14 0 2 MB
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIQUIDA FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI ANTASIDA
A.
GOLONGAN : Kamis Siang KELOMPOK : 3 DOSEN PEMBIMBING: Dra. Tutiek Purwanti, M. Si., Apt.
NAMA ANGGOTA : 1. DYANDRA ANJANI P.
(051511133195)
2. DEWI FATIMA A.M.
(051511133232)
3. EKA SUCI LESTARI
(051611133013)
4. ALFIN KHOIRUL R.
(051611133025)
5. ALIF NOVIANA I.
(051611133035)
6. FIRMANSYAH A.R.
(051611133041)
7. EDLIA FADILAH M.
(051611133097)
8. YERLITA EL GIHART
(051611133110)
9. ILMA ARISTA
(051611133142)
10. GALINA MELDAVIATI
(051611133146)
11. ILMAN DARYANO
(051611133166)
12. MUH.YUSUF PATAMANI
(051611133214)
DEPARTEMEN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2018
DAFTAR ISI SAMPUL....................................................................................................................1 DAFTAR ISI..............................................................................................................2 BAB I A. Pendahuluan...................................................................................................3 B. Tinjauan Bahan Aktif.....................................................................................5 C. Efek Farmakologi Bahan Aktif....................................................................6 BAB II A. Bahan Aktif dan Bentuk Sediaan Terpilih.....................................................7 BAB III A. Perhitungan Dosis..........................................................................................8 B. Kemasan Terkecil...........................................................................................9 BAB IV A. Persyaratan Umum.........................................................................................10 B. Spesifikasi Sediaan.........................................................................................11 BAB V A. Formula Baku.................................................................................................12 B. Skema Bagan Alir..........................................................................................12 BAB VI Bahan Tambahan..........................................................................................12 BAB VII Formulasi.....................................................................................................14 BAB VIII Metode Pembuatan..............................................................................................27 BAB IX Evaluasi Sediaan..........................................................................................46 BAB X Kemasan.......................................................................................................47 BAB XI Pembahasan dan Kesimpulan.......................................................................48 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................51 LAMPIRAN...............................................................................................................52
3
BAB I A. PENDAHULUAN Antasida berasal dari kata anti = lawan dan acidus = asam, yang merupakan basa-basa lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung. (Obat-Obat Penting, 2008) Antasida merupakan salah satu obat yang digunakan dalam terapi penyakit yang disebabkan asam lambung selain golongan obat H2 blocker dan proton pump inhibitor. Antasida merupakan terapi utama yang digunakan berabad-abad untuk mengobati kelainan asam lambung dengan mekanisme penetralan yang bertujuan untuk menurunkan keasaman lambung. Hal tersebut dapat terjadi karena antasida terdiri dari komponen basa lemah yang bereaksi dengan HCl di lambung membentuk garam dan air. Kemampuan antasida untuk menetralkan asam lambung sangat bervariasi tergantung pada laju disolusi, kelarutan dalam air, laju reaksi dengan asam dan pengosongan lambung. (Katzung, 2009). Anyasida mempunyai mula kerja yang lebih cepat namun durasi yang tidak terlalu lama disbanding H2 blocker yang merupakan terapi penyakit asam lambung. Rasa nyeri akibat kelainan asam lambung dapat berkurang saat atau selama pengobatan antasida (Dipio, 2014). Mula kerja antasida sangat bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi asam, sedangkan kecepatan pengosongan lambung sangat menentukan masa kerja antasida. Antasaida atau kombinasinya dapat menyebabkan efek samping seperti diare atau konstipasi. Penggunaan antasida dapat mengganggu penyerapan dan ekskresi obat ketika diberikan secara bersamaan dengan obat yang dapat meningkatkan pH sehingga disolusi obat bias terganggu. Interaksi tersebut dapat dihindari dengan tidak mengonsumsi antasida bersamaan dengan obatnya, melainkan antasida dikonsumsi minimal 3 jam dari obat oral lain. Antasida terbagi menjadi dua dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu antasida sistemik dan non sistemik. Antasida sistemik diabsorbsi dalam usus halus sehingga urin berrsifat alkalis dan apabila pasien bermasalah dengan ginjal menyebabkan alkalosis metabolik. Contoh antasida sistemik adalah natrium bikarbonat. Antasida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contohnya adalah magnesium, aluminium, dan kalsium. B. TINJAUAN BAHAN AKTIF Senyawa
Karakteristik Fisika
Karakteristik Kimia
Lain-lain
Aktif 4
Aluminum
Pemerian : Amorf, berwarna pH ; 5,5-8,5
Al(OH)3 memiliki
Hidroksida
putih, tak berbau, tak berasa, Martindale 36th, page efek
konstipasi,
kandungan ekuivalen tidak 1706)
sehingga
kurang dari 76,5% Al(OH)3.
diberikan bersama Mengabsorbsi
Kelarutan : Tidak larut dalam dan CO2
sering
asam Mg(OH)2
atau
MgO
air dan dalam alkohol larut (Merck Index 13th MN. (Martindale dalam asam mineral encer dan 342) dalam
larutan
36th,
page 1707)
alkali
hidroksida tabilitas : Disimpan di wadah tertutup rapat BM : 78.00 Magnesium
(Martindale 36th, page 1707) Pemerian : Serbuk hablur Menyerap CO2 yang Sebagai
Hidroksida
putih, hampir amorf
ada di air
antasida
yang
memiliki
(Merck Index 13th MN. efek
laksatif.
Kelarutan : Praktis tidak larut 5693)
Sering
dalam air dan dalam alkohol,
dikombinasikan
dalam kloroform dan dalam
dengan
ester, larut dalam asam encer.
golongan
Stabilitas : Disimpan dalam
aluminium
wadah tertutup rapat. Dapat
dapat
mengabsorpsi CO2 dan udara.
menghilangkan
antasida yang
efek laksatifnya. BM : 58.32
(Martindale
36th,
page 1743)
Magnesium
(Martindale 36th, page 1743) Pemerian : serbuk halus,
Trisilikat
putih, tidak berbau, tidak
nonsistemik
berasa
adsorben. Onset of
(FI IV hal 517)
action lemah
Antasida golongan dan
5
BM : 260,86 (anhidrat)
Kandungan
5%
Mg dan 7% silikat Kelarutan : praktis tidak larut
dapat
air
menyebabkan
dan
Terdekomposisi
alkohol. oleh
asam
nefrolitiass
mineral.
(Remington P.1297)
Stabilitas
:
stabil
disimpan
dalam
jika wadah
tetutup baik, sejuk, dan kering (HPE 6th p.408) C. EFEK FARMAKOLOGI BAHAN AKTIF Nama Bahan Aktif Aluminium Hidroksida
Efek Teurapetik Daya menetralkan asam
Efek Samping Efek samping utama yaitu
(Al(OH)3)
lambung lambat tetapi masa
konstipasi dapat diatasi
Antasida non-sistemik
kerja panjang
dengan pemberian antacid
Ion Al dapat bereaksi dengan (Farmakologi UI Edisi V,
protein sehingga bersifat
halaman 519)
astringen Al bersifat demulsen dan absorben Al(OH)3 mengobati tukak peptic, nefrolikalis fosfat dan absorben pada keracunan. 1
Mg Mual dan muntah dapat terjadi Gangguan absorbs fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan deplesi fosfat disertai osteomalasia Al(OH)3 dapat mengurangi
gram Al(OH)3 menetralkan 25
absorbs bermacam-macam
mEq
vitamin dan tetrasiklin
Dosis tunggal yang dianjurkan 0,6 gram Suspensi Al(OH)3 gel dosis Magnesium Hidroksida
yang dianjurkan 8 ml Sebagai katartik dan antacid
(Mg(OH)2)
Masa kerja lama
Al(OH)3 lebih sering menyebabkan konstipasi pada usia lanjut Ion magnesium dalam usus akan diabsorbsi dan cepat 6
Antasida non-sistemik (Farmakologi UI Edisi V, halaman 519)
Mg(OH)2 tidak efektif sebelum
diekskresi melalui ginjal
bereaksi dengan HCl
(bahaya untuk pasien dengan
membentuk MgCl2
fungsi ginjal yang kurang
1 ml susu magnesium dapat menetralkan 11,1 mEq asam Susu magnesium adalah suspense yang berisi 7-8,5%
baik) Ion magnesium yang diabsorpsi akan bersifat sebagai antacid sistemik sehingga menimbulkan alkaliura tapi jarang terjadi
Magnesium Trisilikat
Berupa gel yang terbentuk
(Mg2Si3O8nH2O)
dalam lambung diduga
Antasida non-sistemik
menutup tukak lambung Silika gel dan magnesium
(Farmakologi UI Edisi V,
trisilikat, absorbsi yang baik
halaman 519)
untuk pepsin, protein, dan besi dalam makanan Untuk menetralkan 30% HCl 0,1 N butuh waktu 15 menitm
alkaliosis Dosis tinggi menyebabkan diare Banyak dilaporkan terjadi batu silikat setelah penggunaan kronik Efektivitasnya rendah dan potensi untuk menimbulkan toksisitas yang khas sehingga kurang dianjurkan
untuk menetralkan 60% HCl 0,1 N butuh waktu 60 menit (1 jam) Dosis yang dianjurkan 1-4 gram 1 gram Magnesium Trisilikat dapat menetralkan 13-17 mEq asam
7
BAB II A. Bahan Aktif Terpilih Bahan aktif yang terpilih adalah kombinasi Al(OH)3 dan Mg(OH)2. Alasan kedua bahan aktif dipilih adalah : 1.
Al(OH)3 dan Mg(OH)2 merupakan antasida non-sistemik, dimana pemberian antasida non-sistemik relative lebih aman daripada pemberian antasida sistemik seperti natrium bikarbonat yang menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien kelainan ginjal, dapat terjadi alkaliosis metabolik. (Farmakologi UI edisi V, halaman 518)
2.
Al(OH)3 memiliki daya menetralkan asam lambung yang lambat, tetpai masa kerjanya panjang. Satu gram dapat menetralkan 25 mEq asam. Mg(OH)2 memiliki masa kerja yang panjang. (Farmakologi UI edisi V, halaman 518)
3.
Pemberian Al(OH)3 dapat menimbulkan efek berlawanan dengan efek laksatif yang ditimbulkan oleh Mg(OH)2. (Martindale 36th edition, halaman 1743)
4.
Pemberian Mg(OH)2 dapat menutupi efek konstipasi yang ditimbulkan akibat pemberian Al(OH)3. (Martindale 36th edition, halaman 1707)
5.
Kombinasi Al(OH)3 dan Mg(OH)2 mempunyai efektivitas yang lebih baik dan toksisitas yang lebih rendah disbanding kombinasi Al(OH) 3 dan Magnesium Trisilikat. (Martindale 36th edition, halaman 1744)
B. Bentuk Sediaan Terpilih Bentuk sediaan yang terpilih adalah sediaan oral suspensi. Alasan bentuk sediaan ini yang dipilih adalah : 1.
Bahan aktif terpilih tidak bisa larut dalam air
2.
Duration of action bentuk cair lebih panjang dan onset of action lebih lama
8
BAB III PERHITUNGAN DOSIS Sediaan antasida secara kuantitatif ditermenologikan dengan kapasitas penetralan asam, dimana kapasitas penetralan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan efektifitas dan efisiensi aktifitas sediaan antasida. Kapasitas penetralan asam dinyatakan dalam bentuk miliekivalen (mEq) yang berarti aktivitas kimia suatu elektrolit dimana dosis untuk banyak senyawa elektrolit ditentukan berdasarkan miliekivalen, Menurut Farmakologi dan Terapi FK Universitas Indonesia edisi V halaman 518-521 : 1. Antasida Al tersedia dalam bentuk suspense Al(OH)3 gel yang mengandung 3,6-4,4% Al2O3. Dosis yang dianjurkan 80 mL,tersedia pula bentuk tablet mengandung 505 Al2O3. Satu gram Al(OH)3 dapat menetralkan 25 mEq asam. Dosis tunggal yang dianjurkan 0,6 gram. 2. Sediaan susu magnesium (milk of magnesia) berupa suspense yang berisi 78% Mg(OH)2. Satu mL susu magnesium dapat menetralkan 2,7 mEq asam. Dosis yang dianjurkan 5-30 mL. Bentuk lain ialah tablet susu magnesium berisi 325 mg Mg(OH)2 yang dapat menetralkan 11,1 mEq asam. Menurut Martindale edisi 36 halaman 1707 dan 1743 1. Al(OH)3 digunakan sebagai antasida . Dosis yang diberikan untuk pemakaian oral sampai dengan 1 gram, antara waktu makan dan tidur, untuk mengurangi efek konstipasi , alumunium hidroksida seringkali diberikan dengan Mg(OH)2 2. Mg(OH)2 digunakan sebagai antasida .Dosis yang diberikan untuk pemakaian oral sampai dengan
1 gram, antara waktu makan dan tidur . Biasanya
diberikan dengan Al(OH)3 untuk meniadakan efek laksatif, Perhitungan penetralan asam -
1 gram Al(OH)3 dapat menetralkan 25 mEq asam dan 325 mg Mg(OH) 2 dapat menetralkan 11,1 mEq asam
-
Dosis tunggal yang dianjurkan = 0,6 gram / 1 gram x 25 mEq = 15 mEq
9
Bahan aktif yang dipilih adalah AL(OH)3 dan Mg(OH)2 agar dapat menutupi efek samping satu dengan yang lain maka dipilih perbandingan mEq 1:1 sehingga Al(OH)3 akan menetralkan 7,5 mEq asam dan Mg(OH) 2 akan menetralkan 7,5 asam. -
Al(OH)3 x 25 mEq = 7,5 mEq x = 300mg
-
Mg(OH)2
x 11,1 mEq = 7,5 mEq x= 220 mg
Total mEq = 15 mEq (Al(OH)3 akan menetralkan 7,5 mEq asam dan Mg(OH)2 akan menetralkan 7,5 asam). Perhitungan Dosis -
Target : konsumen dewasa
-
Dalam 5 mL mengandung 300 mg Al(OH)3 dan 220 mg Mg(OH)2. Al(OH)3 = 300 mg dalam tiap sendok takar (5 mL) Pemakaian sekali = 300 mg/5 mL Pemakaian sehari = 300 mg x 3 dosis sehari = 900 mg Mg(OH)2 = 220 mg dalam tiap sendok takar (5 mL) Pemakaian sekali = 220 mg/ 5mL Pemakaian sehari = 220 mg x 3 dosis sehari = 660 mg
Dosis sehari dipilih 3 kali penggunaan agar tidak melebihi pemakaian maksimal dalam sehari , yaitu 1 gram (menurut Martindale edisi 36 halaman 1707 dan 1743) Penentuan Kemasan Terkecil -
Pemakaian sekali = 5 mL
-
Pemakaian sehari = 5 mL x 3 dosis = 15 mL
-
Lama pemakaian = 15 mL x 4 hari = 60 mL
10
BAB IV
A. PERSYARATAN UMUM SEDIAAN Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa . Persyaratan : 1.
Zat terdispersi harus halus
2. Tidak boleh cepat mengendap 3. Jika dikocok perlahan-lahan , endapan harus segera terdispersi kembali 4. Mengandung zat tambahan bila dibutuhkan untuk stabilitas suspense 5. Kekentalan tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dtuang. (Farmakope Indonesia Edisi III halaman 32) Sediaan suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi ada yang dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padatan yang harus direkonstitusi terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan secara tertentu harus mengandung zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri,ragi,jamur. Partikel yang terdapat dalam suspense dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. Suspensi dalam pembawa hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. (Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 17-18) Suspensi dibagi menjadi dua yaitu suspense koloid (diameter partikel 1nm-1m) dan suspense kasar (diameter partikel > 1m) . Persyaratan sediaan : 1. Bisa dituang dan diatur dosisnya 2. Partikel mudah terdispersi kembali jika terjadi endapan 3. Distribusi ukuran partikel tetap dan sama 4. Tahan terhadap kontaminasi mikroba (The Pharmaceutical Codex 12th page 72) 11
B. SPESIFIKASI SEDIAAN DROP No. 1
Jenis Bentuk
Spesifikasi yang diinginkan Suspensi
Alasan Bahan aktif praktis tidak larut dalam pembawa, bahan obat stabil dalam air, diinginkan sediaan
2
Kadar Bahan
Al(OH)3 : 3,6 gram/60 ml
cairan Berdasarkan
3
Aktif pH Sediaan
Mg(OH)2 : 2,64 gram/60 ml 9 ±0,5
perhitungan mEq Diinginkan sediaan
4
Ukuran Partikel
0,5 – 5 µm
basa Jika >5 akan menyebabkan gritty
5 6
Viskositas Bau dan Rasa
Cukup
texture (berpasir) Agar mudah saat
Mint
dituang Untuk mengurangi rasa pahit bahan obat, lebih acceptable untuk dewasa dan bau mint yang menyegarkan dapat menghilangkan rasa
7
Warna
Putih
mual Menyesuiakan dengan rasa dan bau
BAB V
A. FORMULA BAKU 12
1. Formula 1 Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Liquid, Volume 5, Page 32. Material Name Purified Bentonite (Veegum HS) Xanthan Gum (Rhodigel) Water Sorbitol (70%) Aluminium Hydroxide Gel Magnesium Hydroxide, USP Preservative, Flavor
Scale (mg/ml) 5,0 2,0 401,0 200,0 360,0 320,0 QS
Quantity (g/L) 5,0 2,0 401,0 200,0 360,0 320,0 QS
Prosedur pembuatan : 1) Campurkan purified bentonite dan xanthan gum 2) Tambahkan (1) ke dalam air secara perlahan, agitasi dengan shear maksimum yang tersedia hingga diperoleh campuran yang seragam atau homogen 3) Campurkan sorbitol (70%), aluminium hydroxide gel dan magnesium hydroxide ke dalam wadah secara bersamaan hingga terbentuk campuran homogen 4) Tambahkan (3) ke dalam (2) dan agitasi hingga terbentuk campuran homogen 5) Tambahkan bahan pengawet (preservative) dan flavor ke dalam (a) dan campur hingga homogen
2. Formula 2 Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Liquid, volume 3, Page 182 Material name
Scale (mg/ml)
Quantity (g/L) (g)
Aluminium Hidroxide gel Magnesium hidroxide paste 30 % Sorbitol (70% solution) Methyl paraben Propyl paraben Saccharin sodium Magnesium aluminium silicate (veegum) Amonia solutio 25% Sodium hypochlorite 5% Propylene glicol Lemon mint flavor
200,0 80,0 150,00 10,00 1,00 2,00 15,00 0,20 4,50 100,00 0,75
200,0 54,20 30,00 2,00 0,20 0,40 3,00 0,04 0,90 20,00 0,15 13
Water purified
-
Qs to 1 L
B. SKEMA BAGAN ALIR
Al(OH)3
ANTASI DA
Mg(OH)2
Praktis tidak larut dalam air
Bersifat hidrofob
Air sebagai pembawa
Bahan obat tidak berasa
Tidak stabil terhadap cahaya
Dibuat sediaan suspensi
Sulit terbaahi
Air adalah tempat pertumbuhan mikroba
Akseptabilitas berkurang
Perlu suspending agent
Memerlukan wetting agent
Memerlukan pengawet
Memerlukan adanya penambahan corrigens
Dikemas dalam wadah yang berkaca berwarna gelap
Xanthan Gum
Propilenglik ol
Veegum Metil Selulosa
Sorbitol 70%
Nipagin
Perasa
Pemanis
Pepperm int
NaSacchari n
Nipasol
Gliserin
BAB VI BAHAN TAMBAHAN YANG DIGUNAKAN
1.
Wetting
BAHAN Gliserin (C3H8O3)
KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA Pemerian : Cairan bening (jernih), tidak berbau, tidak berasa. Cairan kentan higroskopis, berasa manis sekitar 0,6 kali sukrosa. Kelarutan : Sedikit larut dalam aseton; Praktis tidak larut dalam benzena dan kloroform; larut dalam etanol (95%); Larut dalam 14
eter dengan perbandingan 1:500 dan dalam etil asetat dengan perbandingan 1:11; Larut dalam metanol dan air. Praktis tidak larut dalam minyak (kelarutan pada suhu 20ºC) Inkompatibilitas : Dapat meledak bila bercampur dengan Chromium trioxide, Pottasium chlorate, Pottasium permanganate. Dalam larutan encer reaksi yang terbentuk lebih lambat, terjadi perubahan warna menjadi hitam bila terpapar cahaya. Kontaminasi denga phenol, salisilat, dan tanin bisa menjadikan warna cairan gliserin menjadi gelap. Terbentuk senyawa kompleks asam borat (asam kuat) dengan asam gliserolat. Stabilitas : Gliserin cairan higroskopis. Gliserin murni tidak teroksidasi pada suhu ruang atau atmosfer, tetapi pada dekomposisi. Pemanasan menyebabkan toksik acrolein. Campuran gliserin stabil dengan air, etanol(95%) dan propilenglikol. Titik didih : 290ºC Titik leleh : 17,8 ºC Densitas : 1,2656 g/cm3 (15 ºC), 1,2636 g/cm3 (20 ºC), 1,2620 g/cm3 (25 ºC). Viskositas : Tabel VI halaman 284 HPE 6th edition (HPE 6th Edition, page 283-285) Propilen Glikol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, viskus, tidak berbau dengan rasa manis dan sedikit tajam seperti gliserin Kelarutan : Campur dalam kloroform, etanol (95%), gliserin dan air ; larut dalam eter 1:6, tidak campur dengan minyak mineral, atau minyak atsiri , tapi akan melarut dalam beberapa minyak essensial. Inkompaktibilitas : Inkompaktibel dengan oxidzing agent seperti 15
Potasium permanganat Stabilitas : pada suhu dingin stabil pada wadah tertutup tapi pada tempat terbuka mudah teroksidasi. Propilen glikol stabil secara kimiawi saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air. Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilenglikol higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya matahari Titik didih : 188ºC Titik leleh : -59ºC Densitas : 1,038 g/cm3 pada suhu 20ºC Viskositas : 58,2 mPas (58,1 cP) pada suhu 20ºC (HPE 6th edition page 592-594) Sorbitol
Pemerian : Tidak berbau, putih, hampir tidak berwarna, bentuk kristal, serbuk higroskopis, mempunyai rasa manis 50-60% dari sukorsa. Kelarutan : Larut dalam 1:0,5 air, praktis tidak larut kloroform, eter, agak sukar larut dalam metanol. Kelarutan dalam etanol 95% 1:25 Inkompaktibilitas : Bila ditambah dengan PEG menghasilkan wax, bereaksi merubah warna dengan oksida, meningkatkan degradasi dengan penisilin pada larutan netral Stabilitas : Relatif inert, kompaktibel dengan sebagian besar eksipien. Stabil di udara yang dingin dan kurang katalis. Sorbitol tidak berubah menjadi gelap atau terdekomposisi pada suhu tinggi, tidak mudah terbakar, tidak korosif, tidak menguap, resisten terhadap mikroba. Kadar dan Penggunaan : Humektan (Antibakteri) 3%-15%, suspensi oral 70% 16
ADI : 20g/hari pH : 4,5-7,0 pada 10% w/v larutan aqua Viskositas : konsentrasi 20% = 1,7 mPas (HPE 6th edition, page 679-681) Polietilen Glikol 400
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau sedikit berwarna kuning, kental, bau khas dan rasa pahit Kelarutan : Larut dalam aseton, alkohol, benzena, gliserin, dan glikol. PEG larut dalam air dan campur dengan PEG lainnya Inkompaktibilitas : Inkompatibel dengan beberapa bahan pewarna Stabilitas : Stabil secara kimia di udara dan dalam larutan, meskipun pada berat molekul kurang dari 200 bersifat higroskopis Viskositas : 105-130 mPas ADI : 10mg/Kg BB (HPE 6th edition, page 517-521)
Sukrosa
Pemerian : Kental jernih/tidak berwarna, kental berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa yang manis Kelarutan : Dalam air 1:0,5 (20ºC), 1:0,2 (100ºC), praktis tidak larut kloroform Inkompaktibilitas : Serbuk sukorsa dapat tekontaminasi logam berat sehingga menyebabkan inkompatikbel dengan bahan aktif Stabilitas : Baik saat suhu kamar dan kelembapan yang cukup ADI : LD50 (mouse,IP) : 14g/Kg Kadar dan Penggunaan : Pemanis 67%
17
(HPE 6th edition, page 703-706)
Wetting Agent terpilih : Propilen Glikol, Sorbitol, dan Gliserin
Alasan : 1. Propilen Glikol : Dapat melarutkan pengawet yang digunakan yaitu nipagin dan nipasol serta meningkatkan efektifitasnya, dan kompaktibel dengan bahan aktif dan eksipien. 2. Sorbitol : Dapat digunakan sebagai Humektan (Antibakteri) dalam sediaan, serta cukup resisten terhadap pertumbuhan mikroba 3. Gliserin : Dapat digunakan pula sebagai pengawet, kompaktibel dengan bahan aktif dan eksipien
2. Pengawet
BAHAN Gliserin (C3H8O3)
KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA Pemerian : Cairan bening (jernih), tidak berbau, tidak berasa. Cairan kentan higroskopis, berasa manis sekitar 0,6 kali sukrosa. Kelarutan : Sedikit larut dalam aseton; Praktis tidak larut dalam benzena dan kloroform; larut dalam etanol (95%); Larut dalam eter dengan perbandingan 1:500 dan dalam etil asetat dengan perbandingan 1:11; Larut dalam metanol dan air. Praktis tidak larut dalam minyak (kelarutan pada suhu 20ºC) Inkompatibilitas : Dapat meledak bila bercampur dengan Chromium trioxide, Pottasium chlorate, Pottasium permanganate. Dalam larutan encer reaksi yang terbentuk lebih lambat, terjadi perubahan warna menjadi hitam bila terpapar cahaya. Kontaminasi denga phenol, salisilat, dan tanin bisa menjadikan warna cairan gliserin menjadi gelap. Terbentuk senyawa kompleks asam borat (asam kuat) dengan asam gliserolat. Stabilitas : Gliserin cairan higroskopis. Gliserin murni tidak 18
teroksidasi pada suhu ruang atau atmosfer, tetapi pada dekomposisi. Pemanasan menyebabkan toksik acrolein. Campuran gliserin stabil dengan air, etanol(95%) dan propilenglikol. Titik didih : 290ºC Titik leleh : 17,8 ºC Densitas : 1,2656 g/cm3 (15 ºC), 1,2636 g/cm3 (20 ºC), 1,2620 g/cm3 (25 ºC). Viskositas : Tabel VI halaman 284 HPE 6th edition (HPE 6th Edition, page 283-285) Propilen Glikol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, viskus, tidak berbau dengan rasa manis dan sedikit tajam seperti gliserin Kelarutan : Campur dalam kloroform, etanol (95%), gliserin dan air ; larut dalam eter 1:6, tidak campur dengan minyak mineral, atau minyak atsiri , tapi akan melarut dalam beberapa minyak essensial. Inkompaktibilitas : Inkompaktibel dengan oxidzing agent seperti Potasium permanganat Stabilitas : pada suhu dingin stabil pada wadah tertutup tapi pada tempat terbuka mudah teroksidasi. Propilen glikol stabil secara kimiawi saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air. Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilenglikol higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya matahari Titik didih : 188ºC Titik leleh : -59ºC Densitas : 1,038 g/cm3 pada suhu 20ºC
19
Viskositas : 58,2 mPas (58,1 cP) pada suhu 20ºC (HPE 6th edition page 592-594) Metil Paraben (Nipagin)
Pemerian : Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak berbau atau sedikit berbau Kelarutan : Praktis tidak larut dalam minyak mineral; larut dalam 1:2 etanol; 1:3 etanol 95%; 1:6 etanol 50%; 1:10 eter; 1:60 gliserin; 1:200 minyak kacang; 1:5 PG; 1:400 ar, 1:50 air 50ºC; 1:30 air 80 ºC. Inkompaktibilitas : Terhadap Bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginat, minyak essensial, sorbitol, dan atropin, Juga bereaksi dengan gula dan gula alkohol ADI : 10mg/Kg BB (HPE 6th edition, page 441)
Propil Paraben (Nipasol)
Pemerian : Putih, kristalin, tidak berbau, dan serbuk tidak berwarna Kelarutan : Larut dalam aseton dan eter, larut dalam 1:1,1 etanol 95%; 1:5,6 etanol 50%; 1:250 gliserin; 1:3330 minyak mineral; 1:70 minyak kacang; 1:3,9 PG; 1:110 PG 50%; 1:250 air Inkompaktibilitas : Terhadap Magnesium alumunium silikat, magnesium trisilikat, dan besi oksida (HPE 6th edition, page 596)
Natrium Benzoat
Pemerian : Granul atau kristal putih, serbuk, sedikit higroskopis, tidak berbau benzoin dan rasa tidak enak dan rasa garam Kelarutan : larut dalam 1:75 etanol 95%; 1:50 etanol 90%; 1:1,8 air; 1:1,4 air 100 ºC Inkompaktibilitas : Terhadap empat bahan campuran (Gelatin, garam besi, garam kalsium, dan garam logam berat seperti perak timah dan merkuri) 20
ADI : 5mg/Kg BB (HPE 6th edition, page 269)
Pengawet terpilih : Nipagin dan Nipasol
Alasan pemilihan : efektifitas kombinasi pengawet sangat baik dan hanya membutuhkan sejumlah kecil konsentrasi saja, dna kompaktibel dengan bahan aktif maupun eksipien
3. Perasa
BAHAN
KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA Pemerian : Serbuk yang mudah mengalir atau serbuk kristal yang teraglomerasi, tidak berwarna. Bentuk prisma atau kristal yang mengkilap, atau berbentuk hexagonal atau dengan massa menyatu dengan bau dan rasa yang kuat.
Menthol
Titik leleh : 34ºC Kelarutan : Sangat larut di etanol 95%, kloroform, eter, minyak lemak dan parafin cair. Larut di aseton dan benzen, sangat sedikit arut di gliserin, sebagian tidak larut dalam air Pemerian : Tidak berwarna atau kuning pucat atau cairan hijaukuning
Pippermint Oil
pucat
dengan
sensasi
dingin
campur
diklorometana dan alkohol Kelarutan : Larut dalam 1:3 alkohol 70%
Perasa terpilih : Pippermint Oil
Alasan pemilihan : Dapat megurangi rasa kembung akibat gastritis sensitif dingin dan mint yang dapat mengurangi rasa mual 21
dengan
4. Pemanis
BAHAN Sukrosa (HPE p.703705)
PEMERIAN KELARUTAN INKOMPATIBILITAS o Kristal tidak (Pada suhu 20 C) Logam berat, asam berwarna, massa
Praktis
larut
askorbat (Vitamin C);
agent,
hablur dalam kloroform; dalam
dalam suasana asam,
sweetening
atau balok, atau etanol serbuk
hablur etanol
putih,
tidak dalam
berbau
tidak
KET. Suspending
1:400;
dalam
sukrosa terhidrolisis
agent,
95%
1:170;
menjadi dekstrosa dan
viscosity
propan-2-ol
fruktosa. (Gula invert)
increasing
dan 1:400; dalam air 1:0,5
berasa manis.
agent, gula
dan 1:0,2 dalam suhu
basa 67%
100 oC..
sebaga sweetening
Stabilitas : Pada suhu
agent.
90 oC dapat menyerap 1% air; pada suhu lebih besar
dari
o
160
C
sukrosa terkaramelisasi; dapat
menyebabkan
fermentasi mikroorganisme tetapi dapat
menghambat
dekomposisi
pada
konsentrasi contohnya
tinggi, konsentrasi
Sorbitol
Serbuk
di atas 60% w/w. tidak (Pada suhu 20
(HPE 6th
berbau,
putih Praktis
edition
atau
page678-680)
o
Tidak cocok dengan
Sweetening
larutan asam dibawah
agent,
hampir dalam kloroform dan
pH 3,5. Magnesium
humektan,
tidak berwarna, eter; dalam etanol 95%
Alluminium Silicate
stabilizing
hablur
dapat mengadsorbsi
agent,
higroskopis.
tidak
C)
larut
dan 1:25; dalam etanol 82% 1:8,3;
dalam
etanol
obat. Bioavailabilitas
sebagai
62%
1:2.1;
dalam
menurun ketika
pembawa 22
etanol
41%
1:1,4;
berikatan dengan
non-gula
dalam
etanol
20%
amfetamin, sulfat,
dan sebagai
etanol
tolbutamide, warfarin
stabilizer
11% 1:1,14; dalam air
sodium, diazepam dan
pada
diklofenak sodium.
sediaan
Dalam suasana asam
suspensi
kuat atau basa kuat,
antasida;
sorbitol dapat
dalam
membentuk khelat larut
suspensi
mikroorganisme,
air dengan ion metal
peroral
higroskopis. Disimoan
divalen dan trivalen;
konsentrasi
dalam wadah tertutup
bersama propilen glikol
70%.
kedap, dalam tempat
membentuk wax, gel
1:1,2;
dalam
1:0,5.
Stabilitas
:
Relatif
inert, tahan fermentasi oleh
kering dan dingin. Na cyclamate (HPE 6
hablur (Pada
atau
kristal Praktis tidak laru dalam
putih,
644 )
C)
-
Sweetening agent dalam
kloroform,
larutan
berbau
atau eter; dalam etanol 95%
hingga
nyaris
tidak 1:250; dalam propilen
0,17%b/v,
berbau, dengan glikol 1:25; dalam air
rasa manis
rasa manis yang 1:5 dan 1:2 pada suhu
30 kali
45 oC.
sukrosa;
intens.
tidak benzena,
20
o
Serbuk
edition p.634-
suhu
larut air.
konsentrasi Stabilitas
: Dapat
0,5% b/v
dikatakan stabil, karena
muncul rasa
walau dihidrolisis oleh
pahit; dapat
asam
meningkatk
sulfur
dan
sikloheksilamin, namun
an sistem
dalam kecepatan yang
rasa dan
rendah;
menutupi
stabil cahaya,
Larutannya pada udara
panas,
rasa tidak
dan
enak yang
rentang pH yang luas;
khas; 23
simpan dalam wadah
kombinasi
tertutup
baik,
pada
dengan
tempat
dingin
dan
sakarin
kering. ADI
10:1. :
hingga
11
mg/kg berat badan.
Na sakarin
Serbuk
(HPE 6
putih,
edition p.608-
berbau
609)
berbau
hablur 1 : 1,2 dalam air’ tidak 1
:
3,5
Sweetening dalam
atau propilenglikol
larutan
lemah 1 : 50 dalam etanol 95
aromatis,
%
300-600
memiliki
rasa pH 6,6
kali lebih
manis
yang
intens,
yang Stabilitas
manis :
daripada
akhirnya Terdekomposisi
meninggalkan
pada
sukrosa.
suhu 125 oC dan pH 2
rasa sepat; rasa dalam sepat
peroral 0,075-0,6%,
efflorescen,
pada
agent,
1
dapat pemanasan;
jam disimpan
dihilangkan
dalam wadah tertutup
dengan
baik, pada tempat yang
kombinasi
kering dan dingin.
pemanis lain. ADI
: 2,5 mg/ kg
berat badan (WHO); 5 mg/kg
berat
badan
(COT)
24
KESIMPULAN : Digunakan Saccharin Sodium karena dalam jumlah sedikit sudah memberikan rasa manis 300-600 kali lebih manis daripada sukrosa, dan kelarutannya dalam air baik.
5. Suspending Agent
BAHAN Xanthan gum
PEMERIAN KELARUTAN INKOMPATIBILITAS Serbuk hablur, Larut dalam air Inkompatibel dengan
(HPE 6th edition
halus,
page 782-785)
tidak
putih, dingin dan hangat. surfaktan
KET. pH = 6,0 –
kationik, 8,0 (1%)
berbau, Tidak larut dalam polimer, surfaktan anionic,
mudah
etanol dan eter.
mengalir.
dan
amfoterik
konsentrasi
pada
>15%
menyebabkan
b/v
xanthan
gum mengendap dalam larutan. Dalam pH asam juga
menyebabkan
pengendapan
jika
berinteraksi
dengan
logam. dengan
Inkompatibel karboksi
selulosa,
spdium,
aluminium kering. fines Praktis tidak larut Tidak
metil gel
hidroksida
Magnesium
Berupa
alluminium
atau micronized dalam alkohol, air larutan asam dibawah pH untuk
Silicate
/
powder
yang dan
cocok
pelarut 3,5.
dengan Konsentrasi
Magnesium suspending
Veegum
berwarna putih organik.
Alluminium Silicate dapat agent
(HPE 6th edition
atau putih agak
mengadsorbsi
page 393)
krem.
Bioavailabilitas menurun = 0,5 – 2,5 %
Tidak
berbau tidak berasa.
dan
obat. sediaam oral
ketika berikatan dengan amfetamin, tolbutamide, sodium,
sulfat, warfarin
diazepam
dan
diklofenak sodium. 25
CMC Na
Serbuk
granul Praktis tidak larut Inkompstibel
dengan
(HPE 6 edition
putih
hingga air, larutan asam, pengoksidasi kuat
p.134-136 )
hampir putih , pelarut
organic
tak berbau , tak lain, larut sbagian berasa,
dalam basa dan air.
higroskopis
Mudah terdispersi
setelah
dalam
pengeringan
membentuk larutan
pH = 6,0 -8,0
koloid
air
( FI IV p.75 ) serbuk, Praktis tidak larut Inkompatibel
Metil selulosa
Putih,
(HPE 6 edition
berserabut atau aseton,methanol,
p.483)
granul, berbau
tidak kloroform,
aminakrin
etanol merkuri
dengan Rentang hidroksida, pemakaian =
klorida,
fenol, 1,0 – 2,0 %
dan 95% , eter, garam asam tannic, nitrat perak,
berasa
jenuh
pH = 5,0 – 8,0
panas. Dalam air paraben, butyl paraben
BJ
=
dan
0,276 dingin
g/cm3
air metil
paraben,
propil
dapat
mengembang
Suspending agent terpilih : 1. Veegum 2. Xanthan gum 3. Metil selulosa Alasan terpilih : 1. Kompatibel dengan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya 2. Aman digunakan secara oral 3. Sering digunakan sebagai suspending agent pada sediaan antasida
26
BAB VII
gram
% (b/v)
gram
% (b/v)
gram
% (b/v)
gram
FORMULA V
% (b/v)
FORMULA IV
gram
FORMULA III
% (b/v)
FORMULA II
FUNGSI
FORMULA I
KOMPOSISI
RENTANG PEMAKAIAN (%)
1. FORMULA
Al(OH)3
Bahan Aktif
6
3,6
6
3,6
6
3,6
6
3,6
6
3,6
Mg(OH)2
Bahan Aktif
4,4
2,64
4,4
2,64
4,4
2,64
4,4
2,64
4,4
2,64
Propilen Glikol
Wetting Agent
15 – 30
10,8
6,48
–
–
–
–
10,48
6,48
–
–
Gliserin
Wetting Agent
≤30
–
–
13,3
8,0
–
–
–
–
–
–
Sorbitol 70%
Wetting Agent
20 – 35
–
–
–
–
20
12
__
__
20
12
Xanthan Gum
Suspendin g Agent
≤1
0,2
0,12
0,2
0,12
0,2
0,12
–
–
–
–
Veegum
Suspendin g Agent
0,5 – 2,5
0,5
0,3
0,5
0,3
0,5
0,3
-
-
–
–
Metil Selulosa
Suspendin g Agent
1–2
–
–
–
–
–
–
1
0,6
1
0,6
Natrium Sakarin
Pemanis
0,075 – 0,6
0,4
0,24
0,4
0,24
0,4
0,24
0,4
0,24
0,4
0,24
Peppermi nt
Perasa
1–2
0,3
0,18
0,3
0,18
0,3
0,18
0,3
0,18
0,3
0,18
Nipagin
Pengawet
0,015 – 1,2
0,2
0,12
0,2
0,12
0,2
0,12
0,2
0,12
0,2
0,12
Nipasol
Pengawet
0,01 – 0,02
0,02
0,012
0,02
0,012
0,02
0,012
0,02
0,012
0,02
0,012
Aquadest
Pembawa
ad 60 ml
ad 60 ml
ad 60 ml
ad 60 ml
ad 60 ml
2. PERHITUNGAN ADI 27
Bahan Tambahan dan ADI
a) Propylen Glikol
= 25 mg/kgBB
b) Glycerin
= 1-1,5 g/kgBB
c) Nipagin
= 10 mg/kgBB
d) Saccharin Sodium
= 2.5 mg/kgBB
(Handbook of Pharmaceutical Excipienth, 6th edition)
Berat badan dewasa (>12 tahun) : (35,52 – 54,43) kg (ISO vol 49)
1. FORMULA I a) PG = 10,8 % = 6,5 ml ADI untuk PG = 25 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (25 mg x 35,52 – 25 mg x 54,43) = (888 – 136,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg (OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 1,625 ml x 1,038 g/ml = 1,687 g = 1687 mg (melebihi ADI) b) Saccharin Na = 0,4 % = 240 mg = 0,24 g ADI untuk Saccharin Na = 2,5 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun ) = (2,5 x 35,52 – 2,5 x 54,43) mg = (88,8 – 136,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,06 ml x 1,7 g/ml = 0,102 g = 102 mg (tidak melebihi ADI) c) Nipagin = 0,2 % = 0,12 g ADI untuk Nipagin = 10 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (10 mg x 35,52 – 10 mg x 54,43) = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)2 + 220 mg Mg(0H)3 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,02 ml x 1,352 g/ml = 0,04056 g = 40,56 mg (tidak melebihi ADI) 2. FORMULA 2 a) Gliserin = 13,3 % = 8 ml ADI untuk Gliserin = (1 - 1,5) g/kgBB Dewasa (> 12 tahun) = ((1 – 1,5) g x 35,53 – (1 + 1,5) g x 54,43) = ((35,52 – 53,28) – (54,43 – 81,645)) 1 g Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = = 2 ml x 1,2606 g/ml = 2,5212 g (tidak melebihi ADI) 28
b) Saccharin Na = 0,4 % = 0,24 g ADI untuk Saccharin Na = 2,5 mg / kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (2,5 x 35,52 – 2,5 x 54,43) = (88,8 – 136,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,06 ml x 1,7 g/ml = 0,102 g = 102 mg (tidak melebihi ADI) c) Nipagin = 0,2 % = 0,12 g ADI untuk Nipagin = 10 mg / kgBB Dewasa (>12 tahun) = (10 mg x 35,52 – 10 mg x 54,43) = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,03 ml x 1,352 g/ml = 0,04056 g = 40,56 mg (tidak melebihi ADI) 3. FORMULA 3 a) Saccharin Na = 0,4 % = 0,24 g ADI untuk Saccharin Na = 2,5 mg / kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (2,5 x 35,52 – 2,5 x 54,43) mg = (88,8 – 136,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,06 ml x 1,7 g/ml = 0,102 g = 102 mg (tidak melebihi ADI) b) Niapagin = 0,2 % = 0,12 g ADI untuk Nipagin = 10 mg / kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (10 x 35,52 – 10 x 54,43) mg = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,03 ml x 1,352 g/ml = 0,04056 g = 4056 mg (tidak melebihi ADI) c) Sorbitol 70% = 20 % = 12 g ADI untuk sorbitol = 20 g / hari Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 3 ml x 1,49 g/ml = 4,47 g (tidak melebihi ADI) 4. FORMULA 4 a) PG = 10,8 % = 6,48 ml ADI untuk PG = 25 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (25 mg x 35,52 – 25 mg x 54,43) = (888 – 1360,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 1,62 ml x 1,038 g/ml = 1,6816 g = 1681,6 mg (melebihi ADI) 29
b) Saccharin Na = 0,4 % = 240 mg = 0,24 g ADI untuk Saccharin Na = 2,5 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun ) = (2,5 x 35,52 – 2,5 x 54,43) mg = (88,8 – 136,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = = 0,06 ml x 1,7 g/ml = 0,102 g = 102 mg (tidak melebihi ADI) c) Nipagin = 0,2 % = 0,12 g ADI untuk Nipagin = 10 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (10 mg x 35,52 – 10 mg x 54,43) = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)2 + 220 mg Mg(0H)3 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,02 ml x 1,352 g/ml = 0,04056 g = 40,56 mg (tidak melebihi ADI) d) Nipasol = 0,02 % = 0,012 g ADI untuk Nipasol = 10 mg / kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (10 mg x 35,52 – 10 mg x 54,43) = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)2 + 220 mg Mg(0H)3 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,003 g = 3 mg (tidak melebihi ADI) 5. FORMULA 5 a) Sorbitol 70% = 20 % = 12 g ADI untuk sorbitol = 20 g / hari Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = = 3 ml x 1,49 g/ml = 4,47 g (tidak melebihi ADI) b) Saccharin Na = 0,4 % = 240 mg = 0,24 g ADI untuk Saccharin Na = 2,5 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun ) = (2,5 x 35,52 – 2,5 x 54,43) mg = (88,8 – 136,075) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)3 + 220 mg Mg(OH)2 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,06 ml x 1,7 g/ml = 0,102 g = 102 mg (tidak melebihi ADI) c) Nipagin = 0,2 % = 0,12 g ADI untuk Nipagin = 10 mg/kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (10 mg x 35,52 – 10 mg x 54,43) = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)2 + 220 mg Mg(0H)3 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,02 ml x 1,352 g/ml = 0,04056 g = 40,56 mg (tidak melebihi ADI) 30
e) Nipasol = 0,02 % = 0,012 g ADI untuk Nipasol = 10 mg / kgBB Dewasa (> 12 tahun) = (10 mg x 35,52 – 10 mg x 54,43) = (355,2 – 544,3) mg Dosis tiap 8 jam, 300 mg Al(OH)2 + 220 mg Mg(0H)3 / 5 ml dalam kemasan 60 ml sediaan = 0,003 g = 3 mg (tidak melebihi ADI) 3. FORMULA TERPILIH + ALASAN
III
Nama Bahan
Kadar (%) 6% 4,4 % 20 % 0,2 % 0,5 % 0,4 % 0,3 % 0,2 % 0,02 %
Al(OH)3 Mg(OH)2 Sorbitol Xanthan gum Veegum Na-sakarin Peppermint Nipagin Nipasol
Jumlah 3,6 g 2,64 g 12 g 0,12 g 0,3 g 0,24 g 0,18 g 0,12 g 0,012 g
Alasan: Karena saat optimasi, sediaan dengan Formula III paling memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
BAB VIII SKEMA KERJA
Formula 1 Metode Basah cccc Al(OH)3 3,6 g
Mg(OH)2 2,64 g
Gerus halus Gerus Na 0,12 sakarin gadnipagin 0,24 0,012adg halus nipasol Aduk ad Campur larut terbasahi PGad6,48 adhomogen secara homogen Aduk ad larut +Gerus air g +panas airad 5Campur ml 4+ ml +mlairhomogen panas 3 ml
Didiamkan selama 5 Didiamkan selama Menaburkan xanthan Menaburkan veegum5 31 menit ad 13 menit 5adml air gum 0,12 g dalam 0,3 g dalam mengembang mengembang ml air panas kemudian gerus ad kemudian gerus ad +4 tetes peppermint musilagoAduk +aqua Gerus adoil ad homogen 60 homogen ml magma
Formula 2 Metode Basah cccc Al(OH)3 3,6 g Gerus ad halus
Mg(OH)2 2,64 g Gerus ad halus
Campur ad homogen + Gliserin 8,0 ml Na 0,12 sakarin g nipagin 0,24 0,012 g nipasol Aduk ad terbasahi homogen Aduk ad larut +Gerus air g +panas airadlarut 5Campur ml 4 ml adsecara + airhomogen panas 3 ml
Menaburkan xanthan gum 0,12 g dalam 13 ml air
Menaburkan veegum 0,3 g dalam 5 ml air panas
Didiamkan selama 5 Didiamkan selama 5 menit ad menit ad mengembang mengembang 32 kemudian gerus ad kemudian gerus ad musilago magma +4 tetes peppermint Aduk +aqua Gerus adoil ad homogen 60 homogen ml
Formula 3 Metode Basah cccc Al(OH)3 3,6 g Gerus ad halus
Mg(OH)2 2,64 g Gerus ad halus
Campur ad homogen + Sorbitol 70% 12 g Na 0,12 sakarin g nipagin 0,24 0,012 g nipasol Aduk ad terbasahi homogen Aduk ad larut +Gerus air g +panas airadlarut 5Campur ml 4 ml adsecara + airhomogen panas 3 ml
Menaburkan xanthan gum 0,12 g dalam 13 ml air
Menaburkan veegum 0,3 g dalam 5 ml air panas
Didiamkan selama 5 Didiamkan selama 5 menit ad menit ad mengembang mengembang 33 kemudian gerus ad kemudian gerus ad musilago magma +4 tetes peppermint Aduk +aqua Gerus adoil ad homogen 60 homogen ml
FORMULA IV (METODE BASAH)
3.6 g Al(OH)3
2.64 g Mg(OH)2
Gerus ad halus
Gerus ad halus
MC 0,6 g + Air Panas 12 ml
Diamkan selama 20 menit kemudian gerus ada mucilago
Campur ada homogen Campur ad homogen
+ PG 6.48 ml Gerus ad terbasahi secara homogen 0,12 g Nipagin + Air 0.3 mL (aduk ad larut) + 0.012 g Nipasol + Air Panas 25 mL (aduk ad larut)
Aduk ad homogen
Campur ad Homogen
Aduk ad homogen
Na Sakarin 0,24 g + Air 0,4 mL
Aduk ad larut
Aduk ad homogen
+ 1 tetes Ol.Ment.Pip
Aduk ad homogen + Aqua ad 60 ml
34
FORMULA V (METODE BASAH)
3.6 g Al(OH)3
2.64 g Mg(OH)2
Gerus ad halus
Gerus ad halus
MC 0,6 g + Air Panas 12 ml
Diamkan selama 20 menit kemudian gerus ada mucilago
Campur ada homogen Campur ad homogen
+ Sorbitol 70% 12 ml Gerus ad terbasahi secara homogen 0,12 g Nipagin + Air 0.3 mL (aduk ad larut) + 0.012 g Nipasol + Air Panas 25 mL (aduk ad larut)
Aduk ad homogen
Campur ad Homogen
Aduk ad homogen
Na Sakarin 0,24 g + Air 0,4 mL
Aduk ad larut
Aduk ad homogen
+ 1 tetes Ol.Ment.Pip
Aduk ad homogen + Aqua ad 60 ml
35
FORMULA V (METODE KERING)
Timbang Al(OH)3 3.6g
Timbang Mg(OH)2 2.64g
Gerus ad Halus
Gerus ad Halus
Timbang MC 0.6g + 1.2 mL Air Hangat
+ 11.35 mL Sorbitol 70%
Gerus ad Terbasahi secara Homogen Timbang Nipagin 0.12 g + 0.6 mL Sorbitol 70% aduk ad larut + Aduk cepat ad terbantuk suspensi yang homogen pada mortir
Timbang Nipasol 0.012 g + 0.05 ml Sorbitol 70% aduk ad larut
Aduk ad Homogen
Timbang Na Sakarin 0.24 g + 0.024 mL Aqua aduk ad larut
Aduk ad Homogen
Aduk ad Homogen
+ Aqua ad 60 mL Kocok Homogen
Tuang ke dalam botol
+ Aqua ad 60 mL
+Peppermint Oil 0.18 mL
36
BAB IX EVALUASI SEDIAAN
RANCANGAN EVALUASI SEDIAAN 1. Organoleptis Rasa : Warna
:
Bau :
2. Penetapan pH (BP 2002 Vol.II P.180) Alat : pH Meter Prosedur Kerja a. Menyambungkan alat pH meter dengan sumber listrik b. Menyiapkan alat dengan menekan tombol “ON” dan melepas pelindung elektrode c. Bersihkan elektrode yang akan digunakan dengan aquadest, kemudian mengeringkannya. d. Masukkan electrode ke dalam sediaan dan menekan “ENTER” e. Menunggu munculnya tanda “*” dan mencatat angka nya f.
Melakukan replikasi tiga kali.
3. Penetapan Densitas (Vogel Edisi IV, hal.237-239) a. Membersihkan piknometer, bilas dengan aquadest, keringkan kemudian timbang (W1) . b. Mengisi piknometer dengan sediaan hingga volume batas yang tertera. c. Dinginkan sampai temperature pada piknometer menunjukkan 25°C dengan cara meletakkan piknometer pada cawan petri yang berisi es. d. Bila temperature 25°C telah tercapai , timbang piknometer (W2) tersebut dengan mengelap bagian luarnya terlebih dahulu. e. Hitung berat jenis (d) sediaan dengan rumus
4. Kapasitas Penetralan Asam (FI.IV hal.942) Alat : pH Meter 37
Prosedur Kerja a. Standarisasi pH Mengkalibrasi pH meter dengan menggunakan larutan dapar baku Kalium bisulfate 0.05 M dan Kalium tetraoksalat 0.05 M seperti yang tertera pada penetapan pH. b. Pengadukan Magnetik Masukkan 100 mL air ke dalam gelas piala 250 mL yang berisi batang pengaduk magnetic 40 mm x 10 mm. Mengatur daya pengaduk magnetic sehingga menghasilkan kecepatan pengadukan rata-rata 300 ± 30 putaran per menit. c. Larutan Uji Menimbang seksama sejumlah campuran tersebut yang setara dengan dosis terkecil dari yang tertera pada etikel (5 mL). Masukkan ke dalam beaker glass 250 mL , menambahkan air hingga jumlah volume ± 70 mL dan mencampur menggunakan pengaduk magnetic stirer selama 1 menit. d. Prosedur Memipet 30,0 mL asam klorida 1,0 N. masukkan ke dalam larutan uji sambil diaduk dengan pengaduk magnetic stirrer (Bila kapasitas penetralan asam zat ini lebih besar dari 25mEq, gunakan 60,0 mL asam klorida 1,0 N). aduk selama 15 menit, tepat, segera titrasi. Titrasi kelebihan asam klorida dnegan natrium hidroksida 0,5 N dalam waktu tidak lebih dari 5 menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama 10-15 detik). Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap gram zat uji. Tiap mL asam klorida 1,0 N setara dengan 1 mEq asam yang digunakan.
5. Parameter Sedimentasi Dua parameter yang berguna untuk penyelidikan sedimentasi adalah volume sedimentasi dan tingkat flokulasi (Martin, Farmasi Fisik Edisi 3, Jilid 2, P.1131)
Volume Sedimentasi
Prinsip perbandingan antara Volume Akhir (Vv) sedimen dengan volume awal sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik suspendibilitasnya.
Alat : Gelas ukur tertutup 38
Cara
1. Mengocok sediaan suspense 2. Memasukkan 50 mL ke dalam gelas ukur tertutup volume 100 mL (Vo). 3. Mengamati volume akhir pengendapan pada 0, 5, 10, 25, 30 menit, dan setelah 1 hari (Vu). 4. Melakukan pengamatan volume sedimentasi selama ± 1 minggu 5. Menghitung volume sedimentasi (F)
Penafsiran Hasil F = 1 : Flocculation Equilibrium merupakan sediaan yang baik F>1
: Flocculation sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar daripada awal
6. Penentuan Viskositas (Trinofianty, Pengaruh Formulasi 2008. FMIPA UI P.57) Alat : Viskosimeter Cup and Bob Prosedur Kerja a. Memasukkan larutan dalam wadah viskosimeter Cup and Bob b. Memasang alat pemutar (rotor) alat viskosimeter Cup and Bob c. Meletakkan wadah viskosimeter di tengah alat pemutar viskosimeter d. Memasukkan rotor ke dalam wadah dan memperhatikan bahwa seluruh bagian rotor terendam dan tidak menyentuh permukaan wadah. e. Menyalakan alat dan mengamati angka yang terukur.
7. Distribusi Ukuran Partikel Alat : Mikroskop Prosedur Kerja a. Mengkalibrasi skala okuler dengan memasang skala objektif b. Meteskan suspensi (kocok dahulu) di atas objek glass, dan menutup dengan cover glass c. Mengukur diameter ± 300 partikel dalam rentang (1-5µm)
d. Meakukan pengelompokan, tentukan ukuran partikel terkecil dan terbesar di seluruh sampel dalam berbagai interval dan kelas hingga menghasilakn rentang pengukuran. 39
HASIL EVALUASI
1. Organoleptis Rasa : cukup manis Warna
: Putih kekuningan
Bau : Mint kuat.
2. Penetapan pH Suhu 29°C
Replikasi 1 = 8,97
Replikasi 2 = 9,15
Replikasi 3 = 9,26 o
Rata-Rata = 9,13
o
SD = 0,15
Kesimpulan : pH sediaan adalah 9,13±0,15
3. Penetapan Densitas Suhu 26,5°C
Berat
Berat
Berat isi
Volume
ϸ =m/v
Piknometer
Pikometer
(g)
Piknometer
(g/ml)
Kosong
+ isi
(ml)
34.881 g
62.572 g
27.691
24,907
1,1117
34,886 g
62,580 g
27.694
24,907
1,1118
34,887 g
62,581 g
27.694
24,907
1,1118
Replikasi 1 = 1.1117 g/cm3
Replikasi 2 = 1.1118 g/cm3
Replikasi 3 = 1.1118 g/cm3 o
Rata-Rata = 1,1118 g/cm3
o
SD = 0,000058
Berat jenis sediaan yang diperoleh (1,11 ± 5,8 . 10-5) gram/mL
40
4. Kapasitas Penetralan Asam NaOH 0.5 N yang ditambahkan HCl 1N yang ditambahkan
= 47.0 mL
= 30.0 mL
VHCl . NHCl
=
VNaOH . NNaOH
VHCl . 1N =
47 mL . 0.5
VHCl
=
27.5 mL
VHCl
=
30 mL - 27.5 mL
VHCl
=
6.5 mL
1 mL HCl ~ 1 mEq Maka, sediaan dapat menetralkan 6.5 mEq.
5. Parameter Sedimentasi
Har
Volume
i
awal (mL)
Hasil Evaluasi T (menit)
Volume
Volume
endapan (mL)
sedimentasi (mL)
1
50
5
50
0
10
50
0
15
50
0
20
50
0
25
49
1
30
49
1
35
49
1
40
49
1
45
48
2
50
48
2
55
48
2
60
48
2
41
Tanggal
Hari Ke-
Volume endapan
Volume
(mL)
Sedimentasi (ml)
23/10/18
1
100
0
24/10/18
2
45
55
25/10/18
3
45
55
26/10/18
4
45
55
27/10/18
5
47
53
28/10/18
6
47
53
29/10/18
7
47
53
30/12.18
8
47
53
Setelah 1 jam
; F= = = 0.96
F