ANALISIS STILISTIKA-dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Silvia Nurherawati



NIM



: 10220011



Prodi



: PBSI



Semester



:3



Makul



: STILISTIKA



2. ANALISIS STILISTIKA Puisi “Surat Untuk Ibu” karya Joko Pinurbo terdiri atas tiga bait dan memiliki 132 kata Bait pertama terdiri dari empat baris , lalu bait kedua terdiri dari enam baris , lalu bait ketiga terdiri dari sepuluh baris 1.



Tipografi Merupakan pembeda yang sangat penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraph melainkan berbentuk bait. Yang dimaksud dengan tipografi puisi adalah penyusunan baris dan bait puisi. Puisi “surat untuk ibu” adalah jenis puisi dengan tipografi teratur dengan jumlah baris dan bait yang tidak sama. Alasannya pada puisi terebut, penyair tidak menggunakan persamaan bunyi atau rima, jumlah kata dan penyusunan kata meskipun baris dan baitnya tidak sama.



2.



Gaya bunyi ( Fonem ) Bunyi, dalam puisi memiliki peran yang penting, yaitu untuk menimbulkan efek dan kesan tertentu. puisi “Surat Untuk Ibu” karya Joko Pinurbo memanfaatkan pengulangan bunyi dan pengulangan kata untuk memperoleh efek estetis. Bait pertama di dominasi oleh bunyi vocal /a/ hal ini bisa di lihat pada baris kedua .” Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya yang keliru” Pada bait kedua Keseluruhan bait tersebut didominasi oleh bunyi vokal /u/ seperti( Ibu,bambung,itu,dulu,numpang,tidur,rumah,baru,urusan,uang,Bu,mengubah)



Pada bait ketiga sama bait pertama di dominasi oleh bunyi vocal /a/ bisa di lihat di pada kalimat “. Jangan khawatirkan keadaan saya. Saya akan normal-normal saja” Tapi pada bait ketiga baris terakhir menggunakan bunyi vocal /u/ dan juga menciptakan suasana dan nada yang sedih yaitu pada larik Semoga hatimu yang merdu berdentang nyaring dan malam damaimu diberkati hujan. Sungkem buat Bapak di kuburan.



Dengan demikian secara keseluruhan gaya bunyi dengan adanya kombinasi bunyi dan rima pada puisi “ Surat Untuk Ibu” karya Joko Pinurbo berhasil menciptakan gaya bunyi yang merdu , sehingga menimbulkan suasana sedih dan menciptakan efek estetis.



1. Pilihan kata ( Diksi ) Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam menyampaikan sebuah gagasan atau karya , sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan. Diksi bertujuan untuk menghidupkan suatu kalimat dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan gagasan yang ingin dikemukan penyair Secara keseluruhan dalam puisi “Surat untuk Ibu” menggunakan kata-kata konotatif. Artinya, terdapat kata kiasan untuk mewakili makna tertentu. Adapun kata-kata konkret yang mewakili puisi “Surat untuk Ibu”, seperti pulang, demo, nasib, Jakarta, teman, bentrok, politik, Natal, dan ibu. Puisi “Surat untuk Ibu” menyiratkan cerita yang mengandung makna kiasan. Jadi, penyair mencoba melukiskan perasaannya melalui cerita singkat yang memiliki makna tersirat. Makna tersebut yaitu kondisi yang bertentangan antara bertahan hidup di Ibukota dan bertemu ibunya di kampung. Joko Pinurbo menunjukkan kondisi bentrok politik di ibukota yang dapat berpengaruh pada seluruh aspek, seperti hubungan antar teman, keluarga, dan rekan kerja.



2. Majas



Pada bait pertama , penyair memanfaatkan oksimoron pada kata-kata memperjuangkan nasib saya yang keliru. Maksudnya, ada gabungan kata-kata yang bertentangan untuk mencapai efek tertentu. Kata “memperjuangkan” seharusnya digunakan untuk sesuatu hal yang positif atau baik, tetapi Joko Pinurbo memilih kata “nasib yang keliru”.



Pada bait kedua , ada pertanyaan retoris , yaitu Kata-kata ingat Bambang kan? menunjukkan adanya efek yang lebih mendalam dan penekanan yang sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban Pada bait ketiga, penyair menggunakan majas paradoks karena menggunakan kata-kata bahagia bersama penyakit yang menyayangi ibu menunjukkan adanya gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Pada bait terakhir, Penyair memakai makna konotatif bermajas metafora pada kata-kata hatimu yang merdu berdentang nyaring. Penyair mengibaratkan hati ibunya selalu memiliki merdu yang nyaring. Artinya, hati ibunya sangat baik untuknya.



3. Gaya kalimat Dalam puisi “Surat untuk Ibu” karya Joko Pinurbo tersebut tedapat kalimat-kalimat yang mengalami pemadatan dengan gaya implisit. Pemadatan kalimat dengan gaya implisit ( kalimat yang tersirat ) ini tidak mengganggu hubungan antar kalimat melainkan justru menambah efektivitas kalimat dan menimbulkan efek makna khusus sekaligus mampu mencapai efekestetis. Contohnya Pada bait satu, terdapat kata yang diimplisitkan, yakni kata “Mohon maaf” yang seharusnya terdapat di awal kalimat kedua pada bait satu. Jadi, kalimat kedua pada bait satu seharusnya berbunyi: (Mohon maaf)/ Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu/. Demikian pula kalimat ketiga pada bait satu tersebut terdapat bagian kalimat yang diimplisitkan, yakni “untuk”. Bunyi yang tepat pada baris ketiga ini, sebagai berikut. /Nantilah, jika pekerjaan demo sudah kelar, saya sempatkan (untuk) pulang sebentar/. Kedua kata baik terdapat pada kalimat pertama maupun ketiga ini sengaja tidak ditampilkan atau diimplisitkan agar kalimat tersebut terasa lebih padat dan efektif.



4. Citraan



a. Citraan visual Citraan visual dalam puisi ini bisa di lihat pada bait kedua baris pertama , hal ini bisa dilihat pada : Oh ya, ibu masih ingat Bambang kan? Karena dalam kalimat ingat Bambang kan ? ada kata “ingat”



yang mana



merepresentasikan proses penyimpanan memori manusia yang didapat melalui hasil olah pancaindera, yang dapat berupa indera penciuman, pendengaran, maupun penglihatan. Pada baris ini, pancaindera yang ditonjolkan adalah penglihatan, dengan mengacu pada seseorang bernama “Bambang” karena dapat membuat pembaca membayangkan seseorang yang bernama “Bambang“ b. Citraan kemarahan Citraan kemarahan merupakan citraan yang menggambarkan rasa marah dalam karya sastra, sehingga seolah-olah pembaca dapat merasakan kemarahan yang terdapat dalam karya sastra. citraan kemarahan pada puisi ini ditunjukkan melalui baris kedua melalui kalimat “saya baru saja bentrok dengannya gara-gara urusan politik” disini kemarahan penulis diperlihatkan melalui kalimat tersebut. Kemarahan penyair dengan temannya pun di ungkapkan karena masalah politik. c. Citraan kekotaan Citraan kekotaan merupakan citraan yang menggambarkan suasana maupun keadaan sosial perkotaan yang terdapat dalam karya sastra, sehingga pembaca dapat merasakan bagaimana kondisi yang terjadi di kota. Citraan kekotaan pada puisi ini ditunjukkan melalui baris kelima sampai dengan baris keenam bait kedua yang berbunyi Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubah kawan menjadi lawan, lawan menjadi kawan Melalui baris tersebut diperlihatkan kondisi kota Jakarta yang begitu menakutkan. Citra kota metropolitan yang sanggup mengubah segalanya diperlihatkan dengan jelas. d. Citraan pendengaran pendengaran merupakan citraan yang menggambarkan pendengaran yang terdapa dalam puisi. Citraan ini mampu membuat pembaca seolaholah mampu mendengar apa yang



penyair dengar. Citraan pendengaran pada puisi ini ditunjukkan melalui baris pertama dan kedua pada bait keempat yang berbunyi: Semoga hatimu yang merdu Berdentang nyaring dan malam damaimu Kalimat tersebut seolah-olah membuat pembaca mampu mendengarkan suara merdu yang dimaksud oleh penyair yang berasal dari suara hati ibunya. e. Citraan kesedihan Citraan kesedihan merupakan citraan yang menggambarkan suasana sedih yang terdapat alam puisi. Citraan ini mampu membuat pembaca seolah-olah turut merasakan kesedihan yang dialami oleh penyair. Citraan kesedihan pada puisi ini ditunjukkan melalui baris terakhir pada bait keempat yang berbunyi: Sungkem buat bapak di kuburan Citraan ini menggambarkan suasana sedih penyair yang sudah ditinggal mati bapaknya, kesedihan tersebut ditunjukkan penyair melalui rasa rindu terhadap sang bapak



3. •



Untuk gaya Bahasa ( fonem ) saya setuju karena sudah dijelaskan dengan rinci oleh penulis dan sesuai dengan analisis saya







Untuk pilihan kata ( diksi ) saya setuju karena sudah dijelaskan dengan jelas oleh penulis







Untuk majas saya setuju karena sesuai dengan analisis saya dan dijelaskan dengan baik oleh penulis







Untuk gaya kalimat saya setuju dengan yang sudah dijelaskan oleh penulis tetapi mungkin kalimat analisisnya ada yang di ringkas







Untuk citraannya saya setuju karena suda dijelaskan dengan jelas oleh penulis dan sesuai dengan analisis saya







Untuk tipografi puisi surat untuk ibu mungkin sebaiknya juga di analisis.