Askep Artritis Reumatoid [PDF]

  • Author / Uploaded
  • julfa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID”



Disusun oleh : Riskha Putri Indah L.



(201304083)



Veni Septian Anggraini



(201304086)



Laelatul Julfa Anggraini



(201304088)



Hendru Herdiman



(201304100)



Nirna Yunita



(201304144)



Khalimatul Khusnus S.



(201304155)



Kelas 2B



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO i



2015KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayahNya, makalah dan asuhan keperawatan tentang “Artritis Rematoid”ini bisa diselesaikan dalam waktu yang tepat. Makalah ini ditulis dengan



tujuan sebagai tugas mata kuliah



Keperawatan Medikal Bedah III. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk memberi pelatihan bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan serta menambah pengetahuan tentang penyakit Artritis Reumatoid (Asam Urat). Tim Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kamidalam tugas penulisanmakalah ini, serta kepada siapa pun yang terlibat dalam



proses



penulisannya,



terlebih



kepada



teman-teman



sekelompok



yang



telahberpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Akhirnya,



harapantim penulis semoga makalah dan asuhan keperawatantentang



“Artritis Reumatoid” ini bermanfaat bagi pembaca. Tim Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak,tim penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, timpenulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini.



Mojokerto, April2015



Tim Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1 Latar Belakang...................................................................................................1 ii



1.2 Tujuan.................................................................................................................1 BAB II LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................3 2.1 Definisi...............................................................................................................3 2.2 Etiologi...............................................................................................................3 2.3 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.......................................................5 2.4 Patofisiologi.....................................................................................................11 2.5 Pathway............................................................................................................13 2.6 Manifestasi Klinis............................................................................................14 2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................16 2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................16 2.9 Komplikasi.......................................................................................................17 2.10 Prognosis........................................................................................................17 2.11 Pencegahan.....................................................................................................18 BAB III ASKEP TEORI........................................................................................19 3.1 Pengkajian........................................................................................................19 3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul................................................20 3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................20



BAB IV ASKEP PADA KLIEN.............................................................................23 4.1 Kasus................................................................................................................23 4.2 Analisa Data.....................................................................................................26 4.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................29 iii



4.4 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan........................................................31 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................................39 BAB V PENUTUP.................................................................................................42 5.1 Kesimpulan......................................................................................................42 5.2 Saran.................................................................................................................43 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................44



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat banyak tandatanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ). Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.



1.2 Tujuan a. Tujuan Umum Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara langsung dan cepat. b. Tujuan Khusus Penulis mampu : 1. Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid. 2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid. 3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid. 4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid. 5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid. 1



6. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan



dengan pedoman yang telah



ditetapkan.



2



BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1



Definisi Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536). Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.165) Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998). Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C. Baughman. 2000 ). Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisi jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan deformitas. Biasanya jaringan ikat yang pertama 3



kali mengalami kerusakan adalah jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium 2.2 Etiologi Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu: 1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. 2. Endokrin 3. Autoimun 4. Metabolik 5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikroorganisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan. AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun. Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis rheumatoid : 1. Kelainan pda daerah artikuler -



Stadium I (Stadium sinovitis)



-



Stadium II (Stadium destruksi)



-



Stadium III (Stadium deformitas)



2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra artikuler adalah : -



Otot : terjadi miopati 4



-



Nodul subkutan



-



Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa



-



Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran limfe sendi, hiperplasi folikuler, penigkatan aktivitas sistem retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan splenomegali



-



Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit



-



visera



2.3 Anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal 1. Anatomi Fisiologi Rangka Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian. a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso. 1. Kolumna vertebra 2. Tengkorak 



Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera.







Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.







Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.







Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.



b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial. c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih. Fungsi Sistem Rangka :



5



1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada tubuh. 2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak, adanya persendian. 3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh. 4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow). 5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow). Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu : 1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas. 2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat. 3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar. 4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.



Gambar : tulang pada tubuh manusia (http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif) Struktur Tulang 6



Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya. Bagian tulang tumbuh secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder. Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow, dan sistem harvest. Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri. Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury. Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut : 



Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah, calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.







Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.



7







Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.



Proses Pembentukan Tulang Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi dengan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan tulang. Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan oleh akifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan dibawa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah. Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah. 



Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.







Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.







Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau



8



meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil. 



Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).



Persendian Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).



Gambar. Sendi (http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)



 Klasifikasi struktural persendian : 



Persendian fibrosa







Persendian kartilago







Persendian sinovial.



 Klasifikasi fungsional persendian : 



Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.







Amfiartrosis Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .







Diartrosis



9



Sendi ini dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.  Klasifikasi persendian sinovial : 



Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.







Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian pada lutut dan siku.







Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna.







Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.







Sendi pelana : Contoh : ibu jari.







Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.



2. Anatomi Fisiologi Otot. Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.



10



Gambar. Otot pada tubuh manusia  Fungsi sistem Muskular 



Pergerakan







Penopang tubuh dan mempertahankan postur







Produksi panas.



 Ciri-ciri otot 



Kontraktilitas







Eksitabilitas







Ekstensibilitas







Elastisitas



 Klasifikasi Jaringan Otot Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi, seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung.  Jenis-jenis Otot 



Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.







Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.







Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.



11



2.4.



Patofisiologi Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).



Kerusakan kartilago dan tulang



menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.



Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan



osteoporosis setempat. Lamanya arthritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi yang lain terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.



12



2.5 Pathways



reaksi faktor R dg antibody,



reaksi peradangan



nyeri



faktor metabolik, infeksi dg kecenderungan virus



kekakuan sendi



synovial menebal



kurangnya



informasi



hambatan mobilitas fisik



panus



defisiensi pengetahuan ansietas



nodul



infiltrasi dalam os, sobcondria



deformitas sendi



hambatan nutrisi pada kartilago artikularis



gangguan citra tubuh kartilago nekrosis



kerusakan kartilago dan tulang



erosi kartilago



Adhesi pada permukaan



tendon dan ligamen 13



Sendi



Hambatan mobilitas fisik



ankilosis fibrosa



Kekuatan sendi



ankilosis tulang



Keterbatasan gerakan sendi



mudah luksasi dan



melemah



hilangnya kekuatan otot



Subluksasi resiko cidera



Defisit perawatan diri



2.6 Manifestasi Klinis 1. Tanda dan gejala setempat  Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.  Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.  Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.  Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X. 14



 Deformitas







pergeseran



ulnar, deviasi



jari-jari,



subluksasi



sendi



metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.  Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.  Kronik → Ciri khas rematoid artritis. 2. Tanda dan gejala sistemik Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia. Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu: a.



Stadium sinovitis



Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan. b.



Stadium destruksi



Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck. c.



Stadium deformitas



Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.



15



2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus. 2. Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas. 3. Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas. 4. LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat. 5. Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi. 6. SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi. 7. JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang. 8. Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR. 9. Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. 10. Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium. 11. Artroskopi



langsung:



Visualisasi



dari



area



yang



menunjukkan



iregularitas/degenerasi tulang pada sendi. 12. Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4). 13. Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. 2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya : 1. Olahraga teratur dan istirahat cukup 16



2. Ketahui penyebab dan tanda gejala penyakit 3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan kompres dingin dapat membantu meredakan nyeri 4. Pertahankan BB yang normal 5. Mengkonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang 6. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, jeroan, bayam, jamur kacan-kacangan, kembangkol dll 7. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah berry untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Juga asam lemak tertentu seperti minyak ikan salmon, minyak zaitun 8. Banyak minum air putih untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimban d sendi 9. Pemberian Obat-obatan : 



Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.







Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :







Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory)







Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)







Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)







Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)







Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)







Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)







Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)



17



2.9 Komplikasi 1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule. 2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot. 3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli 4. Terjadi splenomegali 2.10 Prognosis Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 – 70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa artritisreumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama. 2.11



Pencegahan Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi



nyeri juga bisa



dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es. Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim. Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik, misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi. Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena jalan kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun tulang yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit. Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu melindungi terhadap seranganpenyakit rematik masa depan: 18



a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas (sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari. b. Batasi atau menghindari alkohol. c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan buahbuahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu produk-lemak. d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah. e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas. f. Menjaga berat badan yang diinginkan.



19



BAB III ASKEP TEORI 3.1 Pengkajian IDENTITAS



a. KELUHAN UTAMA 1. Keluhan Utama Saat MRS persendian 2. Keluhan Utama Saat Pengkajian



: pasien biasanya mengeluh nyeri dibagian : pasien biasanya mengeluh nyeri pada



persendian, Kaku pada eksteremitas yang sakit b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU 1. Pernah dirawat (x) ya (x) tidak kapan: ……. Diagnosa: …….. 2. Riwayat Penyakit kronik dan menular (x)ya (x) tidak Jenis: 3. Riwayat Alergi (x) ya (x) tidak Jenis: 4. Riwayat operasi (x) ya (x) tidak kapan:d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (√) ya (x) tidak jenis : biasanya salah satu keluarga punya riwayat keturunan penyakit reumatik Pengkajian B1-B6 1. Breath : komplikasi yg ditemukan biasanya alveolitis fibrosis, pleuritis, efusi pleura 2. Blood : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). 3. Brain : hilangnya sensasi pada persendian 4. Bowel : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/cairan adekuat, mual, Anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ). Biasanya ditandai dengan : Penurunan berat badan, Kekeringan padamembran mukosa. 5. Bladder : susah berkemih, biasanya berkemih tidak teratur 6. Bone : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan pada sendi dan otot. Pemeriksaan Penunjang Data Laboratorium Laboratorium : 20



Tes serologi (diagnostik imunologis): ESR : meningkat FR : >1:80 Positif (80%) JDL : Anemia sedang LED: 85 mm/h Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain Sinar x dari sendi yang sakit: Pembengkakan, erosi sendi, dan subluksasio.



3.2 Diagnosa yang mungkin muncul 1. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi bengkok, deformitas 3. Resiko cidera berhubungan dengan hlangnya kekuatan otot, rasa nyeri 4. Defisiensi pengetahuan erhubungan dengan kurangnya informasi 5. Hambatan mobilitas fisik 6. Defisit perawatan diri 7. ansietas 3.3 Intervensi Keperawatan NOC 1. Pain level 2. Pain control 3. Comfort level Kriteria Hasil : 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmokologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang NIC Pain management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi on verbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri 21



Gangguan citra tubuh NOC: 1. Body image 2. Self esteem Kriteria Hasil : 1. 2. 3. 4.



Body image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh Mempertahankan interaksi sosial



NIC Body image enhancement 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya Monitor frekuensi mengkritik dirinya Jelaskan entang proses pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit Dorong klien mengungkapkan perasaannya Identifikasi arti pengulangan melalui pemakaian alat bantu Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil



Hambatan mobilitas fisik NOC : 1. Joint movement : active 2. Mobility level 3. Self care : ADLs Kriteria Hasil : 1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah 4. Memperagagakn penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker) NIC Exercise Therapy :ambulation 22



1. 2. 3. 4. 5.



Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan tentang teknik ambulasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secra mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien



23



BAB IV ASKEP PADA KLIEN



4.1 Kasus Seorang perempuan berusia 47 tahun dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan kaki nyeri dan kaku pada sendi-sendi, jari –jari tangan rasa seperti di tusuk-tusuk. Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari dan merasa tidak nyaman. Pasien juga mengatakan susah bergerak. Pasien mengatakan tangannya sulit digerakan dan kaku. Dari hasil observasi didapatkan wajah menyeringai akibat nyeri pada digiti manus (ekstremitas atas) dan perglangan tangan, kelelahan, gelisah, dan aktivitas gerak pasien terbatas. Aktivitas (makan, mandi, bab, bak, dll) dibantu oleh orang lain. Sedangkan dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: lemah, skala nyeri 7. TTV: Suhu tubuh : 370 C, Denyut Nadi : 60 kali /menit, Pernafasan : 18 kali /menit, Tekanan Darah : 90/70 mmHg. Pemeriksaan diagnostik: ESR: meningkat, FR:>1:80Positif(80%), JDL : Anemia sedang, LED: 85 mm/h. IDENTITAS I.



Identitas Diri Klien N a m a



: seorang wanita



Tanggal masuk RS



: 04April 2011



Tempat/Tgl. Lahir



: Manado, 20 Juni 1959



Sumber Informasi



: Keluarga



U m u r



: 47 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Keluarga terdekat yang dapat



Alamat



: Kec. Tuminting



segera dihubungi (Orang Tua/Wali, Suami, Istri, dan lain-lain): Suami



Status Perkawinan



: Kawin



A g a m a



: Kristen



Pendidikan



S u k u



: Sanger



Pekerjaan :Tukang



Pendidikan



: SMA



Alamat : Kec. Tuminting



Pekerjaan



: IRT



: SMA



a. KELUHAN UTAMA Keluhan Utama Saat MRS



: Nyeri dan kaku di bagian sendi jari-jari



tangan dan pergelanggan tangan rasa seperti di tusuk-tusuk Keluhan Utama Saat Pengkajian : nyeri pada digiti minus dan pergelangan tangan, kaku tidak bisa digerakkan b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : nyeri sendi (rheumatoid artritis) c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pernah dirawat (x) ya (x) tidak kapan: ……. Diagnosa: …….. Riwayat Penyakit kronik dan menular (x)ya (x) tidak Jenis: Riwayat Alergi (x) ya (x) tidak Jenis: debu dan udang Riwayat operasi (x) ya (x) tidak kapan:d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (√) ya (x) tidak jenis : salah satu keluarga punya riwayat rematik Pengkajian Fisik Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit -



Suhu tubuh



: 370 C



-



Denyut Nadi



: 60 kali /menit



-



Pernafasan



: 18 kali /menit



-



Tekanan Darah



: 90/70 mmHg



Pengkajian B1-B6 1. Breath: Suara paru : Bronkhial Pola Nafas : Vesikuler Batuk kadang-kadang, Sputum:tidak ada Nyeri dada : tidak ada 2. Blood : Nadi Perifer :70 kali/detik Capilary Refilling



: 3 detik



Distensi Vena Jugularis Tampak Suara Jantung tunggal 3. Brain : Tingkat kesadaran sadar



Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu 4. Bowel Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : seperti biasanya Rasa mual : jarang Muntah : tidak pernah Intake Cairan 6-7 gelas/hari 5. Bladder BAK teratur 6. Bone Nyeri pada bagian digiti manus dan pergelanggan tangan Kekakuan pergelanggan tangan



Pemeriksaan Penunjang Data Laboratorium Laboratorium : Tes serologi (diagnostik imunologis): ESR : meningkat FR : >1:80 Positif (80%) JDL : Anemia sedang LED: 85 mm/h Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain Sinar x dari sendi yang sakit: Pembengkakan, erosi sendi, dan subluksasio.



4.2 Analisa Data Nama Klien: Ny. JW



Umur: 47 Tahun



Data



Etiologi



 Pasien mengatakan nyeri dan



Faktor Pencetus



Ruangan : C Masalah



Diagnosa



DS: Nyeri Kronik Nyeri



Kronik



kaku pada sendi-sendi jari –



berhubungan



jari tangan rasa seperti di



dengan Inflamasi Kronis



tusuk-tusuk.  Pasien pada



mengatakan digiti



nyeri



Pada Tendon,



dan Ligamen juga terjadi



manus



destruksi jaringan



pergelangan tangan  Pasien merasa tidak nyaman.



Fagositosis ektensif



DO:  Wajah menyeringai  KU: Lemah



Panus



 TTV: -



Suhu tubuh : 370 C



-



Denyut Nadi : 60 kali /menit



-



Pernafasan : 18 kali /menit



-



Tekanan



Darah



:



Kartilago dirusak



90/70



mmHg  Skala nyeri 7



Nekrosis Sel



 Pemeriksaan diagnostik: -



ESR : meningkat



-



FR:>1:80Positif(80%)



-



JDL : Anemia sedang



-



LED : 85 mm/h



Erosi sendi dan Tulang



Nyeri



inflamasi



proses dan



destruksi sendi.



DS:  Pasien



mengatakan



susah



Faktor Pencetus



bergerak.  Pasien



mengatakan



tangannya sulit digerakkan



Inflamasi Kronis Pada Tendon,



dan kaku



Ligamen juga terjadi



DO:  Pasien



terlihat



membatasi



deruksi jaringan



aktivitas geraknya.  KU: Lemah Akumulasi Sel



 TTV:



Darah Putih



-



Suhu tubuh : 370 C



-



Denyut Nadi : 60 kali /menit



-



Pernafasan : 18 kali /menit



-



Tekanan



Darah



:



90/70



mmHg  Pemeriksaan diagnostik: -



ESR: meningkat



-



FR:>1:80Positif(80%)



-



JDL : Anemia sedang



-



LED: 85 mm/h



Terbentuk nodulnodul rematoid ekstrasinovium



Kerusakan sendi Progresif



Deformitas Sendi



Kerusakan Mobilitas Fisik



Kerusakan



Kerusakan



Mobilitas



mobilitas



Fisik



berhubungan dengan deformitas skeletal.



DO:



Faktor Pencetus



 Aktivitas



(makan,



mandi,



Gangguan Citra Tubuh



Gangguan citra tubuh berhubungan



bab, bak, dll) dibantu oleh Inflamasi Kronis



orang lain.



Pada Tendon,



 TTV:



Ligamen juga terjadi



dengan perubahan penampilan dan kemampuan



-



Suhu tubuh : 370 C



-



Denyut Nadi : 60 kali /menit



-



Pernafasan : 18 kali /menit



tugas-tugas



-



Tekanan



umum.



Darah



:



deruksi jaringan



90/70



untuk melakukan



mmHg Pembentukan Jaringan Parut



Kekakuan sendi



Rentang Gerak Berkurang



Atrofi otot



Gangguan Citra Tubuh



4.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Kronik berhubungan dengan proses inflamasi dan destruksi sendi ditandai dengan : a. Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari –jari tangan rasa seperti di tusuk-tusuk.



b. Pasien mengatakan nyeri pada digiti manus dan pergelangan tangan c. Pasien merasa tidak nyaman d. Wajah menyeringai e. Skala nyeri 7 2. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan deformitas skeletal ditandai dengan : a. pasien mengatakan susah bergerak b. pasien mengatakan tangannya sulit digerakkan dan kaku b. Pasien terlihat membatasi aktivitas geraknya. c. k/u lemah 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum ditandai dengan : a. seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga



4.4 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan



Nama Klien : Ny. JW No



Umur: 47 Tahun



Diagnosa



RENCANA TINDAKAN



Keperawatan 1



Nyeri



Ruangan: C



Tujuan



Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



Kronik Setelah dilakukan Menunjukan nyeri Mandiri:



berhubungan dengan tindakan



dan - Selidiki keluhan nyeri, catat - Membantu



hilang



dalam



proses inflamasi dan diharapkan dalam berpartisipasi



lokasi dan intensitas (skala



menentukan



destruksi sendi.



0-10).



menejemen



waktu kurang dari dalam seminggu



DS: Pasien



rasa sesuai kemampuan.



mengatakan terkontrol/teratasi dan



kaku



pada



sendi-sendi



jari –jari tangan seperti



di



tusuk-tusuk. Pasien merasa tidak nyaman.



nyeri



dan



efektifitas program. - Berikan matras/kasar keras, - Matras yang lembut/empuk



nyeri pasien dapat



nyeri



rasa



akitivitas



kebutuhan



DO:



bantal



kecil.



Tinggikan



bantal yang keras akan



KU: Membaik



linen tempat tidur sesuai



mencegah



pemeliharaan



TTV:



kebutuhan



kesejajaran



tubuh



- Suhu tubuh :36- 370 C



yang



tepat, menempatkan stres pada



sendi



yang



sakit.



- Denyut Nadi : 60-



Peninggian linen tempat



80 kali /menit



tidur menurunkan tekanan



- Pernafasan : 12-20



pada



sendi



yang



kali /menit



terinflamasi/nyeri.



- Tekanan Darah :



DO: kelihatan



Pasien meringis.



120/80 mmHg nyeri



Skala



KU: Lemah



berkurang Pemeriksaan



TTV:



diagnostik:



- Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60 :



18



Darah



kursi. Tingkatkan istirahat



(sampai perbaikan objektif



di



dan



tidur



sesuai



indikasi.



- Tempatkan/pantau DS: Pasien mengatakan



Pemeriksaan



nyeri berkurang Tidak



diagnostik: - ESR: meningkat - FR:>1:80Positif(80



terbangun



saat malam hari. Pasien nyaman.



%) sedang



baring mungkin diperlukan



untuk



subjektif



didapat)



membatasi



nyeri



- JDL : Normal



Skala nyeri 7



:



waktu tidur atau duduk di tempat



tirah



cedera sendi.



:



90/70 mmHg



- JDL



berat/eksaserbasi,



- LED: Normal



kali /menit - Tekanan



penyakit



posisi yang nyaman pada



- FR: Normal



kali /menit - Pernafasan



- ESR: menurun



- Biarkan pasien mengambil - Pada



Anemia



merasa



- Mengistirahatkan sendi-sendi



penggunaan bantal, karung



yang



sakit



dan



pasir, gulungan trokhanter,



mempertahankan



posisi



beban, brace.



netral. penggunaan



Catatan: brace



menurunkan



nyeri



dapat dan



mungkin dapat mengurangi kerusakan



pada



Meskipun



sendi.



demikian,



ketidakaktifan lama dapat mengakibatkan



hilangnya



- LED: 85 mm/h



mobilitas/fungsi sendi. - Dorong



sering - Mencegah



untuk



mengubah



posisi.



terjadinya



Bantu



kelelahan



pasien untuk bergerak di



kekakuan



sendi.



tempat tidur, sokong sendi



Menstabilkan



sendi,



yang sakit di atas dan di



mengurangi



bawah,



sakit pada sendi.



hindari



gerakan



umum



dan



gerakan/rasa



yang menyentak. - Anjurkan pasien untuk mandi - Panas meningkatkan relaksasi air



hangat



mandi



otot



pada



waktu



menurunkan rasa sakit dan



dan/atau



pada



melepaskan kekakuan di



Sediakan



pagi hari. Sensitvitas pada



untuk



panas dapat di hilangkan



sendi-sendi



dan luka dermal dapat di



pancuran bangun waktu waslap



atau



tidur. hangat



mengompres



yang sakit beberapa kali sehari.



Pantau



suhu



dan



mobilitas,



sembuhkan.



air



kompres, air mandi dan sebagainya. - Berikan masase yang lembut.



- Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.



Kolaborasi: - Berikan



sesuai - Menurunkan rasa nyeri.



obat-obat



petunjuk



seperti:



Asetil



salisilat



(aspirin),



D-



penisilamin (Cuprimine) 2



Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Mempertahankan fisik



berhubungan tindakan



dengan skeletal.



selama



DS:



dari



Pasien



seminggu dari



susah bergerak. DO: Pasien



membatasi



aktivitas geraknya. KU: Lemah



dan/atau



dan tubuh.



gangguan



tingkat



dari



sendi.



proses inflamasi. tirah - Istirahat sistemik di anjurkan



istirahat



baring/duduk



jika Jadwal



aktivitas



untuk



memberikan



TTV:



istirahat



- Suhu tubuh : 36-



menerus dan tidur malam



periode yang



terus



- Suhu tubuh : 370 C - Denyut Nadi : 60



- Pernafasan : 12-20



latihan



resistif



selama



eksaserbasi



akut



dan seluruh fase penyakit yang



penting



untuk



mencegah kelelahan,mempertahankan kekuatan. - Mempertahankan/meningkatk



hari tidak terganggu.



- Denyut Nadi : 60- -Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga 80 kali /menit



TTV:



tergantung



perkembangan/resolusi dari



KU: Membaik



370 C



aktivitas/latihan



inflamasi/rasa sakit pada



diperlukan.



ketidaknyamanan. DO:



- Tingkat



pemantauan



dapat kompensasi bagian -Pertahankan



beraktivitas



mengatakan tanpa



meningkatkan



kurang kekuatan dan fungsi



Pasien merasa tidak pasien nyaman.



-Evaluasi/lanjutkan



ataupun



deformitas keperawatan



Mandiri:



dan



an fungsi sendi,kekuatan otot,dan umum.Catatan:



stamina latihan



kali /menit - Pernafasan



kali /menit :



18



kali /menit - Tekanan



Darah



:



90/70 mmHg



isometrik



- Tekanan Darah :



memungkinkan.



tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya



120/80 mmHg



aktivitas yang berlebihan



Pemeriksaan



dapat merusak sendi.



diagnostik: - ESR: menurun



Pemeriksaan



jika



-Ubah posisi dengan sering - Menghilangkan tekanan pada



- FR: Normal



dengan jumlah personel



jaringan dan meningkatkan



-ESR: meningkat



- JDL : Normal



cukup.



sirkulasi.



-FR:



- LED: Normal



Demonstrasikan/bantu



perawatan



diagnostik:



teknik



>1:80Positif(80% DS:



) -JDL



:



Anemia



sedang -LED: 85 mm/h



Pasien



pemindahan



penggunaan sudah



dan



bantuan



mobilitas, mis ,trapeze.



Mempermudah diri



dan



kemandirian pasien. Teknik pemindahan



yang



tepat



dapat mencegah robekan abrasi kulit.



merasa nyaman. Pasien mengatakan jari tangan sudah bisa digerakkan.



-Gunakan bantal kecil/tipis di - Mencegah fleksi leher. bawah leher. -Dorong



pasien - Memaksimalkan



mempertahankan



postur



fungsi



sendi.



tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan. -Berikan



lingkungan



yang - Menghindari cedera akibat



aman, misalnya menaikan



kecelakaan/jatuh.



kursi/kloset, menggunakan pegangan



tangga



pada



bak/pancuran dan toilet, penggunaan



alat



mobilitas/kursi



bantu roda



penyelamat. Kolaborasi: -Berikan



matras - Menurunkan tekanan pada



busa/pengubah tekanan.



jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi resiko



-Berikan obat-obatan sesuai indikasi:



imobilitas/terjadi dekubitus.



-Agen antireumatik



- Untuk mengatasi reumatik.



-Steroid



- Untuk



menekan



sistemik akut.



inflamasi



3



Gangguan



citra Meningkatkan



tubuh berhubungan percaya dengan



perubahan dalam



penampilan



dan kemampuan



Mengungkapkan diri peningkatan



Mandiri:



rasa -Dorong



pengungkapan - Berikan kesempatan untuk



percaya diri dalam



mengenai masalah tentang



mengidentifikasi



kemampuan untuk



proses



takut/kesalahan konsep dan



masa depan.



kemampuan



untuk untuk



menghadapi



melakukan



tugas- menghadapi



penyakit,



tugas umum.



penyakit



dan perubahan



DO:



dapat beraktivitas gaya



hidup,



penyakit,harapan



rasa



menghadapinya



secara



langsung. pada -Diskusikan dan



arti



dari - Mengidentifikasi



bagaiman



kehilangan/perubahan pada



penyakit



kemungkinan



pasien



persepsi diri dan interaksi



keterbatasan.



terdekat.Memastikan



dengan orang lain akan



dll) dibantu oleh



bagaimana



menentukan



orang lain.



pribadi



(makan, secara normal.



Aktivitas



mandi, bab, bak,



atau



orang pandangan



pasien



dalam



mempengaruhi



kebutuhan



terhadap



TTV:



menfungsikan gaya hidup



intervensi/konseling



- Suhu tubuh : 370 C



sehari-hari,termasuk



lanjut.



- Denyut Nadi : 60



aspek-aspek seksual. -Diskusikan persepsi pasien - Isyarat



kali /menit - Pernafasan



:



18



kali /menit - Tekanan



Darah



90/70 mmHg



:



verbal/nonverbal



mengenai bagaimana orang



orang



terdekat



mempunyai



keterbatasan.



menerima



mayor



lebih



terdekat pad



dapat pengaruh



bagaimana



pasien memandang dirinya sendiri. -Perhatikan perilaku menarik - Dapat menunjukan emosional



diri,penggunaan



metode



koping



menyangkal atau terlalu



maladaptive, membutuhkan



memperhatikan



intervensi



tubuh/perubahan.



lanjut/dukungan psikologis.



lebih



-Susun batasan pada perilaku - Membantu



pasien



maladaptif. Bantu pasien



mempertahankan



untuk



diri,



mengidentifikasi



control



yang



perilaku positif yang dapat



meningkatkan



membantu koping.



harga diri.



untuk dapat perasaan



-Ikut sertakan pasien dalam merencanakan dan



perawatan - Meningkatkan



membantu



jadwal



aktivitas.



perasaan



kompetensi/harga diri,mendorong kemandirian,dan mendorong



partisipasi



dalam terapi. -Bantu



dengan



perawatan



kebutuhan yang



di - Memperhatikan



perlukan.



penampilan



yang dapat meningkatkan citra diri.



-Berikan bantuan positif bila perlu.



- Memungkinkan pasien untuk



merasa



senang



terhadap



dirinya sendiri.Menguatkan perilaku



Kolaborasi: -Rujuk



Meningkatkan rasa percaya pada



psikiatri,



konseling



mis



perawat



spesialis psikiatri perawat klinis,



psikiatri/psikolog,



pekerja social. -Berikan



obat-obat



diri. - Pasien/orang mungkin dukungan



sesuai



dan obat-obat peningkat



membutuhkan selama



berhadapan dengan proses panjang/ketidakmampuan - Mungkin di butuhkan pada saat munculnya depresi.



alam perasaan.



4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan



Umur: 47 Tahun



terdekat



jangka



petunjuk, mis antiansietas



Nama Klien : Ny. JW



positif.



Ruangan: C



Hari/Tanggal



Waktu



No



IMPLEMENTASI



Hari/Tanggal



Evaluasi



Paraf



Diagnos a Rabu, 04



08.00



September



1



1.Mengobservasi KU pasien.



Rabu, 04



Hasil : KU pasien lemah.



september



2014



2014 08:15



2.Mengobservasi TTV.



13.00



Hasil : - Suhu tubuh: 370 C



S:  Pasien mengatakan masih terasa nyeri dan kaku.  Pasien



belum



merasa



nyaman O:



- Denyut Nadi: 60 kali /menit



 KU lemah



- Pernafasan: 18 kali /menit



 TTV:



- Tekanan Darah : 90/70mmHg



- Suhu tubuh: 370 C - Denyut Nadi: 60 kali/menit



08.15



3.Menyelidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Hasil:



Nyeri



manus(ekstremitas



pada



- Pernafasan: 18 kali /menit - Tekanan



sendi atas)



digiti dan



pergelanggan tangan. Skala nyeri 7



Darah



:



90/70mmHg  Edema pada pergelanggan tangan, nyeri dan kaku masih terasa, skala nyeri 7,



08.18



4.Memberikan matras/kasar keras, bantal kecil.Tinggikan linen tempat tidur sesuai



Pasien



anemia



sedang,



aktivitas pasien dibatasi



kebutuhan.



agar



nyeri



Hasil: Pasien belum merasa nyaman.



berkurang,



obat



diberikan 08.25



5.Membiarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi. Hasil: aktivitas pasien dibatasi agar nyeri berkurang.



08.30



6.Menempatkan/pantau penggunaan bantal atau brace. Hasil: pasien belum nyaman.



08.45



7.Mendorong untuk sering mengubah posisi. Hindari gerakan yang menyentak. Hasil: Pasien masih merasa kaku sendi.



09.00



8.Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Hasil: Anjuran diterima dan dilakukan.



dapat yang untuk



mengurangi kekakuan. A:  Masalah belum teratasi P: - Intervensi lanjut (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)



09.30



9.Menyediakan mengompres



waslap



hangat



sendi-sendi



yang



untuk sakit



beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres,air mandi dan sebagainya. Hasil: masih terasa nyeri. 11.00



10. Memberikan



Obat



Asetilsalisilat



(aspirin) sesuai instruksi/resep dokter. Hasil:



obat



mengurangi



yang



diberikan



kekakuan



meningkatkan mobilitas fisik.



untuk dan



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid yang telah dibuat menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar dalam bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini dapat mempermudah dalam pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri. Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat akreditasi asuhan keperawatan. 5.2 Saran Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses keperawatan/asuhan keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata kuliah KMB III serta menjadi pedoman dan bahan pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya. Oleh karena itu, dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit artritis reumatoid, etiologinya, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow artritis reumatoid, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit artritis reumatoid, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat mengetahui



contoh



lapangan/masyarakat.



bentuk



asuhan



keperawatan



sebelum



kita



turun



ke



DAFTAR PUSTAKA



Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasienEdisi 3. Jakarta: EGC. Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC. Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Ian. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Atritis Reumatoid. http://ianpakpahanaskep.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan_17.html. Anonim. 2009. Asuhan Keperawatan Reumatoid Artritis. http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoid-artritis/ Anonim. 2010. Reumatoid Artritis. http://www.tfarison.co.cc/2010/10/reumatoid-artritis.html.