Area Rural [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER KONSEP AREA RURAL DI KEPERAWATAN KOMUNITAS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas dan Keluarga II Dosen Pembimbing: Rita Hadi W., M.Kep., Sp. Kep. Kom



oleh: Kelompok 4 Kelas A16.1 1. Salsabila Izzaturrohmah



(22020116120014)



2. Rizqi Amalia



(22020116120016)



3. Verren Ilma Khairunnisa



(22020116120019)



4. Sindy Vidiana



(22020116120045)



5. Hernita Yulindasari



(22020116140076)



6. Nisa Dieni Utami



(22020116140101)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019



BAB I ISI A. Konsep Area Rural Pengertian desa dan pedesaan sering dikaitkan dengan pengertian rural dan village, dan sering dibandingkan dengan kota (town/city) dan perkotaan (urban). Pedesaan diartikan seperti desa atau seperti di desa, dan perkotaan (urban) diartikan seperti kota atau seperti di kota-kota. Berdasarkan batasan tersebut, pedesaan dan perkotaan mengacu pada karakteristik masyarakat, sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau territorial. Dalam hal ini, suatu daerah pedesaan dapat mencakup beberapa desa. Menurut Tarigan (2003), masyarakat desa memiliki karakteristik seperti peranan kelompok primer sangat besar, faktor geografik sangat menentukan pembentukan kelompok masyarakat, hubungan lebih bersifat intim dana wet, struktur masyarakat bersifat homogeny, tingkat mobilitas sosial rendah, keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi, serta proporsi jumlah anak cukup besar dalam struktur kependudukan. Desa adalah komunitas kecil yang menetap di suatu tempat (Tarigan, 2003). Desa juga diklasifikasikan menurut tujuan analisis statistik, analisis sosialpsikologik, dan analisis ekonomi. Dalam analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduk kurang dari 2.500 orang. Menurut analisis sosial-psikologik, desa merupaan suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan bersifat informal diantara sesame warganya. Sedangkan menurut analisis ekonomi, desa merupakan lingkungan dengan penduduknya tergantung kepada pertanian. Kondisi area rural atau pedesaan dapat dilihat dari sangat banyaknya keluarga yang berpenghasilan rendah dan tidak memiliki asuransi. Faktor penghalang yang lazim terhadap akses pelayanan kesehatan adalah jarak geografik yang jauh dan transportasi yang tidak adekuat (Anderson, 2006). Faktor penyebab terjadinya perbedaan tingkat potensial kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit antara daerah rural dengan daerah urban antara lain perbedaan kepadatan penduduk dan komposisi unsur penduduk, perbedaan pekerjaan dan kebiasaan hidup, konsep sehat



dan sakit, perbedaan lingkungan hidup, dan keadaan sanitasi penduduk serta berbagai perbedaan lainnya (Noor, 2008). Menurut Long dan Weinert (1989), ada lima teori keperawatan pedesaan yang mengidentifikasi karakteristik kunci dari masyarakat pedesaan yang memengaruhi pelayanan keperawatan, yaitu: a.



Kesehatan dan etos kerja Penduduk pedesaan mengartikan kesehatan sebagai kemampuan untuk bekerja (Anderson, 2006). Seseorang akan merasa sehat jika ia masih mampu bekerja seperti biasanya, meskipun secara biologis maupun psikologis, seseorang sebenarnya berada dalam kondisi yang tidak sehat. Apabila mereka sakit, mereka cenderung mencari pengobatan



b.



alternatif atau tradisional. Jarak dan isolasi Jarak merupakan hal yang terintegrasi dalam hidup keseharian di daerah rural. Di daerah rural, jarak tetap menjadi faktor penghalang seseorang menempuh perjalanan untuk mencari pelayanan kesehatan,



c.



kecuali jika orang tersebut benar-benar sakit. Kepercayaan diri Demi kelangsungan hidup, jarak dan isolasi menuntut individu untuk menumbuhkan motivasi yang kuat dan penuh percaya diri (Anderson, 2006). Seseorang yang berada jauh dari pusat pelayanan kesehatan, akan memilih untuk melakukan perawatan secara mandiri di rumah. Contohnya untuk melakukan perawatan luka secara mandiri misalnya, dibutuhkan rasa percaya diri bahwa ia mampu melakukannya



d.



dengan perawatan terbaik. Kurangnya anonimitas Anonimitas yaitu tindakan merahasiakan nama seseorang terkait dengan partisipasinya dalam sebuah kegiatan. Seorang pemberi pelayanan kesehatan akan dikenal oleh seluruh penduduk di daerah rural, sehingga privasinya menjadi terbatas. Hal ini disebabkan karena orangorang dengan pendidikan tinggi dan kemampuan untuk memimpin sebuah komunitas tidak ada atau memilih pindah ke daerah urban (perkotaan). Kredibilitas, kepercayaan, dan efektivitas seorang perawat komunitas pedesaan sebagai agens perubahan (change agent) dalam



upaya membangun kemitraan, bergantung pada penilaian komunitas e.



terhadap perawat komunitas tersebut secara keseluruhan. Identifikasi orang dalam/orang luar dan penduduk lama/pendatang baru Kategori pendatang lama adalah mereka yang sudah menetap selama 15-20 tahun di suatu daerah (Anderson, 2006). Orang dalam maupun penduduk lama, mereka cenderung lebih berhari-hati dalam menjalin interaksi dengan orang luar maupun pendatang baru. Penerimaan terhadap perawat komunitas di daerah rural dan peranannya dipengaruhi oleh pemikiran mengenai orang dalam/orang luar dan penduduk lama/pendatang baru (Anderson, 2006).



B. Kelompok Risiko di Area Rural 1. Balita (usia 30-33 bulan), rentan mengalami malnutrisi. Balita usia 30-33 bulan di area rural berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Kejadian kekurangan gizi biasanya terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan karena merupakan usia yang paling rentan dalam gangguan pertumbuhan dan kejadian malnutrisi. Kejadian malnutrisi pada usia ini juga terjadi karena tidak adekuatnya kualitas makanan tambahan setelah pemberian ASI dan peningkatan kejadian infeksi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah balita dalam keluarga merupakan faktor determinan kejadian malnutrisi akut pada balita di wilayah rural. Pada daerah rural, biasanya memiliki jumlah anggota keluarga yang besar sehingga akan memengaruhi konsumsi pangan. Pangan yang tersedia pada sebuah keluarga yang besar menyebabkan distribusi makanan tidak seimbang. Padahal, kebutuhan nutrisi pada balita baik kualitas maupun kuantitas seharusnya lebih banyak daripada anggota keluarga lain. Faktor lainnya adalah mata pencaharian di daerah pedesaan adalah bertani dan berdagang sehingga penghasilan mereka pun cenderung lebih rendah. Selain itu, tingkat pendidikan orang tua di daerah pedesaan cenderung rendah, sehingga dapat menyebabkan risiko malnutrisi akut pada balita (Huriah, 2013). 2. Kelompok perempuan usia 55 – 64 tahun rentan mengalami hipertensi Kejadian hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada masyarakat rural lebih banyak pada perempuan. Kejadian hipertensi diakibatkan oleh konsumsi



makanan asin, konsumsi makanan berlemak, tidak konsumsi buah dan sayur, dan obesitas lebih banyak terjadi pada masyarakat rural (Nabila, 2014). 3. Kelompok lansia Peningkatan angka harapan hidup membawa kebaikan pada derajat kesehatan bangsa. Namun, hal tersebut mengarah pada transisi epidemiologi, ditandai dengan pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit degenerative yang berhubungan dengan proses penuaan. Penyakit tersebut antara lain diabetes mellitus, hipertensi, demensia, pembesaran prostat jinak, katarak, dan beragam masalah kejiwaan seperti depresi, ansietas, dan gangguan tidur. Di daerah pedesaan kondisi pelayanan lansia semakin sulit. Kemiskinan, tingkat



pendidikan



yang



rendah,



lapangan



pekerjaan



yang



terbatas,



sarana/prasarana publik yang buruk, perhatian pemerintah daerah yang kurang, pergeseran nilai-nilai sosial budaya, serta kualitas sumberdaya manusia yang rendah menjadi penyebab masalah kesehatan lansia di Indonesia (Pramono, 2012). C. Hambatan Pemenuhan Perawatan Kesehatan di Area Rural 1. Akses masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas Penggunaan puskesmas di daerah pedesaan antara lain dipengaruhi oleh akses pelayanan. Kemudahan akses ke puskesmas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan, serta status sosial ekonomi dan budaya. Akses pelayanan tidak hanya disebabkan masalah jarak, tetapi terdapat dua faktor penentu yaitu determinan penyediaan yang merupakan faktor-faktor pelayanan, dan determinan permintaan yang merupakan faktor-faktor pengguna. Faktor-faktor pelayanan terdiri atas organisasi pelayanan dan infrastruktur fisik, tempat pelayanan, ketersediaan, pemanfaatan dan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutu pelayanan. Sedangkan determinan permintaan yang merupakan faktor pengguna meliputi rendahnya pendidikan dan kondisi sosial budaya masyarakat serta tingkat pendapatan masyarakat yang rendah atau miskin. 2. Faktor pelayanan



Permasalahan yang dialami dalam melayani kesehatan masyarakat dalam gedung atau di luar gedung adalah kurangnya tenaga. Hal ini akan sangat terasa pada saat petugas harus terjun ke lapangan, namun di waktu bersamaan harus memberikan pelayanan di puskesmas yang bersifat darurat atau tidak bisa ditunda, misalnya ada pasien yang sudah waktunya melahirkan. Disamping itu, kurangnya jumlah transportasi juga menjadi permasalahan tersendiri. Puskesmas tidak mempunyai sarana puskesmas keliling (pusling) karena mobil pusling sudah tidak layak digunakan akibat mengalami kecelakaan.Peralatan yang dimiliki puskesmas sangat minim sekali. 3. Faktor Pengguna Tradisi masyarakat pedesaan biasanya pergi ke dukun dulu, baru ke bidan, tetapi juga melihat keadaan pasiennya. Dukun kampung lebih dominan karena biaya dan transportasi lebih terjangkau. Masyarakat pada umumnya memilih bidan yang sudah berpengalaman dan sudah punya anak dibanding bidan yang masih bujangan. (Suharmiati, 2012). D. Masalah Kesehatan Fisik dan Psikososial di Area Rural Masalah kesehatan di pedesaan dapat ditinjau dari dua segi, antara lain: 1. Substantial (hal kesehatan sendiri) Masalah kesehatan substantial dapat berupa berbagai jenis penyakit. Dari hasil penelitian masalah kesehatan yang paling sering muncul adalah penyakitpenyakit infeksi (pernafasan, perut, kulit, dll). Penyakit-penyakit infeksi mempunyai hubungan erat dengan lingkungan hidup yang kurang sehat dan daya tahan tubuh rendah. Daya tahan tubuh yang rendah dapat terjadi karena ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan gizi. Sedangkan kemajuan ekonomi dapat mendorong perbaikan gizi. Kemajuan ekonomi juga akan mendorong perbaikan lingkungan hidup yang mengurangi wabah penyakit. Dengan rendahnya wabah penyakit dan tingginya daya tahan tubuh, taraf kesehatan masyarakat akan meningkat. 2. Management (hal penyelenggaraan kesehatan) Masalah



penyelenggaraan



kesehatan



meliputi



masalah



peningkatan,



perlindungan, penemuan masalah, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada



perseorangan maupun pada kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan yang menonjol adalah tingginya angka kejadian penyakit menular, kurangnya pengertian masyarakat tentang hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan hygiene dan sanitasi yang kurang memuaskan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang di daerah pedesaan menyebabkan sebagian besar masyarakat sulit mendapatkan atau memperoleh pengobatan. Selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah penderita atau keluarga tidak dengan segera mencari pertolongan pengobatan karena terbatasnya fasilitas yang ada atau bahkan pengetahuan mereka. (Sarafino, 2006). Pola Makan dan Penyakit yang Berpotensi timbul Pola makan masyarakat pedesaan memiliki akses terbatas untuk berbelanja di toko. Orang pedesaan masih tetap mematuhi pola diet rendah lemak dan mempunyai prevalensi hiperkolesterolemia yang rendah. Bagi masyarakat pedesaan, pedoman diet berbasis pangan tentang konsumsi susu rendah lemak (Michael, 2008). Air untuk minum dan mencuci harus cukup bebas kuman, akan tetapi penelitian-penelitian lapangan secara konsisten menunjukan bahwa begitu air memenuhi suatu standart minimum, jumlah air yang bisa sampai ke rumah-rumah lebih mempengaruhi kesehatan mereka daripada kebersihan air itu sendiri. Hal itu merupakan cerminan dari pentingnya air bersih. Dengan sedikitnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran diri dari masyarakat pedesaan membuat mereka menggunakan air



tersebut untuk di



konsumsi maupun mencuci makanan-makanan yang mereka makan. Hal tersebut perpengaruh dengan pola makan masyarakat pedesaan. Dengan demikian, berpotensi untuk menimbulkan penyakit menular, seperti disentri (diare), pneumonia, tuberculosis, bronchitis, influenza, penyakit campak, dan lain-lain.. Kondisi masyarakat pedesaan yang didominasi oleh banyaknya lahan, dapat menimbulkan penyakit parasiter seperti schistosomiasis dan filariasis. Schistosomiasis dan filiriasis tumbuh secara tepat akibat kesembronoan dan kelalaian manusia. Parasit schistosomiasis berpindah dari orang ke orang lain



melalui kotoran manusia dan siput air (inang perantara), dan juga saluran irigasi maupun selokan yang system pengairannya tidak baik. Masyarakat pedesaan senang mengonsumsi siput air yang mereka cari sendiri, karena penghasilan yang sangat cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan begitu bisa saja mereka mengonsumsi siput air yang mengandung Shistosomiasis dan filariasis. Penyakit yang di derita oleh masyarakat pedesaan biasanya yaitu, tuberkulosis (TB), stroke dan hipertensi. E. Peran Perawat di Area Rural 1. Perawat sebagai care giver atau pemberi pelayanan, perawat akan memberikan pelayanan keperawatan langsung dan tidak langsung pada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Perawat sebagai educator atau pendidik, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan resiko tinggi atau kader kesehatan. 3. Perawat sebagai koordinator, perawat akan merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dan menggunakan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas. 4. Perawat sebagai konselor, perawat akan memberikan konseling atau bimbingan kepada kader, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas dan kesehatan ibu dan anak. 5. Perawat sebagai klien advokat atau pembela klien, perawat harus melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas. 6. Perawat sebagai peneliti, perawat melakukan penelitian ubtuk mengembangkan keperawatan komunitas dalam rangka mengefektifkan program keperawatan di area rural. F. Level Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Level pencegahan di area rural antara lain (Clark, Mary Jo. 2001) 1. Primer Dalam area rural, pencegahan primer fokus pada pencegahan risiko tinggi masalah kesehatan endemic pada komunitas rural. pencegahan dicapai



melalui kegiatan promosi kesehatan, pencegahan penyakit umum, dan pencegahan kecelakaan dan cedera yang terkait dengan kegiatan kerja dan rekreasi a. Promosi kesehatan merencanakan



kegiatan



promosi



kesehatan



di



lembaga



masyarakat tertentu adalah tugas yang bermanfaat bagi perawat kesehatan masyarakat. salah satu hal dari agenda sekolah untuk dekade berikutnya adalah memperkenalkan praktik promosi kesehatan kepada anak-anak yang dimulai di taman kanak-kanak. perawat sekolah daerah rural (pedesaan) dan perawat kesehatan masyarakat dapat memainkan peran utama dalam upaya ini. perawat kesehatan masyarakat juga dapat merencanakan untuk mengajarkan prinsip nutrisi yang baik kepada wanita yang merawat dan untuk pekerja kantin dan juru masak yang merencanakan dan menyajikan makanan di sekolah dan lembaga lainnya. Kurangnya akses makanan sehat kadang-kadang terlihat di komunitas pedesaan di mana orang lanjut usia dan pekerja migran harus berbelanja di toko-toko yang menjual makanan yang sarat kolesterol, tinggi lemak, dan sarat natrium. untuk mengatasi masalah yang singkat ini, perawat kesehatan masyarakat dapat membantu merencanakan dukungan masyarakat untuk transportasi untuk perjalanan belanja ke supermarket terdekat untuk memungkinkan penduduk pedesaan mempertahankan kebiasaan makan yang sehat. Di masyarakat pedesaan, sering ada beberapa program formal untuk kebugaran kardiovaskular, dan perawat kesehatan masyarakat dapat berperan dalam merancang program jenis ini. kelas aerobik kesehatan masyarakat dan gereja dan program diet adalah cara lain bagi perawat untuk menggunakan keahlian profesional mereka untuk promosi kesehatan di masyarakat pedesaan b. Illness prevention / pencegahan penyakit Perawat kesehatan masyarakat rural dapat merencanakan intervensi keperawatan yang bertujuan memodifikasi faktor risiko di antara kelompok klien pedesaan dengan beberapa cara. Contohnya di Amerika, didirikan stan di pameran tahunan negara yang menawarkan kesempatan untuk anak-anak dan orang dewasa untuk mempresentasikan



proyek yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Perawat adalah narasumber dalam jenis kegiatan ini. Beberapa kegiatannya yaitu merencanakan hipertensi, kolesterol, pemeriksaan payudara sendiri, atau peluang skrining glaukoma melalui bantuan gereja lokal atau organisasi komunitas lainnya adalah cara lain untuk membantu masyarakat untuk fokus pada kebutuhan untuk menurunkan risiko penyakit. c. Injury prevention/pencegahan cidera Perencanaan untuk mencegah kecelakaan dalam komunitas pedesaan adalah peran utama bagi perawat kesehatan komunitas pedesaan. Kecelakaan pertanian dan kendaraan bermotor menduduki peringkat nomor satu penyebab morbiditas dan mortalitas bagi kaum muda di pedesaan Amerika. Perawat kesehatan masyarakat pedesaan berfungsi baik sebagai pendidik formal dan informal serta perencana komunitas untuk strategi pencegahan kecelakaan. 2. Sekunder Perencanaan untuk pencegahan sekunder diarahkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang diidentifikasi selama penilaian. Perawat di area rural fokus pada skrining untuk masalah kesehatan, dan menyediakan perawatan episodik, melakukan triase, dan merujuk klien dalam situasi darurat. a. Skrinning Kegiatan skrining utama perawat komunitas di pedesaan dapat dilakukan dalam satu dari dua pengaturan. Sistem sekolah setempat atau departemen kesehatan masyarakat. Anak-anak, misalnya, biasanya diskrining untuk skoliosis, masalah pendengaran dan penglihatan dan status imunisasi. Perawat juga secara rutin memantau pola pertumbuhan dan tes atau anemia anak-anak. Orang dewasa diskrining atau hipertensi dan TBC, pemeriksaan skrining untuk kanker payudara, leher rahim, dan usus juga dapat dilakukan. b. Skrining lingkungan Perawat komunitas daerah rural sering membantu masalah kesehatan lingkungan yang diidentifikasi selama penilaian. Termasuk identifikasi tentang pipa saluran air di dalam ruangan, persediaan air yang terkontaminasi, perawatan hewan yang tidak dapat diterima, adanya



pelaporan gigitan hewan, dan wabah infeksi yang disebabkan oleh giarda atau salmonella c. Perawatan kondisi yang ada Perawat yang bekerja di daerah pedesaan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk merawat klien dengan masalah kesehatan yang ada dan menyediakan perawatan kesehatan secara episodik, yang memungkinkan rumah sakit pedesaan memperluas pusat perawatan primer untuk menyediakan manajemen perawatan klien di daerah pedesaan, di mana layanan kesehatan mental sangat kurang, perawat seringkali membantu klien dan keluarga untuk mengatasi beban stres emosional dan penyakit mental kronis. Pasien kesehatan mental tunawisma adalah bagian dari keluarga besar di pedesaan, dan kebutuhan perawatan kesehatan mereka d. Keperawatan darurat, triase dan rujukan Keperawatan kesehatan masyarakat pedesaan lainnya yang penting adalah perawatan darurat. Penelitian telah menunjukkan bahwa jam perawatan dini sangat penting untuk hasil yang sukses untuk situasi darurat. Jaringan telekomunikasi seperti kemampuan telemetri dan faksimili membuat perawat pedesaan itu berhubungan erat dengan keahlian medis dan Keperawatan. 3. Tersier Upaya pencegahan tersier perawat kesehatan masyarakat yang bekerja di pengaturan praktik pedesaan diarahkan untuk mencegah komplikasi penyakit kronis dan mencegah kekambuhan masalah kesehatan akut. Langkahlangkah asuhan keperawatan ini dilakukan terutama oleh perawat kesehatan rumah berbasis komunitas yang merawat klien lansia dan yang tinggal di rumah secara kronis yang dimonitor secara ketat untuk memastikan stabilitas proses



penyakit



mereka.



Kegiatan



manajemen



kasus



untuk



mengoordinasikan perawatan dan sumber daya bisa sangat efektif dalam mencegah komplikasi.



BAB II KESIMPULAN Desa dan pedesaan sering dikaitkan dengan pengertian rural dan village yang memiliki karakteristik seperti peranan kelompok primer sangat besar, faktor geografik sangat menentukan pembentukan kelompok masyarakat, hubungan lebih bersifat intim dana wet, struktur masyarakat bersifat homogeny, tingkat mobilitas sosial rendah, keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi, serta proporsi jumlah anak cukup besar dalam struktur kependudukan. Kelompok Risiko di Area Rural terdiri dari Balita (usia 30-33 bulan), rentan mengalami malnutrisi karena pada daerah rural, biasanya memiliki jumlah anggota keluarga yang besar sehingga akan memengaruhi konsumsi pangan. Kelompok perempuan usia 55 – 64 tahun rentan mengalami hipertensi yang diakibatkan oleh konsumsi makanan asin, konsumsi makanan berlemak, tidak konsumsi buah dan sayur, dan kelompok lansia akibat pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit degenerative yang berhubungan dengan proses penuaan. Akses masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas, factor pelayanan dan factor pengguna merupakan Hambatan Pemenuhan Perawatan Kesehatan di Area Rural. Sedangkan masalah kesehatan yang terjadi di daerah pedesaan terdiri dari 2 tipe, yaitu substansial (hal kesehatan sendiri) dan Management (hal penyelenggaraan kesehatan), maka dari itu banyak sekali peran perawat di daerah rural, baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, educator, konselor, dan lain-lain sebagai upaya level pencegahan yang meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.



Daftar Pustaka Anderson, Elizabeth T. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik Ed.3. Jakarta: EGC. Clark, Mary Jo. 2001. Nursing in the Community: Dimensions of Community Health Nursing. USA Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemioogi. Jakarta: Rineka Cipta. Gibney, Michael J et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Huriah, T., Haryanti, F., Julia, M., & Trinantoro, L. (2013). Malnutrisi akut berat dan determinannya pada balita di wilayah rural dan urban. Artikel Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. Nabila, Maylia. (2014). Perbedaan kejadian hipertensi pada masyarakat rural-urban di Kabupaten Bogor. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pramono, L. A., & Fanumbi, C. (2012). Permasalahan lanjut usia di daerah perdesaan terpencil. Jurnal kesehatan masyarakat nasional, 6 (5), 201-211. Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons. Suharmiati., Handayani, L., Kristiana, L. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas daerah terpencil. Buletin penelitian sistem kesehatan, 15 (3), 223-231. Tarigan, Antonius. (2003). Rural-urban economic lingkages: konsep & urgensinya dalam memperkuat pembangunan desa. Jakarta: Kantor Meneg PPN/Bappenas.