Askep Bencana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Menurut laporan Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) (12/12/2007), sebagian besar bencana alam yang terjadi di dunia sepanjang 2007 merupakan dampak dari pemanasan global. Setiap tahun, jumlah bencana alam naik hampir 20 persen dari tahun sebelumnya. Hingga 10 Oktober 2007, Federasi telah mencatat ada 410 bencana dan 56 persen dari jumlah itu disebabkan oleh perubahan cuaca atau iklim. Pada 2006, IFRC mencatat 427 bencana alam. Angka tersebut meningkat sebesar 70 persen dalam dua tahun sejak 2004. Selama 10 tahun terakhir, jumlah bencana alam meningkat 40 persen dari dekade sebelumnya. Sedangkan angka kematian yang disebabkan oleh bencana alam meningkat dua kali lipat menjadi 1,2 juta orang dari 600.000 pada dekade sebelumnya. Jumlah korban bencana alam juga meningkat setiap tahun. Tahun 2007, 270 juta orang menjadi korban bencana alam sedangkan tahun sebelumnya 230 orang (Suara Pembaruan, 2007). Hingga pertengahan tahun 2013, BNPB mencatat terjadi bencana sebanyak 632 kejadian. Dalam 6 bulan tersebut, bencana di dominasi oleh banjir, tanah longsor, dan puting beliung, sedangakan jumlah bencana lainnya tidak sampai 10 % dari total seluruh kejadian. Selama 3 bulan pertama, puting beliung selalu menjadi bencana yang paling sering terjadi, sedangkan pada 3 bulan berikutnya digantikan oleh banjir. Korban meninggal dan hilang mencapai 380 jiwa sedangkan korban yang menderita dan mengungsi lebih dari 570 ribu jiwa, kerusakan bangunan akibat bencana mencapai lebih dari 33 ribu unit. (BNPB, 2013). Alam Indonesia memang mengalami pengrusakan, ditambah dengan dampak posisi negara kita yang rentan dengan perubahan iklim dunia, maka jadilah bencana terjadi di mana-mana di wilayah Indonesia sepanjang tahun. Namun, upaya adaptasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan bancana minim kita rasakan. Seperti kejadian gempa Kebumen (25/01/14), masyarakat masih saja kalut dan keluar rumah atau tempat umum berdesak-desakan.



Dilihat dari dana upaya adaptasi, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana pun kurang. Anggaran penanggulangan bencana setiap tahunnya berkisar 1 triliun rupiah. Coba bandingkan dengan taksiran kerugian beberapa bencana nasional: Tsunami Aceh 39 Triliun, gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Triliun, banjir Jakarta 4,8 Triliun, gempa Padang 21,6 Triliun, dan Erupsi Merapi 3,65 Triliun. Kita bandingkan lagi dengan biaya tanggap darurat bencana yang terjadi bulan ini: Manado 5 Milyar, Sinabung untuk pemulihan pertanian sebesar 63,5 Milyar, DKI Jakarta untuk penanganan banjir 3,5 Triliun, dan bencana banjir Pantura 800 Juta rupiah (sumber kompas, 25/01/14). Badan penanggulangan bencana daerah kota Samarinda, mencatat sebanyak 157 rumah warga di kota itu terendam banjir di duga akibat luapan kolam penampungan air 2 perusahaan tambang batu bara. Rumah- rumah tersebut berada di kawasan Pelita tujuh kecamatan Samarinda Ilir, kota Samarinda. Selain mengenangi rumah warga, banjir tersebut juga menyebabkan kerusakan sejumlah harta benda milik warga khususnya barang elektronik. (ANTARA Kaltim, 2014).



Oleh karena itu di perlukan penanggulangan yang tepat untuk mencagah bencana alam, misalnya dengan membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air, sehingga menyebabkan terjadinya banjir, Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus tanah. Hal ini juga dapat menyebabkan tanah longsor, membuat waduk (dam) yang berfungsi sebagai persediaan air di musim kemarau. Selain itu waduk dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan, reboisasi atau penghijauan kembali daerah-daerah yang sudah gundul agar tanah lebih mudah menyerap air pada musim penghujan dan sebagai penyimpanan cadangan air pada musim kemarau, sosialisasi potensi gempa di wilayah yang rawan gempa, mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan memperkuat atau memperdalam fondasi bangunan.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami konsep, dan pelaksanaan asuhan kegawatdaruran dan terampil dalam penegakan diagnose, sehingga bisa melakukan tindakan keperawatan yang akurat. 2. Tujuan Khusus. Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat :



a) Menyebutkan pengertian Bencana Alam b) Mengindentifikasi klasifikasi Bencana Alam c) Menjelaskan kategori bencana dan korban bencana alam d) Mengetahui fase-fase dari bencana e) Menjelaskan dampak bencana alam f)



Menjelaskan prinsip-prinsip dalam penatalaksanaan bencana alam



g) Mengetahui pencegahan terjadinya bencana alam h) Mengetahui komponen yang disiapkan dalam menghadapi bencana i)



Mengetahui pembagian daerah kejadian bencana alam



j)



Mengetahui sistem komando pada musibah massal



k) Mengetahui triase lapangan bencana alam l)



Mengetahui langkah-langkah dalam penanggulangan bencana



m) Megetahui peranan perawat n) Mengetahui kemampuan yang diharapkan o) Melakukan pengkajian bencana alam p) Membuat



rencana



asuhan



keperawatan



untuk



mengatasi



masalah



klien



dengan bencana alam yang meliputi tujuan keperawatan prinsip intervensi dan rasional. q) Melaksanakan tindakan keperawan sesuai dengan intervensi dan keadaan klien. r)



Melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan tujuan keperawatan.



s)



Melakukan dokumentasi keperawatan dengan benar. C.



Manfaat



1. Manfaat Teoritis Sebagai suatu wacana ilmiah dan wawasan dalam pengembangan ilmu keperawatan yang menjelaskan tentang askep kegawatdaruratan kepada korban bencana alam. 2. Manfaat Praktik Makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam peningkatan pengembangan ilmu pegetahuan dan teknologi keperawatan dalampemberian askep kegawatdaruratan kepada



korban



bencana



alam.



BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Bencana adalah kejadian yang mendadak atau tidak diperkirakan yang mengakibatkan rumah sakit dan/atau sarana masyarakat lainnya mengalami kerusakan dan fungsinya terganggau. Bencan dapat disebabkan oleh kebakaran, cuaca atau iklim, misalnya: gempa bumi, angin rebut, dan ternado, ledakan, aktifitas teroris, radiasi atau tumpahan zat kimia. Bencana dapat terjadi karena kesalahan manusia yang mencakup kecelakaan lallul intas,kecelakaan pesawat udara, bangunan runtuh, atau kejadian serupa lainnya. 2.Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. 3. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 4. Bencana ( disaster ) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. B. Klasifikasi Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu: 1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah dan lainnya.



2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara,



sabotase, ledakan, gangguan listrik, gangguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.



Berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari: 1. Bencana Lokal Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat factor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya. 2. Bencana Regional Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya. Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat meteorologis, bencana alam yang bersifat geologis, wabah dan bencana ruang angkasa. Adapun pendapat lainnya, bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat meteorologist, bencana alam yang bersifat geologis, wabah dan bencana ruang angkasa.



1. Bencana alam meteorology Bencana alam meteorology atau hidrometeorologi berhubungan dengan iklim. Bencana ini umumnya, tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis ( siklon, hurikan, taifun ) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu. Bencana alam bersifat meteorologist seperti banjir dan kekeringan merupakan bencada alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia. Beberapa diantaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan iklim tertentu. Misalnya hurikan terjadi hanya terjadi di karibia, amerika tengah dah amerika selatan bagian utara. Kekhawatiran terbesar pada abad modern adalah bencana yang disebabkan oleh pemanasan global. 2. Bencana alam geologi



Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus. Gempa bumi dan gunung meletusterjadi hanya sepanjang, jalur-jalur pertemuan lempeng tektonik di darat atau lantai samudra. Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Gempa bumi terjadi karena gerakan lempeng tektonik. Gempa bumi pada lantai samudra dapat memicu gelombang tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh. Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa seismic memuncak pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi gelombang dapat melampaui 10 meter. Gunung meletus diawali oleh suatu periode aktivitas vulkanis seperti ujan abu, semburan gas beracun, banjir lahar, dan muntahan batu-batuan. Aliran lahar dapat berupa banjir lumpur atau kombinasi lumpur dan debu yang disebabkan mencairnya salju dipuncak gunung, atau dapat disebabkan hujan lebat dan akumulasi material yang tidak stabil. 3. Wabah Wabah atau epidemi adalah penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia didalam ruang lingkup yang besar, misalnya antar Negara atau seluruh dunia. Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa jumlah besar adalah penderita flu, cacar, dan tuberculosis. 4. Bencana alam dari ruang angkasa Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari. Meskipun dampak langsung asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak sehingga berkemungkinan besar untuk menabrak bumi. Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi Negaranegara dengan penduduk yang banyak seperti cina, india, amerika serikat, jepang, dan asia tenggara.



C. Katergori Bencana Dan Korbannya Keadaan bencana dapat digolongkan berdasarkan



jumlah



korban yang



mencakup: 1. Mass patient incident (jumlah korban yang datang ke UGD kurang dari 10 orang).



2. Multiple cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD antara 10 dan 100 orang). 3. Mass cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD lebih dari 100 orang) D. Fase-fase dari bencana 1. Pra-dampak: dimulai sejak awitan bencana, jika kejadian ini sudah diketahui terlebih dahulu. Fase pra-dampak didefinisikan sebagai periode yang pada saat itu kita mengantisipasi dan diperingatkan 2. Dampak: periode selam bencana terjadi, berlanjut hingga dimulainya fase paska dampak. Fase ini juga dikenal sebagai penyelamatan. Pada saat ini pengkajian penting harus dilakukan yaitu mengevaluasi besarnya kerugian, identifikasi sumber daya yang ada, dan merencanakan penyelamatan korban. Fase ini bisa berlangsung singkat. 3. Paska-dampak: disebut fase pemulihan. Selama fase ini, besarnya kerugian sudah dievaluasi dan penyelamatan korban telah selesai dilaksanakan, kerusakn lebih lanjut sudah diminimalka. Fase ini dapat menjadi fase yang paling lama. E. Dampak Bencana Alam Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, social dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas social, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunikasi, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.



F. Prinsip-Prinsip Dalam Penatalaksanaan Bencana



Ada 8 prinsip penatalaksanaan bencana, yaitu: 1. Mencegah berulangnya kejadian. 2. Meminimalkan jumlah korban 3. Mencegah korban selanjutnya. 4. Menyelamatkan korban yang cedera 5. Memberikan pertolongan pertama. 6. Mengevakuasi korban yang cidera.



7. Memberikan perawatan definitive. 8. Memperlancar rekonstruksi atau pemulihan. G. Pencegahan Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi: 1. Penanggulangan penderita ditempat kejadian 2. Transpotasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih memadai 3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita gawat darurat 4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli 5. Upaya penanggulangan pendereita gawat darurat ditempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU) 6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat



H. Komponen Yang Disiapkan Dalam Menghadapi Bencana Persiapan masyarakat, triase lapangan, persiapan Rumah Sakit, dan persiapan UGD. 1. Perencanaan menghadapi bencana akan mencakup banyak sumber daya: a)Pejabat polisi, pemadam kebakaran, pertahanan sipil, pamong praja terutama yang terlibat dalam penanganan bencana dan bahan berbahaya. b) Harus sering dilatih dan di evaluasi. c) Memperhitungkan gangguan komunikasi, misalnya karena jaringan telepon rusak atau sibuk. d)Mempunyai pusat penyimpanan perbekalan, tergantung dari jenis bencana yang di duga dapat terjadi.



e)Mencakup semua aspek pelayanan kesehatan dari pertolongan pertama sampai terapi definitip. f)Mempersiapkan transportasi penderita apabila kemampuan local terbatas. g)Memperhitungkan penderita yang sudah di rawat untuk kemudian di rujuk karena masalah lain. 2. Perencanaan Pada Tingkat Rumah Sakit Perencanaan bencana rumah sakit harus mulai dilaksanakan meliputi: a)



Pemberitahuan kepada semua petugas.



b)



Kesiapan daerah triase dan terapi.



c)



Klasifikasi penderita yang sudah di rawat, untuk penentuan sumber daya.



d) Pemeriksaan perbekalan(darah, cairan IV, medikasi) dan bahan lain(makanan, air, listrik, komunikasi) yang mutlak di perlukan rumah sakit. e)



Persiapan dekontaminasi(bila diperlukan).



f)



Persiapan masalah keamanan.



g)



Persiapan pembentukan pusat hubungan masyarakat.



I. Pembagian Daerah Kejadian Di tempat kejadian atau musibah masal, selalu terbagi atas: 1. Area 1



: Daerah kejadian (Hot zone)



Daerah terlarang kecuali untuk tugas penyelamat(rescue) yang sudah memakai alat proteksi yang sudah benar dan sudah mendapat ijin masuk dari komandan di area ini. 2. Area 2



:Daerah terbatas (Warm zone)



Di luar area 1, hanya boleh di masuki petugas khusus, seperti tim kesehatan, dekotanminasi, petugas atau pun pasien. Pos komando utama dan sektor kesehatan harus ada pada area ini. 3. Area 3



: Daerah bebas (Cold zone)



Di luar area 2, tamu, wartawan, masyarakat umum dapat berada di zone ini karena jaraknya sudah aman. Pengambilan keputusan untuk pembagian area itu adakah komando utama. J. Sistem Komando Pada Musibah Masal



Pada setiap bencana atau musibah masal harus ada komandan. Pada umumnya komandan ini berasal dari kepolisian, di daerah militer (komandan adalah militer setempat) atau pelabuhan (komandan adalah syahbandar yang dilakukan di pos komando) . Unsur yang mungkin terllibat: 1. Keamanan : kepolisian dan TNI 2. Rescue : pemadam kebakaran, Basarnas 3. Kesehatan 4. Sukarelawan (hampir selalu PMI terlibat) 5. Masyarakat umum Bila bencana pada tingkat kabupaten, dan masih dapat menanggulangi sendiri, maka pimpinan akan diambil ahli oleh bupati melalui satlak PBP (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Bila pada tingkat provinsi dan skalanya bencana lebih besar, maka pimpinan akan diambiil ahli oleh gubernur malalui satkorlak PBP (Satuan Koordinasi Palaksana Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Bila bencana sangat besar dan mencapai tingkatan nasional, maka pimpinan diambil oleh pimpinan negagra dan dilaksanakan oleh Bakornas PBP (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Di pos kemando utama akan diatur: 1. Sturktur komando 2. Operasional 3. Logistic 4. Perancanaan 5. Keuangan 6. Atau kepala pelabuhan udara, kesehatan diharapkanmempunyai sector sendiri untuk kegiatan penanganan penderita gawat darurat, yang terdiri dari komponen: triase (pemilahan Penderita) 7. Terapi (pengobatan sementara) 8. Transportasi (rujukan), juga dipelukan dukungan logistic dan pelatihan terhadap masalah keamanan (safety)



1. Komando Kesehatan Dan Tugas Awal



Pimpinan kesehatan dilapangan dapat berbeda-beda, tergantung dari besarnya musibah masal atau bencana, dan kondisi setempat yang jelas, saat kita tiba didaerah masal, dan belum ada petugas lain, maka untuk sementara kota adalah pimpinan tim kesehatan. Pada saat awal, maka yang harus dilakuakan adalah: a) Penilaian cepat b) Triase penderita c) Penanganan penderita 2. Penilaian cepat dan pelaporan Apabila kita pertama tiba didaerah bencana atau musibah masal, maka yang harus dilakukan adalah: a) Keadaan keamanan daerah bencana atau musibah masal b) Jumlah penderita c) Keperluan penyelamatan atau rescue d) Jumlah ambulance yang dipelukan e) Unsur-unsur lain yang diperlukan (pemadam kebakaran, kesehatan dsb) f) Jumlah sector kesehatan yang mungkin akan diperlukan K. Triase Lapangan Triase lapangan merupakan proses memilih atau mengkaji korban bencana berdasarkan beratnya cidera dan besarnya kemungkinankorban untuk diselamatkan dengan tindakan medis.



Dua Macam Kategori Triase Lapangan



Klasifikasi Triase Nato Konvensional T1.



Pembedahan



segera:



Klasifikasi Triase dengan Kode Warna



untuk Merah/darurat: prioritas 1: pasien kritis yang



menyelamatkan jiwa atau anggota dapat tubuh. Waktu Kualitas



operasi



keberhasilan



diharapkan baik



hidup



dengan



intervensi,



tidak



minimal. memerlukan personil dan sumber daya dalam hidup jumlah yang berarti.



T2.



Ditunda:



pembedahan



memakan Kuning/urgen:



prioritas



2:



korban



banyak waktu. Jiwa korban tidak mempunnyai kemungkinan tetap hidup dan terancam stabilisasi



olen



operasi kondisinya tetap stabil selama beberapa jam



penundaan keadaan



korban, dengan dilakukannya tindakan stabilisasi.



meminimalkan efek penundaan.



T3. Minimal: cidera ringan ditangani oleh Hijau/non urgensi: prioritas 3: cidera ringan staf dengan pekatihan minimal.



yang dapat diatasi oleh petugas dengan pelatihan minimal dan dapat menunggu sampai



korban



cidera



lainnya



selesai



ditangani.



T4. Ekspektan: cidera serius dan multiple. Penanganan kompleks dan memakan Biru/urgensi bervariasi: prioritas 2/3: korban waktu. Penangan memerlukan banyak dengan cidera berat yang diperkirakan tidak personildan sumber daya.



akan bertahan hidup kecuali bila dilakukan tindakan dengan segera.



Korban ini akan menuntut sumber daya terlalu



banyak



yang



menyelamatkan



pasien



seharusnya



dapat



lain



dapat



yang



bertahan hidup dan mungkin menempati prioritas terendah bila sumber daya yang ada terbatas.



Warna



biru



kadang-kadang



digunakan untuk menggantikan warna hitam karena banyak petugas mengalami kesulitan dalam menempati korban kedalam kategori pasien yang memerlukan terapi paliatif saja. Hitam/ekspektan: tidak terdapat prioritas yang nyata. Korban menderita cidera hebat dengan



kecil kemungkianan untuk hidup atau koraban sudah meninggal. dilkaukan



Prioritas



hanyalah



yang



tindakan



harus untuk



memberikan kenyamanan kepada orang yang sedang berada dalam proses kematian.



1. Penderita gawat darurat dapat terbagi atas: a) Prioritas utama atau prioritas tertinggi (warnah merah) ada gangguan A-B-C. Contoh: Penderita sesak (gangguan airway), cervical-spine injury, pneumothorax, perdarahan hebat, shock, hypotermi. Tindakan gawat darurat : (1) Airway Periksa apakah masih bernapas dengan membuka jalan napas head tilt, chin lift dan jaw trust. (2) Breathing Periksa frekuensi pernapasan , bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah. (3) Circulation Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary refill) Bila lebih dari 2 detik : Merah. b)



Prioritas tidak gawat, darurat warna kuning Contoh cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan). Tindakan kegawat daruratan pada klien ini dengan menilai kesadaran klien (GCS) jika klien dapat mengikuti perintah maka termasuk tidak gawat tapi darurat.



c) Prioritas rendah (warna hijau Contoh: Patah tulang paha, luka bakar tanpa gangguan airway. Klien di tempatkan pada tempat yang aman dan menangani cidera klien. d) Bukan prioritas (warna hitam). Contoh: Sudah meninggal. Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.



2. Cara Melakukan Triase: Pelaksanaan triase dengan cara menurut START (Simple Triage And Rapid Treatment). Cara ini memilih penderita tetap menurut prinsip A-B-C. Pada tahap ini jangan melakukan terapi, hanya memberikan tanda prioritas. a) Awal (1) Panggil semua penderita yang dapat berjalan, dan perintahkan untuk pergi kedaerah tertentu atau daerah yang sudah aman (2) Semua penderita ditempat ini mendapatkan kartu hijau b) Airway (1) Pergi ke penderita yang dekat, dan periksalah apakah masih bernafas (2) Bila sudah tidak bernapas, buka airway, dan lihatlah apakah tetap tidak bernapas (a)



Bila tetap tidak bernapas : Hitam



(b)



Bila bernapas kembali : Merah



(3) Bila bernapas spontan pergi ketahap berikutnya (breathing)



c) Breathing (1) Bila penderita dapat bernapas spontan, hitung kecepatan pernapasan. (2) Bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah. (3) Bila kurang dari 30 kali permenit, pergi ke tahap berikutnya.



d) Circulation (1) Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary refill). (2) Bila lebih dari 2 detik : Merah. (3) Bila kurang dari 2 detik : pergi ketahap berikutnya.



e) Kesadaran penderita harus mengikuti perintah kita ( angkat tanganya?) (1) Tidak dapat mengikuti perintah : Merah. (2) Dapat mengikuti perintah : Kuning. L. Langkah-langkah dalam penanggulangan bencana 1. Pengkajian awal terhadap korban bencana,yang mencakup :



a) Keadaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan napas. Sifat pernapasan dengan cepat, lambat, tidak teratur. b) Sistem Kardiovaskular, meliputi tekanan darah tinggi atau rendah,nadi cepat atau lemah. c) Sistem muskuloskletal, seperti luka, trauma, fraktur. d) Tingkat kesedaran, composmentis - coma. 2. Pertolongan darurat Evaluasi melalui sistem triaget sesuai dengan urutan Prioritas. a) Atasi masalah jalan napas, atur posisi (semi fowler, fowler tinggi),bebaskan jalan nafas dari sumbatan, berikan oksigen sesuai kebutuhan, awasi pernapasan. b) Atasi perdarahan,bersihkan luka dari kotoran dan benda asing,desinfektan luka,biarkan darah yang membeku, balut luka. c) Fraktur atau trauma, imobilisasi dengan memakai spalak,balut. d) Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat kesadaran dan tanda vital 3. Rujukan segera ke puskesmas/rumah sakit Dengan menyiapkan ambulans dan melakukan komunikasi sentral ke pusat rujukan. M. Persiapan perlengkapan 1. Perlengkapan jalan napas. a) Resusitasi (manual, otomatik, laringoskop, nasotrakeal, gudel ) b) Oksigen set lengkap c) Suction 2. Alat-alat perlengkapan intravena a) Infus set b) Blood set c) Cairan infuse (NaCl, glukosa, ringer laktat, plasma fusin) d) Spuit 5-10 cc e) Standar infuse f) Gunting, plester, manset, venaseksi set 3. Bahan-bahan untuk keperluan trauma a) Bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan, leher, tulang,punggung b) Verban dengan segala ukuran



c) Kain kasa d) Gips e) Benang,catgut dan jarum berbagai ukuran f) Larutan desinfektan (alcohol, betadin, obat merah) 4. Perlengkapan lain a) Selimut b) Pembalut c) Kain segitiga d) Tensimeter e) Usungan 5. Obat-obatan a) Analgesic b) Antikoagulan c) Antiinflamasi d) Vitamin N. Peranan perawat 1. Melakukan asuhan keperawatan penderita gawat darurat. 2. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat. 3. Pengelolaan pelayanan perawatan didaerah bencana dan ruang gawat darurat. O. Kemampuan yang diharapkan 1. Melakukan resusitasi dan dukungan hidup dasar 2. Pertolongan pada syok 3. Menghentikan perdarahan 4. Perawatan luka dan patah tulang 5. Memasang bidai dan balutan 6. Rujukan a) Ambulan b) Komunikasi dan penyampaian informasi ke sentral c) Pertolongan



pertama.



DAFTAR PUSTAKA



Abisujak, B. (1990). Bencana Atom Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika. Kissanti, A. (2012). Panduan Lengkap Pertolongan Pertama Pada Darurat Klinis. Yogyakarta: Araska Morton, P.G. (2011). Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC. Pusponegoro, A. D. (1999). Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.Jakarta : Indonesia Critical Care Medicine. Skeet, M. (1988). Emergency Procedures And First Aid For Nurses. Blackwell Scientific Publication. Thygerson, A. (2009). Pertolongan Pertama. Jakarta : Erlangga