Arnetta Putri - 427932 - Laporan 16PF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TES 16 PF (SIXTEEN PERSNALITY FACTORS QUESTIONNAIRE)



dibuat oleh Arnetta Putri Permata Fadiyanti 18/427932/PS/07631



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019



BAB I 16 PF (SIXTEEN PERSONALITY FACTORS QUESTIONNAIRE) A. SEJARAH PEMBUATAN ALAT TES Sixteen Personality Factor Questionaire (16PF) merupakan sebuah alat tes yang disusun oleh Raymond B. Cattell. Tes 16PF dan diterbitkan oleh Institute for Personality and Ability Testing (IPAT) pada tahun 1972, terdiri atas enam belas faktor atau dimensi di mana keenambelas dimensi yang diungkap saling berdiri sendiri (Karyani & Lestari,



2000). Menurut Georgy (1998) tes ini



merupakan inventori kepribadian laporan diri (self report personality inventories) yang menggunakan teknik objektif yang, yang pada abad 20-an pamornya agak surut, namun saat ini merupakan inventori kepribadian yang sangat luas digunakan. Alat tes ini mengungkap kepribadian seseorang dengan mendiagnosis 16 faktor primer kepribadian yang ada dalam teori kepribadian Cattell. Tes 16 PF ini ditujukan hanya kepada orang yang normal saja. Selain itu, tes 16PF ditujukan untuk subjek dengan usia 16 tahun ke atas dan berpendidikan minimum sekolah menengah. Penyusunan 16 PF menjadi unik dengan latar belakang Cattell sebagai seorang yang ahli dalam fisika. Cattellmenerapkan metode ilmiah ke wilayah kepribadian



manusia



dengan



tujuan



menemukan



elemen-elemen



dasar



kepribadian. Dia percaya bahwa karakteristik manusia seperti kreativitas, otoriterisme, altruisme, atau keterampilan kepemimpinan dapat diprediksi dari sifat-sifat kepribadian mendasar ini (sebanyak air merupakan kombinasi dari unsur-unsur hidrogen dan oksigen) (Cattell dan Mead, 2008). Cattell kemudian meneliti trait sumber dengan mengumpulkan 4000 sifat manusia (sebagian besar diperoleh dari kamus yang disusun oleh Allport dan Obert), yang kemudian Cattell ringkas dengan cara mengelompokan sifat yang mirip dan menghilangkan istilah yang asing dan metaforik, menjadi 200 sifat (Alwisol, 2009).



1



Kemudian, 200 sifat itu dikelompokkan dan dirampingkan menjadi 35 sifat dengan menggunakan metode kluster. 35 sifat itu terbagi menjadi dua kelompok, 23 sifat populasi normal dan 12 sifat populasi berdimensi patologis. Sesudah dilakukan analisis faktor terhadap 23 sifat primer dari populasi normal, ditentukan 16 sifat primer yang dinamakan faktor primer. Kemudian, cattell menjadikannya dasar untuk mengembangkan instrument pengukuran kepribadian, yakni 16 Persoality Faktor Questionnair (Alwisol, 2009) Sejak publikasi pertamanya pada tahun 1949, tes 16PF telah mengalami revisi besar-besaran sebanyak empat kali dengan edisi ke 5 sebagai edisi terbaru yang rilis pada tahun 1993. Selain itu, instrumen ini telah diadaptasi menjadi lebih dari 35 bahasa di seluruh dunia. Ini tidak hanya terjemahan, seperti yang disediakan oleh banyak kuesioner, tetapi adaptasi budaya yang cermat, yang melibatkan norma-norma baru dan penelitian reliabilitas dan validitas di setiap negara baru. Pengenalan administrasi berbasis web pada tahun 1999 memungkinkan pengguna ujian internasional akses mudah ke administrasi, penilaian, dan laporan dalam berbagai bahasa, menggunakan norma-norma lokal (Cattell dan Mead, 2008).



B. ACUAN TEORI PEMBUATAN ALAT TES Teori tentang trait yang dikemukakan oleh Cattell dijadikannya sebagai landasan teori dalam pembuatan alat tes 16 PF. Cattell melihat kepribadian sebagai struktur sifat-sifat (traits) yang kompleks dan terdefe-rensiasi (Suryobrata, 1983; Hall dan Lindzey 1993). Sumber validitas dari pertanyaan 16 PF adalah adanya study factor-analytic mengenai sifat dasar dan umum pada bermacammacam sampel orang (Boyle, 1989; Carnivez and Allen, 2005; Cattell, 1996). Analisis faktor merupakan teknik statistik untuk mengidentifikasi sejumlah faktor



2



yang relatif kecil, yang dapat menerangkan keterlibatan antaran perubahanperubahan yang berkaitan (Norusis, 1986). Menurut Cattell, sumber sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu source traits dan surface traits. Source traits dibagi menjadi dua, yakni beberapa sifat yang ada pada manusia dibawa oleh faktor keturunan atau bawaan (constitusional trait) dan sifat yang lainnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan (environmental mold trait). Sedangkan, Cattell berpendapat bahwa surface traits merupakan perbaduan dari faktor bawaan dan lingkungan (Wahyudi, 2011). Cattell dan rekan-rekannya melaksanakan program penelitian internasional yang komprehensif yang mencari peta menyeluruh tentang kepribadian normal. Dalam mempelajari sifat-sifat dalam populasi yang beragam, Cattell dan rekanrekannya menggunakan tiga metodologi berbeda (Cattell, R.B., 1973). Menurut Cattel terdapat tiga sumber utama tentang kepribadian, yaitu data L yang merupakan life record (catatan riwayat hidup), data Q yang merupakan self rating questionnaire (kuisioner penilaian diri), dan data T yang merupakan objective test. Ketiga sumber tersebut digunakan oleh Cattel untuk menetapkan traits umum kepribadian dengan mengadakan analisis faktor. Anggapannya adalah traits yang muncul dari ketiga sumber data tersebut akan menjadi bukti bahwa traits sumber merupakan satuan-satuan yang berfungsi (Partini, 2005). Pada dasarnya data-L merupakan catatan-catatan tentang tingkah laku seseorang di masyarakat, seperti catatan yang dibuat oleh sekolah atau pengadilan. Namun, pada praktiknya Cattell mengganti hal tersebut dengan penilaian yang dilakukan oleh orang lain yang mengenal seorang individu tersebut dalam berbagai situasi yang nyata. Data-Q merupakan pertanyaan terhadap orang yang bersangkutan mengenai tingkah lakunya sendiri, dengan demikian data ini dapat membantu data-L mengungkap sisi dalam seseorang. Data-T berdasarkan pada kemungkinan ketiga, yaitu penciptaan situasi-situasi



3



khusus dimana tingkah laku seseorang dapat dilakukan skoring atau penilaian secara objektif (Partini, 2005). Cattell dan rekan-rekannya pertama kali menemukan first oder factor, yang memberikan definisi paling mendasar dari perbedaan kepribadian individu. Ciriciri primer yang lebih spesifik ini lebih kuat dalam memahami dan memprediksi kompleksitas perilaku aktual (Ashton, 1998; Judge et al., 2002; Mershon dan Gorsuch, 1988; Paunonen dan Ashton, 2001; Roberts et al., 2005). Setelah para peneliti menemukan first oder factor, mereka menganalisis faktor tersebut untuk menyelidiki struktur kepribadian pada tingkat yang lebih tinggi. Dari sini, second order factor atau faktor global yang lebih luas muncul. Faktor-faktor global memberikan kerangka kerja konseptual yang lebih besar dan teratur untuk memahami makna dan fungsi dari sifat-sifat utama. Namun, makna global itu sendiri ditentukan oleh sifat-sifat utama yang menyatu untuk membentuknya. Berikut ini merupakan penjelesan mengenai keterkaitan antara faktor utama dengan faktor global (Cattell dan Mead, 2008) : a. Extraversion/ introversion : A (warm-reserved), F (lively-serious),



H



(bold-shy), N (private-forthright), Q2 (self-reliant – group-oriented) b. High Anxiety/ low anxiety : C (emotionally stable-reactive), L (vigilanttrusting), O (apprehensive - self-assured), Q4 (tense–relaxed). c. Tough-mindess/



receptivity



:



A



(warm-reserved),



I



(sensitive-



unsentimental), M (abstracted–practical), Q1 (open to change traditional). d. Independence/ accommodation : E (dominant–deferential), H (bold–shy), L (vigilant–trusting), Q1 (open to change - traditional). e. Self-Control/lack of Restraint : F (lively–serious), G (rule conscious – expedient),



M



(abstracted–practical),



Q3



(perfectionistic–tolerates



disorder)



4



Kemudian, berikut ini merupakan penjelasan mengenai faktor utama pada 16 PF (Wahyudi, 2011) : a. Faktor A - Warmth Skor yang rendah menunjukkan individu yang pendiam, suka menyendiri, kritis, bersikiras, gigih, berhati-hati dan tidak ramah. Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu yang ramah, aktif dalam ambil bagian, dan mudah beradaptasi. b. Faktor B – Reasoning Skor rendah menunjukkan individu dengan fungsi intelegensi rendah dan kapasitas mental skolastik yang rendah. Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu dengan fungsi intelegensi tinggi, quick learner, berpikir abstrak, dan kapasitas mental skolastik yang tinggi. c. Faktor C – Emotional stability Skor yang rendah menunjukkan individu yang memiliki sifat pemarah, mudah frustasi, dan jengkel. Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu yang matang emosinya dan memiliki ego yang kuat. d. Faktor E – Dominance Skor yang rendah menunjukkan individu yang kooperatif, menghindari konflik, rendah hati, dan mudah dipimpin (submissiveness). Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu yang memiliki sifat dominan, kuat, tegas, agresif, kompetitif, keras kepala, dan suka memerintah. e. Faktor F – Liveliness Skor yang rendah menunjukkan individu yang serius, terkendali, terkekang, pendiam, dan introspektif. Sedangkan yang mendapat skor tinggi menunjukkan individu yang energetic, spontan, antusias, ceria, ekspresif, impulsif. f. Faktor G – Rule consciousness



5



Skor yang rendah menunjukkan individu yang memanjakan dirinya, kurang menunjukkan superego yang kuat, kurang mantap, dan kurang berfungsi kata hatinya. Sedangkan skor tinggi menunjukkan bahwa individu ingin dipandang bermoral, mengerti sopan santun, dan etika. g. Faktor H – Social boldness Skor rendah menunjukkan individu yang pemalu dan penakut sehingga cenderung menarik diri dari relasi dengan lingkungannya. Sedangkan skor tinggi menunjukkan individu yang gagahh berani, percaya diri, dan menyukai tantangan. h. Faktor I – Sensitivity Skor rendah menunjukkan individu yang keras hati, percaya diri, dan realistik. Sedangkan skor tinggi menunjukkan individu yang rentan terhadap tekanan dan sensitive. i. Faktor L – Vigilance (Protension vs Inner relaxation) Skor rendah menunjukkan individu yang cenderung bebas dari perasaan cemburu, mudah menyesuaikan diri, dan periang sehingga dapat dikatakan memiliki kesehatan mental yang positif. Sedangkan skor tinggi menunjukkan individu yang cenderung curiga, mudah tersinggung, dan lebih mengungkapkan perasaan benci. j. Faktor M – Abstractedness Skor rendah menunjukkan individu yang cenderung praktikal, sederhana, biasa, dan bersahaja. Sedangkan skor tinggi menunjukkan individu yang abstrak, imajinatif, hidup bebas, suka melamun, dan pelupa. k. Faktor N – Privateness



6



Skor rendah menunjukkan individu yang jujur, berterus terang, blakblakan, kikuk, dan rendah hati. Sedangkan skor tinggi menunjukkan individu yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi, lihay, dan cerdik. l. Faktor O – Apprehension Skor rendah menunjukkan individu yang yakin akan dirinya, tenang, aman, puas dengan diri sendiri, tidak mudah goyah, tabah, dan ulet. Sedangkan skor tinggi menunjukkan individu yang merasa tidak aman, diliputi rasa bersalah, merasa tertekan, pencemas, dan suka memikirkan hal-hal sedih. m. Faktor Q1 – Openness to change Skor rendah menunjukkan individu yang konservatif, kuno, dan tradisional. Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu yang liberal, suka akan hal-hal baru, berpikir bebas, kritis, dan fleksibel. n. Faktor Q2 – Self reliance Skor yang rendah menunjukkan individu yang membutuhkan dukungan dari lingkungannya dan senang bekerja ditemani oleh orang lain. Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu yang suka mengambil keputusan sendiri, independent, dan banyak akal. o. Faktor Q3 – Perfectionism Skor yang rendah menunjukkan individu yang tidak ada tujuan, tidak disiplin, kurang mampu memahami tuntutan sosial, lemah dan semberono. Sedangkan



skor



yang



tinggi



menunjukkan



individu



yang



bisa



mengendalikan diri, suka mengikuti aturan, memiliki kesadaran sosial yang tinggi, dan memperhatikan reputasi sosialnya. p. Faktor Q4 – Tension



7



Skor yang rendah menunjukkan individu yang tenang, sabar, santai, bisa meredam kecemasan, puas akan kehidupannya, dan merasa tentram. Sedangkan skor yang tinggi menunjukkan individu yang cenderung merasa tegang, frustasi, mudah terangsang, gelisah, rewel, dan menunjukkan kecemasa. C. KEGUNAAN ALAT TES Tes 16PF from C merupakan suatu inventori yang biasa digunakan dalam bidang industri, seperti untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian seseorang yang termasuk dalam kelompok pekerja, karyawan perusahaan, orang dewasa, dan orang-orang yang berpendidikan normal (Partini, 2005). Selain itu, inventori kepribadian 16 PF juga dapat mengungkap faktor-faktor kepribadian yang dimiliki oleh korban bullying melalui hasil tes berupa profil kepribadian (Karyani dan Lestari, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor kepribadian yang dominan pada korban bullying adalah faktor A, B, C, F, H, M, dan O ( Hertinjung dan Susilowati, 2014). Faktor yang ada di dalam 16 PF, seperti faktor G (rule-consciousness), faktor N (privateness), faktor Q3 (perfectionism), dan faktor Q4, (tension) menjadi prediktor untuk guru yang dapat sukses mengajar secara efektif di sekolah. Jadi, tes 16 PF digunakan sekolah-sekolah sebagai alat untuk menyeleksi guru yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh sekolah (Watts, Cage, Batley, dan Davis, 2011). Kemudian, dapat dikatakan bahwa tes 16 PF memiliki kegunaan dalam bidang pendidikan untuk mencapai pengajaran yang efektif. D. ADMINISTRASI a. Pelaksanaan 



Tes 16 PF dapat disajikan secara klasikal atau individual.



8







Semua aitem yang ada di dalam tes 16 PF harus dijawab sehingga testee diharapkan mengerjakan dengan teliti dan jangan melewatkan salah satu soalpun.







Tes membutuhkan waktu sekitar 35-50 menit dengan menggunakan pensil dan kertas, sedangkan tes membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan computer.







Tes 16 PF memiliki jumlah soal 105 dengan 3 pilihan jawaban .







Testee memilih satu dari tiga pilihan jawaban yang telah disediakan







testee memberikan tanda silang (X) pada salah satu kotak a, b, c







Dalam tes 16 PF terdapat arahan bahwa tidak ada jawaban yang salah.



b. Skoring 



Tes 16 PF bersifat forced choice sehingga semua aitem harus terisi.







Terdapat 2 kunci jawaban. Kunci 1: faktor-faktor: A, C, F, H, L, N, Q1, dan Q3. Kunci 2: faktor-faktor: B, E, G, I, M, O, Q2, Q4







dan MD.



Membuat garis horizontal pada nomor 1, 18, 35, 52, 69, 86, 103 untuk mendapatkan MD.







Membuat garis horizontal, namun untuk faktor yang 1 baris di atasnya : A : 2, 19, 36, 53, 70, 87 B : 3, 20, 37, 54, 71, 88, 104, 105 C : 4, 21, 38, 55, 72, 89 (meskipun 1 baris dengan faktor D, dikarenakan tidak adanya faktor D, garis ditarik naik ke faktor C)







Membuat



graris



horizontal



berdasarkan



titik



urut



:



E : 5, 22, 39, 56, 73, 90 F : 6, 23, 40, 57, 74, 91 G : 7, 24, 41, 58, 75, 92 H : 8, 25, 42, 59, 76, 93 I



: 9, 26, 43, 60, 77, 94



9



L : 10, 27, 44, 61, 78, 95 M : 11, 28, 45, 62, 79, 96 N : 12, 29, 46, 63, 80, 97 O : 13, 30, 47, 64, 81, 98 Q1 : 14, 31, 48, 65, 82, 99 Q2 : 15, 32, 49, 66, 83, 100 Q3 : 16, 33, 50, 67, 84, 101 Q4 : 17, 34, 51, 68, 85, 102 



Dari proses skoring akan didapatkan 17 angka kasar.







Angka kasar diubah menjadi angka tabel (dalam bentuk sten score/standard ten score/nilai standar sepuluh).







MD (Motivational Distortion) menunjukkan sikap subjek dalam melaksanakan tes. Bagaimana sikap seseorang itu dipengaruhi social desirability atau tidal dan mengerjakan tes dengan jujur /faking. Semakin tinggi skor MD semakin besar distorsi motivasi yang terjadi pada diri testee saat menjawab tes. Batas STEN score pada MD adalah 6. Ketika STEN lebih dari 6, terdapat pengurangan dan penambahan pada faktor tertentu.



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



P



0-2



3-4



5



6



7



8



9



10-11



12



13-14



L



0-3



4



5



6



7



8



9-10



11



12



13-14



(Tabel Standard ten score/stenscore MD) 



Jika STEN score MD 7, maka STEN score faktor O dan Q4, ditambah 1 dan STEN score faktor C dan Q3, dikurangi 1.







Jika STEN score MD 9 atau 8, maka STEN score faktor L, N, O, Q2 dan Q4, ditambah 1 dan STEN score faktor A, C, G, H, dan Q3, dikurangi 1.



10







Jika STEN score MD 10, maka STEN score faktor O dan Q4, ditambah 2, kemudian STEN score faktor C dan Q3, dikurang 2, setelah itu STEN score faktor L, N dan Q2, ditambah 1, dan STEN score faktor A, G, dan H, dikurang 1.







Membuat profil dengan membuat uat titik sesuai dengan sten score pada masing-masing faktor dan menarik garis berdasarkan titik urut dari faktor A – Q4



c. Interpretasi 



MD yang nilainya lebih dari 6, perlu adanya pengurangan atau penambahan pada faktor tertentu. Intepretasi dari skor MD yang lebih dari 6 adalah semakin tingginya distorsi motivasi pada subjek tes tersebut.







Ciri sifat atau trait yang didiagnosis dalam tes 16 PF bersifat bipolar (memiliki dua kutub), yaitu kutub rendah dan tinggi yang ditentukan berdasarkan norma standar.







Norma standar yang dipakai disini adalah Standard Ten Score (STEN) yang bergerak dari skor 1-10. STEN dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu : -



Angka STEN 1-3 menunjukkan sisi kutub ciri sifat yang rendah.



-



Angka STEN 4-7 menunjukkan sisi ciri sifat yang sedang.



-



Angka STEN 8-10 menunjukkan sisi kutub ciri sifat yang tinggi.



E. KRITIK Tes 16 PF masih belum mempertimbangankan aspek kultural, sehingga terdapat beberapa aitemnya yang memberikan kesan bahwa tes ini bersifat culture free. Dapat dikatakan seperti itu karena terdapat beberapa aitem yang terdengar familiar di dunia barat, namun kurang di darerah timur. Sehingga validitas tes nya jika dilakukan di daerah timur perlu diragukan mengingat tesnya tidak



11



mengandung unsur bebas pengaruh budaya. Maka dari itu, perlu revisi lagi terhadap alat tes 16 PF dan menjadikannya tes yang bersifat culture free. Selain itu, revisi juga perlu dilakukan mengingat edisi terbaru dari 16 PF itu adalah yang rilis pada tahun 1993.



12



BAB II LAPORAN HASIL TES 16 PF (SIXTEEN PERSNALITY FACTORS QUESTIONNAIRE) A. IDENTITAS Nama



: Arnetta Putri Permata Fadiyanti



Jenis Kelamin



: Perempuan



Usia



: 20 Tahun



Pendidikan



: SMA



Tanggal Tes



:



B. DESKRIPSI DATA



a. Tabel Hasil dan Deskripsi Data



No



Faktor



Raw Score



STEN



Kategori



Keterangan Subjek mendapatkan skor warmth yang sedang, hal ini



1.



Warmth (A)



9



5



Sedang



menunjukkan bahwa subjek memiliki minat relasi sosial yang sedang. Subjek mendapatkan skor reasoning yang sedang, hal ini



2.



Reasoning (B)



6



7



Sedang



menunjukkan bahwa subjek memiliki fungsi intelegensi yang sedang.



3.



Emotional Stability (C)



7



6



Sedang



Subjek mendapatkan skor



emotional stability yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek cenderung tidak memiliki ego yang lemah dan yang mudah meledak. Selain itu subjek juga tidak memiliki kecenderungan emosi yang mantap dan matang. Subjek mendapatkan skor dominance yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa subjek 4.



Dominance (E)



10



9



Tinggi



cenderung bersikap tegang, agresif, kompetitif, keras hati, teguh pendiriannya, dan dominan. Subjek mendapatkan skor liveliness yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan untuk



5.



Liveliness (F)



menjadi sederhana, pendiam, 9



7



Sedang



serius, tenang, dan tidak bergelora. Selain itu, subjek juga tidak memiliki kecenderungan untuk tidak kenal susah dan suka bersenang.



6.



Rule-Consciousness (G)



7



5



Sedang



Subjek mendapatkan skor ruleconsciousness yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan supergeo yang lemah dan



kebijaksanaan. Selain itu, subjek juga tidak memiliki kecenderungan untuk teliti, tekun, bermoral, dan menjadi serius. Subjek mendapatkan skor social boldness yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak 7.



Social Boldness (H)



memiliki kecenderungan untuk 7



6



Sedang



menjadi penakut dan pemalu. Selain itu, subjek juga tidak memiliki kecenderungan untuk menjadi tegas dan hebat. Subjek mendapatkan skor sensitivity yang sedang, hal ini



8.



Sensitivity (I)



menunjukkan bahwa subjek tidak 5



4



Sedang



memiliki kecenderungan untuk realistik, lembut hati, peka, dependen, dan terlalu dilindungi. Subjek mendapatkan skor vigilance yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa subjek



9.



Vigilance (L)



9



9



Tinggi



cenderung bersikap dan betindak mudah curiga, mudah tersinggung, dan sukar bertindak bodoh.



10. Abstractedness (M)



8



8



Tinggi



Subjek mendapatkan skor abstractedness yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa subjek



cenderung bersikap dan bertindak imaginatif, hidup bebas, pelupa, suka melamun, dan linglung. Subjek mendapatkan skor privateness yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak 11. Privateness (N)



memiliki kecenderungan untuk 3



4



Sedang



terlalu “to the point“ . Selain itu, subjek juga tidak cenderung memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan halus budi bahasanya. Subjek mendapatkan skor apprehension yang tinggi, hal ini



12. Apprehension (O)



menunjukkan bahwa subjek tidak 12



9



Tinggi



merasa aman, diliputi rasa bersalah, pencemas, dan suka memikirkan hal-hal sedih. Subjek mendapatkan skor opennes to change yang tinggi,



Openness to Change 13. (Q ) 1



hal ini menunjukkan bahwa 10



8



Tinggi



subjek merupakan individu yang kritis, berpikiran liberal, berpikir bebas, dan fleksibel.



14. Self-Sufficiency (Q2)



4



6



Sedang



Subjek mendapatkan skor selfsufficiency yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan interdependensi pada kelompok, pengikut, dan taar pada



kelompok. Selain itu, subjek juga tidak menunjukkan kecenderungan untuk mengambil keputusan secara independen. Subjek mendapatkan skor perfectionism yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan 15. Perfectionism (Q3)



6



4



Sedang



untuk menjadi tidak cermat. Selain itu, subjek juga tidak memiliki kecenderungan suka mengikuti aturan dan bisa mengendalikan diri. Subjek mendaoatkan skor tension yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan untuk



16. Tension (Q4)



9



7



Sedang



santai, tedang, dan mampu mengendalikan kecemasan. Selain itu, subjek juga tidak memiliki kecenderungan untuk merasa tegang dan frustasi.



Menurut hasil tes di atas, subjek memiliki faktor berkategori tinggi pada Dominance ( E),



Vigilance (L), Abstractedness (M), Apprehension (O),



Openness to Change (Q1). Lalu faktor berkategori sedang pada Warmth (A), Reasoning (B), Emotional Stability (C), Liveliness (F), Rule-Consciousness (G), Social Boldness (H), Sensitivity (I), Privateness (N), Self-Sufficiency (Q2),



Perfectionism (Q3), Tension (Q4) . Kemudian, berdasarkan hasil tes, subjek tidak mendapatkan faktor berkategori rendah.



C. PROFIL (Terlampir)



DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2018). Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Mead, H. E. (2008). The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16PF). 2, 135 159. Partini. (2005, Mei). Identifikasi Faktor – Faktor Test 16 PF yang Mendasari Sifat – Sifat Kepribadian Karyawan Pemkot Surakarta. Jurnal Berkala Ilmiah Berkala Psikologi, 7(1), 39 - 51. doi:https://doi.org/10.23917/indigenous.v0i0.4637 Rebecca S. Watts, B. N. (2011). Using the Sixteen Personality Factor Questionnaire to Predict Teacher Success. 126 - 132. Susilowati, W. S. (2014). Profil Kepribadian Siswa Korban Bullying. Jurnal Psikologi Integratif, 2(1), 93 - 99. Wahyudi, H. (2011, Juni). Studi Deskriptif Tentang Profil Kepribadian Berdasarkan Cattel’s Sixteen Personality Factors (16 Pf) Pada Atlet Olahraga Cabang Menembak Jawa Barat. 2(2). doi:https://doi.org/10.29313/schema.v0i0.2427