Apd Di Laboratorium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM



DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang



Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Baru pada tahun 1908 di New York, merupakan konpensasi pertama bagi pekerja yang mengalami kecelakaan. Kemudian setelah tahun 1911, menurut Dan Petersen (1971) bahwa pekerja mendapat konpensasi Penyakit Akibat Kerja (PAK) bila disebabkan tekanan panas (atmosfer) dan harusnya panas dalam industri diberi pelindung (safety). Dengan demikian tenaga kerja mulai mendapatkan perlindungan secara hukum. Namun demikian angka kematian akibat kecelakaan kerja di Amerika Serikat pada tahun 1912 sekitar 18.000 hingga 21000 jiwa dan tahun1933 sejumlah 14500 jiwa (Dan Peterson 1971).Pada peraturan 7 dari COSHH Secara khusus menyatakan bahwa pengendalian harus dilakukan melalui upaya-upaya selain penyedian alat pelindung diri , tetapi jika upaya lain tidak dapat melindungi atau memberikan pengendalian yang cukup, disamping upaya itu, harus disediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan tujuannya dan sesuai dengan standar yang disahkan oleh pejabat kesehatan dan keselamatan kerja. Undang-undang Eropa (1989), Dewan Masyarakat Eropa menerbitkan dua intruksi penting



mengenai



alat



pelindung



diri.



Pertama,



(89/656/EEC)



menyatakan



persyaratan Kesehatan dan keselamatan minimum untuk pemakaian alat pelindung diri pekerja ditempat kerja dan mengharuskan Negara anggota untuk menerapakan mulai 31 Desember 1992. Rincihan dari arahan ini dapat dilihat pada official Journal (OJ) of the European Communities No. L dapat dilihat pada 393/19. Instruksi Kedua (89/686/EEC) adaalah menyeragamkan standar alat pelindung diri Eropa melaui Komisi Eropa untuk Standardisasi (CEN),instruksi ini dapat dilihat pada OJ No. L 399/19 dan harus diteraapkan mulai 31 desember 1991. Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan cacat adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Kontak dengan



bahan kimia Kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan.Karena Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan. Khusus di laboratorium hematologi, proporsi petugas yang berisiko tinggi berdasarkan penggunaan APD sampai 75%; padahal laboratorium ini lebih banyak menangani sample yang bersifat infeksius bila dibandingkan dengan laboratorium lainnya. Risiko akan semakin tinggi apabila petugas selain mempunyai kebiasaan menggunakan APD juga tidak mencuci tangan sesudah menangani sampel. Hal ini terjadi di laboratorium hematologi karena berdasarkan hygiene perorangan, 75% petugas di laboratorium ini juga berisiko terinfeksi penyakit berbahaya. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Prosedur kerja yang sistematis dalam pelaksanaan tugas di dalam laboratorium, termasuk pengolahan spesimen merupakan faktor yang terpenting dalam system manajemen laboratorium secara menyeluruh. Untuk menjamin keselamatan dirinya, salah satu persyaratan tersebut adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan, jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan. Angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Seharusnya Penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.



BAB II PEMBAHASAN



A. Alat Pelindung Diri (APD) 1. Dasar Hukum a. Undang-undang No.1 tahun 1970. - Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD - Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD. - Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD. - Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-Cuma. b. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. c. Permenakertrans



No.Per.03/MEN/1982



Pasal



2



butir



I



menyebutkan



memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja d. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.



2. Pengertian APD Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan



harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan kimia.



3. Peralatan pelindung diri 1. Jas laboratorium Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan hewan, sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.



Jas lab kimia bisa berupa: a. Flame-resistant lab coat – Jas lab yang bahannya dilapisi material tahan api. Jas lab jenis ini cocok digunakan untuk mereka yang bekerja dengan peralatan atau bahan yang mengeluarkan panas, misalnya peleburan sampel tanah, pembakaran menggunakan tanur bersuhu tinggi, dan reaksi kimia yang mengeluarkan panas. b. 100% cotton lab coat –Ini adalah jas lab yang biasanya digunakan di laboratorium kimia umum (misalnya lab kimia pendidikan). Jas lab ini diperkirakan memiliki umur pakai sekitar satu sampai dua tahun. Setelah melewati waktu pakai terebut, jas ini rentan rusak karena pengaruh bahan kimia asam . c. Synthetic/cotton blends – Jas lab ini bisa terbuat dari 100% poliester atau campuran poliester/cotton. Seperti halnya cotton lab coat, jas lab ini digunakan di laboratorium kimia umum. 



Pemakaian jas Lab Langkah-l angkah Pemasangan:







- Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke depan tubuh - kancing baju Lab di bagian depan leher sampai pinggang Langkah langkah melepaskan : - Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi Lepas kacingan (pastikan belum melepas sarung tangan) - Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam jas pelindung saja dan selubungkan ke belakang tubuh (pastikan sudah melepas sarung tangan) - Balik jas pelindung - Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius - Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir



2. Kaca mata keselamatan Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, mereka harus menggunakan kaca mata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis, yaitu clear safety glasses dan clear safety goggles. a. Clear safety glasses merupakan kaca mata keselamatan biasa yang digunakan untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu. b. Sementara itu, clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.



Peralatan pelindung mata ini terdiri dari tiga tipe, yaitu: - Direct vented goggles – Umumnya digunakan untuk melindungi mata dari debu, namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan atau uap bahan kimia. - Indirect vented goggles – Cocok digunakan untuk melindungi mata dari kilauan cahaya dan debu, namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia.



-



Non-vented goggles – Baik digunakan untuk melindungi mata dari debu, uap, dan percikan bahan kimia. Selai itu, kaca mata ini juga bisa digunakan untuk melindungi mata dari gas berbahaya.



 Pemakaian Kaca Mata Pelindung. - Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas.  Langkah-langkah melepaskan : - Bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi - Saat melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata - Letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk dip roses ulang atau dalam tempat limbah infeksius 3. Sepatu



Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika Anda bekerja di laboratorium. Mengapa? Karena keduanya tidak bisa melindungi kaki Anda ketika larutan atau bahan kimia yang tumpah. Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun, di laboratorium perusahaan besar, sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu, terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu tersebut digunakan untuk keluar dari laboratorium. 



Pemakaian pelindung kaki Langkah-langkah : - Gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki bisa di gunakan sepatu boot dari bahan kulit - Sepatu harus selalu bersih Harus selalu di gunakan di dalam laboratorium dan tidak boleh di pakai keluar, tidak di anjurkan memakai sandal, sepatu terbuka dan telanjang kaki.



4. Pelindung muka



Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan untuk melindungi muka Anda dari panas, api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat



mengambil alat laboratorium yang dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat peleburan skala lab, dan mengambil peralatan yang dipanaskan dengan autoclave.



5. Masker gas



Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan oleh Anda sehingga gas berbahaya tersebut tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa masker gas biasa yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi material penghisap gas. Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan umum, misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker gas khusus digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia yang memiliki gas berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida. Cara menggunakan:



1. Bila diperlukan renggangkan terlebih dahulu tali masker menggunakan kedua tangan anda dengan cara menarik/merenggangkan pelan tali masker setiap 2 cm (lihat gambar 1) 2. Pegang masker dengan posisi seperti gambar 2, dengan nose clip berada di depan 3. Letakkan masker menutupi hidung dan mulut anda, aturlah posisi masker serapat dan senyaman mungkin sesuai dengan kontur wajah anda (lihat gambar 3) 4. Tariklah tali masker pertama (atas), lalu masukkan ke kepala anda dan posisikan tali masker di mahkota kepala



anda, tali masker melingkar melalui atas telinga anda (lihat gambar 4). 5. Tariklah tali masker kedua (bawah), lalu maskukkan ke kepala anda dan tempatkan tali masker di pertemuan antara kepala dan leher anda, tali masker melingkar melalui bawah telinga anda (gambar 5) 6. Pastikan tali tidak terpelintir. Rapatkan dan bentuklah nose clip sesuai dengan bentuk tulang hidung anda, dengan cara menekan nose clip di kedua sisi secara bersamaan menggunakan kedua tangan anda (gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menekan nose clip), (lihat gambar 6) 7. Peganglah talinya untuk melepaskan respirator/masker, upayakan tangan anda untuk tidak menyentuh respirator/masker yang anda pakai, karena kita tidak tahu contaminant apa yang menempel pada respirator anda. Reusable respirator/maske : -



Tutuplah filter/cartridge masker anda Hiruplah nafas (negative), rasakan apakah ada kebocoran dari sela-sela respirator/masker anda Tutuplah saluran pembuangan nafas pada masker anda Hembuskan nafas (positive), rasakan apakah ada kebocoran dari sela-sela respirator/masker anda Bila terjadi kebocoran maka kencangkan tali masker anda atau ulangi pemakaian masker



6. Kaos tangan



Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macam-macam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena. Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi kaos tangan agar mudah digunakan. Cara memakai : -



-



Pilih jenis alat pelindung tangan yang sesuai dengan potensi bahaya Pilih ukuran sesuai dengan ukuran tangan pemakai.



-



-



-



-



Dengan tangan kiri, ambillah sarung tangan kanan dengan bagian dalam yang dilipatkan ke luar. Kemudian masukkan tangan kanan. Setelah terpasang, lipatan tadi dibiarkan. Dengan tangan kanan yang telah mengenakan handscoon, ambillah handscoon tangan kiri dengan cara menyelipkan jari-jari tangan kanan di bawah lipatan, kemudian masukkan jari-jari tangan kiri ke dalam handscoon. Cuff baju (ujung lengan baju) harus masuk ke dalam handscoon tersebut. Jempol tangan kiri menekan pergelangan lengan baju operasi, sementara keempat jari lainnya menarik lipatan handscoon dengan tangan kanan sampai menutupi cuff baju operasi, demikian juga sebaliknya. Ingat nada sudah steril, maka harus hati-hati jangan sampai tercemar/ON lagi!.



Cara melepas sarung tangan: - Pegang bagin luar dari satu mancet dengan tangan bersarung tangan, -



hindari menyentuh pergelangan tangan Lepaskan sarung tangan dengan dibalik bagian luar kedalam, buang pada bengkok Dengan ibu jari atau telunjuk yang tidak memakai sarung tangan, ambil bagian dalam sarung tangan lepaskan sarung tangan kedua dengan bagian dalam keluar, buang pada bengkok



7. Pelindung telinga



Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga (hear protector). Alat ini lazim digunakan untuk melindungi teringa dari bising yang dikeluarkan perlatatan tertentu, misalnya autoclave, penghalus sample tanah (crusher), sonikator, dan pencuci alat-alat gelas yang menggunakan ultrasonik. Setiap orang yang terpapar kebisingan dibatasi dari sisi waktu dan tingkat kebisingan. Batas kebisingan yang diperbolehkan menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) adalah sebagai berikut:   



8 jam = 90 dB 6 jam = 92 dB 4 jam = 95 dB



   



2 jam = 100 dB 1 jam = 105 dB 30 menit = 110 dB 15 menit = 115 Db



4. Peralatan Keselamatan Laboratorium



Selain harus menggunakan alat pelindung diri, orang yang bekerja di laboratorium kimia juga harus mengetahui peralatan keselamatan laboratorium (laboratory’s safety equipment). Secara prinsip, peralatan tersebut digunakan bila terjadi situasi gawat darurat. Berikut beberapa contoh standar peralatan tersebut. 8. Pembasuh mata



Pembasuh mata (eye wash) berfungsi membasuh mata yang terkena cairan kimia. Cara kerjanya, basuh mata Anda dengan air yang mengalir dari alat itu untuk beberapa saat. Saat membasuh, pastikan tangan Anda bersih sehingga tidak mengganggu mata Anda. 9. Fire blanket Cairan kimia yang tumpah bisa saja menghasilkan api. Untuk memadamkannya, Anda bisa menggunakan selimut api (fire blanket). Pastikan Anda menggunakan kaos tangan saat menggunakan atau membersihkan alat tersebut. 10. Safety shower Apa yang harus dilakukan jika badan Anda terkena tumpahan cairan kimia dengan jumlah relatif banyak? Segeralah menuju safety shower dan guyur badan



Anda dengan air dari alat tersebut. Ini untuk membersihkan badan Anda dari larutan kimia sehingga badan Anda terhindar dari cedera parah. 11. Spill neutralizers Meskipun sudah berkerja dengan hati-hati, terkadang larutan kimia tumpah ke lantai. Jika ini terjadi, spill neutralizers digunakan untuk menetralkan cairan kimia tumpah tersebut. Perlengkapan keselematan laboratorium ini dilengkapi material asam dan basa. Sebagai contoh, bila cairan yang tumpah itu asam, gunakan material basa untuk menetralkannya. 12. First aid kits Kotak obat untuk pertolongan pertama (first aid kits) berguna bila terjadi kecelakaan ringan, misalnya tangan tergores oleh suatu benda tajam. Kotak ini biasanya berisi obat luka, gunting, perban, dan alkohol. 13. Alat pemadam api Alat pemadam api ringan (fire extinguishers) berguna untuk memadamkan api ringan yang terjadi karena kecelakaan kerja atau sumber lain. Sebagai contoh, Anda sedang menggunakan tanur dan tiba-tiba tanur itu mengeluarkan api, cepatlah gunakan pemadam api untuk memadamkannya. Dengan demikian, api tidak merembet ke mana-mana. Setelah api padam, segera hubungi bagian keamanan atau bagian pemadam kebakaran di perusahaan Anda untuk menginvestigasi lebih lanjut. 14. Pintu keluar darurat Laboratorium sebaiknya dilengkapi juga dengan pintu keluar untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya gempa bumi dan kebakaran. Pintu ini khusus untuk digunakan untuk keadaan darurat saja dan tidak boleh digunakan untuk keperluan umum. Oleh karena itu, pintu tersebut biasanya didesain untuk tidak bisa dibuka dari luar laboratorium. Selain itu, pintu tersebut dilengkapi juga dengan alarm sehingga bila dibuka akan menghasilkan bunyi khusus. Bunyi ini terintegrasi dengan bagian keamanan sehingga bila semakin sering dibuka, pihak keamanan akan memeriksa keadaan di sekitar pintu tersebut. 15. Ruang asam Ruang asam (fume hood) digunakan untuk mengambil larutan kimia yang memiliki gas berbahaya (aseton, asam sulfat, asam klorida, dan sebagainya) atau mereaksikan larutan-larutan tersebut. Ruang asam ini dilengkapi dengan



penghisap sehingga gas berbahaya yang dikeluarkan larutan kimia akan dihisap dan dinetralkan sebelum dibuang ke lingkungan. Dengan mengetahui peralatan keselamatan kerja di labortorium kimia, Anda bisa memimalisir kecelakaan kerja atau potensi bahaya yang ada dalam lab tersebut. Tentu saja, peralatan tersebut harus digunakan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, mintalah kepada penanggung jawab laboratorium agar Anda dilatih menggunakan peralatan pelindung diri dan peralatan keselamatan laboratorium. Selain itu, minta juga staf keselamatan kerja untuk mengaudit peralatan dan keselamatan kerja di lab tersebut secara reguler sehingga aspek bahaya bisa diidentifikasi sedini mungkin.



B. Masalah Umum APD(Alat Pelindung Diri) a. Tidak semua APD melalui pengujian labotoris sehingga tidak diketahui derajat perlindungannya. b. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat si pemakai sulit bekerja c. APD dapat menciptakan bahaya baru d. Perlindungan yang diberikan APD sulit untuk dimonitor e. Kewajiban pemeliharaan APD dialihkan dari pihak manajemen ke pekerja f. Efekctivitas APD sering tergantung “ GOOD FIT “ pada pekerja g. Kepercayaan pada APD akan menghambat pengembangan kontrol teknologi yang baru



Masalah Pemakaaian APD(Alat Pelindung Diri) 1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan: 



Tidak sadar/tidak menerti







Panas







Sesask







Tidak enak dipakai







Tidak enak dipandang







Berat







Mengganggu pekerjaan







Tidak sesuai dengan bahaya yang ada







Tidak ada sangsi







Atasan juga tidak memakai



2. Tidak disediakan oleh perusahaan 



Ketidakmengertian







Pura-pura tidak mengerti







Alasan bahaya







Dianggap sia-sia



3. Pengadaan oleh perusahaan 



Tidak sesuai dengan bahaya yang ada







Asal beli (terutama memilih yang murah)



Beberapa Contoh Masalah APD antara lain : -



Respirator  Penutup muka yang buruk  Sumbatan kerusakan/cacat pada filter  Pemeliharaan yang tidak baik  Tali pengikat longgar/lepas  Tidak nyaman  Psikologis dan kecemasan  Meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati  Menghirup kembali udara yang dihembuskan  Kesulitan komunikasi



-



Alat Pelindung Telinga  Resiko infeksi  Kesulitan komunikasi  Merasa terisolasi  Sakit kepala karena jepitan terlalu kuat  Tidak nyaman  Menguranggi kemampuan menduga jarak



 Iritasi kulit



-



Sarung Tangan  Mungin dapat menangkap bahan kimia  Mengurangi kepekaan tangan dan jari  Kebocoran dari lubang yang tidak diketahui  Mungkin menyebabkan dermatitis (keringat yang berlebihan)  Bahan kimia tertentu



-



Alat Pelindung Mata  Dapat membatasi pandangan  Timbul kabut, noda dan goresan kecil  Tidak dapat melihat serusakan secara visual  Beberapa kaca mata pengaman memungkinkan benda masuk dari samping



C. Risiko ketidakpemakaian APD Penyebab Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium Kesehatan



kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat. Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas laboratorium khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti pemakaian APD, apabila petugas laboratorium tidak menggunakan alat pengaman, akan semakin besar kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan berbahaya, khususnya berbagai jenis virus(Depkes RI, 1996/97).



Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan factor manusia juga (WHO), salah satunya pekerja tidak menggunakan APD. Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja



tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit. Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor –faktor yaitu :



a.



Faktor Biologis Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan terutama kuman-kuman pyogenic,colli, bacilli dan staphylococci yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi



b.



Faktor Kimia Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, dengan solvent yang digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negative terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.



c.



Faktor Ergonomi Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja.



d.



Faktor Fisik Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi : -



Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian



-



Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.



-



Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja



-



Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.



-



Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.



e.



Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan stress : -



Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan



-



Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.



-



Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.



-



Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal ataupun informal.



D. Beberapa alasan Tidak menggunakan APD



Sudah tidak asing apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tidak melengkapi dirinya dengan APD saat bekerja. Tapi keselamatan kerja tidak mempuyai alasan untuk dilupakan walau sesaat. Berikut ini adalah hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja: a.



Ini



tidak



cocok



/



tidak



nyaman



(alasan



30%



pekerja)



Solusi: Biarkan pekerja memilih APD yang cocok, selalu tanyakan apakah ada masalah dengan ukuran atau kenyamanan APD yang mereka gunakan, dan lakukan uji coba ukuran dan kenyamanan APD terhadap pekerja sebelum melakukan pengadaan APD b.



Tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD (10% alasan pekerja). Solusi: Selalu buat pernyataan dengan tanda tangan pekerja bahwa mereka sudah menerima dan paham terhadap materi training APD



dan lakuan tindakan disiplin yang tegas oleh supervisor terhadap pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja di lapangan. c.



Tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan



waktu



saya



(18%



alasan



pekerja).



Solusi:



komunikasikan dengan pekerja tersebut mengenai alasan mereka lebih dalam lagi, komunikasikan alasan ini dengan supervisor produksi agar dapat bersinergi antara K3 dengan watu produksi, pastikan pekerja tersebut sudah mendapatkan training mengenai APD, dan masukan keharusan memakai APD kedalam aturan disiplin waktu saat produksi. d.



Tidak akan celaka (8 % alasan para manager dan pekerja). Solusi: undang pembicara dari korban kecelakaan kerja, dan biarkan ia bercerita tentang bagaimana kecelakaan kerja ini sangat berdampak pada kehidupan pribadinya, dan simulasikan pada pekerja untuk mengikat tali sepatu mereka dengan satu tangan sebagai ilustrasi jika mereka kehilangan satu tangan akibat kecelakaan kerja.



E. Tindakan Pencegahan a. Tindakan Pencegahan Secara Umum Sebagian besar laboratorium klinik membutuhkan penanganan darah dan cairan tubuh. The CDC dan The National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) telah mengembangkan sistem untuk perlindungan pekerja secara umum yang disebut Pencegahan secara umum (Universal Precaution / UP). Pengendalian perancangan, pengendalian praktek kerja dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja laboratorium dari potensi paparan agen infeksius dalam darah. Perhatian agen yang primer adalah Hepatitis dan HIV. HBV (Hepatitis B Virus) merupakan virus DNA yang menyebabkan sekitar 12.000 infeksi pada pekerja pelayanan kesehatan per tahun. Selama Hepatitis B akut, kadar virus dalam darah dan cairan tubuh sangat tinggi mencapai 108 – 109 infeksi unit/ml. Satu persen atau lebih pasien yang dirawat akan menjadi kronik dan pembawa virus. Virus dapat bertahan pada permukaan yang kering. Beberapa prosedur yang



ditunjukkan oleh EPA sebagai sterilisasi atau desinfektan tingkat tinggi dapat menginaktifkan HBV. Virus inaktif dalam permukaan kering dalam waktu yang lama. Beberapa desinfektan yang mampu menginak tivasikan HBV akan efektif melawan HIV, karena agen yang belakangan lebih peka sampai tindakan. Agen lain yang dapat ditularkan melalui spesimen darah termasuk malaria, sifilis, babesiosis, brucellosis, leptospirosis, infeksi arbovirus, Creutzfeld-Jacob disease, T- limfositik virus pada manusia tipe I, virus demam berdarah, dan Cytomegallo Virus. Konsep pencegahan secara umum diterapkan pada seluruh darah dan jaringan manusia. Termasuk cairan serous seperti cairan pleura, peritoneal, perikardial, amnion, serebrospinal dan sendi. Semen dan sekret vagina mempunyai bahaya yang sama. Seluruh spesimen klinik lain (seperti sputum, feses, keringat, urin, airmata, isi lambung dan saliva) kurang diperhatikan. UP diterapkan hanya jika substansi terdiri dari darah yang terlihat. Elemen dari keselamatan secara umum laboratorium yang baik adalah bagian dari UP. Pekerja harus menggunakan pelindung yang baik ketika menangani spesimen klinik. Sarung tangan latex atau vinyl digunakan dan diganti secara periodik. Pakaian yang tahan air, celemek atau baju luar dan pelindung wajah sebaiknya dipakai saat ada kemungkinan terpercik dan tercelup. Sering cuci tangan ( terutama saat sarung tangan dicopot) adalah hal yang mendasar yang harus dilakukan. Semua spesimen darah dan cairan tubuh seharusnya dikumpulkan dan dikirim dengan wadah yang terhindar dari kebocoran, wadah yang mempunyai potensi terkontaminasi dari luar harus dikirim dengan wadah kedua anti bocor seperti kantong plastik. Pekerja harus hati-hati dengan permukaan, wadah, permintaan dan pelaporan yang terkontaminasi. Pengecatan darah yang tampak dan tumpah sesegera mungkin didekontaminasi atau ditutupi.



Permukaan untuk bekerja harus didekontaminasi setiap pergantian. Juga teknik untuk menghindarkan bentuk percikan atau droplet merupakan bagian yang terus menerus dilakukan pada pelatihan tenaga kerja baru dan program pendidikan yang terus menerus. Semua pekerjaan pipetasi harus menggunakan alat. Label peringatan bahaya biologi harus ditempelkan pada semua wadah yang berisi zat kontaminan. Limbah infeksius harus dikemas dan dihancurkan dengan baik. Semua



yang tajam harus ditangani secara hati-hati dan dibuang pada tempat yang tahan terhadap tusukan. Pemilihan teknologi untuk alternatif mengurangi bahaya ( seperti menghindari penggunaan barang yang tajam atau penggantian metode manual ke automatis, juga bagian dari kewaspaan umum. Wadah dengan bagian luar terkontaminasi harus ditempatkan pada kantong plastik saat dikirim ke laboratorium. Potong beku dari jaringan yang tidak padat harus hati-hati. Sebagian agen infeksius tidak inaktif pada pembekuan. Pembekuan jaringan harus dilakukan dengan hatihati. Dilarang menyemprot jaringan dengan gas pembeku dengan tekanan karena bahan yang infeksius akan memercik.



b. Tindakan Pencegahan Secara khusus Pencegahan khusus diterapkan pada penanganan jaringan dari pasien Creutzfeld-Jacob disease. Kuman tahan terhadap formalin dan bahan fiksasi lain, alkohol, dan panas (diatas 100ºC ). Dibutuhkan pemberlakuan kewaspadaan umum secara tegas. 5,25% larutan sodium hipoklorit atau 1 N sodium hidroksi sangat efektif menginaktifkan agen pada permukaan. Pembuangan cairan atau alat yang terkontaminasi dengan cara direndam dalam 5,25% larutan sodium hipoklorit selama 1 jam atau dengan autoklaf pada 132ºC selama 1 jam.



BAB III PENUTUP Kesimpulan Keamanan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, aman, selamat, dan produktif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Penanggung-jawab laboratorium, stake holder laboratorium yang lain seperti pemilik, karyawan yang bekerja didalamnya dan bahkan pelanggan harus mempunyai sikap yang sama dalam pelaksanaan keamanan kerja di laboratorium kesehatan. Untuk menjamin keselamatan diri di laboratorium, salah satu persyaratan adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan, jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan.



Saran a.Petugas Kesehatan dan non kesehatan sebaiknya disiplin terhadap pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan. b.Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan cara pemeliharaan/mempertahankan kualitas kerja (perfomance) pada setiap taraf/langkah dalam keseluruhan rantai prosesnya Agar nantinya tidak terjadinya kecelakaan kerja. c.Penyuluhan tentang APD kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi angka kecelakaan pada saat bekerja dan Penggunaan APD sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja



DAFTAR PUSTAKA



Himawary Ewy. 2011. APD di Laboratorium.http://ewyhimawary.blogspot.co.id/2011/04/apd-dilaboratorium.html. 13 april Yudiono Herman . 15 Alat Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia. http://www.duniakaryawan.com/alat-keselamatan-kerja-di-laboratorium-kimia/ meilina fitri.2016. SOP Penggunaan APD.http://documents.tips/documents/soppenggunaan-apd.html.04 maret Bekti Widi Admaja.2011.Cara penggunaan dan perawatan Respirator/Masker.



http://kerja-safety.blogspot.co.id/2011_06_01_archive.html. 10 juni