Anatomi Dan Fisiologi Plasenta Previa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

B. Anatomi dan Fisiologi 1. Struktur, Fungsi, dan Sirkulasi Plasenta Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama kehidupan intrauterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta. Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak atau sebaliknya (Heffner & Schust. Alih bahasa Umami V, 2008).



Gambar 4 : Plasenta (Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f1/Placenta.svg/2000p x-Placenta.svg.png)



Gambar 5 : Struktur Plasenta (Sumber: http://biologyforums.com/gallery/33_01_08_11_10_36_29_12621022.jpeg) a. Struktur Plasenta Pada minggu-minggu pertama perkembangan, jonjot-jonjot meliputi seluruh permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, jonjot pada kutub embrional terus tumbuh dan meluas membentuk korion frondosum (korion berjonjot lebat seperti semak-semak). Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi dan menjelang bulan ketiga sisi korion ini menjadi halus dan disebut korion leave. Perbedaan pada kutub embrional dan abembrional korion juga dicerminkan pada susunan desidua. Desidua di atas korion frondosum, desidua basalis, sedangkan desidua diatas yang meliputi kutub



abembrional



disebut



desidua



kapsularis.



Dengan



bertambahnya besar gelembung korion, lapisan ini menjadi regang dan berdegenerasi. Selanjutnya, korion leave bersentuhan dengan dinding rahim pada sisi rahim yang lain dan keduanya bersatu. Rongga rahim kemudian tertutup. Oleh karena itu, satu-satunya bagian korion yang ikut serta dalam proses pertukaran adalah korion frondosum yang bersama dengan desidua basalis membentuk



plasenta. Menjelang permulaan bulan keempat, plasenta mempunyai dua komponen : Bagian janin dibentuk oleh korion frondosum dan vili. Bagian ibu dibentuk oleh desidua basalis. 1) Fetal Portion Pada sisi janin plasenta dibatasi oleh lempeng korion. Pada daerah penyatuan, sel-sel trofoblas dan desidua saling bercampur baur. Daerah ini ditandai dengan adanya sel raksasa desidua dan sinsitium serta kaya akan zat mukopolisakarida amorf. Sebagian besra sel sitotrofoblas berdegenerasi. Antara lempeng korion dan lempeng desidua terdapat ruang antar jonjot yang berisi darah ibu. Ruang-ruang ini berasal dari lakuna dalam sinsitotrofoblas dan dibatasi oleh sinsitium yang berasal dari janin. Cabang-cabang jonjot tumbuh ke dalam danau-danau darah antar jonjot (Jarvis, 2011). 2) Maternal Portion Selama bulan keempat dan kelima, desidua membentuk sejumlah sekat yaitu sekat desidua yang menonjol ke dalam ruang antar jonjot tetapi tidak mencapai lempeng korion. Sekat-sekat ini mempunyai inti jaringan ibu, tetapi permukaannya diliputi oleh selapis sel sinsitium sehingga selamanya selapis sel sinsitium memisahkan darah ibu di dalam danau antar jonjot dari jaringan janin pada jonjot. Sebagai akibat pembentukan sekat ini, plasenta terbagi dalam sejumlah ruangan atau kotiledon. Oleh karena sekat desidua tidak mencapai lempeng korion, hubungan antara ruang antar jonjot dalam berbagai kotiledon tetap terpelihara. Sebagai akibat berlanjutnya pertumbuhan janin dan pembesaran rahim, plasenta juga membesar. Peningkatan luas permukaan secara kasar sebanding dengan pembesaran rahim dan selama kehamilan, plasenta menutupi kira-kira 25-30 % permukaan dalam rahim. Peningkatan tebal plasenta diakibatkan oleh terbentuknya kakikaki dari jonjot-jonjot yang sudah ada dan tidak disebabkan oleh



penembusan lebih lanjut ke dalam jaringan ibu. Ciri-ciri permukaan fetal : Tediri dari vili, menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion. Di bawah amnion nampak pembuluh-pembuluh darah. Ciri-ciri permukaan maternal : Terdiri dari desidua compacta dan sebagian desidua spongiosa yang kelak ikut lepas dengan plasenta, menghadap ke dinding rahim, warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah. Plasenta terdiri dari 16-20 kotiledon, permukaannya kasar beralur-alur (Jarvis, 2011). 3) Letak Plasenta Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi (Manuaba, 2008). 4) Bentuk dan ukuran plasenta Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter 1520 cm, tebal 2-3 cm dan beratnya 500-600 gram. Biasanya plasenta akan terbentuk lengkap pada usia kehamilan kira-kira 16 minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim. Meskipun ruang manion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, namun amnion hanya menempel saja tidak sampai melekat pada korion (Manuaba, 2008). b. Fungsi Plasenta 1) Nutrisasi Plasenta sebagai alat nutritif. Penyaluran bahan nutrisi dari ibu ke janin dengan jalan : Difusi air dan bahan yang larut dalam air, garam kalium dan natrium. Makin besar berat jenis bahan makanan maka makin lambat terjadi difusi. Sistem enzimatik. Prinsip bahan tersebut dipecah dan selanjutnya disintesis ke bentuk aslinya dalam bentuk vili korialis. Bahan yang mengalami



proses enzimatik : Protein dipecah menjadi asam amino, lemak dipecah menjadi asam lemak, hidrat arang dipecah menjadi glukosa, glikogen dipecah menjadi fruktosa, vitamin dipecah menjadi bentuk yang lebih kecil, obat-obatan. Pinositosis. Caranya seperti aktivitas amoben. Bahan tersebut adalah imunoglobulin G dan albumin. Ekskresi. Ginjal, hati dan usus janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat pembuanga. Sisa metabolisme akan dibuang melalui plasenta



yang dapat



menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung. Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO2 ). Bilirubin juga diekskresi karena sel darah merah diganti relatif sering. Terdapat sedikit pemecahan jaringan yang terpisah serta jumlah urea dan asam urat yang diekskresi sangat sedikit. Respirasi. Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F) yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen dan sebliknya mudah melepaskan karbon dioksida melalui sistem difusi dalam plasenta. Dengan adanya perbedaan afinitas tersebut, plasenta dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan. Makin tua kehamilan, semakin tinggi konsentrasi adult hemoglobin (A) sebagai persiapan bernapas melalui paru-paru pada saat kelahiran (Heffner & Schust ; Alih bahasa Umami V, 2008). c. Sirkulasi Plasenta Darah janin, mengandung sedikit oksigen. Dipompa oleh jantung janin menuju ke plasenta melalui arteri umbilikus dan diangkut sepanjang cabang ke pembuluh darah kapiler vili korionik. Setelah membuang karbondioksida dan menyerap oksigen, darah kembali ke janin melalui vena umbilikus. Darah maternal diangkut ke dasar plasenta dalam desidua oleh arteri spiralis dan mengalir ke dalam ruang darah di sekitar vili. Sirkulasi retroplasentaer terjadi karena aliran darah arteri spiralis dengan tekanan 70 mmHg sampai 80 mmHg sedangkan tekanan darah pada vena di dasar desidua



basalis 20 mmHg sampai 30 mmHg. Diyakini bahwa arah aliran mirip mata air ; darah mengalir ke atas dan membasahi vilus saat disirkulasikan di sekelilingnya dan mengalir kembali ke dalam cabang-cabang vena uterin. Darah arteri maternal kaya akan oksigen dan nutrien. Darah janin dan maternal memiliki hubungan yang dekat, tetapi tidak memiliki hubungan langsung. Perpindahan zat antara darah janin dan maternal adalah melalui difusi, trasnpor aktif dan pinositosis. Menjelang akhir kehamilan, plasenta memungkinkan antibodi maternal memasuki sirkulasi janin. Antibodi memberikan imunitas pasif sementara pada janin. Obat-obatan, alkohol, polutan lingkungan, virus dan agens penyebab penyakit lainnya masuk dengan bebas dari suirkulasi maternal ke sirkulasi janin.sebagian zat ini disebut teratogen atau agens yang dapat menyebabkan defek lahir (Heffner & Schust ; Alih bahasa Umami V, 2008).



Gambar 6 : Sirkulasi Plasenta (Sumber: www. Caratipscepathamil.com)



2. Pembentukan Embrio dan Janin Kehamilan berlangsung selama 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid. Dengan demikian, umur janin setelah konsepsi kira-kira dua minggu yaitu 38 minggu atau 266 hari. Sesuai dengan tahap pertumbuhan intra nutrien berbagai nama diberikan pada buah kehamilan yang dikandung yaitu ovum dari 0-2 minggu setelah fertilisasi, embrio dari 3-5 minggu, lebih dari 5 minggu disebut janin. (Pinem, 2009) Tahap embrio merupakan tahap yang paling kritis dalam perkembangan sistem organ. Pada akhir minggu ke 8 semua sistem organ dan struktur eksterna telah terbentuk dan embrio akan menjadi manusia baru. (Sulistyawati, 2014) a. Embrio Usia 2-4 Minggu 1) Terjadi perubahan yang semula buah kehamilan hanya berupa satu titik telur menjadi satu organ yang terus berkembang dengan pembentukan lapisan-lapisan didalamnya. (Sulistyawati, 2014). 2) Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke-20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya pembuluh darah terus berkembang diseluruh embrio dan plasenta. (Sulistyawati, 2014). b. Embrio Usia 4-6 Minggu 1) Sudah terbentuk bakal organ-organ. 2) Jantung sudah berdenyut. 3) Pergerakan sudah nampak dalam pemeriksaan USG. 4) Panjang embrio 0,64 cm. 5) Embrio Usia 8 Minggu 6) Pembentukan organ dan penampilan semakin jelas, seperti mulut, mata dan kaki. 7) Pembentukan usus. 8) Pembentukan genitalia dan anus. 9) Jantung mulai memompa darah.



c. Embrio Usia 12 Minggu 1) Embrio berubah menjadi janin. 2) Usus lengkap. 3) Genitalia dan anus sudah terbentuk. 4) Menggerakan anggota badan, mengedipkan mata, mengerutkan dahi, dan mulut membuka. 5) BB 15-30 gram. d. Embrio Usia 16 Minggu 1) Gerakan fetal pertama (quickening). 2) Sudah mulai mekonium dan verniks caseosa. 3) Sistem muskuloskeletal sudah matang. 4) Sistem saraf sudah melaksanakan kontrol. 5) Pembuluh darah berkembang dengan cepat. 6) Tangan janin dapat menggenggam. 7) Kaki dapat menendang dengan aktif. 8) Semua organ mulai matang dan tumbuh. 9) Denyut jantung janin dapat didengar dengan doppler. 10)



Berat janin 0,2 kg.



e. Janin Usia 24 Minggu 1) Kerangka



berkembang



dengan



cepat



karena



aktifitas



pembentukan tulang meningkatkan. 2) Perkembangan pernapasan dimulai. 3) Berat janin 0,7-0,8 kg. f. Janin Usia 28 Minggu 1) Janin dapat bernapas, menelan dan mengatur suhu. 2) Surfaktan terbentuk di dalam paru-paru. 3) Mata mulai membuka dan menutup. 4) Ukuran janin 2/3 saat lahir. g. Janin Usia 32 Minggu 1) Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan pemisahan bayi setelah lahir.



2) Mulai menyimpan zat besi, kalium dan fosfor. 3) Bayi sudah tumbuh 38-43 cm. h. Janin Usia 36 Minggu 1) Seluruh uterus terisi oleh bayi, sehingga ia tidak dapat lagi bergerak dan memutar banyak. 2) Antibodi ibu ditransfer ke janin, yang akan memberikan kekebalan selama 6 bulan pertam sampai sistem kekebalan bayi bekerja sendiri. (Sulistyawati, 2014). 3. Struktur dan Fungsi Amnion Amnion (air ketuban) merupakan elemen kehamilan yang sangat penting untuk diketahui. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan



diagnosis



kehamilan



dan



kesejahteraan



janin.



(Sulistyawati, 2014).



a. Struktur Amnion 1) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1.000-1.500 cc. 2) Berwarna putih keruh, berbau amis dan terasa manis. 3) Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis 1.008. 4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea asam urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, ferniks caseosa, dan garam anorganik, kadar protein 2,6 % gram / liter. b. Fungsi Amnion 1) Melindungi janin dari trauma atau benturan dengan benda luar uterus. 2) Memungkinkan janin bergerak bebas. 3) Menstabilkan suhu tubuh janin tetap hangat. 4) Menahan tekanan uterus. 5) Sebagai pembersih jalan lahir. c. Cara Mengenali Amnion



1) Dengan kertas lakmus. 2) Makroskopis, berbau amis, adanya lanugo dan ferniks caseosa, serta bercampur mekonium. 3) Mikroskopis, terdapat lanugo dan rambut. 4) Laboratorium, kadar ureum rendah dibandingkan dengan air kemih (urin). 4.



Hormon-hormon yang Berperan dalam kehamilan: a. Human Chorionic Gonadotropin (hCg) Disintesis dan disekresi oleh plasenta. hCG mulai dapat dideteksi satu hari setelah implantasi. Sekresi hormone ini akan mempengaruhi hidup korpus luteum dan menstimulasi produksi progesterone melalui sistem minggu saat plasenta mampu menyintesis



progesterone



dan



estrogen



sendiri



untuk



mempertahankan kehamilan. Fungsi hCG yang lain : merangsang proses diferensiasi sitotrofoblas, stimulasi produksi testosterone testis janin, diduga mempunyai efek imunosupresif selama kehamilan,



memiliki



efek



tirotropik



yang



menyebabkan



peningkatan produksi tiroksin (Manuaba, 2008). b. Human Placental Lactogen (hPL) Disintesis di sinsitiotrofoblas, dapat dideteksi mulai hari ke12 setelah fertilisasi atau segera setelah implantasi. hPL mempunyai efek proteksi pada janin. Kadar hPL yang rendah ditemukan pada preeclampsia, pertumbuhan janin terhambat, dan neoplasma trofoblas (Manuaba, 2008). c. Chorionic Adrenocorticotropin (CACTH) Protein yang mirip ACTH. Kadar meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Plasenta menghasilkan ACTH yang kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi maternal dan janin, tetapi ACTH maternal tidak masuk ke dalam sirkulasi janin (Manuaba, 2008). d. Chorionic Thyrotropin (CT)



Disekresi oleh plasenta. Ikut berperan dalam terjadinya peningkatan produksi tiroksin pada kehamilan (Manuaba, 2008). e. Relaksin Mempunyai struktur kimia mirip insulin. Hormon ini bekerja pada miometrium untuk merangsang adenyl cylase dan menyebabkan relaksi uterus (Manuaba, 2008). f. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) Disintesis oleh plasenta. Berperan sebagai hCG-releasing hormone. g. Corticotropin Releasing Hormone (CRH) Ditemukan di plasenta pada trofoblas, amnion, korion, dan desidua. Perannya diduga berhubungan dengan relaksasi otot polos (baik miometrium maupun pembuluh darah), imunosupresi, merangsang pembentukan prostaglandin plasenta (Manuaba, 2008). h. Thyrotropin Releasing Hormone (cTRH) dan Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH) Juga dikenal sebagai somatokrinin, dapat dideteksi pada plasenta. Aktivitas biologisnya belum diketahui. i. Progesteron Saat



usia



kehamilan



aterm,



plasenta



menghasilkan



progesterone + 210 mg/hari. Fungsi antara lain : mempertahankan keadaan tenang uterus dengan mempertahankan afinitas yang tinggi dari reseptor β2-adrenergic miometrium, berpengaruh terhadap otot polos



arteriol sehingga kapasitas vascular



meningkat dan tahanan perifer menurun, selaku substrat bagi produksi glukokortikoid dan mineralokortikoid oleh adrenal janin. j. Estrogen Plasenta pada kehamilan aterm menyekresi baik estron, estradiol, maupun estriol ke dalam sirkulasi maternal dan janin. Estrogen berfungsi meningkatkan sintesis progesterone melalui



peningkatan uptake LDL dan aktivitas P450cc sinsisiotrofoblas, menyebabkan vasodilatasi sirkulasi uteroplasenta, stimulasi sistem rennin- angiotensin -aldosteron, neovaskulerisasi plasenta, meningkatkan



kontraktilitas



uterus



dan



mempunyai



efek



mitogenik terhadap pertumbuhan dan perkembangan glandula mammae (Manuaba, 2008). 5. Penyabab dan persalinan normal a. Fektor hormonal Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron. Dimana progesteron bekerja sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran prostaglandin merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat degenerasi (Prawirihardjo, 2009). b. Faktor saraf Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka akan menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan merangsang timbulnya kontraksi uterus (Prawirihardjo, 2009). c. Faktor keturunan plasenta Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan penurunan



produk



hormon



progesteron



dan



estrogen



(Prawirihardjo, 2009). d. Faktor nutrisi Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan dikeluarkan (Prawirihardjo, 2009). e. Faktor partus



Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan oksitosin, amnion gagang laminaria (Prawirihardjo, 2009).



6. Penyebab timbulnya persalinan Terdapat beberapa teori antara lain : a. Penurunan kadar progesteron Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot uterus, sebaliknya estrogen meninggalkan kerentanan otot rahim. Selama



kehamilan



terdapat



keseimbangan



antara



kadar



progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. (Prawirihardjo, 2009). b. Teori oksitosin Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot uterus. (Prawirihardjo, 2009). c. Keregangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kemih (VU) dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunnya kehamilan makin teregang otot-otot rahim dan otot-otot rahim makin rentan. (Prawirihardjo, 2009). d. Pengaruh janin Hipofisis dan kelenjar supravenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleg karena pada anchephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa (Prawirihardjo, 2009). e. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh dicidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari



percobaab menunjukan bahwa prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extraminal menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga dapat disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil



sebelum



melahirkan



atau



selama



persalinan



(Prawirihardjo, 2009).



7. Faktor esensial persalinan a. Power Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk



mengeluarkan



janin



dan



plasenta



dari



uterus.



(Prawirihardjo, 2009). b. Passagway Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut osteum (Prawirihardjo, 2009). c. Passanger Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi letak kepala, letak, sikap, dan posisi janin. (Prawirihardjo, 2009). d. Psikologikal respon Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia perlukan (Prawirihardjo, 2009). e. Posisi ibu



Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Prawirihardjo, 2009).



8. Kala dalam persalinan a. Kala I Dimulai dari saat persalinan sampai



pembukaaan



lengkap (10cm). proses ini berlangsung antara 18-24jam, terbagi dalam 2 fase yaitu: 1) Fase laten Berlansung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm (anjurkan ibu untuk tetap melakukan aktivitas) 2) Fase aktif, terbagi dalam 3 fase yaitu : a) Fase akselerasi : dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm tersebut menjadi 4 cm. b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (Prawirihardjo, 2009). b. Kala II Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kirakira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perieum mulai menonjol



dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigavida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Prawirihardjo, 2009). c. Kala III Setelah bayi lahir,uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah (Prawirihardjo, 2009). d. Kala IV Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum, keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata – rata perdarahan normal adalah 250 cc. perdarahan persalinan yang lebih dari 500 cc adalah perdarahan abnormal (Prawirihardjo, 2009).



9. Mekanisme persalinan Normal a. Engagement Bila diameter biposnatal kepala melewati PAP, kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada PAP b. Penurunan Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul , penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan



kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan (prawirohardjo, 2009) c. Fleksi Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu di dekatkan ke arah dada janin. (prawirohardjo, 2009) d. Putaran paksi dalam Putaran paksi dalam pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan kebawah lengkup pubis, dan kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul. ( prawirohardjo, 2009) e. Ekstensi Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi. (prawirohardjo, 2009) f. Restitusi dan putaran paksi luar Restitusi adalah gerakan berputar setelah



kepala bayi lahir



hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas, putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip gerakan kepala. (prawirohardjo, 2009) g. Ekspulsi Setelah bahu keluar, kepala dan bahu di atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis (prawirohardjo, 2009)



Dapus Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bima Pustaka