6 0 365 KB
MODUL 7 SISTEM KOS PRODUKSI – LANJUTAN
Pengantar Pada modul 6 kita telah membahas mengenai sistem kos proses, terutama mengenai konsep sistem kos proses, perbedaan sistem kos proses dan sistem kos pekerjaan – order, akuntansi sistem kos proses, unit ekuivalen, dan laporan kos produksi. Laporan kos produksi yang dibahas di modul 6 masih merupakan laporan kos produksi dengan kondisi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini terkait dengan tidak dipertimbangkan adanya produk dalam proses awal dan juga tidak adanya penambahan bahan di departemen berikutnya. Dalam dunia nyata tentu saja kondisi yang terjadi seringkali lebih kompleks dari pada yang telah kita bahas di modul 6. Pada modul 7 ini kita akan membahas lebih mendalam mengenai sistem kos produksi, terutama pada penyusunan laporan kos produksi. Penyusunan laporan kos produksi di modul ini akan membahas mengenai kondisi adanya produk dalam proses awal, penambahan bahan di departemen berikutnya, dan perlakuan atas produk rusak, produk cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan. Dengan mempertimbangkan kondisikondisi tersebut maka secara otomatis akan menambah kompleksitas laporan kos produksi yang disusun. Sebagai orang yang bertugas menyusun laporan kos produksi, kondisi-kondisi tersebut harus Anda pertimbangkan agar dalam penentuan kos produksi produk selesai atau jadi dan produk dalam proses akhir tidak mengalami kekeliruan dan informasi yang diberikan merupakan informasi yang akurat yang dapat digunakan oleh managemen
baik
untuk
tujuan
perencanaan,
pengendalian,
evaluasi,
maupun
pengambilan keputusan. Modul ini juga untuk menangani adanya produk dalam proses awal, dalam penyusunan laporan kos produksi akan digunakan dua metoda. Metoda pertama adalah rata-rata berbobot (weighted average) dan masuk pertama keluar pertama atau first-infirst-out (FIFO).
Bagian terakhir dari modul ini akan membahas mengenai produk rusak, produk cacat, bahan sisa, dan bahan buangan. Bagaimana perlakuan dari hal-hal tersebut secara akuntansi dalam sistem kos proses akan dibahas. Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu untuk: 1. Menjelaskan pengaruh penambahan bahan baku setelah departemen pertama. 2. Menyusun laporan kos produksi dengan adanya penambahan bahan baku. 3. Menyusun laporan kos produksi dengan kondisi adanya produk dalam proses awal, baik dengan menggunakan metoda rata-rata berbobo (weighted average) maupun dengan metoda masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau first-in-first-out (FIFO). 4. Perlakuan akuntansi atas adanya produk rusak, produk cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan.
Kegiatan Belajar 1 LAPORAN KOS PRODUKSI - PENAMBAHAN BAHAN BAKU SETELAH DEPARTEMEN PERTAMA
Dalam banyak proses produksi di perusahaan manufaktur, bahan baku hanya digunakan di departemen awal saja dan di departemen-departemen berikutnya hanya mengolah hasil dari departemen awal dengan menggunakan tenaga kerja langsung dan overhead pabrik (konversi). Akan tetapi, beberapa perusahaan manufaktur dalam proses produksinya mensyaratkan adanya penambahan bahan baku tidak hanya di departemen awal tetapi juga di departemen setelahnya. Bahan baku yang ditambahkan setelah departemen pertama dapat memiliki pengaruh sebagai berikut: 1. Tidak ada penambahan jumlah unit yang diproduksi tetapi terdapat penambahan kos produksi. Ketika penambahan bahan baku setelah departemen pertama dan jumlah unit yang diproduksi tidak bertambah, maka tidak terdapat perubahan prosedur dalam penyusunan laporan kos produksi. departemen berikutnya yang menambahkan bahan baku dalam prosesnya, akan memperlakukannya sebagaimana kos konversi. Contoh penambahan bahan baku di departemen berikutnya tanpa adanya penambahan kuantitas adalah penambahan ban pada perusahaan perakitan mobil. Ban adalah bahan baku (mengapa?) tetapi penambahan ban ini tidak akan menambah jumlah unit mobil yang dihasilkan. 2. Peningkatan jumlah unit yang diproduksi tetapi tidak ada penambahan kos produksi. Contoh penambahan bahan baku yang akan meningkatkan jumlah unit yang diproduksi tetapi tidak menambah kos produksi adalah penambahan air pada perusahaan cat. Tentu saja ini dengan asumsi bahwa air diperoleh tanpa kos. Penambahan air pada cat akan menambah volume (jumlah unit) dari cat tersebut. Tetapi, karena air diperoleh secara gratis maka tidak ada penambahan pada kos produksi. Prosedur penyusunan laporan kos produksi akan berbeda dengan kondisi nomor 1.
3. Peningkatan jumlah unit yang diproduksi disertai dengan penambahan kos produksi. Contohnya adalah penambahan gula pada perusahaan pembuat sirup. Karena gula memiliki kos dan penambahan gula akan menambah volume (jumlah unit) sirup yang diproses. Dalam proses produksi yang menggunakan bobot (weight) atau volume untuk mengukur unit produksi, pada umumnya penambahan bahan baku di departemen berikutnya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah unit dan/atau kos produksi.
Sebagai contoh,
sebuah perusahaan manufaktur mengukur produknya dengan ukuran liter (volume). Departemen A memproses 10.000 liter produk dan seluruhnya ditransfer ke Departemen B. Di Departemen B ditambahkan bahan baku sebanyak 2.500 liter. Penambahan ini akan menyebabkan volume produk menjadi 12.500 liter. Penambahan ini bisa sekaligus meningkat kos produksi atau tidak. Berikut ini adalah contoh bagaimana penambahan bahan baku di departemen berikutnya menyebabkan adanya peningkatan jumlah unit produksi. Asumsikan bahwa PT Segar Manis memproduksi juice jeruk kualitas nomor satu dengan menggunakan proses produksi yang konstran dan sistem kos proses. Terdapat dua departemen yang tugasnya memproses juice jeruk hingga siap dijual ke pelanggan, yaitu: Departemen A: Proses produksi yang berjalan di departemen ini adalah mengambil sari jeruk dari buahnya. Departemen B: Proses produksi di departemen ini adalah menambahkan gula dan air pada sari jeruk transferan dari Departemen A dan kemudian mengemasnya dalam kemasan satu liter. Berikut ini adalah laporan produksi (Gambar 7.1 dan 7.2) dan data kos Departemen A dan B pada bulan April 20XX:
Gambar 7.1 Laporan Produksi Departemen A bulan Maret 20XX LAPORAN PRODUKSI Untuk bulan yang berakhir Departemen Produk dalam proses awal Tingkat penyelesaian PDP awal Unit dimasukkan ke proses Diterima dari Departemen Ditransfer ke Departemen B Ditransfer ke Gudang produk jadi Produk dalam proses akhir Estimasi tingkat penyelesaian PDP akhir
30 April 20XX A
50.000 Jumlah Jumlah 40.000 10.000 BB 100%; Konversi 20%
Keterangan -
Roni Supervisor
Gambar 7.2 Laporan Produksi Departemen B bulan Maret 20XX LAPORAN PRODUKSI Untuk bulan yang berakhir Departemen Produk dalam proses awal Tingkat penyelesaian PDP awal Unit dimasukkan ke proses Diterima dari Departemen A Ditambahkan ke proses Ditransfer ke Departemen Ditransfer ke Gudang produk jadi Produk dalam proses akhir Estimasi tingkat penyelesaian PDP akhir
30 April 20XX B
Jumlah 40.000 10.000 Jumlah 45.000 5.000 BB 100%; Konversi 70%
Keterangan -
Amin Supervisor
Departemen A Produk dalam proses akhir: Departemen A (BB 100%, konversi 20%) Departemen B (BB 100%, konversi 70%) Kos: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik
B
10.000 5.000 Rp300.000.000 168.000.000 84.000.000
Rp120.000.000 97.000.000 48.500.000
Tabel 7.1 menunjukkan laporan kos produksi Departemen A dan Tabel 7.2 menunjukkan laporan kos produksi Departemen B. Laporan kos produksi dalam kondisi terdapat penambahan bahan baku di Departemen B yang mengakibatkan adanya penambahan volume unit yang diproses, tidak mempengaruhi penyusunan laporan produksi Departemen A. Laporan produksi Departemen A disusun dengan prosedur yang sama dengan yang sudah kita bahas di Modul 6 sehingga di Modul ini tidak akan dibahas lagi. Anda dianjurkan untuk membuka kembali Modul 6 untuk mengingat kembali prosedur penyusunan laporan kos produksi. Sedangkan prosedur penyusunan laporan kos produksi Departemen B mengalami beberapa modifikasi. Beberapa modifikasi tersebut adalah: Langkah 1: Kuantitas. Jumlah unit transferan dari Departemen A harus dimodifikasi karena adanya penambahan jumlah unit di Departemen B akibat penambahan bahan baku. Informasi unit ditambahkan ke produksi harus ditunjukkan dalam skedul ini. Jumlah unit transferan dari Departemen A sebanyak 40.000 ditambah dengan unit ditambahkan ke produksi sebesar 10.000 unit. Total unit diproses di Departemen B menjadi 50.000 unit. Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen tetap sama dengan yang telah kita bahas di Modul 6. perbedaan hanya terkait dengan jumlah unit. Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Modifikasi dilakukan pada penentuan kos unit produk yang diperoleh dari Departemen A. kos unit dihitung dengan membagi kos
total transferan dari Departemen A dengan jumlah unit produk yang telah disesuaikan. Sehingga kos produksi transferan dari Departemen A sebesar Rp480.000.000 dibagi Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Penentuan kos total i 50.000 unit. Kos unit total merupakan penjumlah kos per unit transferan dari Departemen A (setelah adanya penyesuian jumlah unit) ditambah dengan kos total ditambahkan di Departemen B. pertanggungjawaban menggunakan prosedur yang sama dengan yang telah dibahas sebelumnya. Tabel 7.1 Laporan Kos Produksi Departemen A
PT Segar Manis Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 30 April 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir
50.000 40.000 10.000
50.000
Bahan Baku 40.000
Kos Konversi 40.000
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir: 10.000 �100% 10.000 �20% Unit ekuivalen Total
10.000 2.000 42.000
50.000
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit = Total Ekuivalen Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Rp300.000.000 50.000 168.000.000 Tenaga kerja langsung 42.000 84.000.000 Overhead pabrik 42.000 Kos total dipertanggungjawabkan Rp552.000.000
Kos Unit Rp6.000 4.000 2.000 Rp12.000
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B (40.000 �Rp12.000) Produk dalam proses - akhir: Bahan baku (10.000 �Rp6.000) Tenaga kerja langsung (2.000 �Rp4.000) Overhead pabrik (2.000 �Rp2.000) Kos total pertanggungjawaban
Rp480.000.000 Rp60.000.000 8.000.000 4.000.000
Rp72.000.000 Rp552.000.000
Tabel 7.2 Laporan Kos Produksi Departemen B
PT Segar Manis Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 30 April 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Unit diterima dari Departemen A Unit ditambahkan ke produksi Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses akhir
40.000 10.000
50.000
45.000 5.000
50.000
Tenaga Kerja 45.000
Overhead Pabrik 45.000
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses akhir: 5.000 �100% 5.000 �70% Unit ekuivalen Total
5.000
Kos Dipertanggungjawabkan Unit Kos � Unit Total Ekuivalen Kos transferan dari Dep A: Tranfer-masuk Unit ditambahkan ke produksi Unit dan kos unit disesuaikan Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total ditambahkah Kos total dipertanggungjawabkan
3.500 48.500
50.000
40.000 Rp480.000.000 10.000 50.000 Rp120.000.000 97.000.000 48.500.000
40.000 50.000 50.000 48.500 48.500
Rp265.500.000 Rp745.500.000
=
Kos Unit Rp12.000 Rp9.600 Rp2.400 2.000 1.000 Rp5.400 Rp15.000
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Produk Jadi (45.000 �Rp15.000) Produk dalam proses - akhir: Kos dari Dep. A (5.000 �Rp9.600) Bahan baku (3.500 �Rp2.400) Tenaga kerja langsung (3.500 �Rp2.000) Overhead pabrik (3.500 �Rp1.000) Kos total pertanggungjawaban
Rp675.000.000 Rp48.000.000 Rp12.000.000 7.000.000 3.500.000
Rp70.500.000 Rp745.500.000
Ringkasan Bahan baku pada umumnya digunakan di departemen pertama dan hasil proses di departemen pertama merupakan bahan baku bagi departemen berikutnya. Tetapi terkadang penambahan bahan baku terjadi di departemen berikutnya. Terdapat tiga pengaruh terhadap penambahan bahan baku ini, yaitu: 1) jumlah unit yang diproses tidak bertambah tetapi terdapat kenaikan kos produksi; 2) jumlah unit yang diproses bertambah
tetapi tidak terdapat kenaikan kos produksi; 3) jumlah unit yang diproses bertambah diikuti kenaikan kos produksi. Untuk kondisi 1 maka penyusunan laporan kos produksi tidak memerlukan modifikasi. Akan tetapi, untuk kondisi 2 dan 3 terdapat beberapa modifikasi yang diperlukan. Modifikasi ini terutama di skedul 1 yaitu kuantitas dan skedul 3 yaitu kos dipertanggungjawabkan. Latihan Untuk memperdalam dan mengevaluasi pemahaman Anda mengenai materi kegiatan belajar ini, kerjakanlah latihan berikut! 1. Jelaskan beberapa pengaruh penambahan bahan baku di departemen berikutnya dan berikan juga contoh perusahaannya. Carilah contoh diluar yang sudah kita bahan di kegiatan belajar ini. 2. Berikut ini adalah data produksi dan kos produksi PT Jaya Raya pada bulan Juni 20XX: Departemen 1 Unit: Unit masuk ke proses Ditransfer ke Departemen 2 Diterima dari Departemen 1 Penambahan unit di Departemen 2 Ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir: BB 1/5; Konversi 2/7 BB 1/3; Konversi ¾ Kos produksi: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik
2
7.200 6.500 6.500 1.500 7.400 ? ? Rp132.280.000 120.600.000 80.400.000
Rp63.800.000 41.190.000 27.460.000
Diminta: a.
Hitunglah unit produk dalam proses akhir Departemen 1 dan 2.
b.
Buatlah laporan kos produksi Departemen 1 dan 2.
Petunjuk Jawaban Latihan 1. Soal latihan nomor 1 dapat Anda jawab dengan memahami kegiatan belajar 1. 2. soal latihan nomor 2 dapat Anda jawab dengan memahami kegiatan belajar 1. Cocokkan jawaban Anda dengan jawaban berikut: Laporan Kos Produksi Departemen 1: PT Jaya Raya Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 30 Juni 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen 2 Produk dalam proses akhir
7.200 6.500 700
7.200
Bahan Baku 6.500
Kos Konversi 6.500
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen 2 Produk dalam proses akhir: 700 �1/5 700 �2/7 Unit ekuivalen Total
150 6.650
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit = Total Ekuivalen Kos ditambahkan ke departemen: Rp132.280.000 Bahan baku 6.650 120.600.000 Tenaga kerja langsung 6.700 80.400.000 Overhead pabrik 6.700 Kos total dipertanggungjawabkan Rp333.280.000
200 6.700
Kos Unit Rp19.892 18.000 12.000 Rp49.892
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen 2 (6.500 �Rp49.892) Produk dalam proses - akhir: Bahan baku (150 �Rp19.892) Tenaga kerja langsung (200 �Rp18.000) Overhead pabrik (200 �Rp12.000) Kos total pertanggungjawaban
Laporan Kos Produksi Departemen 2:
Rp324.296.241 Rp2.983.759 3.600.000 2.400.000
Rp8.983.759 Rp333.280.000
PT Jaya Raya Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 30 Juni 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Unit diterima dari Departemen 1 Unit ditambahkan ke produksi Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses akhir
6.500 1.500
8.000
7.400 600
8.000
Ekuivalen Produksi Bahan Baku Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses akhir: 600 �1/3 600 �3/4 Unit ekuivalen Total
7.400 200
450 7.850
7.600
Kos Dipertanggungjawabkan Unit Kos � Unit Total Ekuivalen Kos transferan dari Dep 1: Tranfer-masuk Unit ditambahkan ke produksi Unit dan kos unit disesuaikan Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total ditambahkah Kos total dipertanggungjawabkan
Kos Konversi 7.400
6.500 Rp324.296.241 1.500 8.000
6.500 8.000
Rp63.800.000 41.190.000 27.460.000
7.600 7.850 7.850
Rp132.450.000 Rp456.746.241
=
Kos Unit Rp49.892 Rp40.537 Rp8.395 5.247 3.498 Rp17.140 Rp57.677
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Produk Jadi (7.400 �Rp57.677) Produk dalam proses - akhir: Kos dari Dep. 1 (600 �Rp40.537) Bahan baku (200 �Rp8.395) Tenaga kerja langsung (450 �Rp5.247) Overhead pabrik (450 �Rp3.498) Kos total pertanggungjawaban
Rp426.809.725 Rp24.322.218 Rp1.678.947 2.361.210 1.574.140
Rp29.936.516 Rp456.746.241
Tes Formatif 1 Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini adalah pengaruh penambahan bahan baku di departemen 2, kecuali: a.
Unit produk bertambah dan kos produksi tetap.
b.
Unit produksi tetap dan kos produksi bertambah.
c.
Unit produksi bertambah dan kos produksi akan meningkat.
d.
Unit produksi tetap dan kos produksi tetap.
2. Jika penambahan bahan baku di Departemen 2 berpengaruh pada penambahan unit produksi, maka pengaruh selanjutnya akan selalu: a.
Kos bahan baku di Departemen 2 akan bertambah.
b.
Kos unit transferan dari Departemen 1 akan disesuaikan.
c.
Meningkatkan kos unit total.
d.
Menurunkan produk dalam proses akhir.
Data berikut digunakan untuk soal nomor 3 -5. Berikut ini adalah data produksi dan kos produksi PT Gesit pada bulan November 20XX: Departemen A Unit: Masuk ke proses Ditransfer ke Departemen B Diterima dari Dep A Tambahan unit ke produksi Produk dalam proses akhir Ditransfer ke produk jadi
B
52.000 ? ?
45.000 ? 12.000 43.000
3. Berapakah unit produk yang ditransfer dari Departemen A ke Departemen B? a. 52.000.
c. 33.000.
b.45.000
d. 12.000.
4. Berapakah produk dalam proses akhir Departemen A? a.
0.
c. 19.000.
b.
7.000.
d. 40.000.
5. Berapakah tambahan unit ke proses di Departemen B? a.
12.000.
c. 10.000.
b.
11.000
d. 9.000.
Data berikut digunakan untuk soal nomor 6-10. Berikut ini laporan produksi di Departemen C PT Jaya Wijaya perioda bulan Juli 20XX :
PT Jaya Wijaya Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Juli 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Unit diterima dari Departemen B Unit ditambahkan ke produksi Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses akhir
54.000 24.330
78.330
58.330 20.000
78.330
Ekuivalen Produksi Bahan Baku Unit selesai dan ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses akhir: bahan baku Konversi Unit ekuivalen Total
58.330 6.670
1.670 60.000
65.000
Kos Dipertanggungjawabkan Unit Kos Total Kos transferan dari Dep B: Tranfer-masuk Unit ditambahkan ke produksi Unit dan kos unit disesuaikan Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total ditambahkah Kos total dipertanggungjawabkan
Tenaga Kerja 58.330
54.000 Rp391.650.000
÷
Unit Ekuivalen 54.000
=
Kos Unit Rp7.253 (6)
80.000.000 60.000.000 90.000.000 230.000.000 621.650.000
65000 60000 60000
1.231 1.000 1.500 3.731
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Produk Jadi Produk dalam proses - akhir: Kos dari Dep. B Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total pertanggungjawaban
6. a. Rp7.253.
c. Rp5.253.
(7) (8) 8.209.231 1.670.000 2.505.000
(9) (10)
b. Rp7.000.
d. Rp5.000.
7. a. Rp621.650.000. b. Rp509.265.769. 8. a. Rp80.000.000. b. Rp90.000.000. 9. a. Rp92.384.231. b. Rp102.384.231. 10. a. Rp714.034.231. b. Rp621.650.000.
c. Rp391.650.000. d. Rp230.000.000. c. Rp100.000.000.. d. Rp110.000.000. c. Rp112.384.231. d. Rp122.384.231. c. Rp514.034.231 d. Rp342.384.231.
Periksalah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat di bagian akhir Kegiatan Belajar 1 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Arti tingkat penguasaan:
Jumlah jawaban benar ×100 Jumlah soal
90 - 100% = Sangat baik 80 – 89% = Baik 70 – 79% = Cukup < 70% = Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan ke kegiatan belajar 2. Akan tetapi, jika masih di bawah 80% maka Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1 terutama bagian yang Anda salah menjawabnya dalam tes formatif.
Jawaban Tes Formatif 2 1. 2. 3. 4. 5.
d. b. b. b. c.
6. 7. 8. 9. 10.
d. b. c. c. b.
Kegiatan Belajar 2 LAPORAN KOS PRODUKSI – PRODUK DALAM PROSES AWAL
Sistem kos proses merupakan sistem kos yang umumnya diterapkan pada perusahaan dengan karakteristik proses produksi yang berjalan secara kontinus atau berkelanjutan. Kontinus disini dapat diartikan bahwa proses produksi akan terus berjalan dari satu perioda waktu ke perioda waktu berikutnya dan produk yang diproses mengalir dari satu departemen ke departemen lain. Kontinuitas proses produksi ini akan menyebabkan departemen memiliki unit-unit dengan beragam tingkat penyelesaian, yaitu: 1. Unit masuk ke proses dan selesai selama perioda waktu sekarang. 2. Unit telah diproses di perioda sebelumnya dan selesai pada perioda waktu sekarang. 3. Unit masuk ke proses dan belum selesai pada perioda waktu sekarang. Dari modul dan kegiatan belajar sebelumnya telah kita ketahui bahwa pada akhir perioda ketika laporan kos produksi disusun, masih terdapat produk dalam proses akhir (perioda). Karena proses produksi berjalan secara kontinus maka produk dalam proses akhir (perioda) ini akan menjadi produk dalam proses awal (perioda). Sebagai contoh, di Departemen A pada perioda bulan Maret (31 Maret 20XX) terdapat produk dalam proses akhir sebanyak 5.500 unit. Maka produk dalam proses akhir ini akan menjadi produk dalam proses awal bulan April 20XX. Tabel 7.3 mengilustrasi kontinuitas proses produksi. Tabel 7.3 Kontinuitas Proses Produksi Departemen A Departemen A Maret April Unit: PDP awal Masuk ke proses Produk selesai/jadi PDP akhir
30.000 24.500 5.500
5.500 35.000 34.500 6.000
Mei 6.000 37.500 43.500 5.600
Keberadaan produk dalam proses awal menyebabkan masalah dalam sistem kos proses karena beberapa hal berikut harus dipertimbangkan, yaitu: 1. Haruskah dibuat perbedaan tingkat penyelesaian antara produk selesai/jadi yang berasal dari produk dalam proses awal dan produk masuk ke proses perioda tersebut? Sebagai contoh, PDP awal sebesar 1.000 unit (BB 80%, Konversi 50%). Produk masuk ke proses sebanyak 19.000 unit. Produk jadi di perioda tersebut adalah 18.000 unit. Kalau Anda perhatikan maka 18.000 unit produk jadi ini didalamnya mengandung 1.000 unit yang berasal dari PDP awal dan 17.000 unit berasal dari produk masuk ke proses. Tingkat penyelesaian yang 1.000 unit dan 17.000 unit tentu berbeda. PDP awal 1.000 unit hanya membutuhkan penyelesaian dengan bahan baku 20% dan konversi 50%. Sedangkan produk masuk ke proses membutuhkan penyelesaian bahan baku 100% dan konversi 100%. Pertanyaan nomor 1 ini terkait dengan apakah harus dibuat perbedaan tingkat penyelesaian dari produk jadi tersebut? 2. Haruskah semua unit selesai selama perioda waktu tertentu akan dianggap 100% dalam unit ekuivalen dengan mengabaikan tingkat penyelesaian produk dalam proses awal? Kembali ke contoh di nomor satu. Produk jadi sebanyak 18.000 unit tersebut apakah akan memiliki unit ekuivalen 18.000 juga? Mengingat 1.000 unit yang berasal dari PDP awal membutuhkan penyelesaian yang berbeda dengan yang produk masuk proses. 3. Haruskah kos produksi yang berasal dari produk dalam proses digabungkan dengan kos produksi ditambahkan perioda sekarang (dalam skedul kos dipertanggungjawabkan) untuk mendapatkan besaran kos ditambahkan ke departemen? sebagai contoh, kos produksi PDP awal sebesar Rp45.000.000 dan kos ditambahkan perioda ini sebesar Rp235.980.000. Haruskah yang Rp45.000.000 digabungkan dengan Rp Rp235.980.000? Untuk menjawab hal-hal tersebut di atas sangat tergantung pada metoda apa yang dipilih. Terdapat dua metoda yang dapat digunakan, yaitu: 1. Metoda rata-rata berbobot (weighted average method).
Dalam metoda ini, kos produk dalam proses awal ditambahkan pada kos produksi perioda sekarang, dan jumlah ini kemudian dibagi dengan jumlah unit ekuivalen untuk mendapatkan kos per unit ekuivalen rata-rata berbobot (weighted average equivalent unit cost). Kos yang terkait dengan unit yang masih diproses akan kehilangan identitasnya karena penggabungan atau merger kos tersebut. Dengan metoda ini maka kos produk dalam proses awal diperlakukan sebagai kos perioda sekarang. Tidak ada perbedaan dibuat antara produk selesai yang berasal dari produk dalam proses awal dan unit masuk ke proses perioda sekarang. Hanya terdapat satu kos untuk semua unit dalam produk selesai, yaitu kos unit rata-rata berbobot (weighted average unit cost). Perhitungan unit ekuivalen dan kos unit rata-rata berbobot menggunakan formula sebagai berikut:
Unit Ekuivalen=Unit Selesai dan Ditransfer+(PDP Akhir×Tingkat Penyelesaian )
Kos Unit Rata−rata Bobotan=
Kos PDP Awal+Kos Produksi Perioda Sekarang Unit Ekuivalen
2. Metoda masuk pertama keluar pertama (MPKP). Dalam metoda MPKP, unit produk dalam proses awal dilaporkan terpisah dari unit yang berasal dari perioda sekarang. Produk dalam proses awal diasumsikan diselesaikan terlebih dahulu proses produksinya daripada unit masuk ke proses. Kos terkait dengan produk dalam proses awal dipisahkan dengan kos unit masuk ke proses dan produk selesai perioda sekarang. Karena pemisahan ini maka terdapat dua kos unit ekuivalen untuk produk selesai atau jadi. Perhitungan unit ekuivalen dan kos unit menggunakan formula sebagai berikut:
Unit Ekuivalen=Unit Selesai dan Ditransfer − (PDP Awal×Tingkat Penyelesaian) +( PDP Awal×Tingkat Penyelesaian yang Dibutuhkan)+( PDP Akhir×Tingkat Penyelesaian )
Kos Unit Sekarang=
Kos ditambahkan Perioda Sekarang Unit Ekuivalen
Untuk mengilustrasi perhitungan unit ekuivalen dan kos unit, berikut ini data Departemen A pada bulan September 20XX: PDP awal (BB dan Konversi 40%) Unit dimasukkan ke proses
800 1.200
2.000
Produk selesai dan ditranfer PDP akhir (BB dan Konversi 20%)
1.800 200
2.000
Kos PDP awal Kos produksi ditambahkan di Departemen
Rp155.600.000 608.000.000
Dengan menggunakan metoda rata-rata berbobot maka perhitungan unit ekuivalen dan kos unit adalah sebagai berikut:
Unit Ekuivalen=1 .800 Produk Selesai×(200 PDP Akhir×20% )=1 .840 unit ekuivalen
Kos rata−rata bobotan=
Rp155.600. 000+Rp608.000.000 =Rp415 .000 per unit 1 .840 unit ekuivalen
Sedangkan dengan metoda masuk pertama keluar pertama maka perhitungan unit ekuivalen dan kos unit adalah sebagai berikut:
Unit Ekuivalen=1 . 800 Produk Selesai - 800 PDP awal +(800 PDP Awal ×60%) +(200 PDP Akhir×20%) =1 .520 unit ekuivalen
Kos Unit=
Rp608.000 .000 =Rp400. 000 per unit 1 .520 unit ekuivalen
Tabel 7.4 menunjukkan perbedaan konsep dan prosedur penyusunan laporan kos produksi antara metoda rata-rata berbobot dan masuk pertama keluar pertama.
Tabel 7.4 Perbedaan Metoda Rata-rata Berbobot dan Masuk Pertama Keluar Pertama dalam Sistem Kos Proses Penjelasan
Laporan Kos Produksi: 1. Kuantitas 2. Unit Ekuivalen
3. Kos Dipertanggungjawabkan
4. Kos Pertanggungjawaban
Catatan
Rata-rata berbobot Tidak ada perbedaan dibuat antara unit selesai yang berasal dari PDP awal dan unit masuk ke proses perioda sekarang
MPKP Unit dalam PDP awal dilaporakan terpisah dari unit yang berasal dari perioda sekarang
Prosedur yang sama untuk kedua metoda Semua produk selesai selama PDP awal dimasukkan ke unit perioda dianggap 100% selesai ekuivalen hanya sejauh tingkat tanpa mempertimbangkan penyelesaian yang dibutuhkan tingkat penyelesaian untuk untuk menyelesaikan PDP PDP awal awal tersebut Kos produk yang berasal dari Kos produk PDP awal PDP awal ditambahkan ke kos dipisahkan dari kos produksi produksi perioda sekarang perioda sekarang dan tidak untuk menghasilkan besaran digunakan untuk menghitung kos dipertanggungjawabkan kos kos unit ekuivalen Kos transferan produk selesai Kos tranferan produk selesai atau jadi ditentukan dengan atau jadi diasumsikan pertama mengalikan unit ekuivalen kali berasal ari PDP awal dan produk selesai atau jadi setelahnya baru dari kos dengan kos unit ekuivalen produksi perioda sekarang Metoda MPKP menghasilkan informasi kos produksi yang lebih baik dibandingkan rata-rata berbobot karena lebih mendekati kondisi nyata aliran unit fisik
Untuk memperjelas penyusunan laporan keuangan dengan dua metoda di atas berikut data produksi dan kos produksi di Departemen A dan B di PT Bulan Sabit pada bulan Oktober 20XX: Departemen A Unit: PDP awal BB 100%; Konversi 40% BB 100%; Konversi 20% Unit masuk ke proses Ditransfer ke Departemen 2 Penambahan unit di Departemen 2 Ditransfer ke produk jadi
B
4.000 6.000 40.000 35.000 5.000 44.000
Produk dalam proses akhir: BB 100%; Konversi 60% BB 100%; Konversi 30% Kos produksi: Proporsi kos transferan1 dalam PDP awal Proporsi kos produksi ditambahkan untuk PDP awal oleh Departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Total Ditambahkan selama perioda: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Total
9.000 2.000 0
Rp60.000.000
Rp21.000.000 9.840.000 16.500.000 Rp47.340.000,00
Rp18.000.000 15.420.000 6.900.000 Rp100.320.000
Rp210.000.000 75.000.000 135.000.000 Rp420.000.000,0 0
Rp120.000.000 105.000.000 60.000.000 Rp285.000.000,0 0
Tabel 7.5 dan 7.6 menunjukkan laporan kos produksi Departemen A dan B diikuti dengan penjelasan masing-masing tahap penyusunan laporan kos produksi dengan menggunakan metoda rata-rata berbobot. Departemen A Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam proses awal dan produk masuk ke proses di Departemen tersebut di bulan Oktober. Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen pun tidak berbeda prosedurnya dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam metoda rata-rata berbobot unit produk yang berasal dari produk dalam proses awal dan masuk ke proses perioda sekarang tidak dipisahkan atau digabungkan. Tidak dilakukan pembedaan asal perioda unit produksi dan tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam 1 Kos yang berasal dari Departemen A atau kos ditranfer dari Departemen A.
proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses perioda sekarang dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku 100% dan konversi 100% untuk menjadi produk selesai atau jadi. Sehingga untuk mendapatkan unit ekuivalen total adalah:
Unit Ekuivalen=Unit Selesai dan Ditransfer+(PDP Akhir×Tingkat Penyelesaian ) Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Prinsip dari metoda rata-rata berbobot adalah digabungkannya produk dalam proses awal dan unit masuk ke proses perioda sekarang, tidak hanya secara fisik tetapi juga kos yang melekat. Masing-masing elemen kos dipisahkan antara bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Kemudian dari masing-masing elemen tersebut ditentukan kos totalnya dengan menjumlahkan kos yang melekat pada produk dalam proses awal dengan unit atau produk masuk ke proses perioda sekarang. Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula sebagaimana yang telah kita bahas diawal yaitu:
Kos Unit Sekarang=
Kos Produk Dalam Proses Awal+Kos Produksi Perioda Sekarang Unit Ekuivalen
Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Penyusunan skedul kos pertanggungjawaban menggunakan prosedur yang sama dengan yang telah kita bahas sebelumnya. Kos produksi yang berasal dari produk dalam proses awal tidak dipisahkan dengan kos produksi perioda sekarang, sehingga kos unit yang digunakan hanya satu.
Tabel 7.5 Laporan Kos Produksi Departemen A – Metoda Rata-rata Berbobot PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir
4.000 40.000
44.000
35.000 9.000
44.000
Bahan Baku 35.000
Kos Konversi 35.000
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir: 9.000 �100% 9.000 �60% Unit ekuivalen Total
9.000 44.000
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit = Total Ekuivalen Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Rp21.000.000 Produk dalam proses awal 210.000.000 Ditambahkan selama perioda Rp231.000.000 Total 44.000 Tenaga kerja langsung Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total
5.400 40.400
Kos Unit
Rp5.250
9.840.000 75.000.000 84.840.000
Overhead pabrik Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Kos total dipertanggungjawabkan
40.400
2.100
40.400
3.750 Rp11.100
16.500.000 135.000.000 151.500.000 Rp467.340.000
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B (35.000 �Rp11.100) Produk dalam proses - akhir: Bahan baku (9.000 �100% �Rp5.250) Tenaga kerja langsung (9.000 �60% �Rp2.100) Overhead pabrik (9.000 �60% �Rp3.750) Kos total pertanggungjawaban
Rp388.500.000 Rp47.250.000 11.340.000 20.250.000
Rp78.840.000 Rp467.340.000
Tabel 7.6 Laporan Kos Produksi Departemen B - Metoda Rata-rata Berbobot
PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit diterima dari Departemen A Penambahan unit Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir
6.000 35.000 5.000
46.000
44.000 2.000
46.000
Bahan Baku 44.000
Kos Konversi 44.000
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir: 2.000 �100% 2.000 �30% Unit ekuivalen Total
2.000
Kos Dipertanggungjawabkan Kos Unit Total Kos dari Departemen sebelumnya: Produk dalam proses awal Diterima dari Departemen A Unit ditambahkan dalam produksi unit disesuaikan dan kos unit
600 44.600
46.000
�
Unit Ekuivalen
=
Kos Unit
6.000 Rp60.000.000 35.000 388.500.000 5.000 46.000 Rp448.500.000
46.000
Rp9.750
Rp18.000.000 120.000.000 Rp138.000.000
46.000
3.000
Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Tenaga kerja langsung Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total
15.420.000 105.000.000
Overhead pabrik Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Kos total dipertanggungjawabkan
120.420.000
44.600
2.700
6.900.000 60.000.000 66.900.000
44.600
1.500 Rp16.950
Rp773.820.000 Kos Pertanggungjawaban
Kos ditransfer ke produk jadi (44.000 �Rp16.950) Produk dalam proses - akhir: Kos dari Departemen sebelumnya (2.000 �Rp9.750) Bahan baku (2.000 �Rp3.000) Tenaga kerja langsung (600 �Rp2.700) Overhead pabrik (600 �Rp1.500) Kos total pertanggungjawaban
Departemen B
Rp745.800.000
Rp19.500.000 Rp6.000.000 1.620.000 900.000
Rp28.020.000 Rp773.820.000
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit fisik secara total adalah produk dalam proses awal ditambah produk transferan dari Departemen A ditambah penambahan unit akibat adanya penambahan bahan di Departemen tersebut di bulan Oktober. Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen pun tidak berbeda prosedurnya dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam metoda rata-rata berbobot unit produk yang berasal dari produk dalam proses awal dan masuk ke proses perioda sekarang tidak dipisahkan atau digabungkan. Tidak dilakukan pembedaan asal perioda unit produksi dan tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses perioda sekarang dianggap menikmati bahan baku 100% dan konversi 100%. Sehingga untuk mendapatkan unit ekuivalen total adalah:
Unit Ekuivalen=Unit Selesai dan Ditransfer+(PDP Akhir×Tingkat Penyelesaian ) Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Prinsip dari metoda rata-rata berbobot adalah digabungkannya produk dalam proses awal dan unit masuk ke proses perioda sekarang, tidak hanya secara fisik tetapi juga kos yang melekat. Berbeda dengan Departemen A, di Departemen B kos produksi dipisahkan menjadi kos yang berasal dari Departemen A, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Prosedur ini juga sama dengan prosedur yang sudah kita bahas. Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula sebagaimana yang telah kita bahas diawal yaitu:
Kos Unit Sekarang=
Kos Produk Dalam Proses Awal+Kos Produksi Perioda Sekarang Unit Ekuivalen
Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Penyusunan skedul kos pertanggungjawaban menggunakan prosedur yang sama dengan yang telah kita bahas sebelumnya. Kos produksi yang berasal dari produk dalam proses awal tidak dipisahkan dengan kos
produksi perioda sekarang, sehingga kos unit yang digunakan hanya satu. Kos produk dalam proses akhir dipisahkan antar yang berasal dari Departemen A dan elemen-elemen kos produksi. Penyusunan laporan kos produksi dengan metoda masuk pertama keluar pertama (MPKP) ditunjukkan dalam Tabel 7.7 dan 7.8 sebagai berikut: Departemen A Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam proses awal dan produk masuk ke proses di Departemen tersebut di bulan Oktober. Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen dengan metoda MPKP berbeda dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam metoda masuk pertama keluar pertama, produk yang berasal dari produk dalam proses awal dan masuk ke proses perioda sekarang dipisahkan atau tidak digabungkan. Dilakukan pembedaan asal perioda unit produksi dan tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses perioda dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku dan konversi yang berbeda untuk menjadi produk selesai atau jadi. Sehingga untuk mendapatkan unit ekuivalen total adalah:
Unit Ekuivalen=Unit Selesai dan Ditransfer − (PDP Awal×Tingkat Penyelesaian) +( PDP Awal×Tingkat Penyelesaian yang Dibutuhkan)+( PDP Akhir×Tingkat Penyelesaian ) Unit ekuivalen bahan baku = 35.000 – 4.000 + 0 + 9.000 = 40.000 Unit ekuivalen konversi = 35.000 – 4.000 + 2.400 + 5.400 = 38.800 Dalam perhitungan unit ekuivalen bahan baku dan konversi, Produk dalam proses awal telah menikmati bahan baku sebesar 100% dan konversi 40% sehingga agar Produk
dalam proses awal tersebut menjadi produk selesai masih dibutuhkan bahan baku 0% dan konversi 60%. Unit ekuivalen yang dibutuhkan agar produk dalam proses awal menjadi produk selesai adalah untuk bahan baku = 4.000 unit × 0% dan konversi = 4.000 unit × 60%. Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Asumsi metoda MPKP adalah produk dalam proses akhir akan diselesaikan terlebih dahulu sebelum unit dimasukkan ke proses. Teknik ini berusaha mempertemukan aliran kos dengan aliran unit aktual. Unit yang berasal dari produk dalam proses awal harus dipisahkan dengan produk yang berasal dari unit yang dimasukkan ke proses. Sehingga dalam perhitungan kos unit ekuivalen, produk dalam proses awal tidak ikut disertakan. Kos unit ekuivalen hanya merepresentasi kos produksi perioda sekarang. Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula sebagaimana yang telah kita bahas diawal yaitu:
Kos Unit Sekarang=
Kos Produksi Perioda Sekarang Unit Ekuivalen
Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Metoda MPKP mengasumsikan bahwa produk dalam proses awal adalah yang pertama diselesai dan ditransfer ke departemen berikutnya atau ke produk jadi. Sisanya berasal dari produk perioda sekarang. Sehingga dari jumlah 35.000 unit maka 4.000 unit berasal dari produk dalam proses akhir dan sisanya 31.000 berasal dari perioda sekarang. Kos terkait dengan produk dalam proses awal dipisah dengan kos perioda sekarang. Untuk menghitung kos produksi yang ditransfer ke departemen berikutnya adalah dengan menjumlahkan kos produk dalam proses awal yang telah melekat padanya ditambah dengan kos produksi yang dibutuhkan agar produk dalam proses awal tersebut selesai. Kos yang dibutuhkan merupakan perkalian dari produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian yang dibutuhkan dan kemudian dikalikan dengan kos unit yang diambil dari skedul 3. Tabel 7.7 Laporan Kos Produksi Departemen A – Metoda MPKP
PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir
4.000 40.000
44.000
35.000 9.000
44.000
Bahan Baku 35.000 4.000 31.000 0
Kos Konversi 35.000 4.000 31.000 2.400
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B (-) Produk dalam proses awal (=) Unit dimasukkan dan selesai (+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
(+) Produk dalam proses akhir: 9.000 �100% 9.000 �60% Unit ekuivalen Total
9.000 5.400 38.800
40.000 Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Total Rp47.340.000
Kos produk dalam proses awal Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total dipertanggungjawabkan
210.000.000 75.000.000 135.000.000
Unit Ekuivalen
40.000 38.800 38.800
Rp467.340.000
=
Kos Unit
Rp5.250 1.933 3.479 Rp10.662
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B: Dari produk dalam proses awal: Kos PDP awal Tenaga kerja langsung (2.400 �Rp1.933) Overhead pabrik (2.400 �Rp3.479) Dari produksi sekarang: Unit dimasukkan dan selesai (31.000 �Rp10.662) Transferan total Produk dalam proses - akhir: Bahan baku (9.000 �100% �Rp5.250) Tenaga kerja langsung (9.000 �60% �Rp1.933) Overhead pabrik (9.000 �60% �Rp3.479) Kos total pertanggungjawaban
Rp47.340.000 4.639.175 8.350.515
Rp60.329.691
Rp330.533.505 Rp390.863.196 Rp47.250.000 10.438.144 18.788.660
Rp76.476.804 Rp467.340.000
Tabel 7.8 Laporan Kos Produksi Departemen B – Metoda MPKP
PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit diterima dari Departemen A Unit ditambahkan ke proses
6.000 35.000 5.000
46.000
Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir
44.000 2.000
46.000
Bahan Baku 44.000 6.000 38.000
Kos Konversi 44.000 6.000 38.000
0
4.800
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi (-) Produk dalam proses awal (=) Unit dimasukkan dan selesai (+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
(+) Produk dalam proses akhir: 9.000 �100% 9.000 �60% Unit ekuivalen Total
2.000
Kos Dipertanggungjawabkan Kos Unit Total Kos dari Departemen A dan PDP awal: Kos produk dalam proses awal Transferan selama perioda Unit ditambahkan ke proses Unit disesuaikan dan kos unit Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total dipertanggungjawabkan
600 43.400
40.000
6.000 35.000 5.000 40.000
�
Unit Ekuivalen
=
Kos Unit
Rp100.320.000 Rp390.863.196
40.000
Rp9.772
Rp120.000.000 105.000.000 60.000.000
40.000 43.400 43.400
Rp3.000 2.419 1.382 Rp16.573
Rp776.183.196 Kos Pertanggungjawaban
Kos ditransfer ke produk jadi: Dari produk dalam proses awal: Kos PDP awal Tenaga kerja langsung (4.800 �Rp2.419) Overhead pabrik (4.800 �Rp1.382) Dari produksi sekarang: Unit dimasukkan dan selesai (38.000 �Rp16.573) Transferan total Produk dalam proses - akhir: Dari Departemen A (2.000 �Rp9.772) Bahan baku (2.000 �Rp3.000) Tenaga kerja langsung (600 �Rp2.419) Overhead pabrik (600 �Rp1.382) Kos total pertanggungjawaban
Departemen B
Rp100.320.000 11.612.903 6.635.945
Rp118.568.848
Rp629.790.082 Rp748.358.930
Rp19.543.160 Rp6.000.000 1.451.613 829.493
Rp27.824.266 Rp776.183.196
Langkah 1: Kuantitas. Dalam penyusunan skedul kuantitas tetap mengikuti prosedur yang telah dibahas di modul dan kegiatan belajar sebelumnya. Unit fisik secara total merupakan penjumlah produk dalam proses awal, diterima dari Departemen A dan tambahan unit ke produk. Langkah 2: Unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen dengan metoda MPKP berbeda dengan yang telah kita bahas. Hal ini dikarenakan dalam metoda masuk pertama keluar pertama, produk yang berasal dari produk dalam proses awal dan masuk ke proses perioda sekarang dipisahkan atau tidak digabungkan. Dilakukan pembedaan asal perioda unit produksi dan tidak melihat tingkat penyelesaian yang dibutuhkan oleh produk dalam proses awal. Baik produk dalam proses awal maupun unit masuk ke proses perioda dianggap membutuhkan dan menikmati bahan baku dan konversi yang berbeda untuk menjadi produk selesai atau jadi. Sehingga untuk mendapatkan unit ekuivalen total adalah:
Unit Ekuivalen=Unit Selesai dan Ditransfer − (PDP Awal×Tingkat Penyelesaian) +( PDP Awal×Tingkat Penyelesaian yang Dibutuhkan)+( PDP Akhir×Tingkat Penyelesaian ) Unit ekuivalen bahan baku = 44.000 – 6.000 + 0 + 2.000 = 40.000 Unit ekuivalen konversi = 44.000 – 6.000 + 4.800 + 600 = 43.400 Dalam perhitungan unit ekuivalen bahan baku dan konversi, Produk dalam proses awal telah menikmati bahan baku sebesar 100% dan konversi 20% sehingga agar Produk dalam proses awal tersebut menjadi produk selesai masih dibutuhkan bahan baku 0% dan konversi 80%. Unit ekuivalen yang dibutuhkan agar produk dalam proses awal menjadi produk selesai adalah untuk bahan baku = 6.000 unit × 0% dan konversi = 6.000 unit × 80%. Langkah 3: Kos dipertanggungjawabkan. Asumsi metoda MPKP adalah produk dalam proses akhir akan diselesaikan terlebih dahulu sebelum unit dimasukkan ke proses. Teknik ini berusaha mempertemukan aliran kos dengan aliran unit aktual. Unit yang
berasal dari produk dalam proses awal harus dipisahkan dengan produk yang berasal dari unit yang dimasukkan ke proses. Sehingga dalam perhitungan kos unit ekuivalen, produk dalam proses awal tidak ikut disertakan. Kos unit ekuivalen hanya merepresentasi kos produksi perioda sekarang (baik yang digunakan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal, tambahan unit, maupun transferan dari Departemen A). Untuk menghitung unit ekuivalen digunakan formula sebagaimana yang telah kita bahas diawal yaitu:
Kos Unit Sekarang=
Kos Produksi Perioda Sekarang Unit Ekuivalen
Langkah 4: Kos pertanggungjawaban. Metoda MPKP mengasumsikan bahwa produk dalam proses awal adalah yang pertama diselesai dan ditransfer ke departemen berikutnya atau ke produk jadi. Sisanya berasal dari produk perioda sekarang. Kos terkait dengan produk dalam proses awal dipisah dengan kos perioda sekarang. Untuk menghitung kos produksi yang ditransfer ke departemen berikutnya adalah dengan menjumlahkan kos produk dalam proses awal yang telah melekat padanya ditambah dengan kos produksi yang dibutuhkan agar produk dalam proses awal tersebut selesai. Kos yang dibutuhkan merupakan perkalian dari produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian yang dibutuhkan dan kemudian dikalikan dengan kos unit yang diambil dari skedul 3. Untuk produk dalam proses akhir, selain elemen-elemen kos produksi perioda sekarang, juga masih ditambah dengan kos yang berasal dari departemen sebelumnya yaitu Departemen A. Hati-hati untuk perhitungan kos yang berasal dari Departemen A. Meskipun jumlah unit sebesar 2.000 unit sama dengan jumlah unit ekuivalen bahan baku, tetapi informasi jumlah unit ini berasal dari skedul yang berbeda. Jumlah unit produk dalam proses akhir yang berasal dari Departemen A berasal dari informasi diskedul 1, yaitu item informasi mengenai produk dalam proses akhir. Sedangkan untuk bahan baku, informasi jumlah unit ekuivalen diambil dari skedul 2. Pada kasus ini kebetulan jumlah keduanya sama. Tetapi, di kasus lain bisa jadi berbeda. Ringkasan
Sistem kos proses pada umumnya diterapkan pada perusahaan manufaktur yang memiliki karakteristik proses produksi yang berjalan secara kontinus. Proses produksi berjalan dari satu perioda ke perioda berikutnya tanpa adanya penghentian. Akibat kontinuitas ini, seringkali unit-unit yang dimiliki oleh suatu departemen memiliki tingkat penyelesaian yang berbeda-beda. Perbedaan ini salah satunya menyebabkan adanya produk dalam proses pada akhir perioda atau kita sebut sebagai produk dalam proses akhir. Produk dalam proses akhir adalah produk yang pada akhir perioda masih belum selesai atau masih dalam proses produksi. Karena kontinuitas proses produksi maka produk dalam proses akhir ini akan menjadi produk dalam proses awal perioda berikutnya (atau kita sebut sebagai produk dalam proses awal). Beberapa masalah muncul terkait dengan produk dalam proses awal terutama dalam penyusunan laporan kos produksi. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dapat digunakan dua metoda atau pendekatan yaitu metoda rata-rata berbobot (weighted average) dan masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau first-in-first-out (FIFO). Kedua metoda ini memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan utama adalah dalam metoda rata-rata berbobot, tidak dilakukan pemisahan antara produk dalam proses awal dengan produk yang diproses di perioda sekarang. Sedangkan pada metoda masuk pertama keluar pertama dilakukan pemisahan. Produk dalam proses awal diasumsikan selalu diproses terlebih dahulu dan merupakan bagian awal dari produk jadi perioda sekarang. Latihan Untuk memperdalam dan mengevaluasi pemahaman Anda mengenai materi kegiatan belajar ini, kerjakanlah latihan berikut! 1. Jelaskan masalah-masalah yang muncul ketika terdapat produk dalam proses awal di suatu departemen. 2. Jelaskan metoda yang dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah di atas, dan jelaskan perbedaan metoda-metoda tersebut.
3. Berikut data produksi dan kos produksi di Departemen A dan B di PT Anugerah Abadi pada bulan Mei 20XX: Departemen A Unit: PDP awal BB 100%; Konversi 1/5 BB 1/10; Konversi 2/5 Unit masuk ke proses Ditransfer ke Departemen 2 Ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir: BB 100%; Konversi 1/3 BB 1/6; Konversi 1/4 Kos produksi: Proporsi kos transferan2 dalam PDP awal Proporsi kos produksi ditambahkan untuk PDP awal oleh Departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Total Ditambahkan selama perioda: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Total
B
1.000 200 9.000 8.500 8.100 1.500 600 0
Rp13.000.000
Rp20.000.000 5.760.000 3.840.000 Rp29.600.000,0 0
Rp10.000.000 5.250.000 3.500.000 Rp31.750.000
Rp19.000.000 23.724.000 15.816.000 Rp58.540.000
Rp36.800.000 44.520.000 29.680.000 Rp111.000.00 0
Diminta: a. Susunlah laporan kos produksi Departemen A dan B dengan metoda rata-rata berbobot. b. Susunlah laporan kos produksi Departemen A dan B dengan metoda masuk pertama keluar pertama. 2 Kos yang berasal dari Departemen A atau kos ditranfer dari Departemen A.
Petunjuk Jawaban Latihan 1. Latihan nomor 1 dan 2 dapat Anda jawab dengan membaca dan memahami Kegiatan Belajar 2. 2. Kerjakanlah soal nomor 3 dengan mempelajari Kegiatan belajar 2 pada bagian penjelasan metoda rata-rata berbobot dan masuk pertama keluar pertama. Cocokkan jawaban Anda dengan jawaban berikut ini: Metoda rata-rata berbobot Laporan Kos Produk Departemen A
PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir
1.000 9.000
10.000
8.500 1.500
10.000
Bahan Baku 8.500
Kos Konversi 8.500
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir: 1.500 �100% 1.500 �1/3 Unit ekuivalen Total
1.500 10.000
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit = Total Ekuivalen Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Produk dalam proses awal Rp20.000.000 19.000.000 Ditambahkan selama perioda Rp39.000.000 Total 10.000 Tenaga kerja langsung Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Overhead pabrik Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Kos total dipertanggungjawabkan
500 9.000
Kos Unit
Rp3.900
5.760.000 23.724.000 29.484.000
9.000
3.276
3.840.000 15.816.000 19.656.000
9.000
2.184 Rp9.360
Rp88.140.000
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B (8.500 �Rp9.360) Produk dalam proses - akhir: Bahan baku (1.500 �Rp3.900) Tenaga kerja langsung (500 �Rp3.276) Overhead pabrik (500 �Rp2.184) Kos total pertanggungjawaban
Laporan Kos Produksi Departemen B
79.560.000 Rp5.850.000 1.638.000 1.092.000
8.580.000 Rp88.140.000
PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit diterima dari Departemen A Penambahan unit Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir
200 8.500 0
8.700
8.100 600
8.700
Bahan Baku 8.100
Kos Konversi 8.100
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir: 600 �1/6 600 �1/4 Unit ekuivalen Total
100
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit Total Kos dari Departemen sebelumnya: Produk dalam proses awal Diterima dari Departemen A
200 8.500
Unit ditambahkan dalam produksi unit disesuaikan dan kos unit
0 8.700
Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total
150 8.250
8.200
Unit Ekuivalen
=
Kos Unit
Rp13.000.000 79.560.000 Rp92.560.000
8.700
Rp10.639
Rp10.000.000 36.800.000 Rp46.800.000
8.200
5.707
Tenaga kerja langsung Produk dalam proses awal
5.250.000 44.520.000
Ditambahkan selama perioda Total Overhead pabrik Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Kos total dipertanggungjawabkan
49.770.000
8.250
6.033
3.500.000 29.680.000 33.180.000
8.250
4.022 Rp26.401
Rp222.310.000 Kos Pertanggungjawaban
Kos ditransfer ke produk jadi (8.100 �Rp26.410) Produk dalam proses - akhir: Kos dari Departemen sebelumnya (600 �Rp10.639) Bahan baku (100 �Rp5.707) Tenaga kerja langsung 150 �Rp6.033) Overhead pabrik 150 �Rp4.022) Kos total pertanggungjawaban
Metoda MPKP Laporan Kos Produksi Departemen A
Rp213.847.638
Rp6.383.448 Rp570.732 904.909 603.273
Rp8.462.362 Rp222.310.000
PT Anugerah Abadi Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Mei 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir
1.000 9.000
10.000
8.500 1.500
10.000
Bahan Baku 8.500 1.000 7.500 0
Kos Konversi 8.500 1.000 7.500 800
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B (-) Produk dalam proses awal (=) Unit dimasukkan dan selesai (+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
(+) Produk dalam proses akhir: 1.500 �100% 1.500 �1/3 Unit ekuivalen Total
1.500 500 8.800
9.000 Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Total
Kos produk dalam proses awal Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total dipertanggungjawabkan
Unit Ekuivalen
=
Kos Unit
Rp29.600.000 Rp19.000.000 23.724.000 15.816.000
9.000 8.800 8.800
Rp88.140.000
Rp2.111 2.696 1.797 Rp6.604
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B: Dari produk dalam proses awal: Kos PDP awal Tenaga kerja langsung (800 �Rp2.696) Overhead pabrik (800 �Rp1.797) Dari produksi sekarang: Unit dimasukkan dan selesai (7.500 �Rp6.604) Transferan total Produk dalam proses - akhir: Bahan baku (1.500 �Rp2.111) Tenaga kerja langsung (500 �Rp2.696) Overhead pabrik (500 �Rp1.797) Kos total pertanggungjawaban
Laporan Produksi Departemen B
Rp29.600.000 2.156.727 1.437.818
Rp33.194.545
49.532.197 82.726.742 Rp3.166.667 1.347.955 898.636
5.413.258 Rp88.140.000
PT Bulan Sabit Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Oktober 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal Unit diterima dari Departemen A Unit ditambahkan ke proses
200 8.500 0
8.700
Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi Produk dalam proses akhir
8.100 600
8.700
Bahan Baku 8.100 200 7.900
Kos Konversi 8.100 200 7.900
180
120
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke produk jadi (-) Produk dalam proses awal (=) Unit dimasukkan dan selesai (+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
(+) Produk dalam proses akhir: 600 �1/6 600 �1/4 Unit ekuivalen Total
100
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit Total Kos dari Departemen A dan PDP awal: Kos produk dalam proses awal Transferan selama perioda Unit ditambahkan ke proses Unit disesuaikan dan kos unit Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total dipertanggungjawabkan
150 8.170
8.180
Unit Ekuivalen
=
Kos Unit
Rp31.750.000
200 8.500 0 8.500
82.726.742
8.500
Rp9.733
Rp36.800.000 44.520.000 29.680.000
8.180 8.170 8.170
Rp4.499 5.449 3.633 Rp23.313
Rp225.476.742 Kos Pertanggungjawaban
Kos ditransfer ke produk jadi: Dari produk dalam proses awal: Kos PDP awal Bahan baku (180 �Rp4.499) Tenaga kerja langsung 120 �Rp5.499) Overhead pabrik (120 �Rp1.382) Dari produksi sekarang: Unit dimasukkan dan selesai (7.900 �Rp23.313) Transferan total Produk dalam proses - akhir: Dari Departemen A (600 �Rp9.733) Bahan baku (100 �Rp4.499) Tenaga kerja langsung (150 �Rp5.449) Overhead pabrik (150 �Rp3.633) Kos total pertanggungjawaban
Tes Formatif 2
Rp31.750.000 Rp809.780 653.905 435.936
Rp33.649.621
Rp184.175.408 Rp217.825.029
Rp5.839.535 Rp449.878 817.381 544.920
Rp7.651.714 Rp225.476.742
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini merupakan beberapa masalah yang harus dijawab ketika di suatu departemen terdapat produk dalam proses awal, kecuali: a.
Haruskah dibuat perbedaan tingkat penyelesaian antara produk selesai/jadi
yang berasal dari produk dalam proses awal dan produk masuk ke proses perioda tersebut? b.
Haruskah semua unit selesai selama perioda waktu tertentu akan dianggap
100% dalam unit ekuivalen dengan mengabaikan tingkat penyelesaian produk dalam proses awal? c.
Haruskah kos produksi yang berasal dari produk dalam proses
digabungkan dengan kos produksi ditambahkan perioda sekarang untuk mendapatkan besaran kos ditambahkan ke departemen? d.
Haruskah kos produk dalam proses akhir dipisahkan mana yang berasal
dari produk dalam proses awal dan dari produk perioda sekarang? 2. Berikut ini merupakan karakteristik metoda rata-rata berbobot dalam penyusunan laporan kos produksi, kecuali: a.
Semua produk selesai selama perioda dianggap 100% selesai tanpa
mempertimbangkan tingkat penyelesaian untuk PDP awal. b.
PDP awal dimasukkan ke unit ekuivalen hanya sejauh tingkat penyelesaian yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan PDP awal tersebut. c.
Kos produk yang berasal dari PDP awal ditambahkan ke kos produksi
perioda sekarang untuk menghasilkan besaran kos dipertanggungjawabkan. d.
Kos transferan produk selesai atau jadi ditentukan dengan mengalikan unit
ekuivalen produk selesai atau jadi dengan kos unit ekuivalen 3. Manakah diantara metoda-metoda berikut yang digunakan untuk menangani adanya produk dalam proses awal di suatu departemen yang paling baik karena mendekati aliran nyata unit fisik?
a.
Metoda masuk pertama keluar pertama.
b.
Metoda masuk pertama keluar terakhir
c.
Metoda rata-rata berbobot.
d.
Metoda akselerasi berganda.
Berikut data untuk soal 4 – 5. Data produksi Departemen A PT Sinar Putih pada bulan April 20XX:
Produk dalam proses, 1 April (BB 100%; Konversi 50%) Unit dimasukkan ke proses bulan April Produk dalam proses, 31 April (BB80%, Konversi 60%)
Unit 40.000 240.000 25.000
4. Dengan menggunakan metoda rata-rata berbobot, berapakah unit ekuivalen bahan baku dan kos konversi untuk bulan April 20XX? a. b. c. d.
Bahan Baku 240.000 255.000 275.000 280.000
Kos Konversi 240.000 250.000 270.000 285.000
5. Dengan menggunakan metoda masuk pertama keluar pertama, berapakah unit ekuivalen bahan baku dan kos konversi untuk bulan April 20XX? Bahan Baku a. 280.000 b. 255.000 c. 240.000 d. 235.000 Berikut ini data untuk soal 6 – 10.
Kos Konversi 305.000 250.000 240.000 250.000
PT Jagad Mikro Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Mei 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal (BB 100%; Konversi 2/3) Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Produk dalam proses akhir (BB 100%; Konversi 1/5)
600 7.600
8.200
7.200 1.000
8.200
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B (-) Produk dalam proses awal (=) Unit dimasukkan dan selesai (+) Unit dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dalam proses awal (+) Produk dalam proses akhir: Bahan baku Konversi Unit ekuivalen Total
Kos produk dalam proses awal Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total dipertanggungjawabkan
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Total Rp7.720.000 13.680.000 18.312.000 12.208.000 Rp51.920.000
Bahan Baku 7.200 600 6.600 (6)
Kos Konversi 7.200 600 6.600 (7)
1.000 200
Unit Ekuivalen
7.600 7.000 7.000
=
Kos Unit
Rp1.800 2.616 1.744 6.160
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B: Dari produk dalam proses awal: Kos PDP awal Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Dari produksi sekarang: Unit dimasukkan dan selesai Transferan total Produk dalam proses - akhir: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Kos total pertanggungjawaban
6
a.
0.
c. 1.000
Rp7.720.000 (8) (9)
Rp8.592.000 40.656.000 49.248.000
(10) 523.200 348.800
b. 600. 7
a.
d. 200. 0.
c. 1.000
b. 600.
d. 200.
8. a. Rp523.200.
b. Rp1.569.600. 9. a. Rp1.046.400.
b. Rp348.800. 10. a. Rp1.800.000.
b. Rp1.900.000..
c. Rp3.696.000. d. Rp4.568.000. c. Rp2.616.000. d. Rp6.160.000. c. Rp2.000.000 d. Rp2.616.000.
.
Periksalah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang terdapat di bagian akhir Kegiatan Belajar 2 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Arti tingkat penguasaan:
Jumlah jawaban benar ×100 Jumlah soal
90 - 100% = Sangat baik 80 – 89% = Baik 70 – 79% = Cukup < 70% = Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan ke Kegiatan Belajar 3. Akan tetapi, jika masih di bawah 80% maka Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2 terutama bagian yang Anda salah menjawabnya dalam tes formatif.
Jawaban Tes Formatif 2
1. 2. 3. 4. 5.
d. b. a. c. d.
6. 7. 8. 9. 10.
a. d. a. b. a.
Kegiatan Belajar 3 PERLAKUAN ATAS PENYUSUTAN, PRODUK CACAT, PRODUK RUSAK, BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
Penyusutan Produk Dalam Proses Dalam suatu proses produksi, sebagaimana yang telah kita bahas di kegiatan belajar 1, unit yang diproses bertambah di departemen berikutnya karena adanya penambahan bahan baku. Disisi lain, dalam proses produksi pun seringkali terjadi penyusutan atas jumlah produk dalam diproses. Sebagai contoh, pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan sirup, ketika masuk dalam proses pemanasan, produk yang diproses akan mengalami penyusutan karena terjadinya penguapan. Penyusutan ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah unit yang dihasilkan. Proses susutnya unit yang diproduksi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Jika jumlah penyusutan ini tidak dapat dihindari dan jumlah susutnya dalam batasan toleransi maka kita sebut sebagai penyusutan normal. Sebaliknya, jika penyusutan tersebut sebenarnya dapat dihindari dan/atau jumlah penyusutan tersebut lebih dari batasan toleransi maka disebut sebagai penyusutan abnormal. Batasan toleransi ini pada umumnya ditentukan oleh akuntan berkonsultasi dengan pegawai bagian teknik atau perekayasaan (engineering) atau dengan metoda rata-rata berdasarkan inspeksi yang telah dilakukan dalam beberapa kali inspeksi. Meskipun cara yang pertama yaitu berkonsultasi dengan pegawai bagian teknik merupakan yang paling logis. Sebagai contoh, bagian teknik menyatakan bahwa batasan toleransi penyusutan adalah 10%. Asumsikan pada suatu perioda diproses 1.000 unit. Maka penyusutan normal adalah maksimal 10 unit (1.000 unit × 10%). Jika jumlah susut lebih dari 10 unit maka selebihnya dikategori sebagai penyusutan abnormal. Perlakuan akuntansi atas penyusutan produk dalam proses ini dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, jika penyusutan tersebut adalah normal maka kos penyusutan ini akan tetap dibebankan pada produk dalam proses. Sedangkan jika penyusutan ini dikategori abnormal maka akan dibebankan pada rugi dari penyusutan produk dalam
proses yang merupakan bagian dari kos perioda bukan kos produksi. Sebagai contoh dapat Anda lihat laporan kos produksi Departemen Pencampuran PT Gelora Jaya bulan Juli 20XX (Tabel 7.9) dengan menggunakan metoda rata-rata berbobot. Perbedaan penyusunan laporan kos produksi dengan kondisi terjadinya penyusutan produk dalam proses dengan laporan kos produksi yang telah kita bahas sebelumnya hanya pada skedul kuantitas, skedul unit ekuivalen, dan skedul kos pertanggungjawaban. Skedul kuantitas. Pada skedul ini, untuk menetapkan jumlah unit total yang diproses selama perioda maka unit yang ditransfer dan selesai harus ditambah dengan penyusutan produk dalam proses (baik normal maupun abnormal) ditambah dengan produk dalam proses akhir. Skedul unit ekuivalen: Perhitungan unit ekuivalen dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Skedul kos pertanggungjawaban. Kos yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke produk jadi adalah penjumlahan kos yang berasal dari unit yang senyatanya selesai dan ditransfer ditambah dengan kos yang berasal dari penyusutan produk dalam proses normal. Kos produk dalam proses akhir adalah sebesar kos produksi yang diserap olehnya. Sedangkan penyusutan produk dalam proses abnormal akan dibebankan sebagai rugi. Jurnal untuk mencatat penyusutan produk dalam proses normal: Produk dalam proses – Dep B 57.029.195 Produk dalam proses – Dep A
57.029.196
Jurnal untuk mencatat penyusutan produk dalam proses normal: Rugi penyusutan PDP abnormal 11.638.611 Produk dalam proses – Dep A
11.638.611
Tabel 7.9 Laporan Kos Produksi Dep A PT Gelora Jaya PT Gelora Jaya Laporan Kos Produksi Untuk Bulan yang berakhir 31 Juli 20XX Kuantitas Unit dipertanggungjawabkan: Produk dalam proses awal (BB 1/4; Konversi 1/2) Unit dimasukkan ke proses Unit pertanggungjawaban: Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Penyusutan normal produk dalam proses Penyusutan abnormal produk dalam proses Produk dalam proses akhir (BB 2/5; Konversi 2/3)
500 7.200
7.700
2.400 2.500 1.000 1.800
7.700
Bahan Baku 2.400 2.500 1.000
Kos Konversi 2.400 2.500 1.000
Ekuivalen Produksi
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen B Penyusutan normal produk dalam proses Penyusutan abnormal produk dalam proses Produk dalam proses akhir: 1.800 �2/5 1.800 �2/3 Unit ekuivalen Total
720 6.620
Kos Dipertanggungjawabkan Kos � Unit = Total Ekuivalen Kos ditambahkan ke departemen: Bahan baku Rp750.000 Produk dalam proses awal 24.270.000 Ditambahkan selama perioda Rp25.020.000 Total 6.620 Tenaga kerja langsung Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Overhead pabrik Produk dalam proses awal Ditambahkan selama perioda Total Kos total dipertanggungjawabkan
1.200 7.100
Kos Unit
Rp3.779
1.728.000 31.752.000 33.480.000
7.100
4.715
1.152.000 21.168.000 22.320.000
7.100
3.144 Rp11.639
Rp80.820.000
Kos Pertanggungjawaban Kos ditransfer ke Departemen B (8.500 �Rp11.639) Kos Penyusutan normal (2.500 �Rp11.639) Kos total ditransfer Produk dalam proses - akhir: Bahan baku 720 �Rp3.779) Tenaga kerja langsung (1.200 �Rp4.715) Overhead pabrik (1.200 �Rp3.144 Kos Produk dalam proses akhir Kos penyusutan abnormal (1.000 �Rp11.639) Kos total pertanggungjawaban
Rp27.932.667
29.096.528 Rp57.029.195 2.721.208 5.658.592 3.772.394 12.152.194 11.638.611 Rp80.820.000
Produk Rusak, Produk Cacat, Bahan Sisa, dan Bahan Sisa Buangan Sebagaimana yang sudah kita bahas sistem kos pekerjaan – order, produk rusak, produk cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan harus diperhatikan dalam sistem kos proses. Perbedaan keempat hal ini dipahami karena berkonsekuensi pada perlakuan akuntansi yang akan diterapkan. Untuk mengingat kembali masing-masing hal tersebut, berikut merupakan penjelasannya: Produk rusak Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi dan dijual sesuai nilai sisanya atau dibuang. Jika dalam suatu proses penjaminan qualitas ditemukan adanya produk rusak, maka produk rusak tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada pekerjaan tambahan yang digunakan untuk memperbaikinya. Contoh, jika undangan yang dicetak ternyata tintanya luntur maka undangan tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada tindakan apapun pada undangan tersebut. Produk cacat Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi tetapi masih bisa diperbaiki dengan tambahan proses produksi tertentu dan kemudian menjadi produk yang baik lagi dan dijual dengan harga reguler. Sebagai contoh, televisi yang diproduksi tidak dapat mengeluarkan suara maka dilakukan perbaikan yang diperlukan agar televisi tersebut normal kembali dan dapat dijual berdasarkan harga reguler. Bahan sisa Bahan sisa adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi, yang tidak dapat digunakan lagi dalam proses produksi untuk tujuan yang sama. Tetapi bahan sisa ini masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak luar perusahaan. Sebagai contoh pada perusahaan furniture, kayu sisa yang digunakan bisa jadi masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak luar.
Bahan sisa buangan Bahan sisa buangan (beberapa literatur menggunakan istilah bahan sampah) adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi yang tidak dapat digunakan lagi dan tidak memiliki harga jual. Satu-satunya cara adalah dengan membuang bahan sisa tersebut. Akuntansi produk rusak Departemen pertama. Penangan produk rusak di departemen pertama dapat menggunakan salah satu metoda berikut: 1. Teori Pengabaian (theory of neglect). Metoda ini disebut metoda pengabaian karena unit produk rusak dianggap tidak pernah dimasukkan ke dalam proses produksi, dan mengabaikan kos yang telah diserapkan. Jumlah unit yang dihasilkan akan lebih sedikit daripada jika tidak terdapat produk rusak. selain itu, kos produksi yang diserap oleh produk rusak tidak akan dikeluarkan dari akun produk dalam proses. Akibatnya, kos unit lebih tinggi daripada seharusnya. Kelebihan dari metoda ini adalah sederhana. Departemen produksi tidak perlu memikirkan bagaimana perlakuan atas produk rusak yang terjadi. Kekurangan dari produk ini adalah dari sisi pengendalian dan evaluasi akan menjadi lemah. 2. Produk Rusak Sebagai Bagian Terpisah Elemen Kos Produksi. Metoda ini memperlakukan kos produk rusak sebagai bagian terpisah elemen kos dalam departemen produksi. Unit produk rusak beserta kos produksi yang telah dinikmatinya akan dipisahkan dari elemen kos produksi. selain itu, produk rusak normal dan abnormal akan diperlakukan berbeda. Produk rusak abnormal akan dibebankan sebagai kos perioda dan bukan bagian dari kos produksi. Pada metoda ini, produk rusak akan diperhitungkan dalam penetapan unit ekuivalen sesuai dengan tingkat penyelesaian yang telah dinikmati oleh produk rusak tersebut. Sebagai contoh, terdapat 1.000 produk rusak dengan tingkat penyelesaian bahan baku 50%, dan konversi 40%. Maka produk rusak ini akan dihitung sebagai
unit ekuivalen bahan baku 1.000 × 50% = 500 dan unit ekuivalen kos produksi adalah 1.000 × 40% = 40. Departemen setelah Departemen Pertama. Metoda yang dapat digunakan untuk menangani produk rusak di departemen setelah departemen pertama adalah sebagai berikut: 1. Teori Pengabaian (theory of neglect). Dalam metoda ini, produk rusak yang terjadi setelah departemen pertama diperlakukan seperti produk rusak tersebut tidak pernah ada. Kos produksi yang telah dinikmati oleh produk rusak tersebut tidak dikeluarkan dari akun produk dalam proses. Jumlah unit produk yang ditransfer masuk dari departemen 1 hanya dianggap sejumlah produk selesai dikurangi produk rusak. sebagai contoh, dari Departemen 1 ditransfer produk sebanyak 1.000 unit. 1.000 unit ini kemudian diproses di Departemen 2. Ditemukan 100 unit produk rusak. Maka dalam penyusunan laporan kos produksi, jumlah unit yang diterima dari Departemen 1 hanya akan diakui sebanyak 900 unit. Akibatnya, kos transferan per unit dan kos produk selesai akan lebih tinggi dibandingkan jika tidak terdapat produk rusak. 2. Produk Rusak Sebagai Bagian Terpisah Elemen Kos Produksi. Dalam metoda ini, kos total yang telah diserap oleh produk rusak akan dipisahkand dari elemen kos produksi. kos ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Kos produk rusak total =(produk rusak × kos transferan per unit )+(Unit ekuivalen produk rusak × kos unit ekuivalen ) Untuk lebih jelasnya mengenai aplikasi kedua metoda di atas, perhatikan contoh berikut ini: Unit ditransfer dari Departemen A Produk rusak di Departemen B (normal) Kos transferan masuk per unit
20.000 300 Rp7.486
Kos unit Departemen B: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Produk dalam proses awal
Rp4.500 Rp3.000 Rp1.500 Rp0
Informasi tambahan:
Produk rusak ditemukan saat inspeksi pengendalian kualitas saat tingkat
penyelesaian bahan baku 100% dan kos konversi sebesar 50%.
Semua bahan baku ditambah diawal di Departemen B.
Perhitungan kos produk rusak dengan menggunakan dua metoda adalah sebagai berikut: 1.
Metoda Pengabaian.
Kos transferan masuk per unit disesuaikan sebagai berikut:
Kos dari Departemen A: Transferan masuk (20.000 × Rp7.486) (-) unit produk rusak total Unit disesuaikan dan kos total
Unit
Kos Total
20.000
Rp149.720.000
÷
Unit Ekuivalen
Kos Unit Ekuivalen
19.700
Rp7.600
(300) 19.700
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat Anda lihat bahwa dengan metoda pengabaian, kos unit ekuivalen menjadi lebih tinggi dari seharusnya. Kos unit seharusnya Rp7.486 akan tetapi karena produk rusak diabaikan maka kos unit lebih tinggi menjadi Rp7.600. 2.
Metoda Produk Rusak Sebagai Bagian Terpisah Kos Produksi.
Kos unit ekuivalen transfer masuk dari Departemen A (300 × Rp7.486) Kos ditambahkan di Departemen B: Bahan baku (300 × 100% × Rp4.500) Tenaga kerja langsung (300 × 50% × Rp3.000) Overhead pabrik (300 × 50% × Rp1.500) Kos produk rusak total
Rp2.245.80 0 Rp1.350.00 0 450.000 225.000
2.025.000 Rp4.270.80 0
Akuntansi Produk Cacat Perbedaan antar produk rusak dan produk cacat adalah pada produk cacat masih mungkin dilakukan perbaikan pada produk tersebut, sehingga masih ada harapan produk akan menjadi produk normal. Untuk memperbaiki produk rusak tersebut digunakan bahan dan konversi berupa tenaga kerja dan overhead pabrik. Sebagaimana produk rusak, produk cacat dikategori sebagai produk cacat normal dan abnormal. Pengkategorian ini menggunakan metoda yang sama seperti produk rusak. Produk cacat disebut normal jika jumlahnya masih dalam batas toleransi yang ditetapkan oleh managemen. Sebaliknya, jika jumlahnya diatas batas toleransi maka terkategori abnormal. Produk cacat normal Secara akuntansi, kos yang digunakan untuk memperbaiki produk cacat normal akan dibebankan pada akun produk dalam proses departemen yang bersangkutan. Kos tersebut baik berupa kos bahan baku maupun overhead pabrik. Sebagai contoh, diasumsikan kos overhead pabrik akan dikeluarkan untuk memperbaiki produk cacat di Departemen A jumlahnya sebesar Rp435.000. Dari jumlah tersebut Rp200.000 adalah penggunaan bahan baku, Rp135.000 penggunaan tenaga kerja langsung, dan sisanya overhead pabrik. Jurnal yang digunakan untuk mencata adalah: Produk dalam proses – Departemen A Sediaan bahan Hutang gaji dan upah Overhead pabrik dibebankan
435.000 200.000 135.000 100.000
Produk cacat abnormal Jumlah produk cacat yang melebihi batas toleransi disebut sebagai produk cacat abnormal. Kos perbaikan total produk cacat abnormal akan dibebankan pada rugi dari produk cacat abnormal dan akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi sebagai kos perioda dan bukan kos produksi. sebagai contoh adalah produk rusak yang terjadi di Departemen A dengan asumsi produk cacat abnormal, maka jurnal yang digunakan adalah: Rugi dari produk cacat abnormal Sediaan bahan Hutang gaji dan upah Overhead pabrik dibebankan
1.760.000 1.200.000 350.000 210.000
Akuntansi Bahan Sisa Bahan sisa merupakan bahan sisa yang digunakan dalam proses produksi yang tidak dapat digunakan lagi untuk tujuan semula tetapi masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak lain. Sebagai contoh dalam industri konveksi, terdapat kain sisa yang berasal dari proses produksi pembuatan pakaian. Kain sisa ini masih bisa digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak luar. Bahan sisa dapat ditangani dengan dua metoda berikut ini: 1. Jika bahan sisa dipertimbangkan ketika penetapan tarif overhead pabrik dibebankan, penjualan bahan sisa akan mengurangi akun overhead pabrik kendali. Sehingga jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas
210.000 Overhead pabrik kendali
210.000
2. Jika bahan sisa tidak dipertimbangkan dalam penetapan tarif overhead pabrik dibebankan maka hasil penjualan akan dikredit pada akun produk dalam proses departemen bersangkutan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Kas Produk dalam proses – Dep A
XXX XXX
Umumnya bahan sisa tidak dicatat pada akun khusus yaitu sediaan bahan sisa. Akun ini hanya digunakan jika bahan sisa memiliki nilai yang material. Akuntansi Bahan Sisa Buangan Bahan sisa buangan adalah bahan sisa yang berasal dari proses produksi dan tidak dapat digunakan lagi maupun dijual. Perusahaan tidak mendapatkan kas dari bahan sisa buangan ini karena memang tidak memiliki harga dan sebaliknya perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk membuang bahan sisa ini. Pada umumnya, biaya yang dikeluarkan untuk membuang bahan sisa akan dibebankan pada akun overhead pabrik kendali. Ringkasan Penyusutan produk dalam proses, produk rusak, produk cacat, bahan sisa, dan bahan sisa buangan merupakan hal yang mungkin terjadi dalam sistem kos proses sebagaimana yang terjadi dalam sistem kos pekerjaan – order. Beberapa perlakuan akuntansi mungkin diterapkan untuk kondisi-kondisi tertentu. Terkait dengan penyusutan produk dalam proses, produk rusak, dan produk cacat, metoda yang digunakan sangat tergantung apakah hal-hal tersebut di atas terkategori normal ataukah abnormal. Latihan Untuk memperdalam dan mengevaluasi pemahaman Anda mengenai materi kegiatan belajar ini, kerjakanlah latihan berikut! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyusutan produk dalam proses! Berikan contoh proses produksi yang umumnya memiliki penyusutan produk dalam proses.
2. Jelaskan metoda yang digunakan untuk menangani penyusutan produk dalam proses. 3. Jelaskan metoda yang digunakan untuk menangani produk rusak dalam sistem kos proses. 4. Jelaskan metoda yang digunakan untuk menangani produk cacat dalam sistem kos proses. 5. Jelaskan penanganan bahan sisa dalam sistem kos proses. 6. Jelaskan penanganan bahan sisa buangan dalam sistem kos proses. Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menjawab soal latihan 1 – 6 Anda harus membaca dan memahami kegiatan belajar 3 dalam modul ini. Tes Formatif 3 Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Teori pengabaian adalah: a.
Metoda yang digunakan untuk menangani produk rusak dalam sistem kos
proses. b.
Umumnya menyebabkan penurunan kos per unit ekuivalen.
c.
Bukan merupakan metoda yang baik karena mengabaikan unsur
pengendalian dan evaluasi. d.
Membutuhkan pemisahan kos produk rusak dari elemen-elemen kos
produksi. Data berikut untuk soal nomor 2 – 3. Unit ditransfer dari Departemen A Produk rusak di Departemen B (normal) Kos transferan masuk per unit
35.000 5.000 Rp1.050
Kos unit Departemen B: Bahan baku Tenaga kerja langsung Overhead pabrik Produk dalam proses awal
Rp900 Rp400 Rp250 Rp0
Informasi tambahan:
Produk rusak ditemukan saat inspeksi pengendalian kualitas saat tingkat
penyelesaian bahan baku 100% dan kos konversi sebesar 40%.
Semua bahan baku ditambah diawal di Departemen B.
2. Dengan menggunakan teori pengabaian, berapakah kos unit ekuivalen? a.
Rp1.050.
c. Rp918,75
b.
Rp1.225.
d. Rp825.
3. Dengan menggunakan metoda kos produk rusak sebagai bagian terpisah dari elemen kos produksi, berapakah kos produk rusak? a.
Rp11.050.000.
c. Rp15.050.000.
b.
RpRp13.000.000.
d. Rp17.000.000.
4. Pada bulan September 20XX di Departemen A PT Sari Kuat ditemukan produk cacat (normal) sebanyak 500 unit. Untuk memperbaiki produk cacat tersebut dibutuhkan overhead pabrik sebesar Rp535.000. Jurnal yang digunakan untuk mencatat produk cacat ini adalah: a. b. c. d.
Rugi produk cacat Produk dalam proses – Dep A Produk dalam proses – Dep A Rugi produk cacat Overhead pabrik dibebankan Produk dalam proses – Dep A Produk dalam proses – Dep A Overhead pabrik dibebankan
535.000 535.000 535.000 535.000 535.000 535.000 535.000 535.000
5. Biaya untuk membuang bahan sisa buangan di Departemen A adalah sebesar Rp100.000 dibayar secara tunai. Jurnal yang digunakan untuk mencatat adalah:
a. b. c. d.
Biaya bahan sisa buangan Kas Produk dalam proses – Dep A Kas Overhead pabrik kendali Kas Bahan sisa buangan Produk dalam proses – Dep A
100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Periksalah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat di bagian akhir Kegiatan Belajar 3 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Arti tingkat penguasaan:
90 - 100% = Sangat baik 80 – 89% = Baik 70 – 79% = Cukup < 70% = Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan ke Modul 8. Akan tetapi, jika masih di bawah 80% maka Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3 terutama bagian yang Anda salah menjawabnya dalam tes formatif. Jawaban Tes Formatif 3 . 1. d. 2. b. 3. a. 4. d. 5. c. DAFTAR PUSTAKA Carter, K. William dan Milton F Usry. 2002. Cost Accounting. Dame: 13th Edition.
Moriarity, Shane dan Carl P. Allen. 1991. Cost Accounting. John Willey & Sons, Inc: Third Edition. Polimeni S. Ralph, Frank J. Fabozzi, dan Arthur H. Adelberg. 1991. Cost Accounting: Concepts and Application for Managerial Decision Making. McGraw-Hill: Third Edition. Rayburn, Gayle Letricia. 1996. Cost Accounting: Using Cost Management Approach. Irwin: Sixth Edition. Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar. BPFE: Edisi Ketiga. VanDerbeck, Edward J. dan Charle F. Nagy. 1999. Principles of Cost Accounting. SouthWestern College Publishing: 11th Edition.