doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang.



2.



Bapak Ir. Syahrizal, M.T., selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.



3.



Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T., M.T., selaku Co Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.



4.



Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, M.T., selaku Dosen Pembanding dan Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tugas akhir ini.



i Universitas Sumatera Utara



5.



Bapak Indra Jaya, S.T., M.T., selaku Dosen Pembanding dan Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tugas akhir ini.



6.



Bapak Medis Surbakti, S.T., M.T., Ph.D., sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.



7.



Bapak Dr. M. Ridwan Anas, S.T., M.T., sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.



8.



Seluruh Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan pengajaran kepada penulis selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.



9.



Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.



10.



P.T. Gunakarya Nusantara yang telah membantu & memberikan kesempatan penulis untuk melakukan observasi dan pengumpulan data.



11.



Ayulia Hasanah Pratami, S.I.Kom. yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa, serta bantuan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.



12.



Seluruh sahabat, kerabat, serta teman-teman mahasiswa teknik sipil 2014, teman-teman seperjuangan penulis di Sub-Jurusan Manajemen & Rekayasa Konstruksi dan abang-abang senior di Teknik Sipil USU yang telah sangat banyak membantu penulis di masa-masa kuliah dan selama pengerjaan Tugas Akhir : M. Rizky Indrawan (Rajib), Alfan, Fahmi, Hafidz, Gemilang, Hazman, Faiz, Aulia, Fachri, Rizki, Alm. Naufal, Zul, dan Arif.



13.



Seluruh



teman-teman



mahasiswa



teknik



sipil



2014,



teman-teman



seperjuangan penulis di Sub-Jurusan Manajemen & Rekayasa Konstruksi dan abang-abang senior di Teknik Sipil USU yang telah sangat banyak membantu penulis di masa-masa kuliah dan selama pengerjaan Tugas Akhir : Dayah, Karin, Muslihin, Isra, Fatimah, Nabila, Memey, Josua, Bang Adi, Bang Saptino, Bang Anugrah, Tetew, dan semua yang tidak dapat disebutkan seluruhnya, terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini. 14.



Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.



ii Universitas Sumatera Utara



Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Medan,



Juli 2019



Penulis



(M. Fajar Hamonangan Panggabean)



iii Universitas Sumatera Utara



ABSTRAK



Tugas akhir yang berjudul Analisis Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode AHSP dan Metode Aktual bertujuan untuk mengetahui besar koefisien analisis harga satuan upah, bahan, dan peralatan pekerjaan dengan metode aktual; besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan; dan rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara metode AHSP dengan metode aktual. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perhitungan man hour dan man day untuk mengetahui koefisien dengan metode aktual. Kemudian melakukan perbandingan kuantitatif untuk mendapatkan selisih koefisien dan rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara metode AHSP dan metode aktual. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan di proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan, pengumpulan data dari pihak kontraktor, dan pengumpulan data Peraturan Menteri No. 28 Tahun 2016, sedangkan teknik pengolahan data meliputi analisis data dan analisis komparatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa nilai koefisien pekerjaan pembetonan metode aktual dan selisih dengan metode AHSP per-m³ upah pekerja 0,80319 OH dan 0,19681 OH; tukang batu 0,24585 OH dan 0,00415 OH; kepala tukang 0,06280 OH dan -0,03780 OH; mandor 0,08420 OH dan 0,01580 OH; bahan 1,01786 m³ dan 0,00214 m³; dan peralatan 0,11665 sewa-hari dan 0,00335 sewa-hari. Kemudian rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan metode AHSP dengan metode aktual ialah harga satuan upah metode aktual lebih kecil 11,85% dibandingkan dengan metode AHSP, harga satuan bahan metode aktual lebih kecil 0,21% dibandingkan dengan metode AHSP, harga satuan peralatan metode aktual lebih kecil 2,78% dibandingkan dengan metode AHSP, dan harga satuan pekerjaan metode aktual lebih kecil 14,89% dibandingkan dengan metode AHSP.



Kata kunci: Man Day, Metode AHSP, Metode Aktual, Harga Satuan Pekerjaan.



iv Universitas Sumatera Utara



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR PERSAMAAN DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Batasan Masalah 1.6. Sistematika Penulisan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Proyek 2.2. Batasan dalam proyek 2.3. Perkiraan Biaya Proyek 2.3.1. Perkiraan biaya dan anggaran 2.3.2. Perkiraan biaya dan cost engineering 2.4. Keperluan Total Biaya Proyek 2.4.1. Modal tetap 2.4.2. Modal kerja (working capital) 2.4.3. Biaya pemilik, biaya kontraktor, dan biaya lingkup kerja 2.5. Kualitas Perkiraan Biaya 2.5.1. Tersedianya data dan informasi 2.5.2. Teknik dan metode yang digunakan 2.5.3. Kecakapan dan pengalaman estimator 2.5.4. Tujuan pemakaian perkiraan biaya 2.6. Produktivitas 2.6.1. Pengertian produktivitas 2.6.2. Faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas 2.6.3. Pengukuran produktivitas tenaga kerja 2.6.4. Waktu efektif 2.7. Survei dan Pengkajian 2.7.1. Kondisi lokasi 2.7.2. Logistik dan komunikasi 2.7.3. Akomodasi dan fasilitas sementara 2.7.4. Konstruksi dan pabrikasi 2.8. Unsur-Unsur Biaya 2.9. Metode Perkiraan Biaya 2.9.1. Metode parametric 2.9.2. Memakai insdeks harga, katalog, dan informasi proyek terdahulu 2.9.3. Metode menganalisis unsur-unsurnya



i iv v vii viii viii ix x 1 1 3 3 4 4 5 6 6 7 7 8 8 9 9 11 11 12 12 12 12 13 14 14 14 15 16 17 17 18 19 19 19 21 21 23 24



v Universitas Sumatera Utara



2.9.4. Metode faktor 2.9.5. Quantity take-off dan harga satuan 2.9.6. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan 2.10. Metode AHSP 2.11. Metode Aktual 2.12. Penelitian Terdahulu BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Lokasi Penelitian 3.2. Prosedur Penelitian 3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Data primer 3.3.2. Data sekunder 3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.5. Teknik Pengolahan Data 3.5.1. Analisis data 3.5.2. Analisis konparatif Diagram Alir BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Wilayah Studi 4.2. Volume dan Progres Pekerjaan 4.3. Waktu Efektif (Time Factor) Tenaga Kerja 4.3.1. Waktu efektif (time factor) pekerja 4.3.2. Waktu efektif (time factor) tukang batu 4.3.3. Waktu efektif (time factor) kepala tukang 4.3.4. Waktu efektif (time factor) mandor 4.4. Man Hour Pekerjaan Pembetonan 4.4.1. Man hour Pekerja 4.4.2. Man hour tukang batu 4.4.3. Man hour kepala tukang 4.4.4. Man hour mandor 4.5. Man Day Pekerjaan Pembetonan 4.5.1. Man day pekerja 4.5.2. Man day tukang batu 4.5.3. Man day kepala tukang 4.5.4. Man day mandor 4.6. Koefisien Bahan Pekerjaan Pembetonan 4.7. Koefisien Peralatan Pekerjaan Pembetonan 4.8. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Kondisi Aktual 4.9. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan AHSP 4.10. Rasio Perbandingan Koefisien Harga Satuan Pekerjaan 4.11. Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan 5.2.Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



25 26 28 28 28 33 39 39 39 40 40 40 40 41 41 42 43 44 44 45 47 47 47 48 49 49 49 50 51 52 54 54 55 56 57 58 58 59 61 62 65 69 69 70 71



vi Universitas Sumatera Utara



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22



Penelitian terdahulu Laporan Mingguan Volume Pekerjaan Waktu Efektif Pekerja Waktu Efektif Tukang Batu Waktu Efektif Kepala Tukang Waktu Efektif Mandor Perhitungan Man Hour Pekerja Perhitungan Man Hour Tukang Batu Perhitungan Man Hour Kepala Tukang Perhitungan Man Hour Mandor Perhitungan Man Day Pekerja Perhitungan Man Day Tukang Batu Perhitungan Man Day Kepala Tukang Perhitungan Man Day Mandor Perhitungan Koefisien Bahan Beton Ready Mix Perhitungan Koefisien Peralatan Concrete Pump Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode AHSP Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP



34 46 47 48 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 68



vii Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Denah dan Peta Lokasi Proyek



45



DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 4.4 Grafik 4.5 Grafik 4.6 Grafik 4.7



Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Harga Satuan Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Harga Satuan Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Harga Satuan Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP



62 63 64 66 66 67 67



viii Universitas Sumatera Utara



DAFTAR PERSAMAAN Persamaan 2.1 Produktivitas Persamaan 2.2 Kurva Linier 1 Persamaan 2.3 Kurva Linier 2 Persamaan 2.4 Kurva Pangkat Persamaan 2.5 Komposit Indeks Persamaan 2.6 Indeks Harga Persamaan 2.7 Modal Tetap Persamaan 2.8 Harga Satuan Pekerjaan Persamaan 2.9 Time Factor Persamaan 2.10 Koefisien Man Hour Persamaan 2.11 Koefisien Man Day Persamaan 2.12 Kebutuhan Tenaga Kerja Persamaan 2.13 Kebutuhan Bahan Persamaan 4.1 Waktu Efektif Pekerja Persamaan 4.2 Waktu Efektif Tukang Batu Persamaan 4.3 Waktu Efektif Kepala Tukang Persamaan 4.4 Waktu Efektif Mandor Persamaan 4.5 Jam Tenaga Kerja Pekerja Persamaan 4.6 Jam Tenaga Kerja Kelompok Pekerja Persamaan 4.7 Koefisien Man Hour Pekerja Persamaan 4.8 Jam Tenaga Kerja Tukang Batu Persamaan 4.9 Koefisien Man Hour Tukang Batu Persamaan 4.10 Jam Tenaga Kerja Kepala Tukang Persamaan 4.11 Jam Tenaga Kerja Kelompok Kepala Tukang Persamaan 4.12 Koefisien Man Hour Kepala Tukang Persamaan 4.13 Jam Tenaga Kerja Mandor Persamaan 4.14 Jam Tenaga Kerja Kelompok Mandor Persamaan 4.15 Koefisien Man Hour Mandor Persamaan 4.16 Koefisien Man Day Pekerja Persamaan 4.17 Koefisien Man Day Tukang Batu Persamaan 4.18 Koefisien Man Day Kepala Tukang Persamaan 4.19 Koefisien Man Day Mandor Persamaan 4.20 Koefisien Bahan Persamaan 4.21 Koefisien Peralatan Persamaan 4.22 Harga Satuan Aktual Persamaan 4.23 Harga Satuan AHSP Persamaan 4.24 Rasio Perbandingan Harga Satuan



15 22 22 22 23 23 26 28 30 30 30 31 33 47 48 48 49 49 50 50 51 51 52 52 52 53 53 53 54 55 56 57 58 59 60 61 68



ix Universitas Sumatera Utara



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4



Poto dokumentasi Data laporan mingguan Data koefisien AHSP Perhitungan harian rata-rata



x Universitas Sumatera Utara



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang di mana terdapat sejumlah potensi



proyek yang sedang atau bahkan akan dikerjakan. Berbagai proyek tersebut semakin pesat dikerjakan di kota-kota besar di Indonesia, khususnya. Sebagaimana yang kita tahu, suatu proyek didasari atas faktor waktu dan sumber daya, yang meliputi uang, material, peralatan, pekerja, dan metode pelaksanaan. Pengelolaan batasan dalam suatu proyek membutuhkan sistem manajemen yang baik. Semakin besar proyek maka semakin kompleks pula sistem yang harus dibuat agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai tanpa adanya atau minimnya kendala. Salah satu indikator keberhasilan suatu proyek adalah adanya keuntungan yang memadai kepada kontaktor yang bersangkutan. Oleh sebab itu, keberlangsungan kegiatan proyek harus diadakan kegiatan pengendalian biaya (cost control) yang ketat. Ada tiga batasan yang harus dikendalikan dalam suatu proyek. Batasan pertama adalah waktu. Suatu proyek memiliki kurun waktunya tersendiri sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak proyek. Semakin bertambahnya waktu maka biaya akan bertambah juga seiring dengan proses pengerjaan proyek. Bila terjadi pelanggaran hal tersebut yang telah ditetapkan dalam kontrak, maka akan ada konsekuensinya tersendiri Batasan kedua adalah mutu. Suatu proyek memiliki mutu yang harus dicapai sesuai dengan spesifikasi yang telah dikerjakan oleh perencana. Jika mutu yang diinginkan tidak sesuai, maka pemilik berhak meminta ganti sesuai dengan mutu yang dikehendaki. Hal itu berarti membuat biaya yang tidak perlu keluar sia-sia. Oleh sebab itu mutu yang terpenuhi sangatlah penting. Batasan ketiga adalah biaya. Suatu proyek memiliki batasan biaya dan harus dapat diselesaikan dengan biaya yang telah ditentukan dan disepakati dalam kontak. Jika proyek lebih besar dari biaya yang disepakati, maka kontraktor akan



1 Universitas Sumatera Utara



mengalami kerugian dalam proyek tersebut. Oleh sebab itu, aspek biaya ini sangat perlu diperhatikan. Pengendalian biaya tentunya memiliki acuan dasar. Salah satu dari acuan dasar ini adalah acuan mengenai penyusunan rencana anggaran biaya (RAB). Penyusunan RAB ini memerlukan acuan dalam penentuan harga satuan pekerjaan. Acuan ini disebut Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP). Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) ini diatur dalam Analisis Harga Satuan Pekerjaan oleh Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) No. 28 Tahun 2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Analisis Harga Satuan Pekerjaan sangat penting dan erat kaitannya dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Harga Satuan merupakan salah satu unsur yang terkandung di dalam RAB. Pedoman itu menetapkan langkah-langkah menghitung harga satuan dasar (HSD) upah tenaga kerja, HSD alat dan HSD bahan, yang selanjutnya menghitung harga satuan pekerjaan (HSP) sebagai bagian dari harga perkiraan sendiri (HPS), dapat digunakan pula untuk menganalisis harga perkiraan perencanaan (HPP) untuk penanganan pekerjaan bidang pekerjaan umum (Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, 2016: 1). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum ini merupakan acuan yang bersifat umum, di mana pada setiap kondisi akan berbeda penerapannya. Oleh karena perbedaan tersebut, dirasa perlu membandingkan dengan apa yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu, ada ketertarikan untuk membandingkannya dengan pedoman yang berlaku, karena tentunya ada perbedaan antara yang satu menggunakan pedoman umum dan yang satu lagi menggunakan kondisi di lapangan. Pekerjaan pembetonan adalah pekerjaan yang hampir wajib ada disetiap proyek konstruksi, baik konstruksi gedung, rumah, menara, bendungan, waduk, saluran air, bahkan perkerasan jalan. Oleh sebab itu, dirasa pekerjaan pembetonan merupakan pekerjaan yang umum.



2 Universitas Sumatera Utara



Adapun yang ingin diketahui berapakah besar koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan pekerjan pembetonan dengan metode aktual, dan ingin mengkaji berapakah besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan metode AHSP dengan metode aktual, serta ingin mengetahui berapa rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan metode AHSP dengan metode aktual.



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan



masalah sebagai berikut: 1. Berapakah besar koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan pekerjan pembetonan dengan metode aktual? 2. Berapakah besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan antara metode AHSP dengan metode aktual? 3. Berapa rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara metode AHSP dengan metode aktual?



1.3



Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besar koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan pekerjan pembetonan dengan metode aktual. 2. Untuk mengetahui besar selisih koefisien analisis harga satuan upah, bahan dan peralatan antara metode AHSP dengan metode aktual. 3. Untuk mengetahui rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan antara metode AHSP dengan metode aktual.



3 Universitas Sumatera Utara



1.4



Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis, Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian di departemen Teknik Sipil dan menambah pengetahuan dan pengalaman serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembacanya. 2. Untuk peneliti, sebagai calon sarjana teknik sipil yang akan terjun di dunia konstruksi nantinya, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai analisis harga satuan pekerjaan yang akan dihadapi saat bekerja nanti atau setelah menangani suatu proyek konstruksi, dan mendorong peneliti untuk lebih dapat membekali diri nantinya saat memasuki dunia kerja 3. Untuk kontraktor, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dalam analisis harga satuan pekerjaan sesuai dengan jenis proyek konstruksi yang akan datang.



1.5



Batasan Masalah Penelitian ini akan dibatasi batasan-batasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan terhadap proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan 2. Penelitian di lakukan pada pekerjaan pembetonan 3. Penelitian dilakukan sampai sejauh mana proyek berlangsung 4. Harga satuan bahan dan upah yang digunakan adalah yang digunakan pada data penawaran 5. Biaya langsung yang diperhitungkan adalah biaya bahan, upah, dan bahan 6. Biaya tidak langsung tidak diperhitungkan seperti pajak 7. Koefisien harga satuan AHSP berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.



4 Universitas Sumatera Utara



1.6



Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Masing-



masing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari uraian tentang teori dasar yang digunakan dalam mendukung penelitian ini BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, terdiri dari kerangka pemecahan masalah dan gambaran umum dalam pengumpulan data, pengolahan data serta analisa dari masalah yang diteliti BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari pembahasan mengenai penyelesaian masalah dikaitkan dengan teori maupun literatur secara sistematis BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperlukan atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah dilakukan serta untuk penelitian lanjutan



5 Universitas Sumatera Utara



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Pengertian Proyek Menurut Schwalbe (2004: 4) proyek merupakan suatu usaha yang bersifat



sementara untuk menghasilkan suatu produk dengan kualitas baik. Adapun pengertian lain sebuah proyek sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999: 2). Menurut Clifford F.Gray (2000: 4) Sebuah proyek dapat diartikan sebagai kegiatan yang kompleks, bersifat non rutin, dan hanya terjadi satu kali yang ruang lingkupnya dibatasi oleh waktu, budget, sumber daya, dan spesifikasi desain penampilan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Bahkan menurut Weiss dan Wysocki (1992: 3) mengidentifikasikan bahwa suatu proyek memiliki karakteristik, sebagai berikut:  Kompleks dan memiliki banyak aktivitas  Unik, karena setiap aktivitas atau kejadian hanya terjadi sekali dan tidak dapat diulang kembali  Terbatas, yaitu ditandai dengan tanggal awal dan berakhirnya  Terbatas budget dan sumber daya  Banyak orang yang terlibat dalam melaksanakan setiap aktivitas  Aktivitas atau kegiatan yang bersifat kontinu atau berkesinambungan  Berorientasi pada sebuah tujuan yang jelas  Mengahasilkan suatu produk atau jasa. Kumpulan dari beberapa proyek dapat juga disebut sebagai program, yaitu memiliki lingkup atau batasan yang lebih luas. Contohnya : Pemerintahan Indonesia memiliki program Penuntasan Kemiskinan, dengan beberapa proyek didalamnnya yaitu pengaadaan Sekolah secara merata di seluruh indonesia, Internet masuk desa, dll (Weiss dan Wysocki, 1992: 3).



6 Universitas Sumatera Utara



2.2



Batasan Dalam Proyek Sebuah proyek memilki 3 batasan yang saling terkait dalam menjalankan



setiap kegiatannya, yaitu (Soeharto, 1999: 3) :  Mutu Produk atau jasa yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.  Waktu Proyek memilki batasan waktu tertentu, yaitu durasi waktu dimana mengatur kapan proyek harus dimulai dan kapan proyek harus berakhir.  Anggaran Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sebuah proyek. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, dan biaya tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan. Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu, dan jadwal (Soeharto, 1993: 3).



2.3



Perkiraan Biaya Proyek Perkiraan biaya memegang peran penting dalam penyelenggaraan proyek.



Pada taraf pertama dipergunakan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi dengan soektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan maupun waktu. Meskipun kegunaannya sama, namun untuk masing-masing organisasi peserta proyek penekanannya berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. Untuk kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalui rendah, akan mengalami kesulitan di belakang hari. Sedangkan untuk konsultan, angka tersebut



7 Universitas Sumatera Utara



diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesusai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketetapan angka-angka yang diusulkan (Soeharto, 1995: 126). 2.3.1. Perkiraan biaya dan anggaran Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang dipergunakan untuk suatu kegiatan tertentu proyek ataupun proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran merupakan perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu (time-phased). Definisi perkiraan biaya menurut National Estimating Society – USA adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 2001: 152). Perkiraan biaya diatas erat hubungannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan , dan mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya menitik beratkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan (Soeharto, 2001: 152). 2.3.2. Perkiraan biaya dan cost engineering Dalam usaha mencari pengertian lebih lanjut perihal perkiraan biaya, maka penting untuk diperhatikan hubungannya dengan disiplin cost engineering. AACE (The American Association of Cost Engineer) memberi definisi cost engineering adalah area dari kegiatan engineering di mana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam masalah perkiraan biaya, dan pengendalian biaya (Soeharto, 1995: 126). Ini berarti bahwa memiliki pengetahuan disiplin ilmu dan engineering merupakan prasyarat bagi mereka yang akan menyusun perkiraan biaya (Soeharto, 1995: 126).



8 Universitas Sumatera Utara



2.4



Keperluan Total Biaya Proyek Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan



sejumlah besar biaya atau modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital), atau dengan kata lain biaya proyek atau investasi = modal tetap + modal kerja. Pengelompokan ini berguna pada waktu pengkajian aspek ekonomi dan pendanaan (Soeharto, 1995: 127). 2.4.1. Modal tetap Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diinginkani, mulai dari pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Selanjutnya modal tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Perinciannya adalah sebagai berikut (Soeharto, 1995: 127). a. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Biaya langsung terdiri dari (Soeharto, 1995: 127): o Penyiapan Lahan (Site Preparation). Pekerjaan ini terdiri dari clearing, grubbing, menimbun dan memotong tanah, mengeraskan tanah, dan lain-lain. Disamping itu juga pekerjaan-pekerjaan membuat pagar, jalan, dan jembatan. o Pengadaan Peralatan Utama. Semua peralatan utama yang tertera dalam gambar desain engineering. Contoh untuk ini adalah kolom destilasi, reaktor, regenerator, generator dapur, dan lain-lain o Biaya merakit dan memasang peralatan utama. Terdiri dari pondasi struktur penyangga, isolasi, dan pengecatan o Pipa. Terdiri dari pipa transfer, pipa penghubung antara peralatan, dan lainlain o Alat-alat listrik dan instrument. Terdiri dari gardu listrik, motor listrik, jaringan distribusi dan instrumen o Pembangunan gedung perkantoran, pusat pengendalian operasi (control room), gudang, dan bangunan sipil lainnya. 9 Universitas Sumatera Utara



o Fasilitas pendukung seperti utility dan off-site. Terdiri dari pembangkit uap, pembangkit listrik, fasilitas air pendingin, dan dermaga o Pembebasan tanah. Biaya pembebasan tanah sering kali dimasukkan ke dalam biaya langsung. b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung atau indirecr cost adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi, dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung meliputi antara lain (Soeharto, 1995: 127): o Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen, gaji dan tunjangann bagi tenaga bidang engineering, inspector, penyelia konstruksi lapangan, dan lainlain. o Kendaraan dan peralatan konstruksi. Termasuk biaya pemeliharaan, pembelian bahan bakar, minyak pelumas, dan suku cadang. o Pembangunan fasilitas sementara. Termasuk perumahan darurat tenaga kerja, penyediaan air, listrik, fasilitas komunikasi sementara untuk konstruksi, dan lain-lain. o Pengeluaran umum. Butir ini meliputi bermacam keperluan tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam butir yang lain, seperti small tools, pemakaian sekali lewat (consumable) misalnya kawat las. o Kontigensi laba atau fee. Kontigensi dimasudkan untuk menutupi hal-hal yang belum pasti. o Overhead. Butir ini meliputi biaya untuk operasi perusahaan secara keseluruhan, terlepas dari ada atau tidaknya adanya kontrak yang sedang ditangani. Misalnya biaya pemasaran, advertensi, gaji ekslusif, sewa kantor, telepon, komputer. o Pajak, pungutan/sumbangan, biaya izin, dan asuransi. Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi perusahaan.



10 Universitas Sumatera Utara



2.4.2. Modal kerja (working capital) Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal operasi, yang meliputi antara lain (Soeharto, 1995: 128):  Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta bahan lain untuk operasi;  Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah tenaga kerja pada masa awal operasi;  Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih satu tahun. Perbandingan jumlah modal kerja terhadap total investasi berkisar 5 – 10%. 2.4.3. Biaya pemilik, biaya kontraktor, dan biaya lingkup kerja Bila implementasi fisik proyek diserahkan kepada kontraktor, maka anggaran proyek untuk maksud perencanaan dan pengendalian di samping pengelompokan di atas, dikelompokkan menjadi sebagai berikut ini (Soeharto, 1995: 128). a. Biaya Pemilik (Owner Cost) Biaya pemilik meliputi rencana pengeluaran untuk: o Biaya administrasi pengelolaan proyek oleh pemilik, misalnya administrasi pinjaman (loan administration), kepegawaian, perjalanan dinas dari tim pemilik proyek: o Pembayaran kepada konsultan, royalti, paten, dan pembayaran izin yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek seperti IMB, Depnaker, penggunaan frekuensi (untuk proyek Telkom yang memerlukan frekuensi); o Pembayaran pajak; o Menyiapkan operator dan mekanik instalasi hasil proyek; o Pendanaan. b. Biaya Kontraktor Biaya yang dibebankan oleh kontraktor kepada pemilik atas jasa yang telah diberikan, sebesar biaya kontrak EPK untuk jenis kontrak harga tetap.



11 Universitas Sumatera Utara



c. Biaya Lingkup Kerja Pemilik (Owner Scope) Sering kali pemilik atau Pemerintah mengingatkan dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kesempatan kerja pengusaha dan personil dalam negeri, maka terdapat bagian pekerjaan yang akan diserahkan kepada mereka, yang pengelolaannya langusng ditangani oleh tim proyek pemilik. Pengelompokan anggaran biayanya dikenal sebagai owner scope. Jadi owner scope ini adalah biaya untuk menutup pengeluaran bagi pelaksanaan pekerjaan fisik yang secara administratif ditangani langsung oleh pemilik (tidak diberikan depada kontraktor atau kontraktor utama). Umumnya terdiri dari fasilitas di luar instalasi, misalnya pembangunan perumahan pegawai, telekomunikasi, dan infrastruktur pendukung lainnya.



2.5



Kualitas Perkiraan Biaya Kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan



unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 2001: 162). 2.5.1. Tersedianya data dan informasi Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Sebagai contoh, pada awal formulasi lingkup proyek, karena sebagian besar data dan informasi belum tersedia atau belum dapat ditentukan, perkiraan yang dihasilkan masih bersifat kasar (order of magnitude) dengan akurasi di atas 50 persen. Karena faktor-faktor di atas, dikenal beberapa jenis biaya selama siklus proyek sejalan dengan bertambahnya data dan informasi yang tersedia (Soeharto, 2001: 162). 2.5.2. Teknik dan metode yang digunakan Teknik dan metode yang dipakai akan besar pengaruhnya terhadap kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Namun demikian, pemilihan teknik dan metode tidak bediri sendiri, tetapi erat terkait dengan tujuan penggunaan perkiraan biaya serta informasi yang tersedia (Soeharto, 2001: 162). 2.5.3. Kecakapan dan pengalaman estimator Karena sifat pekerjaan dalam memperkirakan biaya merlukan barbagai penilaian dan judgement terutama pada awal proyek, maka kecakapan dan



12 Universitas Sumatera Utara



pengalaman seorang estimator perlu sekali untuk menghasilkan estimasi yang berkualitas. Lebih-lebih pada waktu menyusun anggaran proyek, di samping mempunyai kecakapan di atas, ia harus pula dapat memahami sifat fluktuasi berbagai harga seperti dalam membuat prediksi harga material dan peralatan berikut (Soeharto, 2001: 162). a. Engineered equipment Jenis peralatan ini dibuat menurut pesanan, yaitu kriteria dan spesifikasi seperti masalah mutu, kapasitas, dan kondisi operasi disiapkan oleh pemilik proyek atau kontraktor. Sedangkan pembuatannya diserahkan kepada manufaktur yang memunyai spesialisasi dalam membuat jenis peralatan tersebut. Dapat dimengerti bahwa shop load amat peka terhadap pesanan karena manufaktur tidak memproduksi untuk persediaan, sehingga harganya pun amat berfluktuasi. Dalam hal seperti itu, estimator perlu memahaminya dan mengkaji dampaknya terhadap perkiraan biaya yang disusunnya (Soeharto, 2001: 162). b. Material curah Material curah, seperti pipa, instrument, kabel listrik, semen, dan lain-lain diproduksi secara masal, artinya tidak hanya berdasarkan pesanan proyek tertentu, tetapi juga untuk konsumen yang lain. Vendor dan manufaktur umumnya menyediakan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, harganya relatif stabil dibanding engineered equipment. Dalam hal ini, estimator tidak terlalu sulit mengikuti perkembangan harganya (Soeharto, 2001: 162). 2.5.4. Tujuan pemakaian perkiraan biaya Di samping faktor-faktor di atas, kualitas perkiraan biaya juga ditentukan oleh tujuan pemakainnya. Misalnya, perkiraan biaya untuk mengkaji kelayakan proyek tidak perlu memiliki akurasi seperti anggaran biaya proyek ABP untuk mencari pendanaan ataupun untuk anggaran definitive pengendalian. Karena fungsi dan syarat-syaratnya berbeda (Soeharto, 2001: 162).



13 Universitas Sumatera Utara



2.6



Produktivitas



2.6.1. Pengertian Produktivitas Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumber daya



yang dipergunakan persatuan waktu



(Simanjuntak, 1985). Slamet Saksono dalam bukunya adminstrasi kepegawaian merumuskan bahwa, produktivitas adalah suatu sikap mental yang berpandangan bahwa kualitas hidup hari ini harus harus lebih baik dari kualitas hari yang lalu, hari esok harus lebih baik dari hari ini. (Saksono, 1998) Sinungan (1995) mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, dan juga sebagai perbandingan antara jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum. Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran permasalahan dalam mencapai tujuannya. Sumberdaya manusia merupakan elemen yang paling strategis dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam pengukuran produktivitas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk dan jasa, kedua, masukan pada faktor faktor lain seperti modal. 2.6.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produktivitas Menurut Panuji dalam Jurnal Teknik Sipil dengan judul “Pengukuran Produktivitas Pekerja sebagai Dasar Perhitungan Upah Kerja pada Anggaran Biaya”, faktor-faktor yang memengaruhi proodutivitas pekerjaan antara lain: 1. Tingkat upah 2. Pengalaman dan keterampilan pekerja 3. Pendidikan dan keahlian 4. Usia pekerja 5. Pengadaan barang 6. Cuaca 7. Jarak material 8. Hubungan kerja sama antar pekerja 9. Faktor manajerial



14 Universitas Sumatera Utara



2.6.3. Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan dengan rencana semula. Objek pengawasan ditujukan pada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses konstruksi secara teknis dapat berlangsung dengan baik. Upaya mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadapp estimasi semula. Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertent uuntuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Dipohusodo, 1996). Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan tenaga kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan volume tertentu dalam batas waktu tertentu dalam kondisi standar dan diukur dalam satuan volume/hari-orang. Pengertian produktivitas bila dituliskan dalam bentuk persamaan 2.1 sebagai berikut. 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =



𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎



…..(2.1)



𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢



Hasil kerja adalah sejumlah hasil, tugas, atau proses yang bisa dilaksanakan dalam 1 (satu) periode tertentu (dapat berupa hari atau jam). Satuan hasil kerja dapat berupa m3/jam, m2/jam, m’/jam. Waktu kerja atau jam kerja adalah sejumlah waktu yang digunakan secara efektif dalam melaksanakan tugas dalam 1 (satu) periode. Satu periode yang dimaksud disini adalah waktu (jam) kerja normal dalam 1 hari kerja yaitu 8 jam (Sutanto, 1984). Orang hari standar atau satu hari orang bekerja adalah 8 jam, terdiri atas 7 jam kerja efektif dan 1 jam istirahat. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan per jam kerja diterima secara luas, namun dari sudut pandang pengawas harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari, atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.



15 Universitas Sumatera Utara



2.6.4. Waktu Efektif Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghasilkan produktivitas yang optimal juga sehingga perlu diperhatikan efektivitas jam kerja, seperti ketetapan jam mulai dan akhir kerja serta jam istirahat yang tepat. Dalam proses produksi terdapat dua jenis waktu yaitu, wakktu produktif (productive time) dan waktu nonproduktif (nonproductive time). Idealnya tenaga kerja hanya dibayar hanya untuk waktu produktifnya saja, akan tetapi tidak dapat dipungkiri adanya waktu nonproduktif dalam suatu proses produksi, sehingga tenaga kerja tersebut juga terbayarkan waktu nonproduktifnya. Waktu efektif kemudian menjadi salah satu cara untuk memperhitungkanwaktu nonproduktif dalam satu hari atau satu jam. Waktu efektif merupakan indeks waktu produktif yang digunakan oleh tenaga kerja dalam satu jam atau hari. Oleh karena itu, secara teknis tidak perlu ditentukan terkebih dahulu yang mana waktu produktif dan mana waktu nonproduktifnya. Waktu nonproduktif terdiri dari kerugian standar (standard looses) waktu istirahat pada jam (scheduled heat strees breaks) dan kerugian keterampilan akibat kurangnya perlindungan tenaga kerja (dexterity looses due to personal protection) dimana faktor- faktor tersebut tergantung ari kondisi tempat kerja. Waktu nonproduktif dapat dibagi dalam beberapa hal berikut: • Kerugian standar Kerugian standar terdiri dari waktu yang digunakan untuk beberapa item kegiatan yang mendukung proses produksi tetapi tidak termasuk proses produksi. Misalnya, safety meeting, instruksi, pekerjaan persiapan, dan pembersihan. • Waktu istirahat pada jam kerja Waktu istirahat pada saat jam kerja di luar jam istirahat dimasukkan dalam waktu nonproduktif karena hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri terjadinya. • Kerugian keterampilan Setiap pekerjaan konstrusi memperhitungkan perlindungan tenaga kerja. Dalam Kondisi tertentu tenaga kerja harus mengenakan pakaian khusus atau alat pelindung diri (APD) untuk melindungi keselamatannya. Pengguanaan APD dapat memengaruhi keterampilan tenaga kerja, dalam hal ini jika tidak digunakan dapat



16 Universitas Sumatera Utara



mengganggu sehingga menyebabkan produktivitas tenaga kerja dibawah kondisi normal. Waktu produktif diperoleh dengan mengurangkan waktu nonproduktif terhadap total waktu dalam proses produksi yang dibayarkan, misalnya 8 jam kerja per hari. Akan tetapi, dari 8 jam tersebut hanya 7 jam yang dihitung sebagai proses produksi sisanya selama 1 jam diasumsikan sebagai waktu penundaan untuk persiapan. Terdiri dari 10 menit untuk safety meeting dan instruksi, 10 menit untuk pembersihan dan 40 menit untuk istirahat. Persentase tersebut hanya digunakan untuk tingkat produksi normal yang telah ditentukan. Dua aspek yang penting dari produktivitas adalah efisiensi dan efektivitas. 1.



Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana.



2.



Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai secara kualitas maupun waktu.



2.7



Survei dan Pengkajian Salah satu langkah pendahuluan untuk mempersiapkan perkiraan biaya



adalah survei dan pengkajian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap program penyelenggaraan proyek, yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembiayaan. Survei dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data dari tangan pertama serta pengamatan langsung oleh para ahli biaya (cost engineer), sehingga memungkinkan tersusunnya suatu perkiraan biaya yang realistis. Umumnya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya proyek (pemilik) atau untuk mengajukan proposal kontak lump-sum (kontraktor). Survei dan pengkajian itu meliputi (Soeharto, 2001: 163): 2.7.1. Kondisi lokasi Kondisi lokasi meliputi hal-hal yang berhubungan dengan topografi, keadaan tanah, dan penyediaan air. Survei lokasi juga meneliti aspek sosial ekonomi, misalnya yang berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja, tanggapan masyarakat terhadap kemungkinan adanya proyek, pembebasan tanahm dan lain-lain (Soeharto, 2001: 163).



17 Universitas Sumatera Utara



2.7.2. Logistik dan komunikasi Logistik pada setiap proyek menyita perhatian tersendiri karena sering terlihat sederhana, tetapi sesungguhnya merupakan masalah yang banyak tali-temalinya, seehingga meminta penanganan yang cukup cermat dan terencana dengan rapi. Logistik di sini meliputi kegiatan pembelian, pengemasan, transportasi, dan pergudangan (Soeharto, 2001: 163). Setelah indikasi lokasi proyek ditentukan, pemikiran selanjutnya aalah bagaimana membawa material, peralatan, dan tenaga kerja ke lokasi tersebut pada saat diperlukan. Dmeikian pula halnya untuk bahan mentah dan hasil produksi instalasi yang hendak dibangun. Jika menggunakan transportasi laut, maka perlu diketahui dimana letak pelabuhan terdekat, apakah pelabuhan tersebut merupakan jalur pelayaran kapal-kapal besar, berapa besar kapasitas penanganan (handling) barang, apakah perlu pemindahan ke bargas untuk sampai ke lokasi, atau perlukah dibangun dok untuk bargas barge-dock. Demikian pula halnya dengan transportasi darat, di mana letak jaringan jalan raya terdekat, bagaimana kondisinya, keperluan mambangun jalan masuk, dan perhitungan biaya pemeliharaan. Bagi proyek-proyek E-MK (engineering-manufaktur konstruksi) berukuran besar yang terletak jauh dari kegiatan ekonomi atau kota besar, seringkali diperlukan lapangan terbang untuk mendukung system transportasi, baik untuk personil maupun peralatan (Soeharto, 2001: 163). Alokasi biaya membangun gudang untuk menyimpan material curah dan melindunginya dari keganasan iklim hendaknya dipertimbangkan. Lebih-lebih bagi material yang pemakaiannya reguler dan harus didatangkan dari tempat jauh. Untuk peralatan-peralatan utama, umumnya tidak diperlukan gudang karena diusahakan langsung akan dipasang pada pondasi dan perumahan yang telah disiapkan. Di samping itu, perlu direncanakan daerah penampungan terbuka untuk material (Soeharto, 2001: 163-164). Untuk peralatan utama biaya pengemasan sewaktu transportasi perlu diperhitungkan. Berbagai faktor menentukan jenis kemasan, misalnya apakah alat transpornya kapal laut, kereta api, atau pesawat terbang. Adakah kemungkinan diletakkan di tempat terbuka sewaktu perjalanan atau setiba di lokasi. Kemungkinan



18 Universitas Sumatera Utara



adanya getaran atau ebnturan yang berlebihan. Faktor ketahanan dan kekuatan kemasan dalam hal melindungi peralatan, agar dapat sampai ke tujuan dalam keadaan seperti di tempat pengiriman, merupakan pertimabngan utama bila peralatan itu harus dikirim ke tempat jauh dan tidak tersedia fasilitas perbaikan atau bengkel local (Soeharto, 2001: 164). Adapun fasilitas komunikasi proyek terdiri dari komunikasi untuk lapangan, komunikasi antara lokasi dengan kantor pusat dan dunia luar. Komunikasi di lapangan diperlukan pada tahap konstruksi. Fasilitas komunikasi proyek di atas dapat berupa jaringan radio komunikasi, portable HT, Telex, Faksimili, dan lainlain. Demi kelancaran pelaksanaan proyek, pengadaan fasilitas komunikasi tersebut tidak dapat dihindari meskipun biayanya tidak sedikit (Soeharto, 2001: 164). 2.7.3. Akomodasi dan fasilitas sementara Pada periode puncak suatu proyek umumnya memerlukan buruh/tenaga kerja dalam jumlah besar untuk kurun waktu cukup lama. Hal ini dengan sendirinya membutuhkan berbagai fasilitas sementara untuk tempat tinggal dan keperluan yang lain (Soeharto, 2001: 164). 2.7.4. Konstruksi dan pabrikasi Hal yang erat hubungannya dengan biaya konstruksi yang perlu diperhatikan adalah tenaga kerja baik jumlah maupun produktivitasnya, peralatan konstruksi, dan fasilitas pabrikasi lapangan (Soeharto, 2001: 164).



2.8



Unsur-unsur Biaya Suatu perkiraan biaya akan lengkap bila mengandung unsur berikut



(Soeharto, 1995: 131-132): 1. Biaya pembelian material dan peralatan Menyusun perkiraan biaya pembelian material dan peralatan amat kompleks, mulai dari membuat spesifikasi, mencari sumber, mengadakan lelang sampai kepada membayar harganya. Terdapat berbagai kepada membayar harganya. Terdapat berbagai alternative yang tersedia untuk kegiatan tersebut, sehingga bila kurang tepat menanganinya mudah sekali membuat biaya proyek menjadi tidak



19 Universitas Sumatera Utara



ekonimis. Material dan pelatan ini terdiri dari material curah, peralatan utama yang akan terpasang sebagai bagian fisik pabrik, dan lain-lain, yang diperlukan dalam proses pelaksanaan proyek seperti fasilitas sementara dan lain-lain. 2. Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi Di samping peralatan yang telah dibahas di atas, terdapat juga peralatan konstruksi yang digunakan sebagai sarana bantu konstruksi dan tidak akan menjadii bagian permanen dari pabrik/instalasi. Contoh untuk ini adalah truk, crane, forklift, grader, scraper, dan lain-lain. 3. Upah tenaga kerja Hal ini terdiri dari tenaga kerja kantor pusat yang sebagian besar terdiri tnaga ahli bidang engineering dan tenaga konstruksi plus penyelia di lapangan. Mengidentifikasi biaya tenaga kerja/jam orang merupakan penjabaran lebih jauh dari mengkaji lingkup proyek. Mengingat porsi tenaga kerja dapat mencapai 25 – 35% dari total biaya proyek, maka mengkaji masalah ini sedalam-dalamnya amat penting di dalam menyiapkan perkiraan biaya. Seperti aspek produktivitas, manpower loading, tingkat gaji dan kompensasi, dan lain-lain. 4. Biaya subkontrak Pekerjaan subkontrak umumnya merupakan paket kerja yang terdiri dari jasa dan material yang disediakan oleh subkontrktor. 5. Biaya transportasi Termasuk seluruh biaya tansportasi material, peralatan, tenaga kerja yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek. 6. Overhead dan administrasi Komponen ini meliputi pengeluaran iperasi perusahaan yang dibebenkan kepada proyek dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, royalty, uang jaminan, dan lain-lain. 7. Fee/laba dan kontigensi Setelah semua komponen biaya terkupul, kemudian diperhitungkan jumlah kontigensi dan fee atau laba.



20 Universitas Sumatera Utara



2.9



Metode Perkiraan Biaya Salah satu metode perkiraan biaya yang sering dipakai adalah metode



menganalisis unsur-unsurnya.



Klasifikasi



fungsi



menurut



unsur-unsurnya



menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang berfungsi sama. Menurut Soeharto (2001: 165), dikenal beberapa metode perkiraan biaya dan diantaranya yang sering dipakai adalah sebagai berikut: 1. Metode parametrik. 2. Memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu. 3. Metode analisis unsur-unsur biaya. 4. Metode faktor. 5. Metode quantity take-off dan harga satuan. 6. Metode unit price. 7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan. Metode mana yang hendak dipakai tergantung pada keperluan dan tersedianya data serta informasi pada waktu itu. 2.9.1. Metode parametrik Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar hubungan matematis yang mengaitkan biaya atau jam orang dengan karakteristik fisik tertentu dari objek (volume, luas, berat, tenaga/watt, panjang, dan lain-lain), misalnya (Soeharto, 2001: 165):  Jumlah murid per kelas.  Meter persegi luas lantai rumah.  Volume kapasitas penyimpangan/gudang.  Kapasitas produksi pabrik ton/hari. Metode ini amat praktis untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu kegiatan analisis biaya. Hal ini tepat digunakan pada waktu belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih akurat. Meskipun demikian, karena metode ini disusun atas dasar pengalaman atau catatan terdahulu maka pemakaiannya harus hati-hati, perlu dikaji apakah kondisi proyek yang sedang disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang diperoleh masih dapat diterapkan (Soeharto, 2001: 165).



21 Universitas Sumatera Utara



Rumus matematis yang menunjukkan hubungan antara biaya dengan variabel fisik di dalam metode parametrik antara lain adalah (Soeharto, 2001: 165-166): 1. Kurva Linier Kurva linier yang paling sederhana adalah dalam bentuk: …..(2.2)



𝓎 = 𝒶𝓍 Di mana : y = biaya x = variabel a = parameter yang menerangkan hubungan y dan x Maka persamaan di atas dapat juga seperti: 𝓎 = 𝓅𝓍 + 𝓆



…..(2.3)



Persamaan ini mengandung komponen tetap q dan komponen variabel px. Komponen biaya tetap misalnya dapat berupa harga tanah, apabila tanah untuk mendirikan pabrik tersebut tidak mengalami perubahan harga meskipun kapasitas pabrik bertambah (Soeharto, 2001: 166). 2. Kurva Pangkat Kurva pangkat yang sering dipakai dalam perkiraan biaya proyek adalah (Soeharto, 2001: 166): 𝑋 𝑛 𝑋1



𝛾2 = 𝛾1 [ 2]



…..(2.4)



Di mana: Y1



= biaya pembangunan instalasi A



Y2



= biaya pembangunan instalasi B



X1



= kapasitas instalasi A



X2



= kapasitas instalasi B



n



= indeks harga yang lazimnya = 0,6



Rumus di atas menjelaskan bila kapasitas dan biaya pembangunan instalasi A diketahui, maka dapat dihitung biaya pembangunan instalasi B yang sejenis yang



22 Universitas Sumatera Utara



memiliki kapasitas tertentu. Sama halnya dengan kurva linier, metode ini praktis dan cepat untuk melakukan pengecekan dari suatu hasil perkiraan biaya (Soeharto, 2001: 166). 2.9.2. Memakai Indeks Harga, Katalog, dan Informasi Proyek Terdahulu Data perihal harga di waktu yang lalu dan korelasinya terhadap tingkat harga saat ini dapat ditemui dalam penerbitan berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar. Terdapat banyak jenis indeks harga, seperti untuk harga-harga peralatan industri, upah tenaga kerja, bahan bangunan, dan komiditi yang lain. Salah satu yang erat berkaitan dengan proyek dan memiliki perincian (composite) adalah Chemical & Process Engineering Cost Index yang diterbitkan di Inggris, dengan rumus sebagai berikut (Soeharto, 2001: 167).



I = 0,37 Im + 0.081 Ie + 0,10 Ic + 0,19 Is + 0,26 Io



…..(2.5)



Di mana: I



= total / komposit indeks



Im



= indeks engineering mekanik



Ie



= indeks engineering listrik



Ic



= indeks engineering civil



Is



= indeks engineering lapangan (site)



Io



= indeks overhead



𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐴 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵 ×



Indeks harga tahun A Indeks harga tahun B



…..(2.6)



Angka indeks dapat digunakan untuk membuat perkiraan kasar. Hanya saja, perlu diingat bahwa tidak semua faktor tercakup di dalamnya, misalnya adanya terobosan kemajuan teknologi yang besar dampaknya terhadap biaya produksi dan harga barang yang bersangkutan. Penggunaan metode di atas dianggap paling baik untuk menyiapkan perkiraan biaya pendahuluan karena menghasilkan angka-angka yang masih dalam batas kewajaran, tanpa usaha yang banyak mengeluarkan biaya dan tenaga (Soeharto, 2001: 168).



23 Universitas Sumatera Utara



Data dari manual, hand-book, katalog, dan penerbitan berkala amat membantu dalam memperkirakan biaya proyek. Perusahaan konsultan atau kontraktor engineering acapkali memiliki bidang yang khusus menangani kegiatan yang berhubungan dengan perkiraan biaya. Di dalam bidang ini, data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dikumpulkan, dikaji, dan diolah sehingga menghasilkan grafik-grafik korelasi yang spesifik atau sejenis. Di samping itu, data dan informasi dari proyek sejenis terdahulu (yang belum terlalu lama) amat berguna sebagai panduan atau referensi membuat suatu perkiraan biaya. Data dan informasi demikian pada umumnya tidak sulit untuk diadakan penyesuaian. Penyesuaian yang diperlukan meliputi hal-hal yang berhubungan dengan ekskalasi dan perubahan (penambahan atau pengurangan) lingkup proyek. Di samping itu, perlu dikaji apakah proyek terdahulu dibangun dengan cara yang efisien dan ekonomis, sehingga angka yang bersangkutan cukup realistis. Jadi, yang perlu diperhatikan adalah (Soeharto, 2001: 168-169):  Perhitungan kenaikan harga karena perbedaan waktu atau tahun pelaksanaan;  Kecenderungan harga-harga material dan peralatan di pasaran lokal maupun internasional;  Tersedianya tenaga kerja dan tingkat upah, yang mungkin sekali dalam tahuntahun terakhir telah mengalami banyak perubahan; dan  Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari lingkup proyek terdahulu dengan yang akan dikerjakan. 2.9.3. Metode menganalisis unsur-unsurnya Variasi lain dalam memperkirakan biaya adalah dengan menganalisis unsurunsurnya (elemental analysis cost estimating). Di sini, lingkup proyek diuraikan menjadi unsur-unsur menurut fungsinya. Struktur yang diperoleh menjadi sedemikian rupa sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan kemajuan proyek, dalam arti masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh, dapat ditampung dalam rangka meningkatkan kualitas perkiraan biaya. Klasifikasi fungsi menurut unsur-unsurnya menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang berfungsi sama. Misalnya, tiang penyangga suatu rumah tinggal dapat dibuat dari kayu, besi atau beton, tetapi fungsinya adalah tetap sama



24 Universitas Sumatera Utara



sebagai tiang. Agar penggunaannya dalam perkiraan biaya efektif, maka pemilihan fungsi hendaknya didasarkan atas (Soeharto, 2001: 169):  Jelas menunjukkan hubungan antara komponen-komponen proyek, dan bila telah diberi beban biaya, berarti menunjukkan komponen-komponen biaya proyek;  Dapat dibandingkan dengan komponen biaya proyek lain yang sejenis; dan  Mudah diukur atau diperhitungkan dan dinilai perbandingannya (rasio) terhadap data standar. Terlihat di sini bahwa yang memegang peranan kunci adalah penentuan angka rasio terhadap dasar atau standar. Pengembangan rasio dapat dilakukan dari penelitian atas data proyek terdahulu ataupun informasi dari sumber lain. Bila pengelompokan unsur-unsur berdasarkan fungsi telah tersusun, maka perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal proyek (membuat perkiraan biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat (anggaran definitif). Perkiraan biaya dengan metode menganalisis unsur-unsurnya



ini



sering dijumpai pada proyek



pembangunan gedung. Dua buah format di antaranya disusun oleh Means dan Engineering News Record (Soeharto, 2001: 170). 2.9.4. Metode faktor Metode lain untuk memperkirakan biaya proyek adalah dengan memakai asumsi bahwa terdapat angka kolerasi (faktor) di antara harga peralatan utama dengan komponen-komponen yang terkait. Di sini, biaya komponen tersebut dihitung dengan cara memakai faktor perkalian terhadap harga peralatan utama. Peralatan utama proyek E-MK adalah reaktor, regenerator, kolom destilasi, dapur (kiln), separator, penukar panas, dan lain-lain. Untuk maksud ini, perlu dikerjakan desain-engineering sampai tahap tertentu, sampai diperoleh data dan informasi mengenai jumlah, ukuran, dan spesifikasi peralatan utama sehingga, dapat diperhitungkan perkiraan harganya. Karena merupakan unsur penentu, maka harga peralatan utama hendaknya telah diperhitungkan atau diperoleh secara mantap, misalnya penawaran dari pabrik (manufacturer). Sistematika metode faktor secara garis besarnya adalah sebagai berikut (Soeharto, 2001: 170): 1. Ditentukan atau didapatkan harga yang mantap dari peralatan utama sampai ke lokasi proyek.



25 Universitas Sumatera Utara



2. Menghitung biaya pemasangan sampai peralatan utama berfungsi. Perhitungn ini dilakukan dengan menggunakan berbagai faktor yang tergantung dari jenis proses dan material yang dikerjakan. 3. Dilanjutkan dengan mengitung biaya engineering (fe), biaya kontinjensi (fc), dan fee untuk kontraktor (ff) yang seterusnya akan diperoleh modal tetap proyek. 4. Total biaya proyek = modal tetap + modal kerja. Sedangkan modal kerja diperkirakan, sebesar 5-10 persen dari modal tetap. Dengan demikian dapat dihitung jumlah total biaya proyek. Rumus Lang Rumus Lang menyederhanakan pendekatan di atas dengan menggunakan angka yang disebut faktor Lang, yaitu (Soeharto, 2001: 170-171): …..(2.7)



𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 = 𝐹𝐿 × 𝑃𝐶𝐸 Di mana: PCE



= Harga pembelian peralatan



FL



= Faktor Lang Angka faktor Lang berbeda-beda untuk hal berikut.



FL



= 3,1 untuk instalasi yang memroses material yang sebagian besar padat



FL



= 4,7 untuk instalasi yang memroses material yang sebagian cair



FL



= 3,6 memroses campuran padat-cair



Dengan didapatkan angka jumlah modal tetap, angka untuk modal kerja dapat diperkirakan yaitu sebesar 5-10 persen dari modal tetap. Dengan demikian, total perkiraan biaya proyek dapat diketahui, yaitu modal tetap plus modal kerja. 2.9.5. Quantity Take-Off dan Harga Satuan Teknik menyusun perkiraan biaya yang lain adalah quantity take-off, yaitu membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar, spesifikasi, dan perencanaan. Untuk maskud tersebut, prosedur yang ditempuh adalah (Soeharto, 2001: 172):



26 Universitas Sumatera Utara



a. Klasifikasi komponen perkerjaan; b. Deskripsi dari butir-butir komponen pekerjaan; c. Dimensi dari butir-butir pekerjaan; d. Memberi beban jam-orang; serta e. Memberi beban biaya. Teknik di atas bila dikerjakan dengan benar akan mendukung hal-hal berikut (Soeharto, 2001: 172).  Perencanaan dan penyelia lebih memahami struktur proyek yang akan ditangani;  Meminimalkan kemungkinan adanya butir-butir yang terlewatkan;  Memudahkan untuk meneliti dan mengkonfirmasikan hasil-hasilnya maupun proses membuatnya. Urutan komponen-komponennya disesuaikan dengan macam proyek, misalnya untuk pembangunan gedung dimulai dari menyiapkan lahan, membuat pondasi, slope, struktur penyangga, lantai, dinding, plumbing, listrik, atap, interior, finishing, dan seterusnya. Setelah daftar quantity take-off selesai dikerjakan, kemudian memberi perkiraan jam-orang dan pembebanan biaya yang diperlukan. Pendekatan dengan teknik quantity take-off harus menunggu sampai berbagai spesifikasi dan gambar-gambar yang diperlukan tersedia, demikian pula perkiraan jam-orang dan harga-harga material yang bersangkutan (Soeharto, 2001: 172-173). Metode Memakai Harga Satuan Memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan, dilakukan bilamana angka yang menunjukkan volume total pekerjaan belum dapat ditentukan dengan pasti, tetapi biaya per unitnya (per meter persegi, per meter kubik) telah dapat dihitung. Hal ini sering dijumpai pada pekerjaan civil, seperti membuat jalan, membangun kanal, pekerjaan tanah, memasang pipa, dan lain-lain. Praktek yang dipersiapkan di sini adalah membuat paket kerja dan memberikan beban biaya kepada paket kerja tersebut sehingga dapat diserahkan kepada pelaksana. Sebagai contoh adalah paket kerja yang memasang pipa dengan unit price-nya (Soeharto, 2001: 173). Persyaratan menyusun unit price suatu paket adalah pekerjaan desainengineering sudah sampai pada tahap tertentu, sehingga dapat dilakukan



27 Universitas Sumatera Utara



penjumlahan material (quantity take-off) dan jam-orang sebaik-baiknya (Soeharto, 2001: 173). 2.9.6. Memakai Data dan Informasi Proyek yang Bersangkutan Metode ini memakai masukan dari proyek yang sedang ditangani. Dengan demikian angka-angka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Hanya saja metode ini memerlukan waktu cukup lama, sampai kemajuan desainengineering dan pembelian mencapai taraf tertentu, sehingga perhitungan biaya dapat dilakukan secara akurat. Misalnya, telah diselesaikan rancangan peralatan utama, jumlah, dan satuan harga sebagian besar material curah, telah masuk data mengenai produktivitas tenaga kerja bahkan telah pula masuk berbagai angka penawaran lelang peralatan utama dan subkontrak yang bernilai besar.



2.10 Metode Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) 2016 adalah dasar perhitungan analisa harga satuan pekerjaan yang dikeluarkan oleh dinas pekerjaan umum pada tahun 2016. Dalam AHSP disebutkan koefisien bahan, tenaga kerja, dan alat serta mencakup beberapa pekerjaan yang tidak terdapat pada SNI 2008 seperti pekerjaan pengecoran beton bertulang yang dalam pelaksaannya menggunakan alat berat concrete pump.



2.11 Metode Aktual Menurut



A.Soedrajat



Sastraatmadja



dalam



buku



Anggaran



Biaya



Pelaksanaan menjelaskan penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya pembangunan maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran bukan biaya sebenarnya (actual cost). Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode Aktual/Kontraktor adalah sebagai berikut. 1. Membuat daftar harga satuan material dan daftar harga satuan upah,



28 Universitas Sumatera Utara



2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara perkalian antara harga satuan bahan dengan nilai koefisien bahan, 3. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara perkalian antara harga satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja. Di Indonesia, terdapat beberapa regulasi yang berkaitan dengan harga satuan. Analisa harga satuan pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan yang didalamnya terdapat angka yang menunjukkan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. Harga satuan pekerjaan merupakan harga suatu jenis pekerjaan tertentu per satuan tertentu berdasarkan rincian komponen-komponen tenaga kerja, bahan, dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut. Harga satuan bahan dan upah dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbedabeda sehingga dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu bangunan atau proyek harus berpedoman pada harga satuan dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi pekerjaan. Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan dikumpulkan dalam dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Setiap bahan atau material mempunyai jenis dan kualitas sendiri. Hal ini menyebabkan harga material beragam. Untuk sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah bahan tersebut berasal dan disesuaikan dengan harga patokan di pemerintah. Secara umum dapat disimpulkan dengan persamaan 2.8 berikut: Harga Satuan Pekerjaan = H.S. Bahan + H.S. Upah + H.S. Alat



….. (2.8)



Harga satuan pekerjaan pada dasarnya agak sulit distandarkan, walaupun harga pasar terkadang distandarkan untuk jangka waktu tertentu untuk pekerjaan tertentu dan untuk lokasi tertentu. Sehingga, kejadiannya adalah harga konstruksi relatif tetap (standar), tetapi biaya yang harus dikeluarkan untuk proses konstruksi bersifat flukuatif tergantung banyak faktor yang memengaruhi. Faktor-faktor yang memengaruhi antara lain:  Time Schedule (waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan)  Metode pelaksanaan (construction method) yang dipilih  Produktivitas sumber daya yang digunakan



29 Universitas Sumatera Utara



 Harga satuan dasar dari sumber daya yang digunakan. Koefisien atau indeks biaya diperoleh dengan cara mendata kemajuan proyek. Dari data ini didapatkan volume pekerjaan. Dari volume pekerjaan didapatkan nilai produktivitas harian untuk pekerjaan pembetonan. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disusun dalam tabel, kemudian dianalisis: 1. Menghitung time factor untuk setiap jenis pekerja Time factor ditentukan untuk mengetahui besarnya indeks waktu produktif tenaga kerja. Besarnya time factor dihitung dengan persamaan 2.9 berikut. 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓



…..(2.9)



𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛 2. Menentukan besarnya koefisien tenaga kerja



Koefisien tenaga kerja ditentukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu item pekerjaan dengan volume tertentu (Yunita, 2013). Dapat dihitung dengan persamaan 2.10 berikut. 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑦 =



𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 …..(2.10) 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛



Upah tenaga kerja yang dibayarkan dihitung dalam satuan hari, maka perlu diketahui koefisien man day dari tenaga kerja. Dapat dihitung dengan persamaan 2.11. 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑎𝑛 𝐻𝑜𝑢𝑟



𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑦 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐻𝑎𝑟𝑖



…..(2.11)



Analisa Harga Satuan Upah Menurut Ibrahim (1994) upah adalah menghitung banyaknya tenaga kerja yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga merupakan salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik lagi. Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.12.



30 Universitas Sumatera Utara



∑ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎



…..(2.12)



Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah sehingga upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari pekerja membantu dalam persiapan bahan suatu pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus. 2. Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar pada pelaksanaan kerja suatu proyek. 3. Kepala tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengawasi jalannya suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang kayu, kepala tukang batu, kepala tukang besi. 4. Mandor, jenis tenaga kerja ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja yang lain. Untuk pengupahan, secara luas dapat dibedakan beberapa macam yaitu: 1. Upah Borongan Upah Borongan adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan yang memberikan pekerjaan pada saat belum dimulai pekerjaan (Soetarno, 1986). 2. Upah per Potong/Upah Satuan Upah per potong atau upah satuan adalah besar upah yang akan ditentukan dengan banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu. Keuntungan dari cara pembayaran upah ini bahwa pekerja akan berusaha segiatgiatnya mengejar penghasilan yang besar sehingga perusahaan berproduksi (Soetarno, 1986). Menurut Saksono (1998) jenis upah yang banyak dimanfaatkan perusahaanperusahaan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu: 1. Upah menurut waktu



31 Universitas Sumatera Utara



Merupakan sistem pengupahan dimana hasil pekerjaan tidak merupakan ukuran khusus yaitu pekerja dibayar menurut waktu yang dihabiskan, misalnya per jam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya: a. Hari orang standar (standard man day) Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d, dimana 1 h.o (m.d)= upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah pekerja terampil yang mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya pekerja kayu, tukang batu, tukang kayu, kepala tukang, mandor, dan lain-lain. b. Jam orang standar (standard man hour) Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jam kerja efektif dan diberikan kepada pekerja yang sungguh-sungguh dan tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-lain. c. Bulan orang standar (standard man month) Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan, manajer proyek dan lain-lain. 2. Upah menurut hasil kerja Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan. a. Upah menurut standar waktu Upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan. b. Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha Meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan kemudian sebagai tambahan atau kombinasi dengan sistem pembayaran upah yang telah disebutkan di atas.



Analisa Harga Satuan Bahan Jenis bahan yang disebut disini bergantung pada item pekerjaannya (material pokok) dan metodenya (material penunjang). Bahan bangunan dapat berupa bahan dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau berupa bahan jadi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di lapangan.



32 Universitas Sumatera Utara



Dalam melakukan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan adalah sejumlah bahan yang dipergunakan/telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya. Ada beberapa waste, antara lain: 



Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat







Kerusakan karena kelemahan dan handling atau penyimpanan







Kehilangan karena kelemahan pengawasan keamanan







Pemborosan pemakaian di lapangan. Analisa bahan suatu pekerjaan ialah mengitung banyaknya/volume masing-



masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan bahan/material ialah besarnya bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: ∑ 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 …..(2.13) Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap jenis satuan pekerjaan. Analisa bahan dari suatu pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan indeks satuan bahan menunjukkan banyaknya bahan yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik dalam volume 1 𝑚3 , 1 𝑚2 atau per 𝑚′ .



2.12 Penelitian Terdahulu Pada tahun-tahun sebelumnya, penelitian tentang koefisien analisa harga satuan pekerjaan telah banyak dilakukan di kota lain di Indonesia. Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu dalam hal objek, metode, karakteristik lokasi, dan temuan hasil. Spesifikasi penelitian penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1



33 Universitas Sumatera Utara



Tabel 2.1 Penelitian terdahulu



NO



Nama peneliti



1



Fatchur Roehman



2



Arruan, (2014)



Judul Penelitian ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara)



Arthur Analisis Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja di Lapangan dengan Membandingkan Analisis SNI dan Analisis BOW pada



Lokasi Penelitian Tujuan yang ingin dicapai Jepara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui selisih (%) perbandingan harga satuan bahan, upah dan pekerjaan antara metoda BOW, SNI dan Lapangan 2. Mengetahui rasio perbandingan harga satuan bahan, upah dan pekerjaan antara metoda BOW, SNI dan Lapangan 3. Mengetahui komponen dominan yang menjadi perbedaan dan persamaan dalam penyusunan harga satuan pekerjaan pada pekerjaan beton bertulang Mengetahui besarnya Puri Kelapa nilai koefisien analisis Gading, harga satuan tenaga kerja Manado pada pekerjaan kolom Tujuan Penelitian



Metode Hasil Penelitian Penelitian Metode Work a. Indeks selisih harga satuan bahan Sampling beton bertulang pada metode Lapangan 32% > dibandingkan dengan SNI dan 24% > dibandingkan dengan BOW, adapun untuk metode BOW 6% > dibandingkan dengan SNI. b. Indeks selisih harga satuan upah beton bertulang pada metode BOW 11% > dibandingkan dengan metode lapangan dan 64% > dibandingkan dengan metode SNI, adapun untuk metode Lapangan 59% > dibandingkan dengan metode SNI. c. Indeks selisih harga satuan pekerjaan beton bertulang pada metode Lapangan 9% > dibandingkan dengan metode BOW dan 35% > dibandingkan dengan metode SNI, adapun untuk metode BOW 28% > dibandingkan dengan metode SNI. Metode Work Koefisien analisa harga pada Sampling pekerjaan bekisting kolom adalah 0,065 tukang dan 0,004 pekerja dan pada pekerjaan pembesian kolom adalah 0,028 tukang dan 0,0134 pekerja 34 Universitas Sumatera Utara



Tabel 2.1 Penelitian terdahulu



NO



3



4



Nama peneliti



Judul Penelitian



Pembesian dan Bekisting Kolom Yunita A. Messah, Analisa Indeks Dantje A. T. Sina, Biaya untuk Cristiani C. Pekerjaan beton Manubulu, (2013) Bertulang dengan menggunakan metode SNI 73942008 dan Lapangan (Studi Kasus Proyek Pembangunan Asrama STIKES CHMK Tahap III) Nasrul STUDI ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON DENGAN METODE BOW, SNI DAN LAPANGAN PADA PROYEK IRIGASI BATANG ANAI II



Tujuan Penelitian



Lokasi Penelitian



Mengetahui indeks biaya Kupang tenaga kerja di kota Kupang dengan mengambil studi kasus pada Proyek Pembangunan Asrama STIKES CHMK Tahap III



a. Mengetahui selisih ( % ) perbandingan harga satuan bahan, upah dan pekerjaan antara metoda BOW, SNI dan penawaran kontraktor. b. Mengetahui rasio perbandingan harga satuan bahan, upah dan pekerjaan antara metoda BOW, SNI dan penawaran kontraktor, c. Mengetahui komponen dominan yang menjadi perbedaan dan persamaan dalam



Metode Penelitian



Hasil Penelitian



a. Observasi langsung di lapangan b. Menghitung time factor untuk setiap pekerja c. Menentukan koefisien man hour dan man day



Besarnya indeks tenaga kerja lapangan adalah 0.0208 mandor, 0,0377 kepala tukang, 0,09929 tukang, dan 0,2502 pekerja untuk memasang 1 m2 bekisting, 0,0044 mandor, 0,0177 kepala tukang, 0,0268 tukang, dan 0,0796 pekerja untuk pekerjaan 10 kg pembesian, dan 0,0340 mandor, 0,0272 kepala tukang, 0,1427 tukang, dan 1,1888 pekerja untuk membuat 1m3 beton



Batang Anai Metode Work a. Harga satuan bahan beton Type A, Padang Sampling B dan D rata-rata TINJAUAN Pariaman, RATIO SELISIH SNI Terhadap Sumbar BOW 1,01 1,22% SNI Terhadap Lapangan 2,24 46,62% Lapangan Terhadap BOW 0.61 53,44% b. Harga satuan upah beton Type A,B dan D rata-rata TINJAUAN RATIO SELISIH SNI Terhadap BOW 0,28 71,63% SNI Terhadap Lapangan 0,39 61,41% Lapangan Terhadap BOW 0,89 31,52%



35 Universitas Sumatera Utara



Tabel 2.1 Penelitian terdahulu



NO



5



Nama peneliti



Septiaji Pratama



Judul Penelitian



ANALISIS PERBANDINGAN KOEFISIEN HARGA SATUAN PEKERJAAN BERDASARKAN KONDISI AKTUAL, SNI, AHSP, DAN ANALISA K (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN DRAINASE SALURAN LIMBAH TPA TERJUN MARELAN MEDAN)



Tujuan Penelitian



Lokasi Penelitian



penyusunan harga satuan pekerjaan. a. Mengetahui besarnya Medan koefisien harga satuan pekerjaan yang sebenarnya di lapangan pada proyek pembangunan drainase saluran limbah TPA Terjun Marelan Medan b. Mengetahui perbandingan besarnya koefisien harga satuan pekerjaan yang sebenarnya di lapangan pada proyek pembangunan drainase saluran limbah TPA Terjun Marelan Medan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K. c. Mengetahui koefisien harga satuan pekerjaan yang optimal antara lapangan, SNI, AHSP, dan Analisa K. d. Mengetahui rasio perbandingan harga satuan pekerjaan yang sebenarnya di lapangan pada proyek



Metode Penelitian



a. Observasi langsung di lapangan b. Menghitung time factor untuk setiap pekerja c. Menentukan koefisien man hour dan man day



Hasil Penelitian



Perbandingan besarnya koefisien a. Pekerjaan 1 m3 Pembetonan Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai koefisien untuk tenaga kerja mandor sebesar 0,302 lebih besar dibandingkan dengan SNI 0,083; AHSP 0,132; dan Analisa K 0,071. Untuk tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,646 sedangkan SNI 0,275; AHSP 0,189 dan Analisa K 0,336. Untuk pembantu tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 1,157 lebih kecil dibandingkan SNI 1,650 dan AHSP 1,323; namun lebih besar dari Analisa K 0,708. b. Pekerjaan 10 kg Pembesian Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai koefisien untuk tenaga kerja mandor sebesar 0,060 lebih besar dibandingkan dengan SNI 0,004; AHSP 0,070; dan Analisa K 0,004. Untuk tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,090 sedangkan SNI 0,070; AHSP 0,070; dan Analisa K 0,070. 36 Universitas Sumatera Utara



Tabel 2.1 Penelitian terdahulu



NO



Nama peneliti



Judul Penelitian



Tujuan Penelitian pembangunan drainase saluran limbah TPA Terjun Marelan Medan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K.



Lokasi Penelitian



Metode Penelitian



Hasil Penelitian Untuk pembantu tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,160 lebih besar dibandingkan SNI 0,070; AHSP 0,070; dan Analisa K 0,070. c. Pekerjaan 1 m2 Pembekistingan Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai koefisien untuk tenaga kerja mandor sebesar 0,015 lebih kecil dibandingkan dengan SNI 0,033; AHSP 0,060; namun lebih besar dari Analisa K 0,005. Untuk tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,028 sedangkan SNI 0,330; AHSP 0,300; dan Analisa K 0,260. Untuk pembantu tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,044 lebih kecil dibandingkan SNI 0,660; AHSP 0,660; dan Analisa K 0,300 Perbandingan Rasio a. Pada pekerjaan 1 m3 pembetonan, didapatkan harga satuan pekerjaan di lapangan lebih besar 11,98% dibandingkan dengan harga satuan pekerjaan SNI. Sementara harga satuan pekerjaan antara lapangan dan Analisa K sebesar 37 Universitas Sumatera Utara



Tabel 2.1 Penelitian terdahulu



NO



Nama peneliti



Judul Penelitian



Tujuan Penelitian



Lokasi Penelitian



Metode Penelitian



Hasil Penelitian 15,09%, dan bila dibandingkan dengan AHSP, harga satuan pekerjaan di lapangan lebih besar 5,89%. b. Pada pekerjaan 10 kg pembesian, didapatkan perbandingan harga satuan di lapangan dengan AHSP sebesar 10,99%. Sementara bila dibandingkan dengan SNI dan Analisa K, Harga satuan pekerjaan di lapangan lebih besar 11,25%. c. Pada pekerjaan 1 m2, didapatkan harga satuan pekerjaan di lapangan lebih kecil dibandingkan dengan harga satuan pekerjaan menurut SNI, AHSP, dan Analisa K, dengan masing-masing rasio perbandingan sebesar 52,62%; 41,12%; dan 39,18%.



38 Universitas Sumatera Utara



BAB 3 METODE PENELITIAN



3.1. Metode dan Lokasi Penelitian Metode penelitian adalah analisis teori atau ilmu yang membahas tentang metode dalam melakukan penelitian. Metode pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Maka tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi komparatif kuantitatif. Dalam penelitian ini akan diperoleh besaran nilai koefisien harga satuan bahan, upah, dan peralatan dari pekerjaan pembetonan pada proyek tersebut kemudian mendapat nilai harga satuan pekerjaan



masing-masing metode



yang kemudian



nilai



harga



tersebut



dikomparasikan dengan nilai harga pada metode yang lainnya. Lokasi penelitian berada di Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum typeC di kec. Medan Labuhan. Lokasi ini berada pada jalan Kol. Yos Sudarso KM. 18,5 Medan.



3.2. Prosedur Penelitian Sebelum dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer, terlebih dahulu melewati tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Studi pustaka dari berbagai buku-buku literatur, 2. Merangkum teori yang saling berhubungan antara manajemen konstruksi dan hal-hal yang terkait, 3. Mengumpulkan data dan penjelasan yang didapat dari kontraktor pelaksana pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan, 4. Melakukan pengamatan dilapangan untuk mendapatkan waktu efektif pekerjaan masing masing tenaga kerja,



39 Universitas Sumatera Utara



5. Mengumpulkan data yang didapat dari buku pedoman analisa, 6. Menghitung harga satuan bahan, upah, dan pekerjaan, 7. Menganalisa harga satuan pekerjaan tiap jenis metode yang diteliti, dan 8. Mendapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan tiap jenis metode yang diteliti.



3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Data primer Data primer dalam penelitian ini adalah waktu pengamatan dan durasi pekerjaan pada pekerjaan pembetonan yang didapatkan dari pengamatan langsung di lapangan pada proyek yang dijadikan objek penelitian. Data primer ini dilakukan dengan menggunakan alat atau instrument sebagai berikut: 1. Stopwatch 2. Kertas dan alat tulis 3.3.2. Data sekunder Data dalam penelitian ini berupa volume hasil pekerjaan, dan tenaga kerja yang terlibat pada pekerjaan Pembetonan. Data tersebut didapat langsung dari laporan mingguan proyek yang dijadikan objek penelitian. Data lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari pihak kontraktor dan data lain berupa Peraturan Menteri PUPR no.28 tahun 2016. Adapun data sekunder yang digunakan berupa: 1. Rencana anggaran biaya penawaran proyek 2. Daftar harga satuan bahan penawaran proyek 3. Daftar harga satuan upah penawaran proyek 4. Laporan mingguan proyek 5. Daftar pedoman AHSP



3.4. Teknik Pengumpulan Data Data diperolah dari pihak kontraktor dan peraturan-peraturan yang berlaku. Data dari pihak kontraktor tersebut berupa:  RAB pekerjaan, berupa rancangan anggaran biaya pekerjaan yang diamati  Jenis pekerjaan, berisi item pekerjaan yang diamati



40 Universitas Sumatera Utara



 Durasi pekerjaan, berupa waktu yang digunakan tenaga kerja menyelesaikan pekerjaan tersebut  Waktu efektif, berupa waktu produktif yang dilakukan tenaga kerja dalam satu jamnya  Volume hasil pekerjaan, berupa volume hasil pekerjaan dalam durasi pekerjaan oleh tenaga kerja  Tenaga kerja, berupa jumlah pekerja yang terlibat dalam proses pelaksanaan item pekerjaan tersebut  Daftar harga bahan penawaran, berupa daftar harga bahan yang ditawarkan kontraktor pada lelang (kontrak)  Daftar harga upah penawaran, berupa daftar harga bahan yang ditawarkan kontraktor pada lelang (kontrak).



3.5. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh berupa data mentah yang perlu diolah kembali agar bisa dilakukan komparasi nilai. Teknik yang digunakan berupa analisis data dan analisis komparatif. 3.5.1. Analisis data Analisis ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan time factor pekerjaan Digunakan untuk mengetahui besarnya nilai indeks waktu produktif pekerja. Time Factor adalah waktu efektif pekerja dalam 1 hari per 1 jam dalam suatu kelompok kerja. Besarnya time factor untuk jenis tenaga kerja adalah waktu efektif rata-rata dari pekerjaan pembetonan selama periode pengamatan (14 Januari 2019 sampai dengan 21 April 2019). 2. Menentukan besarnya nilai koefisien bahan, upah, dan peralatan Koefisien digunakan untuk mengetahui besarnya nilai bahan dan pekerja yang diperlukan untuk melakukan suatu item pekerjaan dalam satuan waktu dan volume tertentu. Besarnya nilai koefisien upah didapat dari penghitungan koefisien man day, yang didapat dari koefisien man hour. Koefisien man hour adalah hasil dari berapa jam tenaga kerja dibagi dengan volume yang selesai dikerjakan. Dan



41 Universitas Sumatera Utara



koefisien man day adalah hasil bagi koefisien man hour dengan jumlah jam dalam satu hari 3. Menentukan besarnya nilai harga satuan bahan, upah, dan peralatan pekerjaan Harga satuan bahan, upah, dan peralatan untuk dibandingkan dengan analisis komparatif. Cara menentukan besar dan nilai harga satuan bahan, upah, dan peralatan adalah dengan mengalikan koefisien bahan, upah, dan peralatan yang didapat sebelumnya dengan harga bahan, upah, dan peralatan. 3.5.2. Analisis komparatif Setelah didapatkan hasil nilai koefisien dan harga satuan bahan, upah, dan peralatan pekerjaan, selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai koefisien dan harga satuan bahan, upah, dan peralatan pekerjaan yang lain. Setelah dibandingkan maka akan didapat besarnya perbandingan di antara metode analisis tersebut berupa persentase dan rasio, dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian. Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan diwujudkan dalam bentuk bagan alur:



42 Universitas Sumatera Utara



Diagram Alir



ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN METODE AHSP DAN METODE AKTUAL



TUJUAN & BATASAN PENELITIAN



TINJAUAN PUSTAKA



PENGUMPULAN DATA



DATA SEKUNDER



DATA PRIMER



SHOP DRAWING (DATA VOLUME)



DATA TENAGA KERJA



DATA DURASI PEKERJAAN



HASIL PEKERJAA N



DATA KOEFISIEN AHSP PERMEN PUPR



TIME FACTOR



MENCARI KOEFISIEN



HARGA



MENDAPATKAN KOEF & HARGA METODE LAPANGAN



PERBANDINGAN KOEF & HARGA METODE AHSP & METODE AKTUAL



HASIL & KESIMPULAN



SELESAI



43 Universitas Sumatera Utara



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Gambaran Wilayah Studi Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Type-C di Kec. Medan Labuhan terletak di jalan Kol. Yos Sodarso KM 18,5 Medan. Terletak setelah jalan Syahbudin Yatim dan sebelum jalan Baginda Siregar. Tempat proyek ini terletak sebelah kanan dari arah Medan. Proyek ini



dilaksanakan oleh PT. Gunakarya



Nusantara



sebagai



kontraktornya. Pemerentah Kota Medan berperan sebagai owner proyek pembengunan ini. Rumah sakit ini direncanakan akan berdiri sepuluh lantai. Wilayah proyek ini adalah kecamatan Medan Labuhan. Secara geografis Medan Labuhan berbatasan langsung dengan kabupaten Deli Serdang di arah timur dan selatannya. Arah barat berbatasan dengan kecamatan Marelan. Utaranya berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Belawan. Dan di barat dayanya berbatasan dengan kecamatan Medan Deli. Menurut ketentuanrencana detail tata ruang dan peraturan zonasi menurut Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Medan, klasifikasi zonanya termasuk dalam perdagangan dan jasa & perumahan. Dan untuk klasifikasi sub zonanya ialah perdagangan (K-1) dan perumahan kepadatan sedang (R-2). Kemudian klasifikasi matriks zonasinya adalah I (diizinkan) untuk kegiatan / fungsi rumah sakit umum (type-C) pada sub zona perdagangan (K-1) dan B (diizinkan bersyarat tertentu) pada subzona perumahan kepadatan sedang (R-2). Gambar denah dan peta lokasi proyek dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:



44 Universitas Sumatera Utara



Gambar 4.1 Denah dan Peta Lokasi Proyek



4.2. Volume dan Progres Pekerjaan Progres pekerjaan didapat dari laporan mingguan proyek. Progres yang saya gunakan ialah progress dimana pada massa minggu ke-31 hingga minggu ke-44 pekerjan proyek. Pada tanggal 14 hingga 20 Januari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 86,48 m³ untuk pekerjaan pile cap. Pada tanggal 21 hingga 27 Januari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama sehari dan dihasilkan volume beton sebesar 55,7 m³ untuk pekerjaan pile cap. Pada tanggal 28 Januari hingga 3 Februari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 72,77 m³ untuk pekerjaan pile cap. Pada tanggal 4 hingga 10 Februari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 147 m³ untuk pekerjaan pile cap. Pada tanggal 11 hingga 17 Februari 2019 dilakukan pekerjaan beton selama dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 138,31 m³ untuk pekerjaan pile cap dan sloof. Pada tanggal 18 hingga 24 Februari 2019 tidak ada dilakukan pekerjaan beton. Pada tanggal 25 Februari hingga 3 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 142,56 m³ untuk pekerjaan pile cap, sloof, serta kolom basement. Penelitian pun kembali dilanjutkan dalam bulan Maret. Pada tanggal 4 hingga 10 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 227,17 m³ untuk pekerjaan pile cap, sloof, kolom basement, serta dinding basement. Pada tanggal 11 hingga 17 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 166,25 m³ untuk



45 Universitas Sumatera Utara



pekerjaan pile cap, sloof, kolom basement, dinding basement, serta plat lantai basement. Pada tanggal 18 hingga 24 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama dua hari dan dihasilkan volume beton sebesar 79,24 m³ untuk pekerjaan dinding basement, balok, dan tangga. Pada tanggal 25 hingga 31 Maret 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 137,72 m³ untuk pekerjaan balok, tangga, dan kolom lantai 1. Penelitian pun masih berlangsung dalam bulan April. Pada tanggal 1 hingga 7 April 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 123,48 m³ untuk pekerjaan kolom lantai satu. Pada tanggal 8 hingga 14 April 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 169,68 m³ untuk pekerjaan kolom lantai satu, balok, dan plat lantai. Pada tanggal 15 hingga 21 April 2019 dilakukan pekerjaan beton selama tiga hari dan dihasilkan volume beton sebesar 138,31 m³ untuk pekerjaan balok, plat, dan kolom lantai dua. Sebagai mana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Laporan Mingguan Volume Pekerjaan Minggu ke-



Tanggal (Tahun 2019)



Volume Pekerjaan (m³)



31



14-Jan



s.d.



20-Jan



86,48



32



21-Jan



s.d.



27-Jan



55,7



33



28-Jan



s.d.



03-Feb



72,77



34



04-Feb



s.d.



10-Feb



147



35



11-Feb



s.d.



17-Feb



138,31



36



18-Feb



s.d.



24-Feb



0



37



25-Feb



s.d.



03-Mar



142,56



38



04-Mar



s.d.



10-Mar



227,17



39



11-Mar



s.d.



17-Mar



166,25



40



18-Mar



s.d.



24-Mar



79,24



41



25-Mar



s.d.



31-Mar



137,72



42



01-Apr



s.d.



07-Apr



123,48



43



08-Apr



s.d.



14-Apr



169,68



44



15-Apr



s.d.



21-Apr



138,31



Jumlah



1684,67



46 Universitas Sumatera Utara



4.3. Waktu Efektif (Time Factor) Tenaga Kerja Waktu efektif atau time factor adalah waktu efektif pekerja dalam satu hari per satu jam dalam suatu kelompok kerja. Penulis melakukan perhitungan waktu efektif tenaga kerja dengan menghitung manual menggunakan stopwatch durasi kelompok tenaga kerja melakukan pekerjaan efektifnya dalam satu jam. Sample ini dikumpulkan satu setiap minggunya ketika pekerjaan pengecoran. 4.3.1. Waktu efektif (time factor) pekerja Pekerja disini ialah tenaga kerja yang bertugas menuangkan campuran ready mix baik menggunakan concrete pump (pompa beton) untuk pengecoran maupun pengoprasian Tower Crane. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling banyak dari kelompok tenaga kerja yang lainnya. Dalam proyek ini selama saya mengamatinya pekerja berkisar antara 7 sampai 12 orang. Untuk waktu efektif yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut: Tabel 4.2 Waktu Efektif Pekerja



Minggu ke-



Waktu Efektif (menit)



Minggu ke-



Waktu Efektif (menit)



31



25,61



39



22,70



32



26,69



40



16,53



33



32,39



41



22,85



34



20,90



42



21,77



35



22,75



43



22,32



37



31,96



44



22,90



38



27,18



̅̅̅̅ TF = 24.35 menit



……….. (4.1)



Jadi time factor rata-rata untuk pekerja adalah 24,35 menit atau 0.41 jam. 4.3.2. Waktu efektif (time factor) tukang batu Tukang batu pada proyek ini adalah tenaga kerja yang bertugas menuangkan campuran ready mix ke concrete pump (pompa beton) untuk pengecoran dan menggunakan vibrator. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling banyak ke dua setelah kelompok tenaga kerja pekerja. Dalam proyek ini selama saya



47 Universitas Sumatera Utara



mengamatinya tukang batu berkisar kurang lebih tiga orang. Untuk waktu efektif yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut: Tabel 4.3 Waktu Efektif Tukang Batu



Minggu ke31 32 33 34 35 37 38



Waktu Efektif (menit) 24,86 26,61 33,36 20,35 19,26 23,29 28,09



Waktu Efektif (menit) 19,90 15,37 21,69 18,77 18,65 23,24



Minggu ke39 40 41 42 43 44



̅̅̅̅ 𝑇𝐹 = 22,57



……….. (4.2)



Jadi time factor rata-rata untuk tukang batu adalah 22,57 menit atau 0.38 jam. 4.3.3. Waktu efektif (time factor) kepala tukang Kepala tukang disini adalah tenaga kerja yang bertugas meminpin para pekerja dan tukang agar bias memahami dan bekerja sesuai dengan arahan pelaksana atau pemilik. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling sedikit, ataupun hanya satu bahkan tidak menggunakannya sama sekali. Dalam proyek ini selama saya mengamatinya kepala tukang berkisar kurang lebih satu orang. Untuk waktu efektif yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut: Tabel 4.4 Waktu Efektif Kepala Tukang



Minggu ke31 32 33 34 35 37 38 ̅̅̅̅ 𝑇𝐹 = 15,01



Waktu Efektif (menit) 17,73 18,41 17,45 15,90 14,10 16,50 19,87



Minggu ke39 40 41 42 43 44



Waktu Efektif (menit) 14,90 9,35 13,23 13,72 11,70 12,27 ………..(4.3)



48 Universitas Sumatera Utara



Jadi time factor rata-rata untuk kepala tukang adalah 15,01 menit atau 0.25 jam. 4.3.4. Waktu efektif (time factor) mandor Mandor adalah tenaga kerja yang bertugas mengawasi para pekerja dan tukang agar bekerja sesuai dengan arahan pelaksana atau pemilik dan agar tepat waktu. Jumlah kelompok tenaga kerja ini ialah yang paling sedikit, ataupun hanya satu. Dalam proyek ini selama saya mengamatinya mandor berkisar kurang lebih satu orang. Untuk waktu efektif yang saya ukur sendiri setiap minggunya ialah sebagai berikut: Tabel 4.5 Waktu Efektif Mandor



Minggu ke31 32 33 34 35 37 38



Waktu Efektif (menit) 22,50 20,70 26,40 21,10 16,40 24,60 24,80



Waktu Efektif (menit) 19,70 13,70 18,30 18,10 15,40 14,50



Minggu ke39 40 41 42 43 44



̅̅̅̅ 𝑇𝐹 =19,71



………..(4.4)



Jadi time factor rata-rata untuk mandor adalah 19,71 menit atau 0.33 jam.



4.4. Man Hour Pekerjaan Pembetonan 4.4.1. Man hour pekerja Besarnya koefisien man hour tenaga kerja pekerja pada pekerjaan pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang pekerja pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³ dalam waktu 25,61 menit. 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =



25,61 60



= 0,42683 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎



…………(4.5)



49 Universitas Sumatera Utara



Untuk 6,33 orang pekerja maka jam tenaga kerjanya menjadi: 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,42683 × 6.33 = 2,70328 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎…… (4.6) Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek ialah: 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 =



2,70328 0,9103



……….. (4.7)



= 2,9696 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³



Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja pekerja adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Perhitungan Man Hour Pekerja



Minggu Ke-



Tenaga Kerja (orang)



Durasi (menit)



Hasil Kerja (m³)



Jam Tenaga Kerja (jam orang)



Man Hour (jam orang/m³)



31



6,33



25,61



0,9103



2,70328



2,96960



32



7,00



26,69



0,8236



3,11383



3,78067



33



7,00



32,39



0,8236



3,77883



4,58808



34



7,67



20,90



0,6267



2,67056



4,26152



35



8,00



22,75



0,5544



3,03333



5,47179



37



6,00



31,96



0,8007



3,19600



3,99130



38



6,00



27,18



0,6267



2,71800



4,33723



39



6,33



22,70



0,6502



2,39611



3,68505



40



9,00



16,53



0,6406



2,47950



3,87063



41



7,33



22,85



0,7370



2,79278



3,78915



42



11,50



21,77



0,4178



4,17258



9,98757



43



7,67



22,32



0,5937



2,85200



4,80390



44



8,50



22,90



0,5217



3,24417



6,21786



4.4.2. Man hour tukang batu Besarnya koefisien man hour tenaga kerja tukang batu pada pekerjaan pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang tukang batu pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³ dalam waktu 24,86 menit.



50 Universitas Sumatera Utara



𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =



24,86 60



= 0,41433𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎



……….. (4.8)



Untuk 2,33 orang tukang batu maka jam tenaga kerjanya menjadi: 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,41433 × 2.33 = 0,96678 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek ialah: 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 =



0,96678 0,9103



= 1,06202 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³



……….. (4.9)



Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja tukang batu adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Perhitungan Man Hour Tukang Batu



Minggu Ke-



Tenaga Kerja (orang)



Durasi (menit)



Hasil Kerja (m³)



Jam Tenaga Kerja (jam orang)



Man Hour (jam orang/m³)



31



2,33



24,86



0,9103



0,96678



1,06202



32



2,00



26,61



0,8236



0,88700



1,07695



33



2,50



33,36



0,8236



1,39000



1,68767



34



3,00



20,35



0,6267



1,01750



1,62367



35



3,50



19,26



0,5544



1,12350



2,02667



37



2,33



23,29



0,8007



0,90572



1,13111



38



3,00



28,09



0,6267



1,40450



2,24122



39



2,67



19,90



0,6502



0,88444



1,36021



40



2,50



15,37



0,6406



0,64042



0,99973



41



2,67



21,69



0,7370



0,96400



1,30792



42



2,00



18,77



0,4178



0,62567



1,49761



43



2,33



18,65



0,5937



0,72528



1,22166



44



2,50



23,24



0,5217



0,96833



1,85593



4.4.3. Man hour kepala tukang Besarnya koefisien man hour tenaga kerja kepala tukang pada pekerjaan pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang kepala tukang pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³ dalam waktu 17,73 menit.



51 Universitas Sumatera Utara



𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =



17,73 60



= 0,2955 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎



……..... (4.10)



Untuk 1 orang kepala tukang maka jam tenaga kerjanya menjadi: 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,2955 × 1 = 0,29550 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 …...….. (4.11) Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek ialah: 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 =



0,29550 0,9103



= 0,32461 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³



………..(4.12)



Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja kepala tukang adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Perhitungan Man Hour Kepala Tukang



Minggu Ke-



Tenaga Kerja (orang)



Durasi (menit)



Hasil Kerja (m³)



Jam Tenaga Kerja (jam orang)



Man Hour (jam orang/m³)



31



1



17,73



0,9103



0,29550



0,32461



32



1



18,41



0,8236



0,30683



0,37254



33



1



17,45



0,8236



0,29083



0,35312



34



1



15,90



0,6267



0,26500



0,42287



35



1



14,10



0,5544



0,23500



0,42391



37



1



16,50



0,8007



0,27500



0,34343



38



1



19,87



0,6267



0,33117



0,52846



39



1



14,90



0,6502



0,24833



0,25461



40



1



9,35



0,6406



0,15583



0,24326



41



1



13,23



0,7370



0,22050



0,29917



42



1



13,72



0,4178



0,22867



0,54734



43



1



11,70



0,5937



0,19500



0,32846



44



1



12,27



0,5217



0,20450



0,39195



4.4.4. Man hour mandor Besarnya koefisien man hour tenaga kerja mandor pada pekerjaan pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang mandor



52 Universitas Sumatera Utara



pada minggu ke-31 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,9103 m³ dalam waktu 22,50 menit. 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =



22,50 60



= 0,37500 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎



………..(4.13)



Untuk 1 orang mandor maka jam tenaga kerjanya menjadi: 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 0,37500 × 1 = 0,37500 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎……….(4.14) Maka man hour untuk 1 m³ volume beton paka minggu ke-31 pekerjaan proyek ialah: 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 =



0,37500 0,9103



= 0,41194 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚³



………..(4.15)



Hasil perhitungan man hour untuk tenaga kerja mandor adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Perhitungan Man Hour Mandor



Minggu Ke-



Tenaga Kerja (orang)



Durasi (menit)



Hasil Kerja (m³)



Jam Tenaga Kerja (jam orang)



Man Hour (jam orang/m³)



31



1



22,50



0,9103



0,37500



0,41194



32



1



20,70



0,8236



0,34500



0,41888



33



1



26,40



0,8236



0,44000



0,53423



34



1



21,10



0,6267



0,35167



0,56117



35



1



16,40



0,5544



0,27333



0,49306



37



1



24,60



0,8007



0,41000



0,51203



38



1



24,80



0,6267



0,41333



0,65957



39



1



19,70



0,6502



0,32833



0,50495



40



1



13,70



0,6406



0,22833



0,35644



41



1



18,30



0,7370



0,30500



0,41381



42



1



18,10



0,4178



0,30167



0,72207



43



1



15,40



0,5937



0,25667



0,43233



44



1



14,50



0,5217



0,24167



0,46319



53 Universitas Sumatera Utara



4.5. Man Day Pekerjaan Pembetonan 4.5.1. Man day pekerja Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja pekerja pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut: 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =



𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 2,96960 5



………..(4.16)



= 0,59392 OH Tabel 4.10 Perhitungan Man Day Pekerja



Minggu Ke-



Waktu Efeketif (jam)



Jumlah Jam Kerja dalam 1 Hari



Koefisien Man Hour (jam tenaga kerja/m³)



Koefisien Man Day (OH)



31



0,43



5,0000



2,96960



0,59392



32



0,44



5,0000



3,78067



0,75613



33



0,54



5,0000



4,58808



0,91762



34



0,35



6,0000



4,26152



0,71025



35



0,38



6,5000



5,47179



0,84181



37



0,53



6,0000



3,99130



0,66522



38



0,45



7,6667



4,33723



0,56573



39



0,38



7,0000



3,68505



0,52644



40



0,28



5,0000



3,87063



0,77413



41



0,38



5,3333



3,78915



0,71047



42



0,36



6,0000



9,98757



1,66459



43



0,37



6,3333



4,80390



0,75851



44



0,38



6,5000



6,21786



0,95659



Rata-rata



0,80319



Dari table di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja pekerja adalah 0,80319 OH. 54 Universitas Sumatera Utara



4.5.2. Man day tukang batu Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja tukang batu pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut: 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =



𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 1,06202 5



………..(4.17)



= 0,21240 OH Tabel 4.11 Perhitungan Man Day Tukang Batu



Koefisien Man Hour (jam tenaga kerja/m³)



Koefisien Man Day (OH)



Minggu Ke-



Waktu Efeketif (jam)



Jumlah Jam Kerja dalam 1 Hari



31



0,41



5,0000



1,06202



0,21240



32



0,44



5,0000



1,07695



0,21539



33



0,56



5,0000



1,68767



0,33753



34



0,34



6,0000



1,62367



0,27061



35



0,32



6,5000



2,02667



0,31179



37



0,39



6,0000



1,13111



0,18852



38



0,47



7,6667



2,24122



0,29233



39



0,33



7,0000



1,36021



0,19432



40



0,26



5,0000



0,99973



0,19995



41



0,36



5,3333



1,30792



0,24524



42



0,31



6,0000



1,49761



0,24960



43



0,31



6,3333



1,22166



0,19289



44



0,39



6,5000



1,85593



0,28553



Rata-rata



0,24585



Dari table di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja tukang batu adalah 0,24585 OH.



55 Universitas Sumatera Utara



4.5.3. Man day kepala tukang Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja kepala tukang pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut: 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =



𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 0,32461 5



………..(4.18)



= 0,06492 OH



Tabel 4.12 Perhitungan Man Day Kepala Tukang



Koefisien Man Hour (jam tenaga kerja/m³)



Koefisien Man Day (OH)



Minggu Ke-



Waktu Efeketif (jam)



Jumlah Jam Kerja dalam 1 Hari



31



0,30



5,0000



0,32461



0,06492



32



0,31



5,0000



0,37254



0,07451



33



0,29



5,0000



0,35312



0,07062



34



0,27



6,0000



0,42287



0,07048



35



0,24



6,5000



0,42391



0,06522



37



0,28



6,0000



0,34343



0,05724



38



0,33



7,6667



0,52846



0,06893



39



0,25



7,0000



0,25461



0,03637



40



0,16



5,0000



0,24326



0,04865



41



0,22



5,3333



0,29917



0,05609



42



0,23



6,0000



0,54734



0,09122



43



0,20



6,3333



0,32846



0,05186



44



0,20



6,5000



0,39195



0,06030



Rata-rata



0,06280



Dari tabel di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja kepala tukang adalah 0,06280 OH.



56 Universitas Sumatera Utara



4.5.4. Man day mandor Besarnya man day diperoleh dari pembagian koefisien man hour dengan jumlah jam kerja rata-rata dalam 1 harinya. Dapat dilihat untuk tenaga kerja mandor pada minggu ke-31 adalah sebagai berikut: 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 = 𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦 =



𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑜𝑢𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 0,41194 5



………..(4.19)



= 0,08239 OH Tabel 4.13 Perhitungan Man Day Mandor



Koefisien Man Hour (jam tenaga kerja/m³)



Koefisien Man Day (OH)



Minggu Ke-



Waktu Efeketif (jam)



Jumlah Jam Kerja dalam 1 Hari



31



0,38



5,0000



0,41194



0,08239



32



0,35



5,0000



0,41888



0,08378



33



0,44



5,0000



0,53423



0,10685



34



0,35



6,0000



0,56117



0,09353



35



0,27



6,5000



0,49306



0,07586



37



0,41



6,0000



0,51203



0,08534



38



0,41



7,6667



0,65957



0,08603



39



0,33



7,0000



0,50495



0,07214



40



0,23



5,0000



0,35644



0,07129



41



0,31



5,3333



0,41381



0,07759



42



0,30



6,0000



0,72207



0,12035



43



0,26



6,3333



0,43233



0,06826



44



0,24



6,5000



0,46319



0,07126



Rata-rata



0,08420



Dari tabel di atas didapat koefisien rata-rata man day untuk tenaga kerja mandor adalah 0,08420 OH.



57 Universitas Sumatera Utara



4.6. Koefisien Bahan Pekerjaan Pembetonan Bahan yang digunakan adalah bahan campuran ready mix. Untuk mencari koefisien bahan pekerjaan pembetonan, dengan cara membagi volume beton dengan volume pekerjaan. Volume beton di sini adalah volume beton yang dipesan dari batching plant oleh pihak kontraktor. Dan volume pekerjaan adalah volume beton yang telah dicor. Untuk minggu ke-31 pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut: 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 =



𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 30 28,82667



………..(4.20)



= 1,04070



Untuk minggu yang lain dapat dilihat lengkap pada table dibawah: Tabel 4.14 Perhitungan Koefisien Bahan Beton Ready Mix



Minggu Ke-



Volume Pekerjaan (m³)



Volume Beton (m³)



Koefisien Bahan



31 32 33 34 35 37 38 39 40 41 42 43 44



28,82667 55,70000 36,38500 49,00000 69,15500 47,52000 75,72333 55,41667 39,62000 45,90667 61,74000 56,56000 69,15500



30 56 37 50 70 48 77 56 41 47 63 57 70



1,04070 1,00539 1,01690 1,02041 1,01222 1,01010 1,01686 1,01053 1,03483 1,02382 1,02041 1,00778 1,01222



Rata-rata



1,01786



Maka didapat koefisien bahan rata-rata pekerjaan pembetonan adalah 1,01786. 4.7. Koefisien Peralatan Pekerjaan Pembetonan Peralatan yang digunakan adalah pompa beton atau concrete pump. Untuk mencari koefisien peralatan pekerjaan pembetonan, dengan cara membagi jumlah



58 Universitas Sumatera Utara



jam kerja dalan satu hari dengan volume pekerjaan. Jumlah jam kerja dalan satu hari di sini adalah durasi pekerjaan dalam satu hari. Dan volume pekerjaan adalah volume beton yang telah dicor. Untuk minggu ke-31 pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut: 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 =



𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 5



𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 = 28,82667 = 0,17345



………..(4.21)



Untuk minggu yang lain dapat dilihat lengkap pada tabel dibawah: Tabel 4.15 Perhitungan Koefisien Peralatan Concrete Pump



Minggu Ke-



Volume Pekerjaan (m³)



Durasi Pekerjaan (jam)



Koefisien Peralatan



31 32 33 34 35 37 38 39 40 41 42 43 44



28,82667 55,70000 36,38500 49,00000 69,15500 47,52000 75,72333 55,41667 39,62000 45,90667 61,74000 56,56000 69,15500



5,00000 5,00000 5,00000 6,00000 6,50000 6,00000 7,66667 7,00000 5,00000 5,33333 6,00000 6,33333 6,50000



0,17345 0,08977 0,13742 0,12245 0,09399 0,12626 0,10125 0,12632 0,12620 0,11618 0,09718 0,11198 0,09399



Rata-rata



0,11665



Maka didapat koefisien peralatan rata-rata pekerjaan pembetonan adalah 0,11665.



4.8. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Kondisi Aktual Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya kita memperoleh koefisisen man day dari sub bab 4.5 kita dapat menentukan harga satuan upah pekerjaan pembetonan. Dari sub bab 4.6 kita mendapatkan koefisien bahan pekerjaan untuk menentukan harga satuan bahan pekerjaan pembetonan. Dan dari sub bab 4.7 kita



59 Universitas Sumatera Utara



mendapatkan koefisien peralatan pekerjaan untuk menentukan harga satuan peralatan pekerjaan pembetonan. Untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan didapat dari perkalian koefisien yang telah didapat dengan harga satuan masing-masing. Dapat dilihat dari persamaan dan tabel berikut: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 Contoh untuk pekerja, 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 0,80319 × 90.000 = 72.286,69 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ



………..(4.22)



Tabel 4.16 Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual No.



Uraian



Kode



Satuan



Koefisien



Harga Satuan



Jumlah Harga



1



2



3



4



5



6



7



A



Tenaga Kerja



1



Pekerja



L.01



OH



0,80319



Rp



900.000,00



Rp



72.286,69



2



Tukang Batu



L.02



OH



0,24585



Rp



100.000,00



Rp



24.585,44



3



Kepala Tukang



L.03



OH



0,06280



Rp



120.000,00



Rp



7.536,22



4



Mandor



L.04



OH



0,08420



Rp



100.000,00



Rp



8.420,36



Jumlah Harga Tenaga Kerja



Rp



112.828,70



750.000,00



Rp



763.393,81



Jumlah Harga Bahan



Rp



763.393,81



Rp



2.750.000,00



Rp



320.782,62



Jumlah Harga Peralatan



Rp



320.782,62



Rp



1.197.005,13



B 1



C 1



Bahan Campuran Beton Ready Mix Peralatan Pompa dan Conveyor Beton



M.09.x



E.35







Sewahari



1,01786



0,11665



Rp



Jumlah Harga Satuan Pekerjaan per - m³



Maka, harga satuan pekerjaan pembetonan berdasarkan metode aktual per-m³ adalah 1.285.091,96 rupiah.



60 Universitas Sumatera Utara



4.9. Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan AHSP Harga satuan pekerjaan berdasarkan AHPS adalah metode penghitungan harga satuan pekerjaan menggunakan koefisien yang telah tersedia yang diterbitkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2016. Cara untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan sama seperti sub bab sebelumnya dengan cara mengalikan koefisien dengan harga satuannya masingmasing. Dapat dilihat dari persamaan dan tabel berikut: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 Contoh untuk pekerja, 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = 1,00000 × 900.000 = 900.000,00 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ



………..(4.23)



Tabel 4.17 Perhitungan Analisis Harga Satuan Pekerjaan Metode AHSP No.



Uraian



Kode



Satuan



Koefisien



Harga Satuan



Jumlah Harga



1



2



3



4



5



6



7



A



Tenaga Kerja



1



Pekerja



L.01



OH



1,00000



2



Tukang Batu



L.02



OH



0,25000



Rp



100.000,00



Rp



25.000,00



3



Kepala Tukang



L.03



OH



0,02500



Rp



120.000,00



Rp



3.000,00



4



Mandor



L.04



OH



0,10000



Rp



100.000,00



Rp



10.000,00



Jumlah Harga Tenaga Kerja



Rp



128.000,00



750.000,00



Rp



765.000,00



Jumlah Harga Bahan



Rp



765.000,00



Rp



2.750.000,00



Rp



330.000,00



Jumlah Harga Peralatan



Rp



330.000,00



Rp



1.223.000,00



Rp



183.450,00



Rp



1.406.450,00



B 1



C 1



Bahan Campuran Beton Ready Mix Peralatan Pompa dan Conveyor Beton



M.09.x



E.35







Sewahari



1,02000



0,12000



Rp



90.000,00



Rp



D



Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C)



E



Overhead + Profit (contoh 15%) Jumlah Harga Satuan Pekerjaan per - m³ (D + E)



15% x D



Rp



90.000,00



Maka, harga satuan pekerjaan pembetonan berdasarkan metode AHSP perm³ adalah 1.406.450,00 rupiah.



61 Universitas Sumatera Utara



4.10. Rasio Perbandingan Koefisien Harga Satuan Pekerjaan Setelah pengumpulan data dan pengamatan kemudian mendapatkan nilai koefisien lalu bandingkan ke dalam diagram bar. Dari sub bab 4.5 mendapatkan nilai koefisien tenaga kerja pekerjaan pembetonan untuk metode aktual. Dari sub bab 4.6 mendapatkan nilai koefisien bahan pekerjaan pembetonan untuk metode aktual. Dari sub bab 4.7 mendapatkan nilai koefisien pekerjaan pembetonan untuk metode aktual. Besarnya nilai koefisien tenaga kerja pekerjaan pembetonan per-m³ dengan metode AHSP dan metode aktual pada Proyek Pembanguna Rumah Sakit Umum type-C di kec. Medan Labuhan dapat dilihat pada table berikul ini: Tabel 4.18 Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP



Koefisien Tenaga Kerja Tenaga Kerja Metode AHSP



Metode Aktual



Pekerja



1,00000



0,80319



Tukang Batu



0,25000



0,24585



Kepala Tukang



0,02500



0,06280



Mandor



0,10000



0,08420



Koefisien Tenaga Kerja Mandor



Kepala Tukang



0,08420 0,10000 0,06280 0,02500



Tukang Batu



0,25000



0,24585



0,80319 1,00000



Pekerja 0,00000



0,20000



0,40000



Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual



0,60000



0,80000



1,00000



1,20000



Koefisien Tenaga Kerja Metode AHSP



Grafik 4.1 Perbandingan Koefisien Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP



62 Universitas Sumatera Utara



Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari keempat jenis tenaga kerja tiga diantaranya koefisien tenaga kerja metode aktual lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas yang terjadi di lapangan tidak sebesar yang ada pada metode AHSP. Menurut teori seharusnyalah koefisien metode aktual lebih rendah daripada koefisien metode AHSP karena pada keoefisien AHSP sudah diperhitungkan safety factor di dalamnya sehingga pasti harus lebih besar koefisiennya. Untuk besarnya nilai koefisien bahan pekerjaan pembetonan per-m³ dengan metode AHSP dan metode aktual pada proyek pembanguna rumah sakit umum type-C di kec. Medan Labuhan dapat dilihat pada tabel berikul ini:



Tabel 4.19 Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP



Bahan Ready Mix



Koefisien Bahan Metode AHSP



Metode Aktual



1,02000



1,01786



Koefisien Bahan



1,01786



Koefisien Bahan



Metode Aktual



Metode AHSP



1,02000



1,01650 1,01700 1,01750 1,01800 1,01850 1,01900 1,01950 1,02000 1,02050



Grafik 4.2 Perbandingan Koefisien Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP



Sama seperti sebelumnya dari data di atas dapat dilihat bahwa dari koefisien bahan metode aktual lebih sedikit dibandingkan dengan metode AHSP. Hal ini menunjukkan bahwa volume yang terjadi dan diperlukan dilapangan tidak sebesar yang ada pada metode AHSP. Dan seharusnya menurut teori koefisien metode



63 Universitas Sumatera Utara



aktual lebih rendah daripada koefisien metode AHSP karena pada keoefisien AHSP sudah diperhitungkan safety factor di dalamnya sehingga pasti harus lebih besar koefisiennya. Dan untuk besarnya nilai koefisien peralatan pekerjaan pembetonan per-m³ dengan metode AHSP dan metode aktual pada proyek pembanguna rumah sakit umum type-C di kec. Medan Labuhan dapat dilihat pada table berikul ini: Tabel 4.20 Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP



Koefisien Peralatan



Peralatan Concrete Pump



AHSP



Aktual



0,12000



0,11665



Koefisien Peralatan



Koefisien Peralatan



Aktual



0,11665



AHSP



0,11400



0,12000



0,11500



0,11600



0,11700



0,11800



0,11900



0,12000



0,12100



Grafik 4.3 Perbandingan Koefisien Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP



Begitu juga dengan koefisien peralatan dapat dilihat bahwa dari data diatas, koefisien peralatan metode aktual lebih sedikit dibandingkan dengan metode AHSP. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas yang terjadi dan diperlukan dilapangan tidak sebesar yang ada pada metode AHSP. Dan menurut teori koefisien metode aktual lebih rendah daripada koefisien metode AHSP karena pada keoefisien AHSP sudah diperhitungkan safety factor di dalamnya sehingga pasti harus lebih besar koefisiennya.



64 Universitas Sumatera Utara



Jadi dari semua jenis koefisien metode aktuallah yang lebih rendah dikarenakan itu adalah apa yang terjadi dilapangan. Sedangkan metode AHSP dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan memperhitungkan faktor-faktor yang tidak terduga seperti human error, error calculating, dan lain sebagainya.



4.11. Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Berdasarkan perhitungan dari sub bab sebelumnya maka didapat perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ menggunakan metode aktual dan metode AHSP pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum type-C kec. Medan Labuhan adalah sebagai berikut: Tabel 4.21 Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP



Harga Satuan Pekerjaan AHSP Aktual



Uraian Tenaga Kerja Bahan Peralatan Overhead & Pofit (15%)



Rp Rp Rp Rp



128.000,00 765.000,00 330.000,00 183,450.00



Rp Rp Rp Rp



112.828,70 763.393,81 320.782,62 -



Jumlah



Rp



1.406.450,00



Rp



1.197.005,13



Dari tabel dapat dilihat bahwa metode aktual lebih rendah Rp209.444,87 dibandingkan dengan metode AHSP per-m³.



65 Universitas Sumatera Utara



Harga Satuan Pekerjaan



Harga Satuan Tenaga Kerja



Aktual



Rp112.828,70



AHSP



Rp128.000,00



Rp105.000,00 Rp110.000,00 Rp115.000,00 Rp120.000,00 Rp125.000,00 Rp130.000,00



Grafik 4.4 Perbandingan Harga Satuan Tenaga Kerja Metode Aktual dan Metode AHSP



Aktual



Rp763.393,81



AHSP



Rp765.500,00



Rp765.000,00



Rp764.500,00



Rp764.000,00



Rp763.500,00



Rp763.000,00



Rp765.000,00



Rp762.500,00



Harga Satuan Pekerjaan



Harga Satuan Bahan



Grafik 4.5 Perbandingan Harga Satuan Bahan Metode Aktual dan Metode AHSP



66 Universitas Sumatera Utara



Aktual



Rp320.782,62



AHSP



Rp332.000,00



Rp330.000,00



Rp328.000,00



Rp326.000,00



Rp324.000,00



Rp322.000,00



Rp320.000,00



Rp318.000,00



Rp330.000,00



Rp316.000,00



Harga Satuan Pekerjaan



Harga Satuan Peralatan



Grafik 4.6 Perbandingan Harga Satuan Peralatan Metode Aktual dan Metode AHSP



Metode Harga Satuan



Harga Satuan Pekerjaan Rp1.197.005,13 0



1



Rp1.406.450,00 0



0



200000



400000



600000



800000 1000000 1200000 1400000 1600000



rupiah Metode Aktual



Metode AHSP



Grafik 4.7 Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP



Berbanding lurus dengan perbandingan koefisien sebelumnya untuk harga satuan pekerjaan dengan metode aktual lebih rendah dari pada harga dengan metode AHSP. Dari harga satuan pekerjaan tersebut dapat dibandingkan menjadi bentuk persentase. Maka, persentase untuk perbandingan harga satuan pekerjaan antara metode aktual dengan metode AHSP pekerjaan pembetonan per-m³ adalah: 67 Universitas Sumatera Utara



𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 =



𝐻𝑆𝑃 𝐴𝐻𝑆𝑃 − 𝐻𝑆𝑃 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 × 100% 𝐻𝑆𝑃 𝐴𝐻𝑆𝑃 1.406.450,00−1.197.005,13 1.406.450,00



× 100%



………..(4.24)



𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 14,89 % Tabel 4.22 Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan Metode Aktual dan Metode AHSP



Uraian Tenaga Kerja Bahan Peralatan Jumlah



Rasio Perbandingan 11,85% 0,21% 2,79% 14,89%



Dari perhitungan dan tabel tersebut maka harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode aktual 14,89 % lebih rendah dari pada metode AHSP. Hal tersebut menunjukkan harga satuan pekerjaan metode aktual lebih efisien dibandingkan dengan metode AHSP karena merupakan real yang terjadi di lapangan. Jika pihak kontraktor menggunakan metode AHSP pada proyek ini maka dapat dipastikan bahwa pihak kontraktor memiliki 14,89 % profit maupun biaya untuk overhead dari pekerjaan pembetonan tersebut.



68 Universitas Sumatera Utara



BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.



Nilai koefisien pekerjaan pembetonan per-m³ kelompok tenaga kerja pekerja adalah 0,80319 OH; tukang batu adalah 0,24585 OH; kepala tukang adalah 0,06280 OH; dan mandor adalah 0,08420 OH.



2.



Perbandingan koefisien harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP dan metode aktual masing-masing adalah sebagai berikut: a. Didapat koefisien upah tenaga kerja pekerja untuk metode aktual adalah 0,80319 OH dan metode AHSP adalah 1,0000 OH. Selisihnya adalah 0,19681 OH b. Didapat koefisien upah tenaga kerja tukang batu untuk metode aktual adalah 0,24585 OH dan metode AHSP adalah 0,2500 OH. Selisihnya adalah 0,00415 OH c. Didapat koefisien upah tenaga kerja kepala tukang untuk metode aktual adalah 0,06280 OH dan metode AHSP adalah 0,02500 OH. Selisihnya adalah -0,03780 OH d. Didapat koefisien upah tenaga kerja mandor untuk metode aktual adalah 0,08420 OH dan metode AHSP adalah 0,1000 OH. Selisihnya adalah 0,01580 OH e. Didapat koefisien bahan campuran ready mix untuk metode aktual adalah 1,01786 m³ dan metode AHSP adalah 1,0200 m³. Selisihnya adalah 0,00214 m³ f. Didapat koefisien peralatan pompa beton atau concrete pump untuk metode aktual adalah 0,11665 sewa-hari dan metode AHSP adalah 0,12000 sewa-hari. Selisihnya adalah 0,00335 sewa-hari.



69 Universitas Sumatera Utara



3.



Rasio perbandingan harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP dengan metode aktual pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum type-C di Kec. Medan Labuhan adalah sebagai berikut: a. Untuk harga satuan upah pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP sebesar Rp128.000,00 sedangkan metode aktual sebesar Rp112.828,70. Jadi harga satuan upah metode aktual lebih rendah 11,85% dibandingkan dengan metode AHSP b. Untuk harga satuan bahan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP sebesar Rp765.000,00 sedangkan metode aktual sebesar Rp763.393,81. Jadi harga satuan bahan metode AHSP lebih tinggi 0,21% dibandingkan dengan metode aktual c. Untuk harga satuan peralatan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP sebesar Rp330.000,00 sedangkan metode aktual sebesar Rp320.782,62. Jadi harga satuan peralatan metode AHSP lebih tinggi 2,78% dibandingkan dengan metode aktual d. Untuk jumlah harga satuan pekerjaan pembetonan per-m³ metode AHSP sebesar



Rp1.406.450,00



sedangkan



metode



aktual



sebesar



Rp1.197.005,13. Jadi harga satuan pekerjaan pembetonan metode aktual lebih rendah 14,89% dibandingkan dengan metode AHSP.



5.2. Saran 1.



Metode aktual adalah metode perhitungan harga satuan pekerjaan yang paling dekat dengan yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu, metode ini dapat dipakai sebagai acuan harga yang paling realistis.



2.



Karena koefisien yang didapat dari metode aktual bersifat unik, maksudnya berbeda proyek dapat berbeda nilai koefisiennya. Sehingga perlu penyesuaian sebelum menggunakan nilai koefisien yang telah didapat untuk dijadikan nilai koefisien untuk proyek yang lain.



3.



Perlu penelitian lebih lanjut seperti menggunakan beberapa proyek dan menambahkan jam pengamatan untuk hasil yang relatif lebih rasional agar dapat digunakan untuk proyek lain.



70 Universitas Sumatera Utara



DAFTAR PUSTAKA Arruan, Arthur. 2014. Analisis Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja di Lapangan dengan Membandingkan Analisis SNI dan Analisis BOW pada Pembesian dan Bekisting Kolom. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Ashworth, Allan. 1994. Perencanaan Biaya Bangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bashari, Khubab. Dkk. 2014. Analisa Koefisien Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerjaan Pembesian. Semarang: Universitas Diponegoro. Chasin, James A., and Ralph. S. Polimeni. 1986. Akuntansi Biaya, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek Konstruksi Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius. Djojohadikusumo, Sumitro. 1981. Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang. Jakarta: LP3SE. Ervianto, I Wulfram. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi. Gray, Clifford., Larson, Erik. 2000. Project Management: The Managerial Process. New York: McGraw-Hill. Ibrahim Bachtiar, H. 1994. Rencana & Estimate Real of Cost. Jakarta: Bumi Aksara. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2016. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.28 Tahun 2016 Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Indonesia. Mukomoko, J. A. 1985. Dasar-Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: Gaya Media Pratama. Musanef. 1986. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Rajawali. Nasrul. 2013. Studi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Dengan Metode Bow, Sni Dan Lapangan Pada Proyek Irigasi Batang Anai II. Padang. Institut Teknologi Padang. Pratama, Septiaji. 2017. Analisis Perbandingan Koefisien Harga Satuan Pekerjaan Berdasarkan Kondisi Aktual, Sni, Ahsp, Dan Analisa K (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah Tpa Terjun Marelan Medan). Medan. Universitas Sumatera Utara.



71 Universitas Sumatera Utara



Roehman, Fatchur. 2011. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dengan Metode Bow, Sni, Dan Lapangan (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal



Perum Bugel, Jepara). Demak. Universitas Sultan Fatah.



Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius. Schwalbe,



Kathy.



2004.



Information



Technology



Project



Management.



Pennsylvania: Course Technology. Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FE UI Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta: Karunika UT. Soeharto. Iman. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. _____________. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional (Jilid 1: Konsep, Studi, Kelayakan dan Jaringan Kerja ). Jakarta: Erlangga. _____________. 2001. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional (Jilid 2). Jakarta: Erlangga. Soetarno, R. 1986. Ensiklopedia Ekonomi. Semarang: Dahara Prize. Susanto, Astrid S. 1984. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Bina Cipta. Weiss, Joseph., Wysocki, Robert. 1992. Five-Phase Project Management: Practical Planning and Implementation Guide. New York: Perseus Books Group. Wuryanti, Wahyu. 2010. Standardisasi Pedoman Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung. Banjarmasin: Prosiding PPI Standarisasi. Yunita, A. M. 2013. Analisa Indeks Biaya untuk Pekerjaan Beton Bertulang dengan Menggunakan Metode SNI 7394-2008 dan Lapangan (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Asrama STIKES CHMK Tahap III). Kupang: Universitas Nusa Cendana



72 Universitas Sumatera Utara