ANAMNESIS+pemeriksaan Karies UNPRI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN KARIES PADA PASIEN A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara tanya jawab berdasarkan keluhan pasien menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana dan mudah dimengerti. Macam Pemeriksaan Subjektif ada dua : a. Auto anamnesa yaitu anamnesa tanpa bantuan orang lain. b. Allo anamnesa yaitu anamnesa dibantu orang lain. contoh pemeriksaan anakanak dibantu orang tuanya. Kontak pertama kali antara dokter gigi dan pasien merupakan kunci utama dalam pengembangan komunikasi, kepercayaan dan keyakinan pasien untuk dapat menceritakan segala yang ditanyakan dokter gigi sehubungan dengan penyakit pasien. Sebelum melakukan anamnesis, dokter gigi harus dapat menyakinkan pasien bahwa dokter gigi tersebut memiliki sikap peduli atau simpatik kepada pasiennya, dengan memperhatikan latar belakang usia, budaya, intelegensia dari pasien. Dokter gigi harus mampu menyakinkan pasien untuk bercerita dalam bahasa pasien, sesuai dengan pertanyaan sistematik yang diajukan oleh dokter gigi dalam pengungkapan keluhan pasien. Anamnesis dapat dibagi menjadi auto anamnesis dan allo anamnesis. Auto anamnesis dilakukan pada pasien itu sendiri, sedangkan allo anamnesis dilakukan pada orang lain yang mengantar pasien, seperti anggota keluarga, wali dan lainnya. Allo anamnesis sebaiknya dihindari, selama pasien masih dapat menjawab pertanyaan dokter gigi, namun teknik ini diperlukan terutama pada anak-anak, lanjut usia, pasien yang mempunyai gangguan bicara atau pendengaran atau gangguan mental. Anamnesis meliputi beberapa indikator. a. Identitas pasien Identitas pasien meliputi nama lengkap (nama keluarga, nama sendiri), umur, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan, pekerjaan, alamat rumah dan nomor telepon. Selain itu juga diperlukan data mengenai contact person untuk pasien tersebut yang mudah dihubungi.



1



Dari data identitas pasien, kita juga mendapatkan kesan mengenai keadaan sosial ekonomi,



budaya dan lingkungan.



Dengan informasi tersebut, kita



dapat



merencanakan pengelolaan pasien, baik untuk diagnostik maupun pengobatan sesuai dengan kondisi pasien secara menyeluruh (holistik). Selain itu alamat dan nomor telepon penting untuk komunikasi berkesinambungan. b. Keluhan utama Berisi informasi mengenai keluhan yang dirasakan oleh pasien saat ini serta riwayat keluhan utama tersebut. Sebaiknya disertai data lamanya keluhan tersebut. c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan gejala dari keluhan utama tersebut. Dimulai saat pertama kali pasien merasakan keluhan itu. RPS ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya. Perkembangan penyakit yang dicatat juga termasuk riwayat pengobatan atau perawatan yang sudah dilakukan untuk mengatasi keluhan utama pasien tersebut. Sebaiknya dituliskan dengan menggunakan bahasa (kata-kata) pasien sendiri. Untuk keluhan utama dan keluhan penting lainnya, perlu diperinci sebagai berikut : 1. Lokasi dan penjalaran  lokasi secara tepat, dalam atau superfisial, terlokalisir atau difus 2. Kualitas 3. Kuantitas  tipe onset, intensitas/keparahan 4. Kronologis  onset, durasi, periodisitas, frekuensi 5. Kondisi / keadaan saat munculnya gejala 6. Faktor yang mempengaruhi 



Faktor pencetus, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan







Kaitannya dengan aktivitas sehari-hari



7. Gejala penyerta Oleh Levinson, sistem ini disebut sebagai The Sacret Seven. d. Kesehatan umum



2



Informasi mengenai kesehatan umum pasien saat ini serta riwayat kesehatan umum, misalnya apakah pernah menderita penyakit sistemik serta bagaimana riwayat pengobatannya. e. Riwayat kesehatan gigi dan mulut Informasi tentang riwayat kesehatan gigi yang meliputi kunjungan rutin berkala pasien ke dokter gigi, sikap pasien terhadap perawatan dokter gigi, masalah gigi mulut sebelumnya yang relevan dengan keluhan utama, serta berbagai perawatan gigi dan mulut sebelumnya f. Informasi tambahan Informasi tentang riwayat keluarga, ada tidaknya penyakit atau kelainan herediter, serta informasi riwayat sosiokultural termasuk lingkungan, gaya hidup, pola makan, perilaku, pendidikan, pekerjaan. B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan pengamatan dan keaktifan operator. Macam Pemeriksaan obyektif : a. Ekstra oral : 1) Inspeksi : melihat muka pasien simetris / asimetris 2) Kelainan dentofacial. 3) Palpasi kelenjar limfe kiri dan kanan. kiri : lunak/keras, sakit/tidak sakit/ bergerak /tidak bergerak. kanan : lunak/keras, sakit/tidak sakit/ bergerak /tidak bergerak 4) Suhu: panas/ normal. b. Intra oral : 1. Jaringan lunak/mukosa rongga mulut antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum, tonsil, gingiva. 



Melakukan pemeriksaan visual dan digital pada rongga mulut







Pemeriksaan umum terhadap bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot







Pemeriksaan perubahan warna, inflamasi, ulserasi, dan pembentukan sinus tract pada mukosa alveolar dan attached gingiva



3







Adanya sinus tract biasanya menunjukkan adanya pulpa nekrotik / suppurative apical periodontitis atau abses periodontal. Cara mengetahui asal lesi : meletakkan guta perca ke sinus tract



2. Jaringan keras gigi/ pulpa  pemeriksaan diskolorasi, fraktur, abses, erosi, karies, restorasi yang besar dengan beberapa cara sebagai berikut : a) Tes klinis -



Pemeriksaan visual : alat dengan kaca mulut dan eksplorer



-



Guna : memeriksa karies, karies rekuren, keterlibatan pulpa, fraktur mahkota dan kerusakan restorasi



b) Perkusi 



Guna : menentukan adanya patosis pulpa dan jar. Periapikal







Cara : mengetuk permukaan insisal atau oklusal dengan ujung pegangan kaca mulut yang diletakkan paralel dengan aksis gigi







Hasil (+) tajam  inflamasi periapikal







Hasil (-) ringan – sedang  inflamasi periodontal ligamen



c) Tes Periodontal  tes ini sangat penting untuk membedakan penyakit endo dan perio -



Probing periodontal  mengetahui destruksi tulang dan jaringan lunak periodontal, level perlekatan periodontal, lesi periapikal yang meluas ke servikal serta prognosisnya



-



Tes Mobilitas  menentukan status ligament periodontal dan prognosa, mobility yang disebabkan lesi periapikal akan berkurang setelah dirawat. Cara : jari telunjuk diletakkan di lingual gigi dan tekan ujung insisal atau bukal dengan pegangan kaca mulut secara bersamaan



d) Palpasi 



Guna : menentukan adanya proses inflamasi yang sudah sampai ke



4



periapikal 



Interpretasi : (+)  inflamasi sudah mencapai tulang dan mukosa regio apikal gigi







Teknik : melakukan tekanan ringan pada mukosa sejajar dengan apeks gigi



e) Tes Vitalitas bisa menginfokan masih ada/tidaknya jaringan syaraf yang mengantar impuls sensori, bukan menunjukkan pulpa masih normal : -



Sondasi  Stimulasi dentin secara langsung. Teknik ini dilakukan pada dentin yang terbuka dimana karies harus dibersihkan dari debris terlebih dahulu kemudia lakukan goresan dengan sonde pada dasar pulpa



-



Tes dingin  bisa menggunakan es, CO2 (dry ice), atau bisa dengan Chlor Ethyle (gigi diisolasi dengan cotton roll  permukaan gigi dikeringkan  letakkan cotton pellet yang sudah diberi Chlor Ethyle



-



Tes panas  bisa dengan guta perca yang dipanaskan, friksi di permukaan gigi dengan bur rubber cup, air panas, instrument yang dipanaskan  sebaiknya menggunakan rubber dam



-



Tes EPT  suatu alat yang dijalankan baterai dan menghantarkan arus elektrik frekuensi tinggi yang dapat berbeda-beda, stimulus diletakkan di permukaan gigi. Cara : letakkan pasta gigi diujung pulp tester elektroda, sirkuit diaktifkan dengan klip atau dipegang oleh pasien. Ujung elektroda diletakkan di permukaan labial. Arus dinaikkan pelan-pelan sehingga didapatkan respon.



f) Tes Kavitas Pada gigi nekrosis, bila tes lainnya tidak memberikan respon maka lakukan tes ini dengan mempreparasi dentin tanpa anastesi dan gunakan bur yang tajam. Pada gigi vital, tes kavitas pada permukaan email atau restorasi akan menyebabkan sensasi rasa sakit yang tajam. Bila gigi tidak juga sakit, maka access opening bisa dimulai dengan dilakukan tes ini g) Rontgen Foto 5



PEMERIKSAAN PENUNJANG KARIES 1. Risk Assesment Risk assessment merupakan hal penting yang berhubungan dengan diagnosis, prognosis dan rencana perawatan dalam suatu penanganan karies. Dokter gigi harus mengumpulkan daya yang tepat dari hasli anamnesis dan pemeriksaan klinis untuk deteksi karies supaya dapat mengetahui hasil risk assessment karies pada seorang individu. Bagian dari risk assessment adalah untuk menentukan faktor resiko, namun tidak dapat menentukan hasil akhir karies. Model sistem yang digunakan untuk penilaian faktor risiko (risk assesment) adalah Traffic Light–Matrix termasuk penilaian untuk mengetahui motivasi dan gaya hidup sesorang. Elemen pertama yaitu Traffic Light, sistem ini memeriksa atau menelusuri 16 faktor risiko dan dikelompokkan menjadi merah, kuning hijau seperti lampu pengatur lalu lintas sesuai kriteria yang telah ditentukan. Keenambelas faktor risiko tersebut adalah : Saliva : 1) Kemampuan kelenjar saliva minor memproduksi saliva 2) Konsistesi unstimulated (resting) saliva 3) pH unstimulated saliva 4) Flow rate saliva terstimulasi 5) Kapasitas buffer saliva terstimulasi Diet : 6) Jumlah paparan gula per hari 7) Jumlah paparan asam per hari Fluoride : 8) Jumlah paparan fluoride dulu dan sekarang Biofilm : 9) Differential staining 10) Komposisi biofilm 11) Aktivitas Faktor modifikasi :



6



12) Status gigi dan sekarang 13) Status kesehatan dulu dan sekaramg 14) Kemauan pasien 15) Gaya hidup 16) Status sosial ekonomi Elemen kedua yaitu Matriks, dibuat untuk mengetahui status penyakit terkini dan perilaku pasien dalam menjaga kesehatan mulutnya. Traffic Light-Matrix digunakan untuk menilai tingkat keparahan penyakit saat ini sehingga perawatan disesuai dengan kebutuhan. Fungsi utama dari pemeriksaan ini memberikan tanda kepada operator jika terlihat lingkungan kondusif terjadinya karies yaitu jika ada satu atau lebih tanda masuk kriteria faktor risiko sehingga dapat membantu untuk menetapkan diagnosis penyakit dan rencana perawatan. Faktor-faktor yang harus dinilai yaitu: 



Saliva







Diet







Fluoride







Biofilm (plak)







Faktor modifikasi



2. Pemeriksaan Radiografis Meskipun paparan radiografi dental berjumlah kecil, namun dalam mengambil keputusan untuk melakukan pengambilan radiografi harus sesuai dengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable). American Dental Association (ADA), berkolaborasi dengan FDA, mengembangkan guidelines untuk indikasi pemeriksaan radiografi yang dapat digunakkan secara maksimal untuk membantu praktik dokter gigi. Radiografi membantu dokter gigi untuk mengevaluasi dan menentukan diagnosis pasti dari banyak penyakit dalam mult. Namun, dokter gigi perlu menimbang keuntungan yang didapat dari melakukan pengambilan radiografi terhadap resiko pasien terpapar radiasi, efeknya dapat berakumulasi dari berbagai sumber sepanjang waktu. Dokter gigi, harus memahami kondisi kesehatan pasien untuk dapat menentukan keputusan tersebut. Untuk alasan ini,



7



guidelines dimaksudkan sebagai acuan untuk dokter gigi dan bukan sebagai suatu aturan. Guidelines ADA /FDA membantu mengarahkan tipe dan frekuensi pengambilan radiografi yang dibutuhkan berdasarkan keadaan pasien dan faktor resiko. Untuk pemeriksaan permukaan oklusal, pengambilan radiografi memiliki sensitifitas sedang dan spesifitas yang baik untuk diagnosis lesi dentin, namun untuk lesi email sensitivitasnya rendah dan spesifitasnya berkurang. Sedangkan untuk permukaan proksimal memiliki sensitifitas sedang dan spesifitas yang baik untuk deteksi lesi berkavitas, dan sensitifitas rendah hingga sedang dan spesifitas tinggi unuk lesi email dan dentin. Untuk diagnosis pada karies permukaan proksimal, restorasi overhanging, restorasi dengan kontur kurang baik, jenis pengambilan radiografi yang paling baik adalah posterior bitewing dan periapikal anterior. Meskipun radiogradi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat baik, terdapat beberapa keterbatasan. Untuk mengantisipasi keterbatasan ini, harus ada hubungan yang berkesinambungan antara gambaran klinis dan radiografi yang ada, dan penafsiran dari keterbatasan tersebut harus dapat dipahami untuk dapat menentukan suatu diagnosis. Dalam



mendiagnosis



memerlukan



pengumpulan



informasi



subjektif,



mengembangkan temuan objektif, dan menggunakannya untuk sampai pada diagnosis dan rencana perawatan. Informasi yang subjektif dikumpulkan oleh mempertanyakan pasien dan kemudian secara aktif mendengarkan.



Pemeriksaan penunjang seperti



pemeriksaan radiografi adalah wajib. Meskipun radiografi mungkin menjadi bantuan penting untuk dokter, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya dukungan untuk diagnosis yang pasti. Radiografi berguna dalam evaluasi karies, restorasi yang rusak, kesehatan jaringan periodontal, kualitas dari obturasi, adanya missing kanal, hambatan instrumentasi, periradicular pathosis, perforasi, fraktur, resorpsi, dan kanal anatomi. Radiografi harus terekspos dengan benar dan memiliki gambar yang tajam dan jelas. Harus mencakup gigi dan jaringan sekitarnya, dan beberapa angulasi film harus digunakan untuk menentukan etiologi endodontik menggunakan buccal object. Radiografi bitewing berguna untuk menentukan tinggi tulang periodontal dan menemukan karies atau fraktur. Semua sinus tract harus ditelusuri dengan cone guttapercha disertai dengan radiografi untuk melokalisasi sumber. Dalam hal ini dapat



8



dilakukan dengan jenis Periapikal, Panoramik dan Cone beam computed tomography (CBCT),CBCT telah diperkenalkan dalam endodontik, dan kegunaannya dalam penafsiran endodontik. Membantu untuk menentukan penyebab periodontitis apikal dengan memberikan klinisi, agar lebih mudah, aman, dan murah memvisualisasikan gigi dan struktur sekitarnya dalam tiga dimensi (3D). CBCT memungkinkan dokter untuk menentukan keakuratan ukuran, batas, dan posisi lesi periapikal dan resorpsi dan memberikan informasi tambahan tentang fraktur, missing kanal, anatomi saluran akar, dan topografi tulang alveolar di sekitar gigi. CBCT sangat dapat meningkatkan diagnosis presurgical dan perencanaan perawatan, karena hubungan struktur anatomi yang berdekatan seperti sinus maksilaris dan saraf alveolar ke akar apeks dapat dengan jelas divisualisasikan. Hal ini membantu dokter untuk memutuskan kapan untuk melakukan pembedahan endodontik atau nonsurgically. CBCT lebih akurat daripada radiografi periapikal dalam diagnosis periodontitis apikal, dan dapat mengungkapkan rincian lesi dan struktur yang berdekatan, sehingga meningkatkan klinis dalam diagnosis dan rencana perawatan. Salah satu penyebab utama dari periodontitis apikal posttreatment adalah missing kanal, dan CBCT yang belum ada sebelumnya. Dalam satu studi, spesialis konservasi gigi gagal untuk mengidentifikasi 1 saluran minimal 1 pada sekitar 4 dari 10 gigi ketika menggunakan gambar yang diperoleh dengan radiografi digital konvensional dibandingkan dengan cone-beam computed tomography.



9



Histopatologi Karies gigi dapat mengenai : 1. Email 2. Dentino email junction 3. Dentin 4. Dentino pulpal junction 5. Pulpa gigi 6. Akar Karies email adalah karies yang belum mencapai dentin baru sampai batas dentino enamel junction. Karies email ada 4 fase dalam histopatologi yaitu : 1. Zona translusen - Fase awal terjadinya karies - Demineralisasi pada struktur email, prisma email,yang mengakibatkan hidroksi apatit - Tidak adanya karies - Lebih berporus 2. Zona gelap - Demineralisasi terus terjadi



10



- Lebih berporus dari zona translusen - Adanya terjebaknya udara tampak menjadi lebih gelap 3. Zona badan lesi - Terletak diatas zona gelap - Porus semakin besar - Deminerilisasi >> - Invasi bakteri - Garis retzius terlihat jelas 4. Zona permukaan - White Spot/ bercak putih dipermukaan email - Bagian dalam sudah berongga kosong - Struktur organik yang mengalami remineralisasi



Karies dentin merupakan karies gigi dengan kondisi kerusakan pada bagian terluar (enamel) dan terdalam (dentin) gigi.



Karies dentin ada 5 zona yang



terbentuk selama terjadinya karies yaitu : 1. Zona dentin reaktif Suatu zona yang terbentuk di antara dentin dan pulpa, berfungsi sebagai suatu reaksi pertahanan terhadap rangsangan yang terjadi di daerah perifer. Zona ini sudah mulai terbentuk system pertahanan non-spesifik dari pulpa yang teraktivasi untuk menghambat kerusakan sehingga tidak berlanjut ke pulpa. 2. Zona sklerotik Suatu pelindung yang terbentuk apabila rangsangan sudah mencapai dentin untuk melindungi pulpa. Zona ini terjadi suatu proses peletakan mineral ke 11



dalam lumen tubulus dentin dan biasa dianggap sebagai mekanisme normal dari pembentukan dentin peritubular. Peletakan mineral ini membuat berkurangnya daya permeabilitas jaringan sehingga dapat mencegah penetrasi asam dan toksin-toksin bakteri. 3. Zona demineralisasi Zona yang terjadi demineralisasi sehingga mineral yang ada pada dentin semakin berkurang. Namun,zona ini belum terinvasi oleh bakteri. 4. Zona invasi bakteri Sudah semakin banyak mineral pada dentin yang hilang, sehingga materi organiknya sudah larut. Bakteri sudah masuk ke dalam tubule dentin. 5. Zona destruksi Zona ini disebut juga zona nekrosis merupakan suatu zona dimana dentin sudah dihancurkan oleh bakteri. Materi organic sudah semakin banyak yang hilang dan mulai terlihat adanya kavitas pada dentin.



12



DIAGNOSIS KARIES 1. Menurut AAE (American Association of Endodontic) 2009 : Pulpal: - Normal pulpa - Reversible pulpitis - Symptomatic irreversible pulpitis - Asymptomatic irreversible pulpitis - Pulp necrosis - Previously treated - Previously initiated therapy Apical : - Normal apical tissues - Symptomatic apical periodontitis - Asymptomatic apical periodontitis - Acute apical abscess - Chronic apical abscess - Condensing osteitis 2. Menurut Grossman,dkk (1981) : 1. Pulpitis (inflamasi) 1.1 Reversible Simtomatik Asimtomtik 1.2 Irreversible Akut Khronis



13



1.3 Degenerasi pulpa Kalsifik Fibrous Atrofik Resorpsi internal 1.4 Nekrosis pulpa 3. Menurut Walton & Torabinejad (1996) : - Reversible pulpitis - Irreversible pulpitis - Hyperplastic pulpitis - Necrosis



4. Menurut Weine (1996) : 1. Hyperalgesia 1.1 Reversible pulpitis 1.2 Hyperreactive pulkpalgia Hypersensitive dentin Hyperaemia 2. Irreversible pulpitis 2.1 Nonpainful pulpitis Kronik pulpitis * Proliferatif * Excudatif 2.2 Painful pulpitis Akut pulpagia/pulpitis Kronik pulpagia Subakut pulpitis * Excudatif * Proliferatif 3. Pulp nekrosis 5. Menurut Tronstad (1991) : - Asymptomatic pulpitis - Symptomatic pulpitis - Necrotic pulp



14



15



16