Artikel Intuisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL vs INTUITIF Oleh: Maryanto Abstrak Para pemimpin mengunggulkan pengambilan keputusan rasional oleh karena keputusan rasional mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, dapat diakuntabilitaskan, dan dapat dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil. Harapan tersebut akan dapat terealisir manakala pra kondisi dapat dipenuhi. Dalam praktek ternyata pra kondisi tersebut sulit dipenuhi, sehingga menimbulkan permasalahan, yaitu situasi ambigu yang harus dicari solusinya. Situasi ambigu tidak dapat diatasi dengan pemikiran rasional tetapi dapat diselesaikan dengan intuisi. Berdasarkan uraian di atas maka pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan metode rasional dan intuisi secara simultan, walaupun hasil keputusan tersebut secara formal dimunculkan dalam bentuk rasional agar dapat diakuntabilitaskan. Kata kunci: keputusan, rasional, intuisi



Tulisan ini disajikan dalam 3 sub bahasan yaitu (1) Pengertian Pengambilan Keputusan, (2) Pendekatan Dalam pengambilan Keputusan, dan (3) Simpulan. 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Dalam bahasa sederhana pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai “proses memilih”, yaitu memilih salah satu atau beberapa alternatif terbaik. Setiap hari, dari pagi sampai malam, kita dihadapkan dengan beberapa alternatif pilihan, misalnya menentukan waktu bangun pagi, jam 4, jam 5, jam 6 dsb?, memilih akan memakai baju putih, hijau, ungu?, memilih akan naik motor, bus atau mobil sendiri?. Pilihan tersebut merupakan keputusan sederhana, tidak memerlukan analisis yang mendalam, dan tidak berdampak luas. Lain halnya dengan keputusan untuk membeli properti, mobil atau inveastasi, tentunya perlu analisis yang lebih teliti agar dikemudian hari tidak menyesal. Dalam organisasi, baik organisasi bisnis, pemerintah maupun nirlaba, pengambilan keputusan merupakan tugas penting bagi pemimpin oleh karena dampak keputusan diambil akan dirasakan oleh seluruh anggota organisasi dan bahkan masyarakat luas, misalnya keputusam untuk menentukan bidang usaha baru dalam rangka pengembangan usaha, keputusann menentukan besaran kenaikan harga gas, atau menentukan lokasi pembangunan bandara. Apapun keputusannya akan membawa dampak seperti pro dan kontra, dan perubahan keadaan, menjadi lebih baik atau lebih buruk dalam skala besar / kecil, tergantung pada lingkup keputusan tersebut. Keputusan yang tepat akan memberikan benefit dan merubah keadaan menjadi lebih baik, sehingga keputusan mempunyai arti penting pada masa yang akan datang, seperti ungkapan kata bijak “Your future depends on your decisions” dan sebaliknya keputusan yang salah akan membawa kerugian, bahkan mendatangkan malapetaka. Dengan demikian pengambilan keputusan juga dapat diartikan sebagai awal dimulainnya suatu perubahan, artinya begitu keputusan diambil dan dilaksanakan akan merubah situasi, diharapkan dengan keputusan tersebut situasi akan menjadi lebih baik. 2. Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan Berbagai pendekatan dalam mengambil keputusan, seperti dengan menggunakan pendekatan rasional yaitu dengan cara menganalisis vareabel-vareabel terkait, 1



menggunakan metode tertentu, dengan tahapan yang jelas, dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka yang memiliki kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat dan menggunakannya. Dengan proses tersebut maka keputusan rasional mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil. Dengan alasan tersebut maka para pemimpin berupaya untuk berlomba-lomba mengambil keputusan dengan metode rasional, yaitu dengan menggunakan berbagai metode analisis seperti SWOT, Cause and Effect Analysis, Value Chain Analysis dan sebagainya. Metode pengambilan keputusan rasional memang merupakan metode yang diunggulkan oleh berbagai pihak, namun hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya benar dalam arti tidak dapat merubah situasi menjadi lebih baik atau memberikan benefit seperti yang diharapkan, bahkan terdapat keputusan yang merugikan. Ini dibuktikan dengan adanya organisasi yang merugi dan gulung tikar. Dengan alasan tersebut maka dapat diambil simpulan bahwa tidak selamanya pengambilan keputusan rasional membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Ketidak berhasilan dalam pengambilan keputusan rasional tersebut disebabkan adanya pra kondisi yang tidak dapat dipenuhi. Prakondisi tersebut adalah (1) analisis harus dilakukan oleh profesional, (2) menggunakan metode analisis yang tepat (3) didukung dengan data yang lengkap, akurat dan terkini, dan (4) tersedia cukup waktu. Pengambilan keputusan merupakan wilayah profesional, misalkan untuk memprediksi penyakit yang akan timbul pada musim banjir, merupakan kewenangan para dokter, sedangkan untuk memprediksi inflasi pada musim kemarau adalah para ekonom, tentunya dengan dibantu pihak terkait dalam mengumpulkan data. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua pengambilan keputusan dilakukan oleh para profesional karena keterbatasan kewenangan. Pada kasus tertentu, para profesioanal terbatas untuk melakukan kegiatankegiatan mengidentifikasi dan menganalisis masalah, memberikan alternatif solusi, dan menyiapkan rekomendasi, sedangkan keputusan diambil oleh para pemimpin yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memutuskan, sehingga sering terjadi, rekomendasi hasil analisis tidak diterima. Ini membuktikan bahwa para pemimpin disamping memperhatikan hasil analisis juga menggunakan cara lain dalam mengambil keputusan seperti pada ilustrasi berikut. Dalam Robbins, Joe Gracia, vice president suatu perusahaan telah pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi pembangunan pabrik baru. Ia merencanakan membangun pabrik baru untuk memproduksi komponen elektronik satelit komunikasi di Atlanta. Untuk memutuskan lokasi tersebut, ia menunjuk konsultan untuk melakukan kajian atas 5 alternatif lokasi pabrik baru. Laporan hasil kajian menunjukkan bahwa Atlanta menduduki ranking ke 3, sehingga Atlanta bukan lokasi yang direkomendasikan. Setelah mempelajari dan mencermati laporan hasil kajian, ia menyatakan tidak setuju dengan simpulan yang dihasilkan, dan mengatakan, “meskipun direkomendasikan, saya berpendapat bahwa, angka, tidak dapat menggambarkan situasi secara keseluruhan”. Selanjutnya, dengan intuisinya ia mengatakan bahwa Atlanta akan terbukti menjadi lokasi pabrik yang paling baik sepanjang masa. Pra kondisi ke dua adalah pemilihan metode analisis yang tepat merupakan syarat mutlak dalam menganalisis. Jika metode analisis dianalogkan dengan alat, misalnya alat potong, maka sebelum memotong suatu obyek, terlebih dahulu harus dipilih alat potong yang tepat dan sesuai dengan obyek yang akan dipotong. Kesalahan dalam memilih alat 2



potong akan menyulitkan proses dalam memotong dan mengurangi kualitas hasil. Misalnya untuk menebang pohon besar akan dipilih senso sebagi alat potong, sehingga proses penebangan pohon dapat efisien dengan hasil yang memuaskan, sedangkan jika akan memotong rumpun cukup dengan menggunakan gunting. Mungkinkah memotong rumput dengan senso, dan menebang pohon besar dengan gunting?. Begitu pula dalam menganalisis, terlebih dahulu harus dipilih alat analisis yang sesuai dengan obyek yang dianalisis. Analogi ini penting untuk menjelaskan bahwa kesalahan pemilihan metode analisis akan berakibat fatal, yaitu kesulitan dalam proses analisis dan pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang salah. Sebagai contoh dalam menganalisis masalahmasalah makro dapat digunakan analisis SWOT. Masalah makro banyak dipengaruhi oleh vareabel eksternal, oleh karena itu harus dipilih alat analisis yang mencakup dan cocok untuk menganalisis vareabel eksternal. Analisis SWOT merupakan metode analisis dimana vareabel-vareabel dikelompokkan menjadi dua yaitu vareabel internal terdiri dari S (Strengths), W (Weaknesses), dan vareabel eksternal yaitu O (Opportunities), dan T (Threats). Oleh karena analisis SWOT mencakup vareabel eksternal maka cocok diperguanakan untuk menganalisis masalah makro. Pra kondisi berikutnya adalah data yang lengkap, akurat dan terkini. Praktek di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan data sering tidak dapat dipenuhi, atau mungkin terlalu banyak data yang tersedia tetapi tidak terkait dengan permasalahan dan tidak diperlukan sehingga menyulitkan dalam memilah antara data yang relevan dan tidak, antara data yang penting dan tidak, dan antara data yang akurat dan tidak, padahal keputusan harus segera diambil. Pra kondisi terakhir dalam pengambilan keputusan rasional adalah tersedianya waktu yang cukup untuk (1) menentukan permasalahan riil di lapangan, (2) mengidentifikasi masalah, (3) menganalisis masalah, (4) membuat alternatif solusi, (5) memilih solusi terbaik, dan (6) membuat analisis masalah potensial. Masingmasing tahapan tersebut cukup memakan waktu panjang padahal keputusan harus segera diambil, dan jika tidak, akan berdampak luas. Pra kondisi tersebut di atas harus dipenuhi untuk mendapatkan keputusan yang tepat. Pertanyaannya, mungkinkah? Jika pra kondisi tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan keadaan yang ambigu, tertundanya waktu pengambilan keputusan dan hasil keputusan yang tidak tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut sering digunakan intuisi. Hal ini dilakukan oleh karena keadaan ambigu tidak dapat dipikir secara rasional, misalnya informasi kualitatif yang harus diberi makna dan disajikan secara dikuantitatif atau dalam bentuk angka. Sebagai contoh, dalam proses analisis diperlukan bobot dan nilai suatu keadaan, seperti berapa besar kontribusi masing-masing sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan?, berapa besar kontribusi SDM dalam mewujudkan tujuan organisasi?, berapa besar kontribusi aset organisasi dalam mencapai sukses?, berapa besar pengaruh faktor lingkungan terhadap keberhasilan organisasi?, dan berapa besar keterkaitan antar sumber daya yang dimiliki?, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab secara kuantitatif agar permasalahan dapat dianalisis. Untuk mengatasi situasi tersebut sering digunakan intuisi. Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan, sebagai pendekatan untuk merespon suatu fenomena, dan sebagai suatu proses berfikir. Taylor and Francis Group 2010, mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir. Group tersebut menyatakan bahwa input dan proses dikelola dengan menggunakan pengetahuan 3



yang diperoleh dari proses pembelajaran yang lama dan telah diakumulasikan dalam memori. Pengelolaan input tersebut merupakan proses otomatis dengan tanpa menggunakan pikiran sadar. Dari input dan proses tersebut diperoleh output berupa perasaan (feeling) sebagai dasar untuk mengembangkan intuisi. Intuisi juga dapat didefinisikan sebagai perasaan untuk mengenali sesuatu dengan tanpa penjelasan, tetapi intuisi bukan sesuatu yang mesterius. Inilah yang membuat intuisi menjadi menarik untuk dipelajari. Berdasarkan pengertian di atas, maka intuisi dibentuk dari proses yang panjang, otomatis, tidak menggunakan pikiran sadar, dan tidak dapat dijelaskan asal usulnya. Intuisi dikembangkan dari pengetahuan yang telah lama diperoleh dan diakumulasikan di dalam memori. Dalam Weil, Kakabadse menyatakan bahwa intuisi merupakan metode yang syah (legitimate) dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya, Kakabadse juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi digunakan dalam situasi ambigu, tidak stabil atau pada waktu terdapat informasi yang berlebihan. Senada dengan Kakabadse, Robbins (2001), menyatakan bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi dapat dilakukan pada kondisi (1) ketidak pastian yang tinggi, (2) keterbatasan / ketidak lengkapan bukti, (3) tidak dapat diprediksinya vareabel secara rasional / ilmiah, (4) terbatasnya fakta, (5) tidak sepenuhnya fakta terkait dengan permasalahan, (6) terbatasnya data untuk analisis, (7) terdapat beberapa alternatif solusi yang baik dan argumentatif, dan (8) keterbatasan waktu. Seperti telah disajikan di atas bahwa terdapat hubungan erat antara pengalaman dengan intuisi, semakin banyak mpengalaman semakin baik intuisi yang dihasilkan. Sebagai ilustrasi, berikut disampaikan hasil riset tentang hubungan antara pengalaman dengan intuisi. Robbins dan Judge (2009) menyampaikan hasil riset tentang pemain catur. Riset tersebut memilih pemain catur pemula dan pemain tingkat grandmaster sebagai obyek yang diteliti. Mereka diminta untuk mengamati 25 buah anak catur yang disusun di atas papan catur seperti pada permainan catur sesungguhnya /riil. Setelah 5 sampai 10 detik, anak catur tersebut dipindahkan, dan mereka diminta mengembalikan masing-masing anak catur pada posisi semula. Ternyata, pemain pemula hanya dapat menempatkan 6 buah anak catur yang benar, sedangkan pemain grandmaster dapat menempatkan 24. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan meletakkan lagi 25 buah anak catur di atas papan catur secara acak, kemudian dipindahkan. Mereka diminta untuk menyusun kembali anak catur tersebut pada posisi semula. Ternyarta hasilnya sama antara pemain pemula dengan pemain grandmaster yaitu masing-masing menempatkan sekitar 6 anak catur yang benar. Permainan tersebut menunjukkan bahwa intuisi terkait erat dengan pengalaman seseorang. Pada permainan pertama pemain grandmaster jauh lebih unggul dari pada pemain pemula, oleh karena pemain grandmaster telah berpengalaman ribuan kali dalam bermain catur, mereka mampu mengenali posisi dan pengelompokkan anak catur yang sedang dimainkan. Robbins dan Judge (2009) juga menyatakan bahwa pemain catur profesional mampu bermain 50 permainan secara simultan, sehingga keputusan hanya diambil dalam hitungan detik. Pada permainan kedua, menunjukkan bahwa kemampuan pemain grandmaster sama dengan kemampuan pemain pemula, oleh karena anak catur disusun secara acak atau bukan pada posisi permainan yang sebenarnya, sehingga mereka sama-sama tidak mempunyai pengalaman. Dengan tidak adanya pengalaman, mereka kesulitan dalam mengidentifikasi, mengelompokkan, dan mempolakan posisi anak catur tersebut, dan pada akhirnya mereka tidak mampu menempatkan kembali anak catur pada posisi semula. Hasil riset tentang intuisi berikutnya, Klein (2002), menyatakan bahwa 90% keputusan penting diambil berdasarkan intuisi. Walaupun pengambilan keputusan dengan intuisi sering dilakukan, namun para pengambil keputusan tidak secara eksplisit menyatakan bahwa keputusan berasal dari intuisi. Biasanya setelah keputusan ditetapkan, kemudian dimunculkan dalam model rasional, agar secara formal dapat akuntabilitaskan, dan dijelaskan mengapa keputusan tesebut diambil. Dengan uraian tersebut maka seorang 4



pemimpin harus mempunyai kemampuan intuitf yang baik. Kemampuan dikembangkan oleh karena kemampuan intuitif merupakan kemampuan membedakan antara pemimpin satu dengan pemimpin lainnya. Semakin baik intuitif yang dimiliki, semakin sukses pemimpin tersebut. Untuk meningkatkan intuitif, perlu diperhatikan kiat-kiat berikut.



intuitif perlu yang dapat kemampuan kemampuan



1) Menyiapkan kondi fisik Intuisi akan dapat bekerja manakala badan sehat / fit, dengan perasaan tenang, senang dan situasi yang nyaman. Sebaliknya intuisi sulit timbul pada kondisi sakit, lelah sedih, galau, takut dan perasaan negatif lainnya. 2) Mengembangkan pengalaman Pengalaman daoat dikembangkan dengan cara mencatat dan mengevaluasi kejadian penting yang telah kita alami, merenungkan, dan menginternalisasi makna kejadian tersebut pada suasana yang tenang. Pengalaman juga dapat dikembangkan dari orang lain yang telah melakukan. Pengalaman orang lain yang telah dikemas dalam bentuk informasi kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, dan dianalisis untuk mendapatkan suatu simpulan. Simpulan tersebut kita internalisasi, ingat-ingat dalam memori, untuk membangkitkan intuisi dalam merespon kejadian-kejadian. 3) Belajar Belajar dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan, seminar, dan membaca buku dsb. Dengan belajar maka pengetahuan dan wawasan seseorang akan bertambah dan selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan intuisi untuk memberikan menilai atas situasi yang terjadi. 4) Mengamati momen timbulnya intuisi Momen timbulnya intuisi setiap orang tidak sama, misalnya ada yang momennya datang pada waktu sedang di kamar kecil, pada waktu di pantai, pada waktu menikmati musik dan sebagainya. Untuk itu setiap orang perlu mengobservasi momen-momen yang tepat bagi dirinya yang dapat memunculkan intuisi. Dalam psikologi, Lang (2011), intuisi timbul dari pikiran dibawah sadar dimana pikiran dibawah sadar mengalir gelombang theta yang dibarengi dengan munculnya kecerdasan diri. 5) Melatih diri Melatih diri untuk berintuisi, dengan cara memprediksi kemungkinan apa yang akan terjadi, misalnya secara sederhana dengan memprediksi situasi yang akan datang dari kejadian kecil, misalnya memprediksi siapa yang sms / menelpon pada waktu nada panggil handphone berdering?, apakah rapat akan dimulai tepat waktu?, dan sebagainya. Dapat juga berlatih dengan memprediksi keadaan yang akan terjadi sesuai bidang profesi masingmasing. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan metode rasional dan intuisi secara simultan. Weil (2008) menyatakan bahwa metode rasional dan intuisi merupakan dua metode penting yang saling melengkapi (komplementer) dalam proses pengambilan keputusan. 3. Simpulan 1) Pengambilan keputusan dengan metode rasional harus dilakukan oleh profesional dibidang terkait, dengan menggunakan metode analisis tertentu, dan tahapan yang jelas sehingga dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil. Kelemahan utama pengambilan keputusan rasional adalah kurang tersedianya data yang akurat, lengkap, dan terkini. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan intuisi. 2) Pengambilan keputusan dengan intuisi digunakan dalam keadaan: (a) ketidak pastian yang tinggi, (b) keterbatasan / ketidak lengkapan bukti, (c) tidak dapat diprediksinya 5



vareabel secara rasional / ilmiah, (d) terbatasnya fakta, (e) tidak sepenuhnya fakta terkait dengan permasalahan, (f) terbatasnya data untuk analisis, (g) terdapat beberapa alternatif solusi yang baik dan argumentatif, (h) keterbatasan waktu. 3) Kemampuan intuisi dapat dikembangkan dengan menambah pengalaman dan pengetahuan (knowledge). Pengalaman dan pengetahuan yang telah lama disimpan dalam memori dipergunakan untuk melatih diri dalam memprediksi kejadian yang akan datang. 4) Cara meningkatkan kemampuan intuitif yaitu dengan, meingkatkan kondisi fisik, mengembangkan pengalaman, belajar, mengamati momen timbulnya intuisi, dan melatih diri. Intuisi yang baik muncul pada waktu perasaan tenang dan santai, dan pada momen yang berbeda pada setiap orang. 5) Dalam praktek, pengambilan keputusan dengan metode rasional dan intuisi sering dipergunakan secara simultan sehingga saling melengkapi (komplementer), walaupun setelah keputusan tersebut diambil para pengambil keputusan berupaya untuk mengemas keputusan tersebut dalam bentuk rasional dengan maksud agar dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan mengapa keputusan tersebut diambil. Semoga bermanfaat bagi pembaca terhormat



DAFTAR PUSTAKA Group, Taylor and Trancis, 2010, Intuition In Judgement and Decision Making, Taylor & Francis e-Library: new York Klein, Gary, 2003, The Power of Intuition, Doubleday: New York Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo., 2010, Organizational Behavior, New York: McGraw-Hill Companies, Inc Luthans, Fred, 2002, Organizational Behavior, New York: McGraw-Hill. Robbins, Stephen P, 2001, Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Robbins, Stephen P, dan Judge, Timothy A., 2009, Organizationl Bihavior, Pearson Education,Inc:New Jersey. Weil, Karina, 2008, American and Brazilian Banks Leaders’ Perceptions and Practices, Author House: Indiana Wheelen, Thomas L, dan Hunger, J. David, 2004, Strategic Management and Business Policy, Pearson Prentice Hall: New Jersey Loki, Lang, Gelombang Otak Theta, http://lang8088.blogspot.com/2011/12/gelombangotak-theta.html#.Ut31EoUxXDc, download 21 Januari 2014.



* Penulis adalah Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan BPPK, Kementerian Keuangan Magelang



6