Analisis Metode Harga Pokok Produksi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nova
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SKETSEL DENGAN METODE FULL COSTING (Studi Kasus pada Meubel Jawa Indah Antique di Jepara)



PEMBIMBING: H. ICHWAN MARISAN, S.E., M.Si. SOLIKUL HIDAYAT, S.E., M.Si.



PROPOSAL METODELOGI PENELITIAN Disusun Oleh: NOVA SEFBRIYANI 131120001130



PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA 2015



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri meubel merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri meubel terus meningkat karena sektor industri ini memberikan desain interior serta nilai artistik yang dapat memberikan kenyamanan sehingga dapat menunjang berbagai aktifitas. Meubel Indonesia kini juga berperan penting sebagai sumber devisa bagi negara karena peminat produk tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Keadaan ini membuat para produsen meubel bersaing untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen. Faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk adalah kualitas. Kualitas produk yang baik akan meningkatkan loyalitas pelanggan serta mampu menjaga persaingan dengan para kompetitor. Persaingan tentu membuat suatu perusahaan harus mempunyai suatu metode dalam menghadapi kompetitor salah satunya metode harga pokok produksi, yang memiliki tingkat kepastian



relatif



tinggi. Di dalam perhitungan harga pokok produksi, informasi yang



dibutuhkan adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya tersebut harus ditetukan secara cermat, baik dalam pencatatan maupun penggolongannya. Dalam menentukan harga pokok produksi dapat menggunakan dua metode yaitu metode full costing dan variable costing. Pada metode full costing semua biaya-biaya diperhitungkan baik yang bersifat tetap maupun variabel. Sedangkan pada metode variable costing untuk menentukan harga pokok produksi hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Dengan perhitungan harga pokok produksi, perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan begitupun dengan perhitungan harga pokok produksi yang tepat maka akan mengakibatkan penetapan harga jual yang benar, tidak terlalu tinggi bahkan terlalu rendah dari harga pokok, sehingga nantinya mampu menghasilkan laba sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya tujuan dari perhitungan harga pokok produksi adalah: 1. Sebagai dasar untuk menetapkan harga jual suatu produk 2. Untuk menetapkan keuntungan atau laba yang diinginkan perusahaan 3. Sebagai alat untuk mengukur atau menilai efisiensi dari proses produksi.



Untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas proses produksi yang berkualitas, industri meubel saat ini tidak saja menuntut perusahaan untuk memproduksi barang sebanyak-banyaknya namun bagaimana produsen barang tersebut tepat dalam metode perhitungan harga produksi. Apabila perhitungan harga pokok produksi kurang tepat dalam perhitungannya, maka yang akan terjadi adalah harga barang produksi terlalu tinggi sehingga dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar sehingga produk tidak diminati konsumen, sebaliknya apabila harga terlalu rendah memang akan menarik minat konsumen untuk membeli produk hasil produksi perusahaan namun hal ini juga mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah sehingga hasil penjualan tidak dapat menutup biaya produksi apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Jawa Indah Antique adalah salah satu industri menengah yang mengembangkan usahanya dalam kategori industri meubel, yang menghasilkan produk berupa daun pintu jati, kusen pintu, gebyok ukir, kursi antik, sketsel, dll. Dalam hal memproduksi produk, perusahaan semaksimal mungkin mempertahankan kualitas yang sudah terjaga sejak lama. Mempertahankan produk tentunya juga sangat berhubungan erat dengan proses harga pokok produksi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan menghitung proses penentuan harga pokok produksi dengan cara membagi seluruh biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi dengan jumlah produk yang akan dihasilkan. Cara tersebut dinilai kurang memadai dan tidak menghasilkan harga pokok produk yang wajar. Perusahaan semestinya melakukan penghitungan harga pokok produksi berdasarkan pengumpulan dan penggolongan sesuai dengan fungsi pokoknya dalam perusahaan. Untuk



mengetahui



apakah



perusahaan



telah



melakukan



pengumpulan



dan



penggolongan biaya serta penentuan harga pokok produksinya secara tepat, maka diperlukan adanya evaluasi di dalamnya. Dengan adanya evaluasi tersebut, diharapkan nantinya akan dapat digunakan dalam berbagai pengambilan keputusan. Di sisi lain penentuan harga pokok produksi yang wajar akan dapat dipakai dalam penentuan laba rugi perusahaan, sehingga dapat mencerminkan laba yang sesungguhnya yang menjadi tujuan dari perusahaan.



1.2. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada harga pokok produksi sketsel dikarenakan peminat dari sketsel yang relatif banyak. Penelitian ini didasarkan pada metode full costing yang umumnya digunakan pada industri kecil dan menengah karena industri ini masih menggunakan proses pencatatan biaya yang relatif sederhana. Dengan menggunakan metode full costing maka akan memperoleh biaya produksi yang tepat dan dapat menentukan harga jual yang kompetitif di pasar. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang akurat dan efisien pada Jawa Indah Antique. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka timbul perumusan masalah sebagi berikut : 1) Bagaimana perhitungan harga pokok produksi sketsel dengan metode full costing? 2) Bagiamana perbedaan antara metode full costing dengan metode yang digunakan oleh Jawa Indah Antique dalam perhitungan harga pokok produksi sketsel? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisa perhitungan harga pokok produksi sketsel dengan menggunakan metode full costing. 2) Menganalisa perbedaan antara metode full costing dan metode yang digunakan oleh Jawa Indah Antique dalam perhitungan harga pokok produksi gebyok ukir 1.5. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi peneliti, Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing. 2) Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam mengetahui biaya yang akurat melalui perhitungan harga pokok produksi yang sesuai. 3) Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sifatnya sejenis serta memberikan wawasan yang relatif luas



mengenai perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Untuk mendukung dan mempermudah dalam memahami maksud dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, diperlukan literatur tentang teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun ulasan berbagai literatur mengenai teori tersebut adalah sebagai berikut: Harga Pokok Produksi



Harga pokok produksi merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan kedalam produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Harga pokok produksi juga digunakan oleh perusahaan sebagai dasar dari harga jual suatu produk serta dapat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan perusahaan. 2.1.1. Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Para Ahli a. Menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya ”Management Accounting” adalah sebagai berikut : “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diseleseikan pada periode tertentu”. (2004 ; 48) b. Menurut Supriyono dalam bukunya ”Sistem Pengendalian Manajemen” adalah sebagai berikut : “Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi”. (2002 ; 11) c. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:49), harga pokok produksi adalah: “Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir.” Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk pada waktu tertentu yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. 2.1.2.



Manfaat Harga Pokok Produksi



Menurut Mulyadi (2010:65) dalam perusahaan berproduksi umum, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Menentukan harga jual produk Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan, disamping data biaya lain serta data non biaya. 2. Memantau realisasi biaya produksi Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilakukan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut, Oleh karena itu akuntansi biaya



digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi, yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang dipertimbangkan sebelumnya. 3. Menghitung laba atau rugi periode tertentu Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periodik, diperlukan untuk mengetahui kontribsi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. 4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi, dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode.



2.1.3.



Unsur – unsur Harga Pokok Produksi



Unsur – unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Pada umumnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga dengan biaya utama (Prime Cost), sedangkan yang lainnya disebut biaya konversi (Conversion Cost). Biaya–biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Yang termasuk kedalam unsur – unsur harga pokok produksi adalah sebagai berikut: 1) Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian utama dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk jadi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:14), dinyatakan bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan barang dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Bahan baku yang digunakan dalam suatu proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam pengelompokkan bahan baku ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.



Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi. Atau dengan kata lain merupakan komponen biaya yang jumlahnya relatif besar dalam menghasilkan output dan biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut. Biaya bahan baku langsung ini biasanya dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya yang bergerak secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Secara teoritis, biaya bahan baku langsung terdiri dari harga pokok pembelian bahan baku langsung ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menyiapkannya untuk memasuki proses produksi, misalnya biaya pengangkutan, biaya bongkar muat, biaya gudang dan biaya asuransi. Syarat jual beli dan potongan pembelian juga harus diperhatikan. Bahan baku tidak langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku yang jumlahnya relatif kecil untuk menghasilkan produk. Walaupun penggunaan bahan ini relatif kecil tetapi merupakan bagian dari barang jadi. 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) Mulyadi (2001:343), mendefinisikan “biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari: a. Gaji pokok, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. b. Upah lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan. c. Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada pekerja yang menunjukkan prestasi melebihi batas yang ditentukan. 3) Biaya Overhead (Overhead Cost) Berikut ini merupakan beberapa pengertian menurut para ahli mengenai biaya overhead: Menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah sebaga berikut: “Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak secara langsung ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya energi bagi pabrik seperti gas, listrik, minyak dan sebagainya.”



Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:13) Biaya Overhead dapat dikelompokkan menjadi elemen: a) “Bahan Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong) adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna. b) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah biaya tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang pabrik, gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang. c) Biaya Tidak Langsung Lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, 2.1.4.



reparasi mesin dan peralatan pabrik.” Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi



Metode pengumpulan harga pokok produksi menurut Blocher et.al (2001:551) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua macam sistem penentuan biaya produk yang digunakan dalam jenis industri yang berbeda yaitu: 1. Penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) Merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu.pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan/ pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang membuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Atas dasar pesanan penjualan akan dibuat perintah produksi untuk melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli. Harga pokok pesanan dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan, jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi jumlah produksi pesanan yang bersangkutan.



Karakteristik usaha perusahaan yang menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan menurut Mulyadi (1999:42) yaitu: a. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus- putus. b. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. c. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan. d. Manfaat harga pokok produksi berdasarkan pesanan adalah: e. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. f. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. g. Memantau realisasi biaya produksi. h. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan. i. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses. 2. Penentuan biaya berdasarkan proses (process costing). Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar produk yang hampir identik. Karakteristik usaha perusahaan yang menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan proses yaitu: a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar. b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi d. e. f. g. h.



rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. Manfaat harga pokok produksi berdasarkan proses adalah: Menentukan harga jual produk. Memantau realisasi biaya produksi. Menghitung laba atau rugi periodik. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.



2.1.5.



Metode Penilaian Harga Pokok Produksi



Menurut Mulyadi (2001:18),metode penilaian harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kebutuhan dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan, yaitu: 1. Metode pembiayaan penuh (full costing) Metode pembiayaan penuh (full costing) atau sering pula disebut absorption costing atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berprilaku tetap maupun periodik kepada produk. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari:  Biaya bahan baku  Biaya tenaga kerja



 Overhead pabrik-biaya tetap  Overhead pabrik-biaya variabel Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar periode yang telah ditentukan pada kapasitas normal atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (periode harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjadi. Karena overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar periode yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut akan terjadi pembebanan biaya overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi sebelum produk dijual. Metode full costing menunda pembebenan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi overhead pabrik yang terjadi baik yang berprilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual. 2. Metode pembiayaan variabel (vaiable costing) Metode pembiayaan variabel (vaiable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan biaya-biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari:  Biaya bahan baku  Biaya tenaga kerja  Overhead pabrik variabel Dalam metode variable costing overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai periode harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam metode variable costing tidak



melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat juka dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindati terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang. 2.1.6.



Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing



Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang. Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap. Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu : a.



Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani



b.



biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain



biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya c.



periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya



d.



tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual



(harga pokok persediaan). e. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing adalah : i.



Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama. Sedangkan dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat



ii.



bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel



iii.



yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP) dalam rangka perencanaan dan pengendalian. Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk



kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu



Penelitian terdahulu secara lebih ringkas dapat diperjelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu No . 1.



Nama dan Tahun



Judul Penelitian



Tujuan penelitian



Nienik H Samsul Perbandingan Harga Menganalisis (2013) Pokok Produksi Full perbandingan



Costing Variable



dan metode full costing Costing



dan variable costing



Kesimpulan Dalam proses penggolongan biaya, baik biaya nonproduksi maupun biaya overhead,



Untuk Harga Jual dalam perhitungan



perusahaan tidak



CV. Pyramid



harga pokok



menggolongkan biaya



produksi untuk



dengan cermat sesuai



penentuan harga jual



jenisnya.



pada perusahaan. Perbandingan metode full costing dan variable costing dalam perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan untuk penentuan harga jual menunjukkan metode full costing memiliki angka nominal jauh lebih tinggi dalam perhitungan harga pokok produksi daripada metode variable costing, karena disebabkan dalam perhitungan harga pokok produksi pada metode full costing memasukkan semua



akun biaya baik yang berjenis variabel maupun tetap. 2.



Helmina Batubara Penentuan Harga



Mengetahui



Hasil perhitungan



(2013)



Pokok Produksi



penetuan harga



berdasarkan full costing



Berdasarkan Metode



pokok produksi



lebih kecil dibandingkan



Full Costing



dengan metode



dengan HPP



Pembuatan Etalase



perusahaan dan



perhitungan perusahaan



Kaca dan



perbandingan



disebabkan oleh



Alumunium di UD.



dengan metode



pembebanan biaya



Istana Alumunium



full costing yang



overhead pabrik pada



Manado”



dilakukan



perusahaan lebih tinggi



perusahaan



dari pembebanan



dalam



overhead dengan



pembuatan



metode full costing.



etalase kaca dan 3.



Dyah



Ayu Analisis



alumunium. Penentuan Menganalisis dan Pokok mendeskripsikan



Penentuan harga pokok



Setyaningrum



Harga



produksi kain batik



(2013)



Produksi



Batik penentuan harga



menggunakan sistem



Mustika



Blora pokok produksi kain



activity based costing



Berdasarkan System



batik berdasarkan



lebih akurat dan tepat



Activity



sistem activity based



apabila dibandingkan



Based



Costing (Studi Kasus costing (ABC).



dengan sistem



pada Usaha Batik



tradisional.



Mustika Blora)



Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi menggunakan sistem konvensional dan sistem activity based costing disebabkan karena pembebanan overhead pada activity



based costing disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam pembuatan kain batik.



2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Sketsel Identifikasi biaya produksi : 1) Biaya bahan baku 2) Biaya tenaga kerja 3) Biaya overhead pabrik variabel Perhitungan Harga Pokok Produksi



Perhitungan Harga



Perhitungan Harga



Pokok Produksi



Pokok Produksi



dengan Metode



dengan Metode Full



Meubel Jawa Indah



Costing



Antique Perbedaan Kedua Metode



Penetapan Harga Pokok Produksi Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis



2.4 Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun hipotesis yang penelikti rumuskan adalah: Ho: harga pokok produksi sketsel menggunakan Metode Full Costing tidak lebih rendah daripada harga pokok produksi yang ditetapkan oleh Meubel Jawa Indah Antique Ha: harga pokok produksi sketsel menggunakan Metode Full Costing lebih rendah daripada harga pokok produksi yang ditetapkan oleh Meubel Jawa Indah Antique BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Arikunto, 2006: 10). Variabel ataupun objek dalam penelitian ini adalah perhitungan harga pokok produksi pada produk sketsel. Penentuan variabel penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terdahulu dengan pemilik Jawa Indah Antique dan menghasilkan kesimpulan bahwa jenis sketsel merupakan produk yang paling banyak diminati oleh konsumen. Untuk setiap bulannya, Jawa Indah Antique dapat memproduksi 3 sampai 4 jenis sketsel lebih banyak daripada jenis produk lain seperti kursi wayang, almari dan sebagainya. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables) Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktorfaktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam hal ini variabel bebasnya yakni harga pokok produksi. 2. Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variables). Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Dalam hal ini variabel terikatnya adalah unsur-unsur harga pokok produksi dan metode full costing. 3.2. Jenis dan Sumber Data



Dalam penelitian ini, jenis data yang akan digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil pengolahan dan hasil penelitian lapangan, yakni: laporan harga pokok produksi sketsel yang diperoleh penulis dari Jawa Indah Antique, yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif. 1) Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Dalam penelitian ini, data kualitatif adalah:  Sejarah singkat Jawa Indah Antique  Struktur organisasi Jawa Indah Antique 2) Data kuantitatif adalah data yang dapat dihitung yang berupa angka/nominal. Dalam hal ini adalah data dan laporan harga pokok produksi sketsel Jawa Indah Antique. 3.3. Populasi dan Jumlah Sampel Menurut Sugiyono (2006:55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data harga pokok produksi sketsel periode 2013-2014 pada Jawa Indah Antique. Menurut Sugiyono (2006:56), ”sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel penelitian ini adalah harga pokok produksi sketsel ratarata setiap bulan pada Jawa Indah Antique dari tahun 2013 -2014, sehingga data observasi pada penelitian ini berjumlah 24.



3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung ke perusahaan yang menjadi obyek penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan sehubungan dengan materi pembahasan. 2) Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyediaan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian. 3) Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek pembahasan sebagai bahan analisis. 3.5.Metode Analisis Data



Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menguraikan dan menginterpretasikan data yang telah didapat dari lapangan dan informan



sehingga informasi yang diperoleh dan dianalisis diharapkan dapat mengungkapkan bagaimana komparasi perhitungan harga pokok produksi sketsel antara Jawa Indah Antique dengan metode full costing.



Penjelasan deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah: 1. Menguraikan dengan detail perhitungan yang dilakukan oleh Jawa Indah Antique. 2. Mengidentifikasi biaya-biaya yang tidak diperhitungkan dalam harga pokok produksi oleh Jawa Indah Antique. 3. Mengidentifikasi ketidak sesuaian dengan metode full costing 4. Menyajikan hasil perhitungan harga pokok produksi Jawa Indah Antique dengan metode full costing untuk melihat perberdaan perhitungan yang telah diterapkan selama ini.



Daftar Pustaka



Bustami & Nurlela.2006.”Akuntansi biaya.Graha Ilmu:Yogyakarta. Carter, dan Usry.2006.Akuntansi Biaya. Penerbit Salemba Empat, Jakarta Hansen dan Mowen. 2007. Akuntansi Manajemen. Terjemahan Hermawan. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. Ahmad, Firdaus., Abdullah, Wasilah. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Ketiga. Salemba Empat.  Jakarta. Eprilianta, Silvania.2011.”Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu Dengan Metode Full Costing pada Industri Kecil (Studi Kasus CV. Laksa Mandiri).



http://www.slideshare.net/bycmd/metode-hargapokokpesananfullcosting http://www.slideserve.com/aspasia/metode-harga-pokok-proses-process-costing https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/anggaran-biaya-overhead-pabrikbop/menghitung-harga-pokok-produksi http://lib.unnes.ac.id/18179/ https://ml.scribd.com/doc/74271628/Variable-Costing-Akmen https://ml.scribd.com/doc/127094777/PENERAPAN-ACTIVITY-BASED-COSTINGSYSTEM-UNTUK-MENENTUKAN-HARGA-POKOK-PRODUKSI http://ejournal.unesa.ac.id/article/529/57/article.pdf http://www.e-jurnal.com/2013/12/perbandingan-harga-pokok-produksi-full.html