7 0 137 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN APENDIKSITIS
Oleh :
KELOMPOK V 1. DESAK RAI KUTHA ASRIWIJAYA
(08.321.0172)
2. DEWA AYU SRI ERNA DEWI
(08.321.0173)
3. DEWA PUTU ADI PUTRA SANJAYA
(08.321.0175)
4. I MADE SURYA GEMILANG
(08.321.0185)
5. I PUTU OKA GUNA MAHARDIKA
(08.321.0190)
6. KADEK ELIK SUDIANI
(08.321.0194)
7. NI MADE NETI ARDIYANTINI
(08.321.0205)
8. PUTU DIAN PRATAMA
(08.321.0215)
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Wira Medika PPNI Bali 2008/2009 DAFTAR ISI 1
Judul ..................................................................................................
1
Daftar isi ............................................................................................
2
Konsep dasar penyakit .......................................................................
3
Pengertian ..........................................................................................
3
Insiden kasus .....................................................................................
3
Etiologi ..............................................................................................
3
Patofisiologi.......................................................................................
4
Tanda dan gejala.................................................................................
4
Pemeriksaan fisik...............................................................................
5
Pemeriksaan penunjang......................................................................
5
Terapi ...............................................................................................
6
Penatalaksanaan .................................................................................
7
Pencegahan ........................................................................................
8
Konsep dasar asuhan keperawatan......................................................
9
Diagnosa.............................................................................................
9
Intervensi ...........................................................................................
9
Evaluasi..............................................................................................
12
Daftar Pustaka ....................................................................................
13
2
I.
KONSEP DASAR PENYAKIT APENDIKSITIS
A.
PENGERTIAN
Appendiksitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil. yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney. B.
INSIDEN
KASUS
Appendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama terjadi kecuali pada usia pubertas.Dan usia 25 tahun lebih banyak
dari
laki-laki
dengan
perbandingan
3
C.
:
2.
ETIOLOGI
Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium. 1. 2.
Ulserasi Obstruksi
pada
kolon
pada oleh
Fekalit
mukosa. (feses
yang
mengeras) 3
3.
Pemberian
4.
Berbagai
barium
macam
penyakit
cacing.
5.
Tumor.
6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.
D.
PATOFISIOLOGI
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid ) Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar
umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan
ini
disebut
dengan
appendisitis
supuratif
akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982). E.
TANDA Anoreksia
DAN biasanya
GEJALA tanda
pertama
Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian
4
menjalar
ketempat
appendics
yang
meradang
Retrosekal/nyeri postekal/nyeri Muntah,
demam
punggung/pinggang. terbuka
→
(parietal).
derajat
→
rendah,
kecuali
diare. ada
perforasi.
Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan F. 1.
PEMERIKSAAN Keadaan
umum
klien
FISIK
benar-benar
terlihat
sakit.
2. Suhu tubuh naik ringan pada apendisitis ringan. Suhu tubuh meninggi dan menetap sekitar
30oC
atau
lebih
bila
telah
terjadi
perforasi.
3. Dehidrasi ringan sampai berat bergantung pada derajat sakitnya. Dehidrasi berat pada klien apendisitis perforasi dengan peritonitis umum. Hal ini disebabkan kekurangan masukan, muntah, kenaikan suhu tubuh dan pengumpulan cairan dalam jaringan viskus (udem)
dan
rongga
peritoneal.
4. Abdomen : tanda-tanda rangsangan peritoneal kuadran kanan bawah. Pada apendisitis perforasi lebih jelas, seperti defans muskuler, nyeri ketok dan nyeri tekan. 5. Tidak jarang dijumpai tanda- tanda obstruksi usus paralitik akibat proses peritonitis lokal maupun umum. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Radiologi 1. Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik
meragukan
2. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum) 3. 4.
Patognomonik Foto
bila polos
terlihat pada
gambaran apendisitis
fekolit. perforasi:
a. Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di kuadran kanan bawah. b. Penebalan dinding usus sekitar letak apendiks, seperti sekum dan ileum. c. d.
Garis
lemak Scoliosis
pra
peritoneal ke
menghilang. kanan.
5
e. Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan-cairan akibat paralysis usus-usus
lokal
di
daerah
proses
interaksi.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin: sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang
meradang
menempel
pada
ureter
atau
vesika.
H. TERAPI Apendisitis perforasi Persiapan prabedah : Pemasangan sonde lambung dan tindakan dekompresi. Rehidrasi. penurunan suhu tubuh. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis cukup, diberikan secara intravena. Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum Umumnya klien dalam kondisi buruk. Tampak septis dan dalam kondisi hipovolemik serta hipertensi. Hipovolemik akibat puasa lama, muntah dan pemusatan cairan di daerah proses radang, seperti udem organ intraperitoneal, dinding abdomen dan pengumpulan cairan dalam rongga usus dan rongga peritoneal. Persiapan prabedah: 1. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi 2. Pemasangan kateter untuk control produksi urin. 3. Rehidrasi 4. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena. 5. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
6
I. PENATALAKSANAAN 1. Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif dengan ditandai dengan : a.
Keadaan
umum
klien
masih
terlihat
sakit,
suhu
tubuh
masih
tinggi
b. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis c. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri. Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi. 2. Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan : a. Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih. b. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi. c. Pemeriksaan lokal abdomen tanang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan. d. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal. Tindakan yang dilakukan sebainya konservati dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut. Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum. Pembedahan Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh telah tercapai. Suhu tubuh tidak melebihi 38oC, produksi urin berkisar 1-2 ml/kg/jam. nadi di bawah 120/menit.
7
Teknik pembedahan Insisi transversal di sebelah kanan sedikit di bawah umbilicus. Sayatan Fowler Weier lebih dipilih, karena cepat dapat mencapai rongga abdomen dan bila diperlukan sayatan dapat diperlebar ke medial dengan memotong fasi dan otot rectum. Sebelum membuka peritoneum tepi sayatan diamankan dengan kasa. Membuka peritoneum sedikit dahulu dan alat hisap telah disiapkan sedemikian rupa hingga nanah dapat langsung terisap tanpa kontaminasi ke tepi sayatan. Sayatan peritoneum diperlebar dan penghisapan nanah diteruskan. Apendektomi dikerjakan seperti biasa. Pencucian rongga peitonium mutlak dikerjakan dengan larutan NaCl fisiologis sampai benar-benar bersih. Cairan yang dimasukkan terlihat jerih sewaktu dihisap kembali. Pengumpulan nanah biasa ditemukan di fosa apendiks, rongga pelvis, di bawah diafragma dan diantara usus-usus. Luka sayatan dicuci dengan larutan NaCl fisiologis juga setelah peritonium dan lapisan fasia yang menempel peritonium dan sebagian otot dijahit. Penjahitan luka sayatan jangan dilakukan terlalu kuat dan rapat. Pemasangan dren intraperitoneal masih merupakan kontroversi. Bila pencucian rongga peritonium benar-benar bersih dren tidak diperlukan. Lebih baik dicuci bersih tanpa dren daripada dicuci kurang bersih dipasang dren. Catatan Infiltrat radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oelh omentum dan usus-usus dan peritonium di sekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan dimulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur 5 tahun atau lebih; daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.
8
J. PENCEGAHAN Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan peritonitis.
II.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang difokuskan adalah diagnose post operasi: 1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
RENCANA KE PERAWATAN Dx :1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi TUJUAN Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria : - tampak rilek dan dapat tidur dengan tenang INTERVENSI 1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat 2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler 3. Dorong ambulasi dini 4. Berikan aktivitas hiburan
9
5. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika
RASIONAL 1.Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik
nyeri.
2. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang 3.
Meningkatkan
kormolisasi
4.
fungsi
organ
Meningkatkan
relaksasi
5. Menghilangkan nyeri Dx :2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri TUJUAN Toleransi
aktivitas
-
Klien
-
dengan dapat
Tidak
kriteria
bergerak berhati-hati
:
tanpa
pembatasan
dalam
bergerak
terhadap
mobilitas
INTERVENSI 1.
Catat
2.
Berikan
3.
Berikan
respon aktivitas klien
emosi sesuai
untuk
latihan
dengan gerakan
gerak
keadaan pasif
klien dan
aktif
4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan RASIONAL 1.
Immobilisasi
2.
Meningkatkan
3.
yang
dipaksakan
kormolitas
organ
akan sesuiai
Memperbaiki
memperbesar dengan
mekanika
yang
kegelisahan diharapkan tubuh
4. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.
10
Dx : 3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi TUJUAN Infeksi
tidak
-
terjadi
dengan
terdapat
tanda-tanda
tidak
kriteria
:
infeksi
INTERVENSI 1.
Ukur
tanda-tanda
vital
2.
Observasi
tanda-tanda
infeksi
3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik 4.
Observasi
luka
insisi
RASIONAL 1.
Untuk
2.
Deteksi
3. 4.
mendeteksi dini
Menurunkan Memberikan
secara
terhadap
infeksi
terjadinya deteksi
dini akan
resiko
dini
gejala
terhadap
awal
terjadinya
mempermudah
infeksi infeksi
dalam
infeksi
penanganan
dan
penyebaran
dan
perkembangan
bakteri. luka
EVALUASI Dx.1 : Nyeri pasien berkurang, skala nyeri 0, pasien tampak rileks dan tidur dengan tenang Dx.2 : Pasien dapat melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi, pasien dapat bergerak bebas tanpa pembatasan gerak, pasien tidak berhati-hati dalam bergerak Dx 3 : Tidak mucul tanda-tanda infeksi, tidak ada kemerahan,tidak bengkak, tidak nyeri,tidak panas, dan tidak kehilangan fungsi.
Daftar Pustaka 1.
Barbara
Engram,
Askep
Medikal
Bedah,
Volume
2,
EGC,
Jakarta 11
2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta. 3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000, Jakarta. 4.
Elizabeth,
J,
Corwin,
Biku
saku
Fatofisiologi,
EGC,
Jakarta.
5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal), EGC, Jakarta.
12