Artikel Kerupuk Tulang Ikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Suara.com - Krupuk Tuiri dari Bengkulu saat ini menjadi cemilan favorit di kota asalnya. Menariknya, kerupuk ini berbahan dasar dari tulang ikan tenggiri. Karena rasanya yang enak dan memiliki gizi tinggi karena bahan dasarnya tulang ikan tenggiri, Krupuk Tuiri kini telah dipasarkan hampir di seluruh kota di Indonesia. Krupuk Tuiri adalah hasil dari ide kreatif seorang pemuda bernama Muhammad Rofiq Akbar. Awalnya, Rofiq melihat banyaknya limbah tulang ikan tenggiri yang dekat dari rumahnya. Dalam satu bulan, kurang lebih satu ton tulang ikan tenggiri dibuang dan tidak dimanfatkan di kota Bengkulu. Rofiq pun kemudian mencari ide bagaimana agar limbah tulang ikan tenggiri itu bisa dimanfaatkan. Bersama dua temannya, Rofiq kemudian mempunya ide membuat kerupuk dari tulang ikan tenggiri. Mereka mulai melakukan eksperimen hingga puluhan kali, sebelum akhirnya mendapat hasil sesuai yang mereka ingikan. Beberapa kali melewati kegagalan, akhirnya terciptalah olahan kerupuk yang mereka namakan Krupuk Tuiri. Krupuk Tuiri sendiri merupakan singkatan dari Krupuk Tulang Ikan Tenggiri. Kadang sering juga disebut dengan Krupuk Kalsium Tulang Ikan Tenggiri. Karena rasanya yang enak dan memiliki gizi tinggi karena bahan dasarnya tulang ikan tenggiri, Krupuk Tuiri kini telah dipasarkan hampir di seluruh kota di Indonesia. Krupuk Tuiri adalah hasil dari ide kreatif seorang pemuda bernama Muhammad Rofiq Akbar. Awalnya, Rofiq melihat banyaknya limbah tulang ikan tenggiri yang dekat dari rumahnya. Dalam satu bulan, kurang lebih satu ton tulang ikan tenggiri dibuang dan tidak dimanfatkan di kota Bengkulu. Rofiq pun kemudian mencari ide bagaimana agar limbah tulang ikan tenggiri itu bisa dimanfaatkan. Bersama dua temannya, Rofiq kemudian mempunya ide membuat kerupuk dari tulang ikan tenggiri. Mereka mulai melakukan eksperimen hingga puluhan kali, sebelum akhirnya mendapat hasil sesuai yang mereka ingikan. Beberapa kali melewati kegagalan, akhirnya terciptalah olahan kerupuk yang mereka namakan Krupuk Tuiri.



Krupuk Tuiri sendiri merupakan singkatan dari Krupuk Tulang Ikan Tenggiri. Kadang sering juga disebut dengan Krupuk Kalsium Tulang Ikan Tenggiri. "Di dalam tulang ikan tenggiri terdapat banyak gizi dan kegunaan untuk tubuh, seperti vitamin D, zat besi, kalsium dan sebagainya," kata Muhammad Rofiq Akbar kepada wartawan. Rofiq dan kawan-kawan berhasil membuat kerupuk yang enak dari tulang ikan tenggiri. Tapi, bukan berarti mereka bisa begitu saja menjual Kerupuk Tuiri ke konsumen. Kali ini, mereka menghadapi tantangan bagaimana mengemas dan memasarkan Krupuk Tuiri ini. Dengan semangat dan pantang menyerah, Rofiq dan kawan-kawan pun akhirnya menemukan desain kemasan yang keren. Muhammad Rofiq Akbar dan rekannya juga sering mengikuti berbagai ajang kompetisi bisnis dengan membawa produk Krupuk Tuiri. Bersaing dengan ratusan proposal dan puluhan Perguruan Tinggi tidak membuat mereka gentar. Hingga di tahun 2019, akhirnya mereka bisa memenangkan kompetisi yang diadakan oleh Wapres Jusuf Kalla. Kerupuk Tuiri pun makin dikenal. Krupuk tuiri mempunyai banyak varian rasa seperti Original, Balado Jeruk, Spicy BBQ, Jagung Bakar Pedas manis, dan Cheese Corn yang dapat menarik peminat yang memiliki ragam selera. "Alhamdulillah Kerupuk Tuiri ada beberapa varian yang dapat di minati selera masing-masing. Selain kerupuk kami enak dan sehat, harga juga terjangkau dan sudah tersertifikasi Halal MUI," imbuh Muhammad Rofiq Akbar lagi. Saat ini Krupuk Tuiri telah terjual sampai 100.000 bungkus lebih. Mereka juga sudah memiliki berbagai macam varian rasa dengan sistem penjualan reseller dan distributor dan sudah tersebar di puluhan kota di Indonesia.



JawaPos.com – Tulang ikan kerap dianggap sebagai limbah dan berakhir di bak sampah. Namun di tangan Burlian Topo, tulang ikan bisa menjadi barang bernilai ekonomi. Suami Hj Eliza itu memulai usaha sejak 25 tahun silam. Usaha pertamanya bukan tulang ikan. Melainkan daging ikan gabus yang dibuat menjadi kerupuk. Namun, persaingan usaha membuatnya terpuruk. Banyak pengusaha yang menjalankan bisnis serupa. Ditambah dengan mahalnya daging ikan. “Usaha pertama berjalan selama lima tahun. Tapi terus mengalami penurunan hingga akhirnya saya dan istri sepakat untuk menyetop usaha tersebut,” kata pria berusia 63 tahun saat berbincang santai di kediamannya, Jalan Sukarjo H Wardoyo, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Keterpurukan sempat membuatnya putus asa. Di sisi lain, Topo harus terus berusaha agar mampu menafkahi keluarga. Terlebih, pria berambut putih itu hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Sehingga peluang untuk bekerja di perusahaan sangat minim. Hingga suatu hari, Topo mendapat sebuah ide setelah berkeliling pasar di dekat rumahnya. Ia melihat para pedagang ikan membuang tulang ikan begitu saja. Bahkan dalam jumlah yang banyak. Tulang ikan kerap dianggap sebagai limbah dan berakhir di bak sampah. Namun di tangan Burlian Topo, tulang ikan bisa menjadi barang bernilai ekonomi. Suami Hj Eliza itu memulai usaha sejak 25 tahun silam. Usaha pertamanya bukan tulang ikan. Melainkan daging ikan gabus yang dibuat menjadi kerupuk. Namun, persaingan usaha membuatnya terpuruk. Banyak pengusaha yang menjalankan bisnis serupa. Ditambah dengan mahalnya daging ikan. “Usaha pertama berjalan selama lima tahun. Tapi terus mengalami penurunan hingga akhirnya saya dan istri sepakat untuk menyetop usaha tersebut,” kata pria berusia 63 tahun saat berbincang santai di kediamannya, Jalan Sukarjo H Wardoyo, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Keterpurukan sempat membuatnya putus asa. Di sisi lain, Topo harus terus berusaha agar mampu menafkahi keluarga. Terlebih, pria berambut putih itu hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Sehingga peluang untuk bekerja di perusahaan sangat minim.



Hingga suatu hari, Topo mendapat sebuah ide setelah berkeliling pasar di dekat rumahnya. Ia melihat para pedagang ikan membuang tulang ikan begitu saja. Bahkan dalam jumlah yang banyak. Sehingga muncul keinginan untuk mengolahnya. “Ya, saya orangnya memang hobi untuk coba-coba. Kebetulan banyak kenalan orang di pasar jadi saya minta saja tulang ikannya,” terang Topo. Eksperimen pertama berjalan mulus. Topo berhasil mengubah tulang ikan menjadi kerupuk meski belum dalam jumlah yang besar. Karena untuk melakukan produksi massal membutuhkan biaya cukup besar. Harga bahan bakunya tergolong mahal. “Usaha tersebut cukup berhasil dan diminati masyarakat. Terutama di Palembang,” ungkap kakek tiga cucu itu. Kemudian sekitar tujuh tahun silam, Topo kembali mendapatkan ide untuk mengubah bahan baku krupuk tulang ikan. Tujuannya agar kualitas lebih baik dan dana yang dikeluarkan lebih ekonomis. Eksperimen kedua pun berhasil. Bahkan, ia mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar tanpa menurunkan kualitas usaha. Bukan hanya membuat krupuk dari tulang ikan gabus. Topo juga memproduksi kripik crispy dari kulit ikan belido. “Alhamdulillah, lancar sampai sekarang usahanya dan sudah banyak pelanggan. Baik dari Palembang, Medan, Bandung dan lain sebagainya,” tutur Topo. Pria yang dulunya berprofesi sebagai tukang kayu itu mengaku dalam sehari mengolah tulang ikan sebanyak 20 kilogram. Semua hasil produksinya langsung ludes terjual. Dalam satu bulan, pemasukan yang mampu diraupnya mencapai Rp 10 juta. Dengan keuntungan tersebut, Topo mampu menafkahi keluarga. Termasuk menyekolahkan kedua anaknya, menunaikan ibadah haji dan umrah bersama sang istri tercinta. Kini, Topo mempekerjakan sekitar 10 karyawan. Ia juga mendapatkan penghargaan sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) inovatif hingga mampu berjabat tangan dengan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Selain usaha krupuk dari tulang ikan saya juga ditopang bisnis pembuatan alat pengolahan ikan. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur semuanya dapat terpenuhi. Bahkan mampu bersalaman dengan presiden. Ini sungguh tidak terduga bagi seorang lulusan SD,” ucapnya. Untuk itu, Topo selalu mengingatkan kepada anak dan cucunya untuk terus berusaha dan ciptakan ide kreatif. Karena ini akan sangat membantu dalam kehidupan mereka. Ia juga mengaku tidak sungkan untuk memberikan informasi kepada setiap orang yang ingin belajar membuat usaha krupuk tulang ikan. Sebab hal itu salah satu ladang amal. “Kalau ada yang ingin belajar, ya saya ajarkan. Karena cuma itu yang dapat saya berikan dan saya bantu,” tukas Topo.



Palembang – Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan telah melaksanakan Pelatihan Teknologi Pengolahan Kerupuk Tulang Ikan Patin. Kegiatan tersebut merupakan salah satu penerapan Kegiatan Peningkatan Inkubasi Bisnis dan TeknologiTahun Anggaran 2015 dan merupakan keberlanjutan Program Kegiatan Olahan Pindang Patin Kaleng yang telah dilaksanakan Balitbangnovda pada Tahun 2014 yang lalu (prototype). Pada Kegiatan Pindang Patin Kaleng, badan ikan patin dimanfaatkan sebagai bahan baku pindang, sedangkan kepala, ekor dan tulang/duri ikan patin belum dimanfaatkan. Oleh karena itu pada Tahun 2015 ini, diadakan Kegiatan Pelatihan Teknologi Pengolahan Kerupuk Tulang Ikan Patin dengan pemikiran konsep Zero Waste yaitu penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah/limbah ikan patin secara terpadu sehingga dapat mengurangi volume limbah patin sesedikit mungkin, serta menumbuhkembangkan industri kecil kerupuk tulang patin yang dapat dikelola oleh masyarakat di Sumatera Selatan. Pelatihan ini secara resmi oleh Kepala Badan Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan Bpk. DR. Drs. Alamsyah, M.Pd dan dilanjutkan pengarahan dari Kepala Bidang Inovasi Bpk. Samsudin, SE, MM sebagai penanggungjawab kegiatan. Jumlah peserta yang hadir 30 Orang, berasal dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu Pesantren Amalul Khoir, MTS. Azahra, SMK Negeri 6 Palembang, UMK UNSRI dan Perguruan Tinggi PGRI Perikan. Dalam pelatihan tersebut, peserta diberikan materi paparan dari narasumber dan praktek langsung pembuatan kerupuk tulang ikan patin. Untuk praktek pembuatan kerupuk tulang ikan patin, peserta dipandu oleh Tim Inovasi Balitbangnovda dan Bapak Topo yang merupakan pelaku usaha/tenant Binaan Balitbangnovda yang juga telah berhasil mencipkankan formula kerupuk tulang ikan patin dengan rasa renyah dan gurih. Pada prinsipnya pembuatan kerupuk tulang patin mirip dengan pembuatan kerupuk kemplang ikan patin hanya saja bahan baku dasarnya adalah tulang patin