Apel Arktik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVIEW ARTIKEL ARCTIC APPLE: NON-BROWNING APPLE



Oleh



Nama



: Fatimatuzzahro



NIM



: 25010116130274



Mata Kuliah : Sanitasi Makanan dan Minuman



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019



BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa genetika (genetic engineering) akhir-akhir ini cukup drastis dan meminta perhatian serius dari pemerintah dan para ilmuwan. Rekayasa genetika pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang digunakan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sel atau mahluk hidup (organisme), bahkan dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lain yang berbeda jenisnya. Mahluk hidup yang materi genetiknya telah dimanipulasi secara artifisial di laboratorium melalui rekayasa genetika disebut dengan mahluk hidup transgenic atau rekayasa genetika mahluk hidup (genetically modified organism/GMO) yang memiliki sifat unggul dibandingkan dengan mahluk hidup asalnya (Lotter, 2008; Marinho et al., 2012). Tujuan utama pengembangan GMO adalah untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan pangan yang dihadapi penduduk dunia yang tidak mampu dipecahkan secara konvensional, karena pertumbuhan penduduk yang begitu cepat (Amin et al., 2010; Azadi dan Peter, 2010; Artanti et al., 2010; Marinho et al., 2012; Pramashinta et al., 2014). Namun dalam pengembangannya sampai saat ini, GMO masih menimbulkan pro kontra (kontroversi) di tengah-tengah masyarakat dunia, baik yang terjadi di negara dimana GMO dikembangkan maupun di negara- negara pengguna produk GMO. Kelompok yang pro GMO beralasan bahwa ada potensi tak terbatas dalam rekayasa genetika yang bermanfaat untuk mengurangi penggunaan pestisida, mengatasi kekurangan pangan, dan menghasilkan makan-makanan yang lebih bergizi serta obat-obatan. Kelompok yang kontra/menolak berpendapat produk pangan dan obat-obatan GMO belum diyakini aman untuk dikonsumsi karena masih menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Dampk negatif lainnya bagi para petani khususnya adalah sangat merugikan mereka, karena petani non GMO tidak mampu meningkatkan produktifitas yang lebih menguntungkan (Hardinsyah, 2000). Semua dampak negatif tersebut sampai saat ini kurang mendapat perhatian pemerintah dan ilmuwan seperti yang dilaporkan oleh Dano (2007). Salah satu produk pangan yang menjadi pro-kontra di kalangan ilmuan adalah Apel arktik (arctic apple) yang dikembangan perusahaan Okanagan Speciality Fruit (OSF) di Columbia, Kanada. Kelompok pro menilai dengan adanya apel arktik ini memiliki keuntungan tidak hanya mnegurangi biaya produksi tetapi juga terhadap konsumen. Konsumen akan merasa nyaman memakan apel yang tidak berubah kecoklatan ketika dipotong. Kelompok kontra menilai bahwa apel arktik yang dihasilkan dengan cara memotong RNAi akan menghilangkan sifat alami apel untuk beradaptasi menghalang serangan hama tanaman. Hal tersebut berdampak terhadap pemakaian pestisida yang lebih besar jika apel arktik ini diproduksi. Tulisan ini bertujuan untuk membahas masalah kontroversi salah satu produk tanaman GMO, yaitu apel arktik.



BAB II ISI Arctic Apple: Non-browning Apple A. Definisi dan Sejarah Apel Arktik Apel arktik merupakan merek apel yang dikembangkan melalui rekayasa genetika oleh Mr. Beal Carer dan perusahaanya yaitu Okanagan Speciality Fruit (OSF) di Columbia, Kanada. Neal menunjukkan bahwa bioteknologi bisa membantu pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia yang terus berkembang. sementara itu, Neal juga melihat peluan dari pasar apel Amerika Utara yang di hentikan akibat perkembangan produk lain, seperti wortel kecil, sayuran pembungkus makanan. Secara sederhana, Apel arktik adalah GMO apel yang tidak berwarna kecoklatan setela dipotong. Selain itu, pengalaman terdahulunya yang berhasil merekaya kentang sehingga tidak mudah coklat, Neal mengaplikasikan teknologi tersebut pada apel. Apel arktik terdiri dari Arctic Golden Delicious dan Arctic Grany Smith yang keduanya resmi memiliki regulasi oleh pemerintah US dan Kanada.



Gambar 1. Perbandingan antara apel arktik dengan apel non-GMOs



B. Metode Rekayasa Genetika Buah apel setelah digigit biasanya akan berwarna kecoklatan. Perubahan warna itu dipicu oleh paparan oksigen yang terjadi segera setelah apel dikupas atau diiris. Dalam biokimia tanaman, kecoklatan apel adalah suatu reaksi enzimatik yang mengubah fenol menjadi kuinon dan siap menjadi senyawa polimer pigmen, agen penyebab kecoklatan buah. Enzim kunci yang mengendalikan Reaksinya adalah polifenol oksidase (PPO). Perubahan warna pada buah apel umumnya diikuti oleh perubahan gizi dan rasa pada buah apel sehingga proses ini seringkali dianggap merugikan. Kecoklatan pada apel juga mempengaruhi selera konsumen. Misalnya, McDonald melapisi apel dengan kalsium askorbat untuk menghilangkan kecoklatan.



Gambar 2. Konstruksi genetic pada apel arktik Pada umumnya metode yang digunakan dalam rekayasa genetika adalah modifikasi genetika, teknologi DNA, cloning gen, dan lainnya. Metode tersebut digunakan untuk mengidentifikasi, meniru, memodifikasi, dan mentransfer genetic dari satu sel ke satu makhluk hidup. Mr. Neal mengembangkan apel arktik dengan menurunkan aktivitas PPO. Teknik atau metode yang digunakan adalah gene suppression atau co-suppression RNA interfering (RNAi) akan mendegradasi mRNA untuk mengekspresikan gen target sehingga mRNA tidak dapat melakukan translasi enxim protein PPO. PPO dalam proses disebut penutupan gen memanfaatkan gen rendah PPO dari apel lain. Gen penutup adalah proses alami yang semua tanaman (dan hewan juga) digunakan untuk mengontrol ekspresi gen mereka. Namun, pada sifat tahan terhadap hama dan sifat holtikultura lainnya tidak ada perbedaan antara apel arktik dan apel non-GMOs. C. Kontroversi Produk Apel Arktik Terdapat pro dan kontra mengenai kemanan pada apel arktik. Departemen Pertanian dan hewan (USDA) serta inspeksi pemeriksaan kesehatan tanaman (APHIS) telah member perizinan terhadap produksi apel arktik. APHIS mengambil tindakan ini didasarkan pada penilaian risiko hama tanaman akhir (PPRA) yang menemukan apel artik tidak mungkin menimbulkan risiko hama tanaman pertanian dan tanaman lainnya di Amerika Serikat. APHIS juga menyelesaikan pengkajian lingkungan (EA) untuk mematuhi Undang-Undang Kebijakan Lingkungan Nasional (NEPA) yang menemukan deregulasi tidak mungkin memiliki dampak



yang signifikan pada lingkungan manusia. Oleh karena itu akhirnya produksi besar apel Arktik hasil bioteknologi ke pasar amerika bisa di lakukan Penggunaan apel arktik diarahkan untuk kenyamanan konsumsi dan pengurangan limbah apel dalam pelayanan makanan. Hal ini tentu menguntungkan konsumen dibandingkan dengan tanaman transgenik lain yang menguntuknya biaya produksi. FDA juga menyetujui apel arktik ini dikonsumsi. Ditambah dengan biaya produksi makanan berbahan apel akan berkurang 30% karena tidak memakai antioksida lagi. Menurut Prof. Jack Heinemann (Universitas Catenbury, Selandia Baru) dan Sarah Agapito (Universitas Santa Catarina Brazil) manipulasi interferensi RNA atau dsRNA tidak teruji, dan oleh karena itu berisiko. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dsRNA dapat ditransfer dari tanaman ke manusia dan hewan lain melalui makanan bukan dengan mudah dihancurkan memalui saluran pencernaan manusia. Hal tersebut dapat mempengaruhi fungsi selsel tubuh. Beberapa ilmuan juga menunjukan penggunaan pestisida yang lebih besar lagi pada apel transgenic sudah teruji positif untuk 42 pestisida. Termasuk organofosfat dan piretroid. Ternyata senyawa kimia yang dimatikan dalam buah rekayasa melalui manipulasi RNA, agar tidak teroksidasi atau cokelat, adalah senyawa kimia yang juga memerangi hama tanaman. Hal tersebut menyebabkan kemampuan apel untuk menangkis serangga pengganggu berkurang sehinga cenderung menggunakan pestisida lebih banyak. Penggunaan pestisida yang berlebihan mengakibatkan berbagai macam ganguan kesehatan seperti goiter, gangguan endokrin, dan gangguan pada saraf. Sebuah penelitian pada lebah memakan satu kali dengan dsRNA memiliki perilaku dan fisiologi berbeda. Karena lebah diubah secara radikal oleh dsRNA, ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa hal yang sama dapat terjadi pada manusia yang mengonsumsi dsRNA yang sama, yang termasuk dalam apel transgenik baru. Orang-orang yang makan produk apel yang dibuat secara komersial akan berisiko terhadap bahaya transgenik yang terkait dengan tanaman ini. dsRNA yang ada dalam makanan bertahan dalam pencernaan di lambung dan usus dan benar-benar memasuki aliran darah dan jaringan tubuh, di mana ia dapat mempengaruhi fungsi sel-sel pemakan. BAB III KESIMPULAN Terdapat pro dan kontra mengenai produk pangan transgenic atau GMO dari para peneliti. Beberapa peneliti yang kontra mengatakan jika merubah bagian DNA akan menyebabkan perubahan pada fungsiologis dan perilaku makhluk hidup. Peneliti yang pro mengatakan jika produk pangan transgenic akan membantu manusia dalam menyediakan kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan kualitas pangan. Salah satu produk pangan GMO adalah apel arktik yang dikembangkan oleh OSF di Columbia. Apel ark.tik adalah GMO apel yang tidak berwarna kecoklatan setela dipotong. Keuntunggannya adalah menambah nilai gizi, mengurangi biaya produksi, dan memberikan kenyamanan pada konsumen. Namun, apel arktik dinilai memiliki beberapa kerugian, yaitu lebih banyak menggunakan pestisida dan bahaya lain yang belum dilakukan penelitian.



Daftar Pustaka Amin, L dan J.M. Jahi. 2004. Ethical Aspects of Genetically Modified Organisms Release into the Environment. Malaysian Journal of Environmental Management, (5): 99 – 111. Dano, E. C. 2007. Potential Socio- Economic, Cultural and Ethical Impacts of GMOs: Prospects for Socio-Economic Impact Assessment. TWN (ISBN: 978-983-2729-23-5), 3 th World Network, Penang Malaysia. Pp 32. Marinho, C.D., F.J.O. Martins, A.T. Amaral Júnior, L.S.A. Gonçalves, S.C.S. Amaral, dan M. P. de Mello. 2012. Use of transgenic seeds in Brazilian agriculture and concentration of agricultural production to large agribusinesses. Genet. Mol. Res., 11 (3): 1861-1880. Pramashinta, A., L. Riska, Hadiyanto. 2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan Potensi Resiko. Review. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3 (1): 1-6. Xu, Kenong. Arctic Apples: A Look Back and ForwardHorticultureSection,School of Integrative PlantScience NYSAES, Geneva, NY