Apresiasi Sastra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang mengandung arti mengindahkan ataupun menghargai. Apresiasi diterangkan sebagai pengenalan yang semakin mendalam terhadap pengalaman hidup yang terkandung dalam sastra serta hasrat dan jawaban kita terhadapnya (Rusyana, 1984). Pendapat ini memuat esensi tingkat apresiasi penghayatan. Pendapat tersebut disempurnakan oleh Efendi (2002) yang menyatakan bahwa apresiasi merupakan kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan. Sejalan dengan kedua pendapat sebelumnya, Sayuti (2002) sepakat bahwa apresiasi sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dapat dinyatakan dalam bentuk tertulis. Jadi apresiasi sastra adalah kegiatan menghargai, menikmati, menilai, menekuni, dan mencipta karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh daya apresiasi dengan tingkatan penikmatan, tingkat penghargaan, tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat aplikasi.



Aspek-aspek apresiasi sastra Apresiasi melibatkan 3 aspek, yaitu: (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, serta (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelektual pembaca, dalam upaya memahami unsur-unsur sastra yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif tersebut selain dapat berhubungan dengan unsurunsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks sastra itu sendiri atau unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik sastra yang bersifat objektif itu misalnya tulisan serta aspek bahasa dan struktur wacana dalam hubungannya dengan kehadiran makna yang tersurat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain berupa biografi pengarang, latar proses kreatif penciptaan maupun latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra.



Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca, dalam upaya memahami unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibacanya, serta berperan memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang mengandung ketaksaan makna atau yang bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.



Aspek evaluatif berkaitan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap indah – tidak indah, baik – buruk, karya sastra yang dibaca. Kegiatan ini tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian.



Kegiatan apresiasi sastra dapat meliputi 4 kegiatan yaitu: a. Kegiatan langsung, yang terdiri atas: 1) mendengar pembacaan puisi, 2) mendengar pembacaan cerpen, 3) menonton lomba baca puisi, 4) menonton lomba mendongeng, 5) menonton pementasan drama maupun lomba pementasan drama/teater, 6) membacakan puisi, 7) membacakan cerpen, 8) mendongeng, dll. b. Kegiatan tak langsung, yang terdiri atas: 1) mempelajari teori sastra, 2) membaca sejarah sastra, 3) membaca esai sastra, 4) mempelajari kritik sastra, 5) mempelajari sejarah sastra, 6) membaca informasi mengenai kegiatan bersastra, dll. c. Kegiatan dokumentatif meliputi: 1) kliping esai sastra, 2) mengumpulkan antologi serta kumpulan puisi, 3) mengumpulkan antologi serta kumpulan cerpen, 4) mengoleksi novel, 5) mengoleksi naskah drama, 6) mengumpulkan foto-foto penyair atau pengarang, dll. d. Kegiatan kreatif meliputi: 1) mencipta puisi, 2) mengarang cerpen, 3) menulis novel, 4) membacakan dongeng, 5) mendongeng,



6) mengarang naskah drama, 7) memusikalisasi puisi, 8) membuat kreasi puding (puisi dinding) atau mading sastra, 9) menulis resensi karya sastra, 10)mengadakan lomba baca puisi, dll



Simaklah video berikut ini. Termasuk kegiatan apresiasi sastra apakah ini? Simaklah video berikut ini. Termasuk kegiatan apresiasi sastra apakah ini?



Kegiatan apresiasi sastra langsung yang terwujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi, misalnya saat Anda melihat, mengenal, memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi, cerpen, pementasan drama, baik di radio, televisi, maupun pementasan di panggung terbuka. Kedua bentuk kegiatan itu dalam hal ini perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat melatih dan mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra, baik yang dipaparkan lewat media tulisan, lisan, maupun visual. Kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.



Pada saat membaca karya sastra selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dengan suasana batin riang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca karya sastra itu terjadi karena sastra lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan daya kontemplatif pembacanya. Sementara pada sisi lain, sastra merupakan bagian dari seni yang berusaha menampilkan nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan imajinatif sehingga mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah pembacanya.



Cipta sastra selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi batin, baik berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun berbagai macam problema yang berhubungan dengan kompleksitas hidup. Kandungan makna yang begitu kompleks serta berbagai macam nilai keindahan tersebut dalam hal ini akan



mewujudkan atau tergambar lewat media kebahasaan, media tulisan, dan struktur wacana.



Kemampuan untuk mengapresiasi karya sastra seseorang harus secara terus menerus menggauli karya sastra. Pemilikan bekal pengetahuan dan pengalaman dapat diibaratkan sebagai pemilikan pisau bedah, sedangkan kegiatan menggauli karya sastra itu sebagai kegiatan pengasahan sehingga pisau itu menjadi tajam dan semakin tajam, yakni jika pembaca itu semakin sering dan akrab dengan kegiatan membaca sastra.



Lebih lanjut, seperti telah disinggung di depan, kepekaan emosi dan perasaan itu bukan hanya berhubungan dengan kegiatan penghayatan dan pemahaman nilainilai keindahan, melainkan juga berhubungan dengan usaha pemahaman kandungan makna dalam karya sastra yang umumya bersifat konotatif. Konotasi makna dalam karya sastra itu terjadi karena kata-kata dalam cipta sastra itu terwujud dalam endapan pengalaman, daya emosional, maupun daya intelektual pengarangnya selain itu juga telah mengalami pemadatan. Sebab itulah dalam kegiatan apresiasi sastra.



Apabila belum muncul rasa ketertarikan untuk membacakan puisi di depan orang lain, ada baiknya dilakukan pemupukan minat dengan cara mendengarkan orang lain membaca atau menonton lomba baca puisi. Dengan demikian diharapkan akan timbul pikiran kritis terhadap apa yang didengar serta dilihat.



Jika belum muncul rasa ketertarikan untuk membacakan prosa fiksi seperti cerpen atau mendongeng, ada baiknya dilakukan pemupukan minat dengan cara mendengarkan orang lain membacacerpen, mendongeng, atau menonton lomba baca baca cerpen atau mendongeng. Dengan demikian diharapkan akan timbul pikiran kritis terhadap apa yang didengar serta dilihat.



Seandainya belum muncul rasa ketertarikan untuk menulis naskah drama tahu bermain drama, ada baiknya dilakukan pemupukan minat dengan cara menonton pementasan drama, atau menonton lomba baca baca cerpen atau mendongeng. Dengan demikian, diharapkan akan timbul pikiran kritis terhadap apa yang didengar serta dilihat.



Yang sering kita lupakan ialah pembinaan terhadap rasa cinta yang telah mulai tumbuh, agar tetap mencintai puisi, prosa fiksi, atau drama. Harus disadari bahwa upaya meningkatkan apresiasi pada diri sendiri dapat berkurang, bahkan hilang tanpa bekas jika tidak dilakukan pembinaan.



Tingkat apresiasi sastra Tingkat apresiasi seseorang dapat diukur berdasarkan tingkat penikmatan, tingkat penghargaan, tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat aplikasi. Tingkat penikmatan akan dirasakan setelah merasakan senang mengapresiasi sastra. Secara konkrit, tindakan berupa membaca, melihat atau menonton dan mendengarkan suatu karya sastra. Rasa nikmat itu timbul karena tiga hal, yaitu (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain (pengarang atau penyair), (2) bertambah pengalaman dan pengetahuan serta keterampilan sehingga dapat menghadapi kehidupan lebih baik, dan (3) kenikmatan estetis menikmati karya sastra sebab karya sendiri. Tingkat pemahaman, yang mendalam kerap melaksanakan tiga langkah yang dapat dilakukan untuk memahami karya sastra, yaitu interpretasi/penafsiran, analisis/penguraian, dan evaluasi/penilaian. Interpretasi atau penafsiran adalah upaya memahami karya sastra dengan memberikan tafsiran berdasarkan sifat-sifat karya itu atau menjelaskan arti karya yang bermediakan bahasa itu pada aspek jenis karya, unsur-unsur, struktur, tema, dan efek-efeknya. Analisis/penguraian adalah penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya yang meliputi semua elemen pembangun fiksi seperti plot, tokoh, tema, sudut pandang, dan gaya bahasa. Evaluasi/penilaian adalah usaha menentukan kadar keberhasilan atau keindahan suatu karya sastra dengan adanya wawasan estetika. Tingkat penghayatan, dapat diidentifikasi bila dirasakan keindahan dan makna sastra dalam kehidupannya sehari-hari. Tingkat aplikasi, dapat diidentifikasi dengan adanya upaya menerapkan dan melibatkan karya sastra dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan bahkan sampai memproduksi karya sastra.



Manfaat mengapresiasi sastra Manfaat mengapresiasi sastra secara umum yaitu memerkuat dan memertajam daya imajinasi pembaca. Kekuatan imajinasi dalam pengembangan kreativitas manusia memiliki posisi penting. Bangsa-bangsa yang kreatif adalah bangsa-bangsa yang sudah sejak lama berlatih mengembangkan daya imajinasinya.



Manfaat mengapresiasi sastra secara khusus ada tiga. Pertama, membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya pandangan-pandangan kehidupan. Kedua, memerkaya dan



mempertajam kepekaan sosial, budaya, politik, religi, batin, dan sebagainya. Kepekaan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Ketiga, mengasah dan membentuk kepribadian dan memperhalus budi pekerti.



Selamat Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1 ini sebagai berikut. 1. Apresiasi sastra adalah kegiatan menghargai, menikmati, menilai, menekuni, dan mencipta karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh daya apresiasi dengan tingkatan penikmatan, tingkat penghargaan, tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat aplikasi. 2. Apresiasi melibatkan 3 aspek, yaitu: (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, serta (3) aspek evaluatif. 3. Tingkat apresiasi seseorang dapat diukur berdasarkan tingkat penikmatan, tingkat penghargaan, tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat aplikasi. 4. Manfaat mengapresiasi sastra secara umum yaitu memerkaya jiwa dan memerkuat serta memertajam daya imajinasi pembaca. Manfaat mengapresiasi sastra secara khusus ada tiga. Pertama, membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya pandangan-pandangan kehidupan. Kedua, memerkaya dan mempertajam kepekaan sosial, budaya, politik, religi, batin, dan sebagainya. Kepekaan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Ketiga, mengasah dan membentuk kepribadian dan memperhalus budi pekerti.



Uraian Materi Secara Umum Web Page



Uraian Materi Secara Umum Web Page Puisi merupakan dunia simbol sebagaimana genre karya sastra lainnya. Untuk memahami makna puisi, pembaca terlebih dahulu menafsirkannya. Penafsiran melahirkan berbagai kemungkinan makna. Kekayaan pengetahuan dan pengalaman apresiator (orang yang mengapresiasi karya sastra) mempengaruhi kelancaran proses menemukan makna dan kedalaman makna yang ditemukan dalam puisi. Oleh sebab itu, suatu puisi bisa jadi ditafsirkan berbeda antara pembaca A dan pembaca B karena kekayaan pengetahuan dan pengalaman mereka berbeda. Mencipta pantun, berpantun dan berbalas pantun, mencipta puisi, dan membaca puisi merupakan kegiatan apresiasi sastra produktif. Membaca puisi untuk



menemukan maknanya tergolong dalam kegiatan apresiasi puisi reseptif. Proses membaca karya sastra (termasuk puisi) membutuhkan pemahaman sistem kode yang kompleks dan beragam. Ketiga kode tersebut yaitu kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra (Teeuw: 1991). Anda akan memahami suatu puisi jika Anda memahami bahasa yang digunakan penyair. Bahasa tersebut memiliki kaidah dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik. Bahasa terikat dengan konteks sosial dan konteks budaya. Untuk memahami bahasa, seharusnya juga memhami budaya. Bahasa yang digunakan dalam puisi dan karya sastra lainnya merupakan bahasa yang terikat dengan kode sastra, misalnya harus indah, simbolik, dan konotatif. Ada beberapa pendekatan untuk menemukan makna dalam puisi di antaranya pendekatan analitis, pendekatan emotif, pendekatan parafrasis, dan pendekatan historis. Pendekatan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Pendekatan analitis berusaha untuk memahami cara pengarang menampilkan gagasan, melalui unsur intrinsik pembentuk puisi. Penerapan pendekatan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membaca teks puisi secara utuh, kemudian menetapkan unsur yang hendak digunakan untuk dapat memahami puisi tersebut. Pembaca yang menerapkan pendekatan ini, harus menguasai teori sebagai landasannya dalam menganalisis. Pada modul sebelumnya, Anda sudah mendapatkan materi mengenai pendekatan struktural yang merupakan salah satu sub-jenis pendekatan analitis. 2. Pendekatan emotif berupaya mengajuk emosi atau perasaan pembaca, berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun isi atau gagasan penyair. Pembaca ingin mengetahui bagaimana penyair menampilkan keindahan tersebut dalam puisi. 3. Pendekatan parafrasis mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan penyair dalam bentuk baru yakni menyisipkan kata atau kelompok kata dengan tujuan memperjelas makna puisi tersebut. 4. Pendekatan historis membutuhkan pengungkapan unsur ekstrinsik khusunya biografi penyair, peristiwa bersejarah, keadaan masyarakat, maupun keadaan zaman pada saat puisi tersebut diciptakan.



1. Ada beberapa pendekatan untuk menemukan makna dalam puisi di antaranya pendekatan analitis, pendekatan emotif, pendekatan parafrasis, dan pendekatan historis. 2. Menemukan makna pantun, karmina, gurindam, syair, dan soneta bisa dilakukan dengan pendekatan emotif.



3. Langkah-langkah menemukan makna puisi a. Memahami judul b. Memahami latar c. Memahami kata ganti d. Memahami majas e. Memahami baris dan bait f. Memahami tipografi dan enjambemen g. Memahami totalitas makan dan amanat puisi 4. Kegiatan berpantun bisa dilakukan oleh satu orang saja atau secara berkelompok (yang dikenal dengan berbalas pantun). 5. Beberapa model menulis puisi a. Model keinginan b. Model simile c. Model alam d. Model metafor e. Model bertransformasi 6. Kegiatan membacakan puisi dapat dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: a. Bacalah judul puisi beserta nama penyairnya. Pembacaan nama penyair merupakan suatu keharusan, sebagai tanda penghargaan ataupun pengakuan terhadap karya seseorang. Pembacaan judul dan nama penyair tidak memerlukan intonasi yang beragam, melainkan lebih dipentingkan unsur kejelasan vokal serta warna suara. Ada tiga pola pembacaan judul puisi dan nama penyair yaitu sebagai berikut. A. Bacalah judul puisi, sebut kata ‘karya’, kemudian diikuti nama penyair. B. Bacalah judul puisi, beri kesenyapan antara atau berhenti sejenak, kemudian sebutlah nama penyair.



C. Dahulukan menyebut nama penyair, diikuti kata ‘dalam’, dan judul puisi. b. Bacalah isi puisi.