Askep Bencana Banjir-2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN KOMUNITAS 2 ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO TINGGI PADA KONDISI BENCANA: BANJIR



Fasilitator: Arifal Aris, S.Kep. Ns, M.Kes Disusun oleh: Kelompok 8 (6B Keperawatan) 1. Eska Wulan A.



(1802012597)



2. Rista Nur Ayuni



(1802012633)



3. M Hasbi Ghozali N.



(1802012643)



4. Qurroti A’yunin Eka Safitri



( 1802012611)



5. Octavia Gus Mariawati



(1802012604)



6. Riska Jaya Hardiyanti



(1802012612)



7. Riswanda Sabrian Dewantara



(1802012648)



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Risiko Tinggi Pada Kondisi : Banjir” sesuai waktu yang ditentukan. Makalah ini di susun sebagai salah satu persyaratan mengikuti proses belajar mengajar Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 2, Prodi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Lamongan. Selama penyusunan, penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu: 1.



Drs. H. Budi Utomo, M.Kes selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan



2.



Arifal Aris, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dekan Universitas Muhammadiyah Lamongan



3.



Ns. Suratmi, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan



4.



Suhariyati, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku Dosen Fasilitator mata kuliah Keperawatan Komunitas 2. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh



karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima, serta bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.



Lamongan, 24 Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3 BAB 1.........................................................................................................................................................5 PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5 1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................5 1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................5 1.3 TUJUAN...........................................................................................................................................5 BAB 2.........................................................................................................................................................7 TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................7 2.1 KONSEP CAP...................................................................................................................................7 2.2 KONSEP KASUS (BANJIR)..........................................................................................................10 BAB 3.......................................................................................................................................................14 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................14 3.1 Kasus...............................................................................................................................................14 3.2 ANALISA DATA............................................................................................................................20 3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................................................21 BAB 4.......................................................................................................................................................23 PENUTUP.................................................................................................................................................23 4.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................23 4.2 SARAN...........................................................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pada bab I pasal 1 dijelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Salah satu jenis bencana adalah banjir.Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Seorang perawat, khususnya perawat komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana banjir baik selama fase preparedness, response, serta recovery. Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja konsep CAP? 2. Apa saja konsep bencana banjir? 3. Apa saja pengkajian yang dilakukan perawat komunitas dalam bencana banjir? 4. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas terhadap korban bencana banjir? 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahuikonsep CAP 2. Untuk mengetahui konsep bencana banjir 3. Untuk mengetahui pengkajian yang dilakukan perawat komunitas dalam bencana banjir. 4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas terhadap korban bencana banjir.



BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 KONSEP CAP PENGERTIAN BENCANA



Bahwa bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Pada umumnya resiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi, bencana akibat hydrometeorologi, bencana akibat faktor biologi dan kegagalan teknologi KLASIFIKASI BENCANA Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu: Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya. PENYEBAB BENCANA



Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu : Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme. (Kristanti, 2013). PROSES TERJADINYA BENCANA Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini) Pencegahan (Prevention) Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan. Mitigasi Bencana (Mitigation) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui : Pelaksanaan penataan ruang Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayattentang Penanggulangan Bencana). Kesiapsiagaan (Preparedness) Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Beberapa bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain: Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat Penyiapan lokasi evakuasi Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tentang tanggap darurat bencana



Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.



Peringatan Dini (Early Warning) Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible), Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent), Bersifat resmi (official).



Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan bantuan darurat dan pengungsian Tanggap Darurat (Response) Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat ( UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan Bencana). Bantuan Darurat (Relief) Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa : Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih. Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi : Pemulihan (Recovery) Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan. Rehabilitasi (Rehabilitation) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi (Reconstruction) Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkahlangkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan



perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik. 2.2 KONSEP KASUS (BANJIR) 2.2.1 PENGERTIAN BANJIR Banjir merupakan limpahan air yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terendam oleh air (Koenig, 2010). Banjir yang sering terjadi di masyarakat dapat bersifat tenang yang meluap secara perlahan dan dapat juga bersifat deras yang sering disebut banjir bandang.Banjir bandang ini dapat terjadi hanya dalam beberapa menit tanpa tanda-tanda hujan.Banjir bandang ini dapat terjadi karena curah hujan tinggi yang berlebihan, jebolnya tanggul atau bendungan, atau mencairnya es dari salju.Banjir bandang ini terkesan sangat berbahaya karena aliran air yang deras, membawa kerikil dan bebatuan serta terkadang juga bercampur degan lumpur. Selain itu banjir overland yang sering terkesan banjir yang tenang dapat disebabkan oleh sungai yang meluap ke daratan pinggir sungai, 2.2.2 FAKTOR RESIKO BANJIR Banjir memiliki risiko yang mempengaruhi masalah kesehatan.Bencana banjir yang terjadi dikontribusi oleh peningkatan curah hujan, perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai, Daerah aliran sungai yang tidak memadai, dan system saluran pembuangan air yang buruh.Bencana banjir ini memiliki berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Risiko tersebut meliputi: Masalah kesehatan Bencana banjir menimbulkan pengembangan vektor penyakit (penyakit tular air dan makanan).Penigkatan jumlah vector seperti nyamuk Aedes yang sudah terinfeksi oleh virus dengue (penyebab demam Dengue) dan Anopheles yang sudah terinfeksi Plasmodium (penyebab malaria) menyebabkan peningkatan frekuensi keterpaparan terhadap host.Penyakit tersebut meliputi penyakit kulit, demam berdarah, malaria, leptospitrosis, influenza dan gangguan pencernaan.Banjir meningkatkan risiko terjadinya Leptospirosis yang disebabkan oleh keterpaparan dengan air yang tercemar oleh urin tikus yang sudah terinfeksi bakteri Leptospira.Banjir juga mengakibatkan penyediaan air bersih kurang memadai sehingga dapat meimbulkan masalah kulit dan gangguan pencernaan (diare) (Menteri Kesehatan RI, 2012). Persediaan air bersih minim Air yang tersedia sudah terkontaminasi oleh bahan dan zat yang mengandung berbagai jenis bakteri, virus dan parasit, sehingga air bersih yang mencukupi kebutuhan komunitas (Menteri Kesehatan RI, 2012). Masalah gizi



Banjir dapat menyebabkan kerugian pada sektor pertanian meliputi gagal panen dan rusakan cadangan panak di gudang.Hal ini dapat memicu munculnya masalah gizi. Masalah psikologis Bencana banjir menimbulkan trauma pada korban bencana. Perubahan psikologis yang terjadi dapat berupa depresi, perubahan perilaku, stress akut, stress pasca-trauma, kehilangan percaya diri, muncul kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan. Masalah psikologis ini muncul sebagai akibat kehilangan keluarga, pekerjaan, rumah, dan barang berharga lainnya, serta kurangnya akses terhadap dukungan social (Menteri Kesehatan RI, 2012). Kerusakan sarana-sarana umum 2.2.3 MASALAH KESEHATAN AKIBAT BANJIR Penyakit infeksi (water-borne disease) Penyakit infeksi saluran cerna, dengan gejala demam, diare dan muntah sering ditularkan melalui air. Penyakit tersebut meliputi gastroenteritis karena virus rota, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E coli, giardia, norovirus, salmonelosis atau sigelosis. Penyakit infeksi mata, dapat ditularkan melalui air adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus). Otitis eksterna adalah infeksi telinga yang disebabkan karena Pseudomonas aeruginosa juga ditularkan lewat air. Infeksi kulit yang penularannya dapat melalui air adalah "Hot Tub Rash". Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas. Penyakit kulit lainnya adalah Cercarial Dermatitis. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan kadang disertai melepuh. Penyakit yang disebabkan karena paparan dengan parasit yang terdapat pada burung dan hewan mamalia lainnya. Parasit tersebut mengkontaminasi manusia melalui perantara binatang keong yang terdapat dalam genangan air. Parasit ini terpapar pada kulit manusia yang mengalami rash atau kulit terkelupas karena sensitif atau alergi. Dalam keadaan luka terbuka pada kulit infeksi yang bisa terjadi adalah terkena kuman Vibrio parahemolitikus atau Vibrio vulnifikus. Infeksi pernapasan, bisa ditularkan melalui air adalah faringokonjungtiva (infeksi tenggorok dan mata belek yang disebabkan adenovirus), legionellosis (demam pontiak dan penyakit Legionnaires) dan mikobakterium avium kompleks. Gejala infeksi saluran napas tersebut pada umumnya adalah demam, batuk atau pilek. Pada keadaan imun lemah dapat berpotensi menjadi pneumonia. Dalam lingkungan penampungan pengungsi penyakit yang mudah menular adalah diare, infeksi saluran napas akut, campak, cacar air atau infeksi mata.



Infeksi otak. Meskipun jarang terjadi, ini dapat terjadi dari penularan penyakit lewat air. Infeksi susunan saraf pusat yang dapat terjadi ialah meningitis aseptik yang disebabkan enterovirus dan infeksi neigleria. Gejala yang dapat terjadi adalah demam tinggi, muntah, kejang, dan kesadaran menurun. Infeksi lainnya yang dapat terjadi adalah Hepatitis A. Gejala yang timbul adalah kulit dan mata tampak kuning, mual, muntah, demam dan badan lemas. Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan karena kuman leptospira juga dapat ditularkan lewat air. Vector-borne disease Mungkin dalam minggu awal saat hujan lebat dan aliran air banjir masih deras dapat menghilangkan jentik dan nyamuk penyebab demam berdarah. Tetapi setelah bulan pertama banjir, kasus penyakit demam berdarah, malaria, dan West Nile fever cenderung bertambah, karena banyak terjadi genangan air dimana-mana yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Cedera fisik Luka atau memar yang disebabkan barang tajam atau lubang di bawah air Setruman listrik Tenggelam Gigitan atau sengatan hewan seperti tikus atau serangga Gigitan dari binatang peliharaan yang terkena stres Gangguan kesehatan jiwa Banjir menggenangi pemukiman, kompleks industri, dan ruang/fasilitas publik, sehingga mengganggu keberlangsungan kehidupan manusia, bahkan tidak jarang juga menimbulkan kerusakan pasca bencana. Aktivitas tidak bisa dilaksanakan secara normal, keseharian berubah tidak seperti biasanya, dan butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengembalikan keadaan ke kondisi semula seperti sedia kala sebelum bencana. Hal ini dapat memicu terjadinya guncangan psikis pada korban banjir, terlebih mereka yang cenderung lebih rentan/sensitif terhadap tekanan/stress, misalnya wanita, ibu hamil, dan remaja. 2.2.4 PERAN PERAWAT KOMUNITAS Tahap 1- Pencegahan Aktivitas komunitas: melakukan perencanaan dan persiapan sebelum bencana, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya bencana; menganalisis kerentanan dan peralatan yang diperlukan untuk mencegah bencana; mengidentifikasi sumber komunitas. Aktivitas perawat: mengorganisasi dan berpastisipasi dalam aktivitas komunitas; berpastisipasi dalam pengkajian kerentanan komunitas dan strategi untuk mengurangi kerentanan tersebut; melaksanakan strategi pencegahan.



Tahap 2: persiapan Aktivitas komunitas: mengimplementasi edukasi bencanan memperbaharui aturan dan prosedur; merencanakan pelatihan.



komunitasl



mengevaluasi



dan



Aktivitas perawat: bergabung dalam tim emergensi; berespon pada rencana emergensi komunitas mengembangkan rencana atau protokol emergensi komunitas. Tahap 3- respons Aktivitas komunitas: berespin terhadap bencana; mengkaji kebutuhan dan masalah pada komunitas; mitigasi ancaman potensial. Aktivitas perawat: membantu rencana emergensi; membantu mobilisasi sumber; membantu edukasi publik; memberikan perawatan seperti pertolongan pertama, triase, munisasi, profilaksis); mengkaji kebutuhaan kesehatan komunitas. 2.2.5 ANALISA KASUS Masalah banjir belum juga terselesaikan di Ibu Kota.Jakarta terendam banjir pada babak awal memasuki tahun 2013.Banjir cukup merata di seluruh wilayah Jakarta.Sejumlah akses jalan terputus.Air setinggi 20 hingga beberapa meter menggenangi jalanan Ibu Kota.Banjir pun tak pilih-pilih lokasi, mulai dari perkampungan hingga Kompleks Istana Kepresidenan kebanjiran.Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah.Sungai dan waduk meluap.Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air.Namun, banjir seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu. Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pasang air laut dalam beberapa hari ke depan diprediksi tinggi. Pada Senin (21/1/2013), pasang akan memuncak hingga ketinggian 0,95 meter. Pada Sabtu (26/1/2013), pasang bisa mencapai 1 meter. Sementara pada Minggu depan, pasang bisa mencapai 0,95 meter. Untuk diketahui, pada 2007, curah hujan yang mengguyur Jakarta mencapai 320 milimeter.Curah hujan di Jakarta belakangan ini sekitar 95 milimeter dan di wilayah hulu (Puncak, Bogor) sekitar 75 milimeter.Intensitas hujan di Jakarta saat ini sedang menurun. Namun, pada akhir Januari atau awal Februari, diprediksi curah hujan menjadi dua kali lipat (kompas.com ).



BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN



3.1 Kasus Masalah banjir belum juga terselesaikan di Ibu Kota. Jakarta terendam banjir pada babak awal memasuki tahun 2013. Banjir cukup merata di seluruh wilayah Jakarta. Sejumlah akses jalan terputus. Air setinggi 20 hingga beberapa meter menggenangi jalanan Ibu Kota. Banjir pun tak pilih-pilih lokasi, mulai dari perkampungan hingga Kompleks Istana Kepresidenan kebanjiran. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah. Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air. Namun, banjir seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu. Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pasang air laut dalam beberapa hari ke depan diprediksi tinggi. Pada Senin (21/1/2013), pasang akan memuncak hingga ketinggian 0,95 meter. Pada Sabtu (26/1/2013), pasang bisa mencapai 1 meter. Sementara pada Minggu depan, pasang bisa mencapai 0,95 meter. Untuk diketahui, pada 2007, curah hujan yang mengguyur Jakarta mencapai 320 milimeter. Curah hujan di Jakarta belakangan ini sekitar 95 milimeter dan di wilayah hulu (Puncak, Bogor) sekitar 75 milimeter. Intensitas hujan di Jakarta saat ini sedang menurun. Namun, pada akhir Januari atau awal Februari, diprediksi curah hujan menjadi dua kali lipat (kompas.com ).



I. DATA INTI



A. SEJARAH a. Bagaimana sejarah terbentuknya wilayah? Awal mula daerah tempat Ibu Kota Jakarta adalah tempat yang sangat padat penduduk dan banyak sekali terjadi penumpukan sampah sehingga mengakibatkan terbentuknya wilayah yang terdapat banyak penyumbatan saluran aliran air sehingga rawan terjadinya bencana banjir .



b. Bagaimana terjadinya permasalahan kesehatan pada korban bencana ? Saat ini klien mengalami gangguan kesehatan mulai dari kesehatan fisik dan psikis seperti timbulnya penyakit kulit, diare, ISPA, leptosirosis akibat peningkatan pajanan lingkungan dari patogen yang berasal dari genangan air banjir B. DEMOGRAFI DAN STATISTIK VITAL a. Jumlah agregat di komunitas? b. Jumlah agregat berdasarkan tingkat pendidikan? c. Jumlah agregat berdasarkan agama? d. Jumlah agregat berdasarkan kelompok usia? e. Apa saja masalah kesehatan yang dialami agregat? f. Berapa prevalensi masalah kesehatan yang dialami agregat? g. Berapa insiden masalah kesehatan yang dialami agregat? h. Berapa mortalitas akibat masalah kesehatan yang dialami agregat? C. ETNIS/BUDAYA a. Apakah budaya yang ada di komunitas berpengaruh terhadap masalah kesehatan yang dialami agregat? Budaya masyarakat atau pengusaha yang kurang peduli atau tidak cinta lingkungan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan rusaknya beberapa air sungai di jakarta, saluran yang sebelumnya terisi air hijau menyegarkan kini berubah menjadi air hitam pekat penuh sampah/limbah dan bau. b. Bagaimana gaya hidup masyarakat yang ada dapat mempengaruhi masalah kesehatan agregat? Banyak orang yang membuang sampah sembarangan sehingga terjadi penyumbatan pada saluran air sehingga terjadi rawan bencana banjir. c. Apa saja kebiasaan agregat yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dialami agregat? Membiarkan pemukiman yang dibiarkan tumbuh berkembang di area-area bantaran sungai, bantaran waduk, maupun kawasan lahan basah di seluruh area Jabodetabek yang semakin mengurangi kapasitas tampungan dan resapan air ketika musim



penghujan tiba sehingga menjadi factor penyebb terjadinya gangguan kesehatan yang dialami agregat d. Apa saja prilaku agregat yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dialami agregat? Melalukan penenebangan pohon sehingga berkurangnya area tanaman hijau sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu.



II. DATA SUB SISTEM A. LINGKUNGAN FISIK a. Bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal agregat yang beresiko untuk terjadinya masalah kesehatan pada agregat? berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti pemukiman, gedung, dan jalan sehingga resapan air hujan pun menjadi berkurang , sistem drainase yang buruk di Jakarta. Seharusnya, saluran air berujung pada daerah resapan, bukan ke sungai ataupun laut, tidak optimalnya fungsi waduk dan situ. b. Dimana mereka berkumpul dengan teman sebaya? Dikantor atau ditempat kerja B. PELAYANAN SOSIAL DAN KESEHATAN a. Bagaimana cara agregat mengakses pelayanan kesehatan yang ada? Melalui posko pengungsian dan posko bencana yang disediakan oleh tenaga kesehatan saat terjadinya bencana. b. Apa saja jenis pelayanan kesehatan untuk agregat? Penyedia pelayanan kesehatan untuk korban bencana, Program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapai bencana, Hospital response c. Darimana sumber pelayanan kesehatan untuk agregat? Dari rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya



d. Apa saja kegiatan sosial yang diikuti agregat? e. Bagaimana keatktifan agregat dalam kegiatan sosial ? Banjir timbul akibat aliran sungai yang terhambat oleh sampah, tidak adanya kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan f. Apa saja pelayanan dan lembaga sosial yang perhatian terhadap masalah kesehatan agregat di masyarakat? Belum ada spesifikasi khusus hanya berupa penyuluhan kesehatan dari puskesmas tentang cara penanggulangan bencana banjir C. EKONOMI a. Berapa pendapatan keluarga?b. Dari mana sumber pendapatan keluarga?c. Siapa pencari nafkah di keluarga dan apa pekerjaannya?d. Dimana kegiatan ekonomi terjadi?e. Apa agregat bekerja?-



D. TRANSPORTASI DAN KEAMANAN a. Apa jenis alat transportasi yang ada di komunitas? Transportasi pribadi dan transportasi umum c. Bagaimana keadaan keamanan di komunitas yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dialami agregat?-



E. POLITIK DAN PEMERINTAHAN a. Apakah kebijakan yang di komunitas yang mengatur tentang masalah kesehatan agregat? Pemberdayaan masyarakat ini dapat diawali dengan pengumpulan bahan makanan yang disimpan dalam lumbung makanan,, perubahan perilaku tidak membuang sampah ke sungai dan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai banjir serta pelatihanpelatihan dari institusi pemerintahan.



b. Apakah ada peraturan dalam komunitas yang mengatur tentang masalah kesehatan pada agregat? Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam mengurangi risiko dan penanggulangan bencana banjir. Hal tersebut karena masyarakat yang mampu mengidentifikasi kebutuhan, mengetahu masalah penyebab banjir dan melaakukan tindakan responsif untuk mencegah terjadinya banjir dan menanggulangi banjir.



F.



KOMUNIKASI a. Apa saja sarana komunikasi di komunitas dan keluarga yang digunakan agregat? Menggunakan hp sebagai alat komunikasi b. Apa media informasi yang digunakan agregat di keluarga dan di komunitas? Media sosial



G. PENDIDIKAN a. Apa jenjang pendidikan agregat dan anggota keluarga agregat? -SD -SMP -SMA/SMK -SARJANA b. Bagaimana pengetahuan agregat terhadap masalah yang dialami? Agregat memahami mengenai masalah kesehatannya saat ini yang berubah berbeda dengan yang dulu c. Bagaimana pengetahuan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami agregat? Agregat cukup paham dengan kondisibencana banjir karena sering terjadi setiap tahunnya , tetapi sangat susah untuk menanggulangi banjir karena masih banyaknya sampah yang berserakan dijalanan maupun tempat pembuangan air karena kirang kesadaran agregat. H. REKREASI a. Apa jenis rekreasi yang dilakukan agregat?-



b. Dimana agregat berekreasi?c. Seberapa sering agregat berekreasi?d. Bagaimana penggunaan waktu luang dan hari libur?-



III. PRESEPSI a. Bagaimana presepsi agregat terhadap masalah kesehatan yang dialami agregat? Masyarakat adalah sebagai individu dan harus melalui tahap pemulihan. Ini dimulai sebagai penyelamatan dan individu dan masyarakat menghadapi tugas membawa kehidupan mereka dan kegiatan kembali normal. Banyak akan tergantung pada sejauh mana kerusakan dan kehancuran yang telah terjadi serta luka dan nyawa b. Bagaimana presepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami agregat? c. Bagaimana presepsi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dialami agregat? -



3.2 ANALISA DATA DATA



ETIOLOGI



DS:DO:



MASALAH



Paparan bencana (alam



Koping komunitas tidak



atau buatan manusia)



efektif



Banjir timbul akibat aliran sungai yang terhambat oleh sampah, tidak adanya kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan DS: Klien mengatakan banyak Peningkatan paparan korban



bencana



yang organisme patogen



Risiko infeksi pada agregat



mengalami gatal pada kulit lingkungan



korban bencana banjir



dan masalah kulit lain DO: Timbulnya penyakit kulit, diare, ISPA, leptosirosis akibat peningkatan pajanan lingkungan dari patogen yang berasal dari genangan air banjir



PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN: 1. Risiko infeksi pada agregat korban bencana banjir patogen lingkungan



d.d peningkatan paparan organisme



2. Koping komunitas tidak efektif b.d paparan bencana alam



3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Risiko infeksi pada agregat korban bencana banjir patogen lingkungan



d.d peningkatan paparan organisme



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam makan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil: - Kebersihan badan meningkat - kemerahan menurun - lelargi menurun INTERVENSI: Observasi: - monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemin Terapeutik: - berikan perawatan kulit pada area edema - pertahankan teknik aseptic pada pasien risiko tinggi Edukasi: - jelaskan tanda dan gejala infeksi - ajarkan cara memeriksa kondisi luka Kolaborasi: - kolaborasi pemberikan imunisasi, jika perlu 2. Koping komunitas tidak efektif b.d paparan bencana alam Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka status koping komunitas membaik dengan kriteria hasil: - keberdayaan komunitas meningkat - pemecahan masalah komunitas meningkat - partisipasi masyarakat meningkat - insiden masalah kesehatan dalam komunitas menurun



- tingkat kejadian penyakit menurun INTERVENSI: Observasi: - identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Teraeutik: - jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan Edukasi: - jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan - ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat - ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perlaku hidup bersih dan sehat



BAB 4 PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Banjir menimbulkan banyak kerugian bagi warga, diantaranya dapat menyebabkan kerusakan harta benda, kehilangan harta benda atau keluarga, dan menimbulkan masalah kesehatan, diantaranya diare, infeksi, dan gatal-gatal serta trauma atau gangguan psikologis. Peran perawat dalam menghadapi encana ini, antara lain dapat memberikan asuhan keperawatan dengan menempatkan masyarakat di wilayah rawan banjir sebagai partner untuk bersama-sama melakukan pengkajian terkait hal apa saja yang dapat menimbulkan banjir di jakarta, sehingga perawat dapat memberikan edukasi dalam masyarakat, misalnya untuk membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan menjaga sanitasi yang baik. Selain itu jika bencana banjir sedang terjadi, perawat dapat memberikan asuhan untuk penggunaan APD, seperti jas hujan atau sepatu boot. Perawat dapat berperan juga untuk memberikan edukasi terkait pentingnya penggunaan sanitasi yang baik dan bagaimana cara penyajian, penyimpanan, serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat saat banjir. Jika banjir sudah terjadi, perawat bisa mengunjungi korban-korban banjir, baik yang berada di tenda pengungsian atau di rumah, dalam rangka pemulihan akibat trauma yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat. 4.2 SARAN Musibah banjir hampir terjadi setiap tahun dan terjadi di musim penghujan. Peristiwa ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan



masyarakat. Perawat termasuk dalam komponen



masyarakat. Pihak yang bertanggung jawab terhadap adanya bencana ini sebaiknya dapat mempersiapkan saat musim penghujan tiba atau terkait pemeliharaan tanggul. Pemerintah dan perawat dapat bekerja sama dengan masyarakat rawan banjir untuk menggalakan kegiatankegiatan sosial untuk pencerdasan bagi masyarakat, misalnya edukasi terkait pentingnya membuang sampah pada tempatnya, membagikan tempat samapah kepada warga, perbaikan tanggul-tanggul, serta penanaman seribu pohon. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan banjir yang terjadi setiap tahun di kota jakarta dapat diminimalisir.



DAFTAR PUSTAKA Arif, M. 2018. Kesiapsiagaan Masyarakat Kawasan Perkotaan Terhadap Bencana Gempa Bumi. Vol. 5, No. 1, Hal. 903-916. Bulechek, G.M. et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Indonesian Edition. Indonesia. Mosby. Febriana, et. al. 2015. Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Siaga Bencana dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Vol. 2, No. 3, Hal. 41-49. Gunawan. 2014. Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Kasus di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman di Yogyakarta. Vol. 19, No. 2, Hal 91-106. Harjadi. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Hal 122. Herdman, T. H. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta. EGC. PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia