Askeb BBL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA NY. A DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI KLINIK BIDAN DEWI SESMERA TANJUNG MULIA



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Bidan Di klinik Dewi Sesmera Jl Alumunium IV,Tanjung Mulia



Oleh : Dewi sesmera 20.23.012



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN DELIHUSADA DELI TUA 2020



LEMBAR PENGESAHAN Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktek dan pembiming akademik di BPM Dewi Sesmera STr.Keb Delitua,



Januari 2021



Dewi Sesmera NPM 20.23.012 Pembimbing Praktik



Nadia Sakina Widharma Amd.Keb Pembimbing Akademik



Bd.Nurul Aini Siagian,SST.,M.keb NIP. 19920114 201408 2 001 Mengetahui, Koordinator Profesi Bidan Program Profesi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua



Bd.Gf.Gustina Siregar,SST,M.Kes, NPP. 19880808 201109 2 001



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Caput Succedaneum di Klinik Dewi Sesmera Tanjung Mulia . Asuhan Kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Institut Kesehatan Deli Huasa Deli Tua. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Deli husada Deli Tua 2. Bd. Peny Ariani, SST, M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua 3. Septa Dwi Insani S.Keb, Bd, MMRS selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi 4. Bd. G.F.Gustina Siregar, SST, M.Kes selaku Pembimbing Lahan Profesi 5. Bd.Andayani Boang Manalu, SST, M.KM selaku Pembimbing Akademik Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah member kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian asuhan kebidanan ini. Saya sadari bahwa asuhan kebidanan ini masih kurang sempurna, maka dari itu saya berharap kritik dan saran dari pembaca dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Deli Tua, 27Januari 2021



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan penelitian world health organization (WHO) angka kematian ibu (AKI)



tahun



2011



adalah



81%



diakibatkan



karna



komplikasi



selama



kehamilan,persalinan dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karna pendarahan, infeksi dan peeklamsi. Angka kematian bayi akibat infeksi yang disebabkan oleh caput succedaneum menurut WHO tahun 2012 sebesar 0,05% dari 4 juta bayi yang meninggal dalam usia 30 hari atau neonatal lanjut (WHO,2012). Sedangkan di indonesia angka kematian bayi akibat infeksi caput succedaneum pada tahun 2012 sebesar 11% dan 35 per 1000 kelahiran hidup ( Istiyanti,2015). Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010). Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010). Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan factor lingkungan keluarga. Tetapi, tidak semua bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjuntnya. Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses persalinan



yang normal, dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga mengejan ibu dan kontraksi kandung rahim tanpa mengalami trauma lahir. Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstrasi. Berkaitan akan hal dibutuhkannya asuhan pada bayi baru lahir berupa pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Prawihardjo, 2011) Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah neonatal terdiri dari 62% (asfiksia, ikterus, berat badan lahir rendah, caput succedaneum), 17 % diare, 6 % kelainan kongenital, 5 % meningitis, 4 % pneumoni, 2 % tetanus dan 4% karena sepsis (Prasetyawati, 2012). Salah satu penyebab komplikasi pada bayi baru lahir adalah caput succedaneum yaitu pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura garis tengah, benjolan yang difus kepala terletak pada presentasi kepala pada waktu bayi lahir, terjadinya oedema di bawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah (Rukiyah dan Yulianti, 2012). Caput succedaneum merupakan odema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala,berbentukbenjolan segera setelah bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati batas sutura. Kelainan ini biasanya dtemukan pada persentase kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi odema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah ( rukiyah 2017). Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara  persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila  janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero.



Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi, persalinan lama dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. Caput succedaneum ini ditemukan biasanya presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi odema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput seccedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Kasus caput succedaneum apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti anemia, ikterus, Caput Hemoragik, dan infeksi (Prawirohardjo, 2011). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan yang tepat pada bayi baru lahir. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mampu menguraikan konsep dasar dan manajemen kebidanan pada bayi baru lahir. 2. Mampu mengidentifikasi masalah, diagnosa, kebutuhan. 3. Mampu mengantisipasi masalah potensial dan diagnosa lain.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bayi Baru Lahir Definisi Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyusuaian fisiologi berupa maturasi, adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bayi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dan Rahardjo, 2015: Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin kekehidupan ekstra uterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti, 2013: 3). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, Yulianti,2013). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu-42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manggiasih dan Jaya, 2016: 1). 2.1.2 Ciri-Ciri Bayi Normal Pada bayi yang baru lahir normal, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Lahir aterm antara 37-42 minggu b. Berat badan 2500-4000 gram c. Panjang badan 48-52 cm 11 12 d. Lingkar dada 30-38 cm e. Lingkar kepala 33-35 cm f. Lingkar lengan 11-12 cm g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit h. Pernapasan ±40-60 x/menit



i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. k. Kuku agak panjang dan lemas l. Nilai APGAR > 7 m. Gerak aktif n. Bayi lahir langsung menangis kuat o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan daerah mulut) Sudah terbentuk dengan baik p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik q. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik s. Genetalia : Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang, pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. u. Refleks graff sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas telapak tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan refleks v. Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Arief dan Sari, 2009: 1-2). 2.1.3 Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (Head to toe) Adapun pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah : a. Kepala



: Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput



succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, rambut meliputi : jumlah, warna, dan adanya lanugo pada bahu dan punggung b. Muka



: Tanda-tanda paralisis



c. Mata



: Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus) dan



kesimetrisan,



kekeruhan



kornea,



katarak



kongenital,



perdarahan



subkonjungtiva d. Telinga



: Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak, dihubungkan



dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran. e. Hidung



: Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan, kebersihan.



f. Mulut



: Kesimetrisan, mukosa mulut kering/basah, lidah, pallatum,



bercak putih pada gusi, refleks menghisap, labio skiziz/palatoskisis, trush, sianosis. g. Leher



: Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan tiroid, hemangioma,



tanda abnormalitas kromosom. h. Klavikula dan lengan atas : Fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari. i. Dada



: Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan



pernapasan, auskultasi bunyi jantung dan pernapasan 2.2 Caput Succedaneum Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering



terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono Prawiroharjo.2002) Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan



khusus



dan



biasanya



menghilang



setelah



2-5



hari.(Sarwono



Prawiroharjo.2002) 2.2.2 Penyebab Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limpe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacuum ekstraksi (Dewi, 2013). Kelainan pada Caput succedaneum timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limpe disertai pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstra vasa ( Maryunani, 2013). Menurut Arief ZR dan Sari terdapat beberapa etiologi terjadinya caput succedaneum yaitu: 1. Karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir 2. Partus lama Partus lama dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam capilar venus meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat terendah. 3. Persalinan dengan vacuum ekstraksi Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vacum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vacum yang digunakan proses persalinan yang panjang dan sulit. Sering



menyebabkan pengumpulan cairan dibawah kulit kepala bayi, sehingga kepala bayi terlihat bengkak/udema. 2.2.3 Tanda/Gejala Gejala-gejala yang muncul pada kelainan ini adalah sebagai berikut: a. Udema dikepala b. Terasa lembut dan lunak pada perabaan c. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah d. Udema melampaui tulang tenggorak e. Batas yang tidak jelas f. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan g. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan 2.2.4 Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. 2.2.5 Komplikasi Komplikasi dari caput succedaneum adalah syok akibat dari caput succedaneum. Komplikasi lain dari caput succedaneum adalah sebagai berikut: a. Caput hemoragik Caput hemoragik pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala yang terluka. b. Ikterus Pada bayi yang terkena caput succedaneum dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas factor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi. c. Anemia



Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak. 2.2.6 Penatalaksanaan Caput Succedaneum Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.Tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum Penatalaksanaan pada bayi dengan caput succedaneum sebagai berikut: a. Perawatan bayi sama dengan bayi normal b. Pengawasan keadaan umum bayi c. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup d. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan benar e. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan f. Berikan konseling pada orang tua tentang : 1) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi 2) Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah 2 sampai 3 minggu tanpa pegobatan 3) Perawatan bayi sehari-hari 4) Manfaat dan tekhnik pemberian ASI



2.2.7 Perbedaan Caput Succedaneum dengan Cepal Hematoma NO 1.



Caput Succedaneum Chepal Hematoma Muncul ketika lahir dan akan Ada waktu lahir atau sesudah lahir dan



2. 3.



mengecil setelah lahir akan membesar setelah lahir Lunak dan tidak berfluktuasi Teraba fluktuasi Melewati batas sutura dan teraba Batas tidak melewati sutura



4.



moulase Bisa hilang dalam beberapa jam Hilang dalam waktu yang lama



5.



atau hari Berisi cairan getah bening



( beberapa minggu atau bulan ) Berisi darah



BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR



PADA NY. A DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI KLINIK DEWI SESMERA TANJUNG MULIA



I.



PENGKAJIAN



Tgl: 13 Oktober 2020



DATA SUBJEKTIF A. Identitas Biodata Orang Tua Nama Ibu



: Ny. “A”



Nama



: Tn. “T”



Umur



: 32 tahun



Umur



: 42 tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMP



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Swasta



Pekerjaan



: Swasta



Status Pernikahan



: Menikah



Status Pernikahan



: Menikah



Suku Bangsa



: Jawa



Suku Bangsa



: Jawa



Alamat



: Jl Alumunium IV gg.Baru



Agama



:



Islam



Biodata Bayi Nama Bayi



: Bayi Ny. “A”



Umur



: 0 hari



B. Keluhan/Alasan Adanya benjolan di kepala bayi terasa lembut dan lunak dengan batas yang tegas C. Riwayat Antenatal G2P1A0 Riwayat ANC



: Ibu mengatakan rutin melakukan ANC pada



bidan sebanyak 4 kali ANC. Dengan HPHT 15-01-2019 dan TTP : 22 Oktober 2020. Pada trisemester pertama ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 1 kali pada kehamilan umur (0-16minggu), kunjungan ANC ke II (24-28



minggu),kunjungan III pada ( 32 minggu kehamilan) dan kunjungan ke IV (36 minngu sampai lahiran) ibu mengatakan gerakaan janin aktif Keluhan saat hamil



: Tidak ada keluhan



Penyakit selama kehamilan



:



Ibu



tidak



pernah



mengalami



penyakit



hipertensi, DM, anemia, penyakit jantung. Kebiasaan makan



: Makan 3-4 kali sehari (menu nasi, lauk pauk,



sayuran dan buah-buahan) Obat/jamu



: Vitamin/tidak pernah



Merokok



: Tidak pernah



Komplikasi ibu



: Tidak ada



Komplikasi janin



: Tidak ada



D. Riwayat Intranatal Lahir



: 13 Oktober 2020



jam 08.15 WIB



Jenis Persalinan



: Normal



Penolong



: Bidan Juli ismayanti haloho



Tempat



:klinik



Komplikasi Ibu



:Partus Lama kala 2 memanjang selama 1 jam 50 menit



Air ketuban



: Jernih



Plasenta



:Lengkap, lahir spontan, berat 500 gram, panjang tali pusat: 50 cm, insersio: sentralis, terdapat 2 arteri dan 1 vena,tidak ada plasenta tambahan, tidak ada kelainan



Episiotomi



: tidak dilakukan



Robekan



: derajat II, di mukosa vagina, kulit perineum, komisura posterior dan otot perineum



lama persalinan Kala I : 8 jam 35 menit



perdarahan kala I



: 0 cc



Kala II : 1 jam 50 menit



perdarahan kala II



: 30 cc



Kala III : 5 menit



perdarahan kala III



: 40 cc



Kala IV : 2 jam – menit



perdarahan kala IV



: 160 cc



Total : 12 jam 30 menit



230 cc



E. Keadaan Bayi Bayi menangis kuat, tonus otot aktif, kulit kemerahan BB/PB



: 3800 gram/40 cm



Caput Succedaeneum



: Ada



Cephal Hematoma



: Tidak ada



Cacat Bawaan



: Tidak ada



Inisiasi Menyusui Dini



: Dilakukan



DATA OBYEKTIF A. Pemeriksaan Umum 1. Warna Kulit



: kulit kemerahan, tidak terdapat lanugo pada punggung



dan lengan atas, terdapat gambaran vena 2. Denyut Jantung



: 140 kali/menit



3. Suhu Aksiler



: 36,6˚C



4. Postur dan Gerakan : Postur lengan dan kaki fleksi, gerakan aktif 5. Tonus Otot



: Kuat



6. Kesadaran



: Compos metis



7. Tali pusat



: Masih basah



8. BB sekarang



: 3800 g



9. Apgar Score



:



NO 1. 2. 3. 4. 5.



Aspek yang dinilai



Waktu 5 menit 2 2 2 2 1 9



1 menit 1 2 1 2 1 7



Pernafasan Denyut jantung Reaksi terhadap rangsangan Tonus otot Warna kulit



10 menit 2 2 2 2 2 10



B. Pemeriksaan Fisik Kepala



: Di kepala bayi terdapat benjolan dengan batas yang tegas, tampak oedema melampaui tulang kepala, benjolan teraba lembut dan lunak,terdapat molase, dan permukaan kulit pada benjolan berwarna merah.



Muka



: Bersih, lonjong, tidak ada tanda lahir.



Telinga



:Simetris,



terdapat



gendangtelingabersih,



lubang tidak



ada



telinga,



terdapat



serumen,



reflek



pendengaran (+) Mata



:Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada tanda infeksi,



tidak



adaperdarahan,sclera



putih,



tidak



strabismus, konjungtiva merah muda. reflek pupil (+). Hidung



: Berlubang, Bersih, tidak ada polip,tidak ada pernafasan cuping hidung.



Mulut



:Simetris, tidak ada labioskisis, tidak ada palatoskisis tidak ada labiopalatoskisis, tidak ada pembesaran kelenjar tonsil reflek hisap (+)



Leher



:Tidak ada pembesaran kelanjar limfe, vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelEnjar parotis, tiroid dan paratiroid.



Dada



:Terdapat retraksi dinding dada, putting susu simetris, tidak terdapat bunyi wheezing, detak jantung normal 120 x/ menit



Ekstremitas atas



: Gerakan aktif, simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili, tidak terdapat fraktur



Ekstremitas bawah



: Simetris, gerakannya aktif, kulit kemerahan, jumlah jari lengkap, tidak ada oedema, tidak ada polidaktili.



Abdomen



:Tidak ada massa, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak ada omfalokel dan gastroskisis, peristaltik usus (+)



Punggung



:Tidak ada spina bifida



Genitalia



:Terdapat labia mayora, labia minora, klitoris, terdapat lubang vagina, terdapat lubang uretra. Labia mayora menutupi labia minora



Anus



: Terdapat lubang anus



Kulit



:Tidak terdapat tanda lahir ,terdapat vernik kaseosa



C. Antropometri PB : 49 cm LK : 34 cm LD : 32 cm Lila : 7 cm D. Eliminasi Miksi Miksi : +, warna kekuningan BAB : +, konsistensi kehitaman II. INTERPRETASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN a. Diagnosa Kebidanan Seorang bayi baru lahir bayi Ny. A umur 0 hari dengan caput succedaneum



Dasar Subyektif :



Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya karena terdapat benjolan dengan batas yang tegas, kepala bayi tampak bengkak melampaui tulang kepala. Dasar Objektif 1. Oedema pada kepala bayi melampaui tulang tengkorak 2. Terdapat benjolan pada kepala bayi dengan batas yang tegas 3. Benjolan teraba lembut dan lunak 4. Terdapat molase tulang kepala, tulang kepala tumpang tindih b. Masalah Benjolan di kepala bayi yang tampak bengkak dan tegas di kepala bayi III. ANTISIPASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL Komplikasi yang terjadi pada caput succedaneum jika tidak dilakukan penanganan antara lain : a) Terjadinya trauma dan nyeri pada kepala bayi b) Pada bayi caput succedaneum juga bisa terjadi infeksi pada benjolan di kepala yang terluka atau kemerahan IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN ATAU TINDAKAN SEGERA Meletakkan bayi di dada ibu untuk melakukan inisiasi menyusi dini, melakukan penghangatan dan merawat tali pusat. untuk menghilangkan rasa nyeri pada kepala bayi kita bisa membantu mengkompres kepala bayi dengan betadine dengan membaluti kain kasa. V. PERENCANAAN Tanggal



: 13 Oktober 2020



Jam : 10.00 WIB



Diagnosa



: Bayi baru lahir usia normal dengan caput succedaneum



1. Beritahu ibu dan keluarga kondisi bayinya saat ini 2. Beri informasi pada ibu dan keluarga tentang penyebab benjolan dengan batas tegas pada kepala bayi (caput succedaneum)



3. Beritahu ibu dan keluarga cara penanganan kaput succeedaneum 4. Beritahu ibu dan keluarga cara perawatan bayi baru lahir 5. Beri konseling pada ibu tentang laktasi 6. Beritahu ibu dan keluarga cara perawatan tali pusat 7. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir 8. Beri dukungan moral pada ibu VI. PENATALAKSANAAN Tanggal : 13 Oktober 2020



Jam : 13.15 WIB



1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya, bahwa setelah dilakukan pemeriksaan secara umum kondisi bayi ibu sehat, keadaan umumnya baik Hasil pemeriksaan vital sign normal: Suhu



: 36,6 C



Nadi



: 120 kali/ menit



Respirasi



: 50 kali/ menit



BB



: 3800 gram



PB



: 49 cm



LK



: 34 cm



LD



: 32



Apgar score : 7/9 Hasil pemeriksaan fisik normal, hanya saja pada kepala bayi terdapat benjolan dengan batas tegas, tampak bengkak melebihi tengkorak kepala, yang biasa disebut caput suksedanium. 2. Memberi informasi pada ibu dan keluarga penyebab benjolan dengan batas tegas pada kepala bayi (caput succedaneum), yaitu yang diakibatkan karena proses persalinan yang lama sehingga terdapat tekanan yang kuat pada kepala bayi saat memasuki jalan lahir, akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk



mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Itulah sebabnya pada kepala bayi terdapat benjolan. 3. Memberitahu ibu cara penanganan caput succedaneum dengan cara meyakinkan dan menjelaskan pada ibu bahwa, benjolan yang terdapat pada kepala bayi merupakan hal yang normal, ibu tidak perlu khawatir dengan kondisi bayinya, serta ibu dapat memberikan salep Trombophob gel 20 gram dengan mengoleskan salep pada permukaan caput secara tipis 2-3 kali sehari. Serta ibu dapat mengompres kepala bayi dengan menggunakan betadine untuk mencegah terjadinya infeksi. 4. Memberitahu ibu dan keluarga cara perawatan bayi baru lahir, yaitu: a. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan tubuh bayi, karena bayi masih sangat rentan untuk kehilangan panas tubuhnya. Sehingga ibu harus selalu memakaikan pakaian yang hangat, topi, sarung tangan dan kaki kemudian di bedong. b. Bayi dimandikan sehari 2x, pagi dan sore. Untuk menghindari kehilangan panas tubuhnya usahakan memandikan bayi tidak terlalu pagi dan terlalu sore. Air yang digunakan dengan suhu hangat, sebelum memandikan bayi air harus di cek terlebih dahulu dengan menggunakan punggung tepak tangan. c. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayi, dengan mengganti popok bayi setiap kali bayi BAK maupun BAK. 5. Memberi konseling pada ibu tentang laktasi, yaitu dengan cara: a. Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya dengan memberikan ASI yang telah di pumping menggunakan dot hal ini dilakukan guna menjaga bayi agar tidak sering diangkat supaya tidak terjadi infeksi didaerah benjolan dan juga tekanan pada trauma lahir b. Mengajari ibu menyusui sambil tiduran yang benar, yaitu dengan cara: 1. Berbaring miring dengan bantal dibawah kepala



2. Tempatkan satu bantal diantara dua kai sebagai penopang, terutama bila ibu mengalami nyeri punggung 3. Letakan bayi diposisi miring dan bawa mendekat ketubuh ibu 4. posisikan hidungnya dilevel yang sesuai dengan putting ibu 5. Topang punggung, leher, dan bahu bayi dengan tangan dan siku ibu 6. posisikan kepalanya sedikit mendongak dan mulutnya terbuka, putting ibu mengarah ke langit-langit bayi 7. Peluk bayi di payudara ibu 6. Mengajari ibu dan keluarga cara merawat tali pusat yaitu dengan cara di biarkan saja terbuka, tidak boleh diberi ramuan apapun karena dapat menyebabkan infeksi. Kemudian cara mencegah infeksi pada tali puasat yaitu dengan cara melipat popok dibawah tali puasat, agar pada saat bayi BAK tidak merembes sampai tali pusat. 7. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, yaitu: a. Bayi rewel b. Malas menyusu c. Letargi atau hanya bergerak jika diberi rangsangan. d. Suhu tubuhnya tinggi menganjurkan ibu untuk segera datang ketenaga kesehatan jika menemui tanda dan gejala tanda bahaya pada bayi baru lahir 8. Memberi dukungan moral pada ibu dengan cara menunjukkan perhatian pada ibu, mendengarkan keluhan ibu dan member solusi atas permasalahan yang ibu hadapi dengan penuh rasa empati.



VII. EVALUASI



Tanggal: 13 Oktober 2020



jam: 15.00 WIB



Oleh : Bidan Dewi Sesmera 1. Ibu dan keluarga memahami cara penanganan caput succedanium 2. Pemantauan fisik sudah dilakukan dan suhu badan bayi tetap hangat dan sudah dilakukan perawatan bayi baru lahir 3. Benjolan di kepala bayi sudah sedikit berkurang dengan menggunakan trombhopobgel serta mengopres menggunakan betadine 4. Setelah mendapatkan penjelasan tentang penanganan pada bayinya dari bidan, ibu dan keluarga tidak merasa kawatir lagi bagaimana cara mengatasinya.



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data Dasar Pengkajian data dasar dilakukan pada saat pengamatan pertama kali atau pada saat pasien datang. Pengkajian meliputi pengkajian data subyektif dimana diperoleh dari pasien, dalam hal ini diperoleh dari pihak tenaga medis penolong persalinan karena pasien disini adalah bayi baru lahir. Pengkajian data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada kasus ini didapatkan benjolan dengan batas yang tegas, kepala bayi tampak bengkak melampaui tulang kepala. 5.2Interpretasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Data pengkajian dan adanya pemeriksaan penunjang maka akan didapatkan diagnosa untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dalam kasus ini didapatkan diagnosa bayi baru lahir normal dengan caput succedaneum. Maka kebutuhan segera bayi adalah suhu badan bayi tetap hangat, meletakkan bayi di dada ibu untuk dilakukan inisiasi dini. 5.3 Diagnosa Potensial dan Kebutuhan Segera Diagnosa potensial merupakan diagnosa yang berpotensi muncul dari diagnosa yang ada. Pada kasus ini diagnosa bayi adalah caput succedaneum maka penanganan segera bayi adalah mengompres kepala bayi dengan menggunakan betadine untuk mencegah terjadinya infeksi. 5.4 Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan berdasarkan kasus ini adalah Beritahu ibu dan keluarga kondisi bayinya saat ini bahwa setelah dilakukan pemeriksaan secara umum kondisi bayi ibu sehat, keadaan umumnya baik. Selain itu adalah melakukan perawatan pada tali pusat untuk mencegah terjadinya infeksi melalui tali pusat.



5.5 Evaluasi Bentuk akhir dari tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi. Biasanya evaluasi dilakukan pada beberapa jam setelah dilakukan tindakan. Evaluasi dari kasus ini dilakukan pada akhir tindakan untuk mengetahui keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.



BAB VI PENUTUP 6.1 kesimpulan Dari data diatasdapat disimpulkan bahwa : a. Didalam pengkajian warna kulit merah muda, gerakan aktif, pada kepala bayi terdapat benjolan teraba lunak, terapa capu sucedaneum warna kemerahan. b. Data kasus ini diagnosa potensial sudah teratasi c. Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus ini dilakukan sesuai dengan perencanaan 6.2 saran Dari keseluruhan tindakan yang dilakukan adalah sudah sesuai dengan teori, diharapkan upaya pelayanan yang ada dapat dipertahankan dan ditingkatkan sehingga dapat meningkatakan angka harapan hidup pasien.



DAFTAR PUSTAKA Budiarti, T., 2017.Buku Ajaran Neonatus, Bayi, Balita. Edisi ketiga. Trans Info Media, Jakarta. Dewi, 2010.Babby Lavigne Caput Succedaneum.(http://www.blogspot.com) Faiziyah, Y., 2017. Obstetri Patologi. NuhaMedika. Istiyantari.2015.Survey Demografi Kesehatan Indonesia. (http://www.BKKBN.com) Lisnawati, L., 2011. Aplikasi Penatalaksanaan Gawat darurat kebidanan di Rumah Sakit.Trans Info Media, Jakarta. Manuaba, IBG., 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi kedua, EGC, Jakarta Maryanti, D., 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita. Edisi ketiga. Trans Info Media, Jakarta. Mochtar, R., 2013. Sinopsis Obstetri. EdisikeTiga, EGC, Jakarta. Oxom,H.,2010.Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan .Ya yasan Essentia Medica, Yogyakarta. Rukiyah, A., 2017. AsuhanNeonatus, Bayi dan Anak Balita. Trans Info Media. Wahyuni, S., 2011.Keperawatan Anak. (http://www.perawat2008.blogspot.com) Yulianti, L., 2017. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Trans Info Media.



ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR (BBL) Tanggal



: 15 September 2020



Pukul



: 07.00 WIB



Tempat Persalinan



: Klinik Pratama Rosni Alizar



Identitas Nama Bayi



: Bayi Ny. E



Tanggal lahir : 15 September 2020 Jam lahir



: 07.00 WIB



Jenis kelamin : Perempuan Agama



: Islam



Anak ke-



: Kedua



Alamat



: Jl. Keadilan



Biodata Orang Tua Nama Ibu



: Ny. E



Nama Ayah



: Tn. B



Umur



: 27 tahun



Umur



: 28 tahun



Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia



Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Pendidikan



: S1



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: PNS



Alamat



: Jl. Keadilan



Alamat



: Jl. Keadilan



SUBYEKTIF 1. Riwayat Intranatal -



Tempat persalinan



: Klinik Pratama Rosni Alizar



-



Jenis persalinan



: Normal/ Spontan



-



Ditolong oleh



: Bidan



-



Lama persalinan



-



-



Kala I



: 10 jam



Kala II



: 30 menit



Ketuban pecah Warna



: Jernih



Bau



: Amis



Jumlah



: 400 cc



Komplikasi pada ibu dan janin : Ibu dan Bayi tidak mengalamin komplikasi



-



Riwayat psikososial : Ibu, suami, dan keluarga senang atas kelahiran bayi mereka







Penilaian Bayi Baru Lahir APGAR SCORE Tanda



0



1



2



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



( ) 100



Usaha bernafas



( ) tidak ada



( ) merintih



(  ) menangis



Jumlah Nilai



kuat Tonus otot



( ) lumpuh



Menit 1-5



(  ) refleks



( ) gerak aktif



sedikit Refleks



( ) tak bereaksi



( ) gerakan



(  ) aktif



9



sedikit Warna kulit



Menit



( ) biru/ pucat



( ) tubuh



(  ) seluruh



kemerahan,



tubuh



ekstremitas



kemerahan (  ) >100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( ) 100 (  ) menangis



Frekuensi jantung



( ) tidak ada



pucat ( )