Asas Asas Pengembangan Kurikulum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



Oleh :



Nama



: Muhammad Ilham S



NIM



: 10540927614



Kelas



:H



Semester



: 2 (Genap)



Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar 2015



ii



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul



“ASAS-ASAS



PENGEMBANGAN KURIKULUM” dapat terlaksana dengan baik. Dalam mengerjakan makalah ini, penulis banyak menemui berbagai hambatan tetapi melalui ketekunan, dan kerja keras, serta do'a kepada Allah SWT akhirnya makalah ini dapat juga selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan sumbang saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memperbaiki isi maupun teknik penulisannya yang akan penulis terima dengan lapang dada. Penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu baik bantuan berupa moril maupun materi. Semoga aktivitas keseharian kita senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT dan semoga makalah ini dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi kita semua. Amin Yarabbal Alamin Makassar, April 2015



Penulis



iii



DAFTAR ISI



SAMPUL .........................................................................................................



i



KATA PENGANTAR .....................................................................................



ii



DAFTAR ISI ....................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN ................................................................................



1



A. Latar Belakang ...............................................................................



1



B. Rumusan Masalah ..........................................................................



1



C. Tujuan ............................................................................................



1



D. Manfaat ..........................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN .................................................................................



3



A. Apakah pengertian kurikulum dan asas pengembangan kurikulum .......



3



B. Apa saja macam-macam asas pengembangan kurikulum ...................... 1. Asas Filosofis .................................................................................. 2. Asas psikologis ................................................................................ 3. Asas sosiologis ................................................................................ 4. Asas organisatoris ............................................................................ 5. Asas ilmu pengetahuan dan teknologi serta...................................... C. Apa saja yang termasuk faktor pengembangan kurikulum? 1. Pergutuan Tinggi ............................................................................. 2. Masyarakat ....................................................................................... 3. Sistem Nilai .....................................................................................



BAB III SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................



29



A. SIMPULAN ...................................................................................



29



B. SARAN ..........................................................................................



29



DAFTAR PUSTAKA



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kurikulum memilki peranan penting dalam sistem pendidikan. Hal ini dikarenakan selain kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, kurikulum juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan,



mengingat



pentingnya



peran



kurikulum



di



dalam



perkembangan pendidikan kehidupan manusia secara umum. Mengingat



pentingnya



kurikulum, desain



kurikulum



harus



dilaksanakan berdasarkan konsep pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan nilai moral, sehingga visi dan misi kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk pribadi yang kuat. Selain itu, dalam pengembangan kurikulum juga diperlukan landasan atau asas yang kuat agar hasil pendidikan terjamin kualitasnya. Asas-asas utama dalam pengembangan kurikulum yaitu asas filosofis, psikologis, sosiologis, ilmu pengetahuan dan teknologi serta organisatoris. Di dalam makalah ini akan dipaparkan lebih rinci dan mendetail mengenai pengertian dari asas pengembangan kurikulum dan hal-hal apa saja yang terkait dengan ke lima asas pengembangan kurikulum tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari kurikulum dan asas pengembangan kurikulum? 2. Apa saja macam-macam asas pengembangan kurikulum? 3. Apa saja yang termasuk faktor pengembangan kurikulum? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum dan asas pengembangan kurikulum 2. Untuk mengetahui macam-macam asas pengembangan kurikulum 3. Untuk mengetahui faktor-faktor pengembangan kurikulum



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kurikulum Dan Asas Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dibidang olah raga, yaitu kata “currere” yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai finish. Jarak dari start sampai dengan finish disebut correre. Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Hingga dewasa ini definisi tentang kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar banyak sekali, dan antara satu definisi dengan definisi lain tidak sama. Walaupun begitu, terdapat satu hal yang sering disebut dalam kurikulum, yaitu bahwa kurikulum berhubungan dengan perencanaan aktivitas siswa. Perencanaan itu biasanya dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai sejumlah tujuan. Sedangkan dalam pengembangannya kurikulum harus berpijak pada landasan-landasan atau asas-asas yang kuat dan kokoh. Karena asas kurikulum dapat dijadikan titik tolak, artinya pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaharuan tertentu, misalnya penemuan teori-teori baru dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi lembaga pendidikan itu. Sedangakan sebagai titik akhir, berarti pengembangan kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan perkembangan tertentu, seperti ilmu pengetahuan, perbedaan latar belakang, nilai-nilai filasafat suatu masyarakat, dan tuntutan-tuntutan kebudayaan tertentu. Secara umum asas-asas pengembangan kurikulum terdiri dari asas filosofis, asas psikologis, asas sosial-budaya, asas ilmu pengetahuan dan teknologi serta asas organisatoris.



3



B. Macam-Macam Asas Pengembangan Kurikulum Mengembangkan kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana karea banyak hal yang harus dipertimbangkan dan banyak pertanyaan yang dapat diajukan untuk diperhitungkan. Misalnya : Apakah yang ingin dicapai, manusia yang bagaimana yang diharapkan akan dibentuk? Apakah akan diutamakan kebutuhan anak pada saat sekarang atau masa mendatang? Apakah hakikat anak harus dipertimbangkan, ataukah ia diperlukan sebagai orang dewasa? Apakah kebutuhan anak itu ? Apakah harus dipentingkan anak sebagai individu atau sebagai anggota kelompok? Apakah yang harus dipentingkan, mengajarkan kejujuran atau memberikan pendidikan umum? Apakah pelajaran akan didasarkan atas disiplin ilmu ataukah dipusatkan pada masalah sosial dan pribadi? Apakah semua anak harus mengikuti pelajaran yang sama ataukah ia diizinkan memilih pelajaran sesuai dengan minatnya? Apakah seluruh kurikulum sama bagi semua sekolah secara uniform, atau diberi kelonggaran untuk menyesuaikannya dengan keadaan daerah? Apakah hasil belajar anak akan diuji secara uniform ataukah diserahkan pada penilaian guru yang dapat mempelajari anak itu dalam segala aspek selama waktu yang panjang?. Semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiap kurikulum yakni :  Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.  Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a. psikologi anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.  Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusi berpa pengetahuan, dan lain-lain.  Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.



4



Asas-asas tersebut akan penulis paparkan beikut ini : 1. Asas Filosofis Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis, adalah sebagai sarana bagi manusia untuk memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika di bidang pendidikan. Abdullah Jalaluddin H (2011:9). Filsafat sangat penting karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek kurikulum. Untuk tiap keputusan harus ada dasrnya. Filsafat adalah cara berpikir yang sedalam-dalamnya,yakni sampai akarnya tentang hakikat sesuatu. Ada orang yang berpendapat bahwa guru tak perlu mempelajari filsafat, karena sangat abstrak dan karena itu tak praktis dan tidak ada manfaatnya bagi pekerjaannya. Pendirian itu terlampau picik, karena apa yang dilakukan guru harus didasarkan pada apa yang dipercayai, diyakininya sebagai benar dan baik. Filsafat itu antara lain menentukan kepercayaan kita tentang apakah hakikat manusia, khususnya hakikat anak dan sifat-sifatnya, apakah sumber kebenaran dan nilai-nilai yang hendaknya menjadi pegangan hidup kita, tentang apakah yang baik, apakah hidup yang baik, apakah yang sebaiknya diajarkan kepada anak didik ,apakah peranan sekolah dalam masyarakat, apakah peranan guru dalam proses mengajar dan lain-lain. Nasution S (2011:22). Tujuan pendidikan (goal ,objektive, atau purpose) berfungsi bukan saja bersifat mengarahkan, tetapi juga menjadi dasar dalam menentukan isi pelajaran, metode dan prosedur pengajaran maupun penilaian, bahkan mendasari motivasi kerja murid dan guru sekolah. Melihat fungsi yang sedemikian penting ini, maka jelaslah bahwa tujuan bahwa tujuan pendidikan merupakan dasar yang sangat penting dalam penyusunan kurikulum . oleh karena itu, sewajarnyalah jika tujuan pendidikan mendapat kesempatan pertama dalam pembahasan masalah kurikulum ini, dalam rangka realisasi sistem pendidikan nasional. Oemar Hamalik (2013:59-60).



5



Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan menimbulkan kurikulum yang tidak menentu arahnya.kini terdapat berbagai aliran filsafat, masing-masing dengan dasar pemikiran tersendiri. Nasution S (2011). a. Falsafah Pendidikan Maksud dan tujuan pendidikan disusun berdasarkan kumpulan



pemikiran



falsafah



pendidikan.



Sebuah



tujuan



pendidikan adalah sebuah pernyataan dari pemikiran penulis yang meyakini falsafahnya, yang diarahkan langsung untuk misi sekolah. Oemar Hamalik (2013:61) 1) Perennalialisme Untuk memberikan



menghadapi pemecahan



situasi



krisis



itu,



perenialisme



dengan



jalan



“kembali



kepada



kebudayaan masa lampau” kebudayaan yang di anggap ideal. Abdul Khobir (2009:62). Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang “abadi ,universal dan absolut” Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas ubject atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan ntelektual seperti matematika, fisika, kimia.biologi yang diajarkan. 2) Idealisme Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari “atas”, dari dunia supra-natural dari Tuhan. Filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius, semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama, menghadiri khutbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplin temasuk ketat, pelanggaran diberi hukuman yan setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah. Namun pendidkan intelektual juga



6



sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi. Nasution S (2011:23). 3) Realisme Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Kurikulum ini tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku berbagai disiplin ilmu. 4) Pragmatisme Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitariansme dan berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif dan dapat berubah. Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat sering dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal dengan sumber sosial, politik dan ekonomi guna memperbaiki ekonomi kondisi hidup manusia. 5) Eksistensialisme Filsafat ini menguatamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Sekolah berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggungjawab.



Sekolah



ini



menolak



segala



kurikulum,pedoman, intruksi, buku wajib, dan lain-lain dari pihak



luar.



Anak



harus



mencari



identitasnya



sendiri,



menentukan standarnya sendiri dan kurikulmnya sendiri. Dengan



sendiriannya



mereka



tidak



menempuh ujian nasional. Ibid,hlm.24-25



dipersiapkan



untuk



7



Sekolah tanpa filsafat laksana kapal tanpa kemudi. Filsafat yang berbeda atau bertentangan di kalangan pendidik tak akan membawa bahtera pendidikan ke arah tujuan tertentu. Segala keputusan yang diambil mengenai pendidikan atau kurikulum, bila ditelusuri secara mendalam ,mempunyai dasar filosofis. Sering filsafat yang mendasarinya tidak dinyatakan secara eksplisit. Keputusan tentang PPSI ,CBSA, muatan lokal, Pendidikan dasar 9 tahun, tentu ada dasar falsafahnya. Demikian pula di dalam kelas, bila guru menghukum atau memuji anak, menjalankan disiplin keras atau lunak, mendorong atau melarang anak menjadi penyanyi , membolehkan anak-anak bekerja sama, menyuruh anak mencari data dari lapangan, di belakang itu ada falsafhnya. Tentu diharapkan agar tindakan itu mempunyai dasar filosfis yang konsisten. Ibid,hlm.27 b. Falsafah Negara Pancasila Sebagai Dasar Pendidikan Nasional Dalam ketetapan MPR-RI No. IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Halauan Negara, dikemukakan bahwa “ pendidikan



pada



hakikatnya



adalah



usaha



sadar



untuk



mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup, oleh karenanya ,agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan tersebut merupakan tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oemar Hamalik (2013:64-65). Pancasila yang kita akui dan diterima sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa kita, yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari hari, dijadikan pula filsafat pendidikan kita. Nasution S (2011:29). Setiap negara tentu mempunyai filsafat yang berbeda. Artinya landasan filosofis dan tujuan pendidikannya juga berbeda. Di Indonesia, landasan filosofis pengembangan sistem pendidikan



8



nasional secara formal adalah Pancasila yang terdiri atas lima sila. Implikasinya bagi pengembang kurikulum adalah : 



Nilai-nilai pancasila harus dipelajari secara mendalam dan komprehensif sesuai dengan sifat kajian filsafat, baik dari segi ontologi, epistemologi da aksiologi.







Kelima sila tersebut berisi nilai-nilai moal yang luhur sebagai dasar dan sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan



pada



mengembangkan



setiap



tingkatan



isi/bahan



memilih



kurikulum



dan



,stategi



pembelajaran, media pembelajaran dan sistem evaluasi. Zainal Arifin (2013:51-52). 2. Asas Psikologis Pengembangan kurikulum dipengarui oleh kondisi psikologis individu yang terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntut peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar atau sering disebut proses belajar dalam proses pembelajaran juga terjadi interaksi yang bersifat mutiarah antara peserta didik dengan pendidik (guru). Ibid,hlm. 56. a. Psikologi Anak Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa dan karena



itu



mempunyai



kebutuhan



sendiri



sesuai



dengan



perkembangannya. Baru setelah Rousseauanak itu dikenal sebagai anak dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya, menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Timbullah aliran yang disebut progresif, bahkan kurikulumyang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak, yaitu “Child-contered curriculum”. Kurikulum ini dapat dipandang



9



sebagai reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Tentu saja kurikulum yang begitu ekstrim mengutamakan salah satu dasar akan mempunyai kekurangan-kekurangan. Namun gerakan ini tak dapat tiada menarik perhatian para pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok pemikiran. Nasution S (2011:12). Ada mengatakan, bahwa perubahan yang paling besar dalam pendidikan dalam abad ke 20 ini adalah menonjolnya kedudukan



peranan



anak



dalam



kurikulum. John



Dewey memandangnya sebagai “suatu revolusi” yang menjadikan anak



sebagai



pusat



pendidikan



seperti



perubahan



yang



dicetuskan Cpernicus yang menjadi matahari dan bukan bumi sebagai pusat jagat raya. Bila selama ini anak harus menyesuaikan diri dengan kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa, kini, kurikulumlah yang harus disesuaikan dengan kebutuhan minat, dan taraf perkembangan anak. Sekarang tak mungkin lagi kurikulum dikembangkan



tanpa



memperhitungkan



anak



dan



perkembangannya. Ibid,hlm. 95. Hal-Hal Yang Perlu diperhatikan Dalam Pengembangan  Kurikulum hendaknya disusun dengan mempertimbangkan dan memperhatikan



tingkat



pertumbuhan,



perkembangan



dan



kematangan siswa. Kurikulum tersebut haruslah cocok dan serasi, untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang, harmonis dan menyeluruh, baik jasmani maupun rohani.  Pada dasarnya ,kurikulum disusun untuk memberikan kepuasan atas berbagai kebutuhan siswa. Oleh karena itu penyunan kurikulum sebaiknya didasarkan atas kebutuhan yang di rasakan para siswa tersebut. Kurikulum yang berorentasi pada kebutuhan para siswa atau remaja, biasa disebut “clhild centerd



10



curriculum” berdasarkan kebutuhan, disusun suatu program yang relevan. Bahkan kebutuhan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu sumber dari tujuan dan motivasi kurikuler.  Oleh



karena



mempunyai



makna



yang



besar



terhadap



keberhasilan belajar seseorang, maka faktor minat selayaknya menjadi pertimbangan pula dalam penyusunan kurikulum. Karena itu, pada kurikulum modern biasanya dikembangkan pendidikan berdasarkan minta para anak didik, yang disebut “special



interest



atau general



education”,



selain



pendidikan



education.Dalam kerangka ini



umum



pula, dalam



kurikulum disediakan sejumlah mata pelajaran atau bidang studi yang bersifat pilihan (selektif). Oemar Hamalik (2013:124). b. Psikologi Perkembangan Tujuan akhir pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia-manusia terdidik. Asumsinya, setiap peserta didik dapat dibimbing ,dilatih dan dididik (educade). Mortiner J. Adler (1982) mengemukakan “children are aducable in varying degrees, but variation in degree must be of the same kind and quality of education” juka terjadi kegagalan berarti kegagalan guru, orang tua, dan masyarakat, bukan kegagalan peserta didik karena tidak ada peserta didik yang unteachable. Untuk menjadi manusia terdidik tentu peserta didik tidak dapat hanya mengikuti pendidikan formal saja melainkan harus ditopang dengan pendidikan non formal dan pendidikan informal. Tidak hanya mempelajari pendidikan umum saja melainkan pendidikan agama, pendidikan kejujuran , pendidikan teknologi, pendidikan bahasa dan seni, pendidikan humaniora dan lain-lain sesuai dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional. Seseorang dapat menjadi manusia terdidik apabila ia sudah mencapai kematangan. Kematangan hanya dapat dicapai melalui kehidupan



11



orang dewasa dan kedalaman pengalaman. Zainal Arifin (2013:5158). c. Psikologi Belajar Dalam



mengambil



keputusan



tentang



kurikulum



pengetahuan tentang psikologi anak dan bagaimana anak belajar, sangat diperlukan ,antara lain : Seleksi dan organisasi bahan pelajaran Menentukan kegiatan belajar paling serasiMerencanakan kondisi belajar yang optimal agar tercapai tujuan belajar tercapai. Nasution S (2011:12). Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan belajar. Pengertian belajar banyak ragamnya tergantung teori belajar yang dianut. Namun demikian secara umum , belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat terbentuk



pengetahuan,



ketrampilan



,sikap



atas



nilai-nila.



Perubahan tingkah laku karena insting, kematangan atau pengaruh zat-zat kimia tidak termasuk perbuatan belajar. Zainal Arifin (2013:56). Sekolah berfungsi menciptakan lingkungan belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun suatu program yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan kegiatan belajar secara efisien dan berhasil. Program tersebut dinamakan dengan kuikulum. Itulah sebabnya permasalahan belajar dan psikologi belajar dan sifat-sifat belajar perlu mendapat perhatian dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum. Oemar Hamalik (2013:105). Oleh sebab belajar itu ternyata suatu proses yang pelik dan komplek, maka timbullah berbagai teori belajar yang menunjukan



12



ketidaksesuaian satu sama lain. Penelitian dilakukan untuk lebih mendalam memahami proses belajar ini, banyak di antaranya dengan melakukan eksperimen. Teori belajar



dijadikan dasar



bagi



proses



belajar-



mengajar.Dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum. Nasution S (2011:13). Sebagai kesimpulan implikasi belajar dalam pengembangan kurikulum adalah :  Perencanaan kurikulum harus bersifat fleksibel (luwe) dan menyediakan suatu program yang luas guna pengembangan berbagai pengalaman belajar.  Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan latar belakang siswa dan keseluruhan lingkungannya, agar pengalaman belajar yang diperolehnya mempunyai makna dan tujuan.  Pengembangan



kurikulum



hendaknya



memberikan



pengalaman yang serasi dengan kebutuhan penyesuaian diri dan pengembangan kepribadian yang terintegrasi.  Kurikulum disusun dan dilaksanakan dengan memperhatikan kesiapan para siswa, karena hal ini mempengaruhi proses pendidikan.  Pengembangan



dan



pelaksanaan



kurikulum



hendaknya



memungkinkan partisipasi aktif dan tanggung jawab para siswa , baik secara perorangan maupun kelompok.  Penyusunan kurikulum hendaknya terdiri atas unit-unit yang luas dan menyeluruh, serta memadukan pola pengalaman yang bermakna dan bertujuan.  Dalam proses penyusunan dan pelaksanaan kurikulum hendaknya diberikan serangkaian pengalaman yang melibatkan



13



para guru dan siswa secara bersama, sehingga akan mendorong keberhasilan belajar para siswa tersebut.  Penyusunan kurikulum hendaknya disertai dengan kegiatan evaluasi, faktor penting yang mempengarui proses dan hasil pendidikan. Oemar Hamalik (2013:112). 3. Asas Sosiologis Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat ,dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik kembali ke masyarakat tentu ia dapat harus dibekali dengan sejumlah kompetisi, sehingga ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetisi yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan ,ketrampilan,sikap dan nilainilai yang diperoleh peserta didik melalaui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar disekolah. Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut diorganisasi dalam pendekatan dan format tertentu yang disebut kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini ,maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat. Zainal Arifin (2013:65). Berbagai implikasi tersebut dirumuskan secara tegas , yakni sebagai berikut : a) Sekolah adalah suatu institusi sosial yang didirikan dan diperuntukan bagi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum sebaiknya mempertimbangkan segi sosiologis ini, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun perbaikan kurikulum.



14



b) Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang meliputi berbagai komponen, dan permintaan. Masing-masing komponen atau subsistem tersebut berpengaruh terhadap penyusunan dan pengembangan kurikulum,sehingga relevan dengan kondisi sisiologis masyarakat. c) Di dalam masyarakat terdapat beragam lembaga sosial yang masing-masing memiliki kekuatan, baik kekuatan potensi straregis, dan riil. Semua kekuatan tersebut memberi pengaruh dan patut dipertimbangkan dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum sejalan dengan sifat dinamis dalam masyarakat. Oemar Hamalik (2013:112) 4. Asas Organisatoris Asas ini berkenaan dengan masalah , dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broadfield atau bidang studi sperti IPA, IPS, Bahasa dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu. Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cenderung memilih kurikulum yang subject-centered atau yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi



ini



lebih



cenderung



memilih



kurikulum



terpadu



atau integrated kurikulum. Kembali perlu di ingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan di tinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu



15



bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satu lagi. Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi, selalu hasil semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa “curriculum is amatter of choice”, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif. Nasution S (2011:13). 5. Asas Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilu pengetahuan telah berkembang pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran filsuf purba seperti Plato, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dll. Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perekambangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak



16



langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang andal untuk mengaplikasikannya. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program



pendidikan, apalagi



di



saat



perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat



pendidikan



merupakan



upaya



menyiapkan



siswa



menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan. Ibid., hal. 42-43.



17



C. Factor-Faktor Pengembangan Kurikulum Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum teori dan praktek menyebutkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruh pengembangan kurikulum antara lain yaitu: 1. Perguruan Tinggi



Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang



dikembangkan



di



perguruan



tinggi



umum. Kedua, dari



pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guruguru diperguruan tinggi keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan



yang dikembangkan di



Perguruan Tinggi



akan



mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (IKIP, FKIP, STKIP) juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru – guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari gur – guru akan sangat mempengaruhi pengembnganan dan implementasi kurikulum disekolah. 2. Masyarakat



Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana



sekolah



tersebut



berada.



Isi



kurikulum



hendaknya



mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah



18



mungkin masyarakat homogen ata heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang, atau pegawai dan sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan



yang ada



dalam



masyarakat



adalah



dunia



usaha.



Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persiapannya di sekolah. 3. Sistem Nilai



Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaa, sosial budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai – nilai. Sistem nilai yang akan di pelihara dan di teruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan guru dalam mengajarkan nilai:  Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat.  Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral.  Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut di tiru.  Guru menghargai nilai- nilai kelompok nilai.  Memahami dan menerima keragaman kebudayaan sendiri.



19



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. 2. pengembangan kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan perkembangan tertentu, seperti ilmu pengetahuan, perbedaan latar belakang, nilai-nilai filasafat suatu masyarakat, dan tuntutan-tuntutan kebudayaan tertentu 3. asas-asas pengembangan kurikulum: a. Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah yang dianut. b. Asas psikologis dalam proses perkembangan kurikulum adalah dimana seorang pengembang harus memperhatikan kondisi psikologis anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-teori dan psikologi belajar. c. Asas sosial-budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi, asas yang memberikan dasar kurikulum untuk menentukan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan kemajuan teknologi. d. Asas organisatoris, asas yang memberikan dasar-dasar kurikulum dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya. 4. Faktor pengembangan Kurikulum a. Perguruan Tinggi b. Masyarakat c. Sistem Nilai B. Saran Saran penulis adalah agar pengembangan kurikulum harus betulbetul disesuaikan dengan perkembangan zaman agar kita tidak ketinggalan terutama dalam hal teknologi.



20



DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Idi Abdullah, Jalaluddin H. 2013. Filsafat Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Khobir,Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Pekalongan: Stain Press. Nasution S. 2011. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta:Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, Bandung: TP. Remaja Rosydakarya. Bekyk. Link: http://jihadada.blogspot.com/p/asas-asas-pengembangan-kurikuluma.html diakses tanggal 1 April 2015. Jamaluddin, Dery. Asas-Asas Kurikulum. link: http:// deryjamaluddin. page.tl/ Asas_asas-Kurikulum.htm, diakses tanggal 1 April 2015. Mizan Dan Aniez. Makalah asas fakor pengembangan kurikulum. Link: http:// www. perkuliahan.com/makalah-asas-faktor-pengembangan-kurikulum/ diakses tanggal 2 April 2015. Sarichan. Asas-asas kurikulum. Link: http:// diarisarichan.blogspot.com/ 2014/02/ asas-asas-kurikulum.html diakses tanggal 2 April 2015.



21